Anda di halaman 1dari 59

PENGKAJIAN SISTEM ENDOKRIN

Review Anatomi dan Fisiologi Sistem


Endokrin

 Organ Endokrin
Organ endokrin atau disebut dengan kelenjar endokrin adalah kelenjar yang
memproduksi hormon untuk mengatur sistem organ secara fisiologis.
Organ endokrin dimaksud antara lain; hipotalamus, hipofisis, paratiroid, tiroid,
kelenjar adrenal, pankreas, ovarium dan testis
Secara anatomis letak masing-masing kelenjar
endokrin sebagai berikut :

 Kelenjar hipofisis atau kelenjar pituitary terletak di dasar cerebrum dibawah


hipotalamus
 Kelenjar tiroid atau kelenjar gondok terletak di bagian bawah leher dekat jakun
 Kelenjar paratiroid terletak di bagian bawah kelenjar tiroid
 Kelenjar pankreas atau kelenjar pulau langerhans terletak di dekat lambung
 Kelenjar gonad atau kelenjar kelamin, kalau pria terletak di testis dalam scrotum,
kalau wanita terletak di dalam ovarium
 Kelenjar adrenal atau anak ginjal/suprarenalis terletak di atas ginjal
 Kelenjar timus terdapat di daerah dada
Hipotalamus

 Hipotalamus disebut juga dengan master endocrine glands, berada di sistem limbik
(perbatasan).
 Peran hipotalamus adalah pusat perilaku, pusat pengatur suhu, osmolalitas cairan,
pusat dorongan untuk makan dan minum, pengatur berat badan dan pusat dorongan
seks, pusat pengatur emosional dan rasa senang (Guyton, 1996).
Hipofisis

Hipofisis disebut juga dengan master of glands, karena


menghasilkan berbagai hormone yang berfungsi mengatur
kerja kelenjar endokrin yang lain. Hipofisis terletak di
bawah hipotalamus berbentuk lonjong sebesar biji kacang
kapri.
Hipofisis terdiri dari dua lobus yaitu :
hipofisis posterior (neurohipofisis) menghasilkan hormon
oksitosin dan ADH, dan
hipofisis anterior (adenohipofisis menghasilkan hormon
prolaktin, TSH, ACTH, LH, FSH dan GH.
Thymus

Kelenjar ini terletak di rongga dada bagian mediastinum


superior, terbagi menjadi dua lobus yaitu lobus kanan dan kiri.
Kelenjar timus sangat nampak pada masa bayi sampai
pubertas, menghasilkan hormon timosin untuk pematangan
limfosit T (Sel-T) sebagai pemicu limfosit B yang membentuk
antibodi.
Tiroid

 Kelenjar tiroid atau kelenjar gondok terletak di bagian bawah


leher dekat jakun.
 Memproduksi hormon triiodotironin dan tiroksin untuk
mencegah terjadinya pembesaran tiroid (gondok).
Paratiroid

 Kelenjar paratiroid berjumlah 4 buah terletak dipermukaan


posterior kelenjar tiroid.
 Mensekresi paratiroid hormon (PTH) bermanfaat
meningkatkan kadar Ca dalam darah dan meningkatkan
reabsorbsi Ca di ginjal sehingga kadar Ca dalam urine rendah.
 Hormon PTH juga berfungsi untuk mengaktifkan vitamin D.
Adrenal
 Ditemukan oleh Bartholomeo Eustachius (1963), Adrenal berbobot 6-10 gram.
 Kelenjar ini mulai terbentuk pada usia kehamilan 2 bulan.
 Pada orang dewasa 90% terdiri dari corteks, dan 10% medulla.
 Terletak dibagian atas kedua ginjal atau posisi posteriomedial, berbentuk piramida
dan panjangnya berkisar 4-6 cm, tebal 1 cm (Guyton, 1996).
 Adrenal kortek terdiri dari 3 zona yaitu 1) glumerolusa, 2) fasciculata dan 3)
reticularis
 Zona glumerolusa mensekresi hormon aldosteron, dan serabut syarafnya
mengandung katekolamin.
 Zona fasciculata dan reticularis mensekresi hormon kortison (hormon stress) dan
hormon androgen. Sedangkan adrenal medulla menghasilkan epineprin dan
norepineprin.
Ovarium

 Ovarium termasuk organ genetalia interna dari wanita.


 Jumlah ovarium dua buah yaitu satu di kanan dan satu di kiri
uterus yang terikat ligamentum ovarian.
 Fungsi ada dua, sebagai fungsi eksokrin yaitu menghasilkan
ovum dan sebagai fungsi endokrin menghasilkan hormon
estrogen progesterone.
Testis
 Testis berbentuk avoid dan terletak di dalam scrotum,
digantung oleh veniculus spermaticus.
 Fungsi testis dan dua, sebagai fungsi eksokrin yaitu
menghasilkan sperma. Sebagai fungsi endokrin
menghasilkan testosterone.
 Kedua fungsi ini diperankan oleh sel spermatogonia di
dalam tubulus seminiferus, sel leydig menghasilkan
testosteron sebagai akibat respon terhadap LH, sel
sertolini untuk maturasi sel benih.Spermatogenesis
dirangsang oleh hormon FSH dan LH yang diproduksi
oleh hifosis anterior.
Kerja Hormon
 Kerja hormon pada tingkat sel dimulai dengan pengikatan hormon dan reseptor spesifik.
 Hormon dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi reseptor dan sifat sinyal atau
messenger kedua yang digunakan untuk memperantai kerja hormon di dalam sel.
 Regulasi hormon ini berguna untuk fungsi kehidupan sehari-hari seperti aktivitas
makan, keadaan senang dan susah, pertumbuhan badan, dan konsumsi gula dan garam.
 Hormon adalah molekul pembawa pesan dari sistem endokrin.
 Hormon endokrin bergerak ke seluruh tubuh dalam darah. Namun, masing-
masing hormon hanya mempengaruhi sel-sel tertentu, yang disebut sel
target.
 Hormon berjalan melalui aliran darah sampai menemukan sel target
dengan reseptor yang cocok dapat mengikat. Ketika hormon berikatan
dengan reseptor, hal itu menyebabkan perubahan dalam sel. Persis
bagaimana ini bekerja tergantung pada apakah hormon adalah hormon
steroid atau hormon non-steroid.
 Efek hormon berjalan lambat karena dihantarkan melalui sistem peredaran
darah
 Misalnya hormon vasopressin berpengaruh pada penyerapan air di ginjal,
sedangkan hormon pertumbuhan berpengaruh ke seluruh tubuh.
 Tanggapan organ target ada yang cepat, ada yang lambat.
 Fungsi hormon untuk mengontrol tingkat aktifitas dari jaringan
target dengan jalan mengubah reaksi kimia dalam sel dan
mengubah permeabilitas membran sel terhadap bahan yang
spesifik.
 Macam-macam hormon digolongan dalam 4 besar yaitu
hormon polipeptida, hormon steroid, hormon amine dan
hormon asam lemak.
 Hormon dihasilkan oleh sel produksi hormon (kelenjar endokrin), berdifusi masuk
kedalam sirkulasi darah dan menuju organ sasaran dengan bantuan reseptor spesifik.
 Respon jaringan terhadap adanya efek hormon tergantung pada :
1) kecepatan sintesis dan sekresi hormon,
2) jarak antara sintesis dan organ sasaran,
3) pengangkut hormon dalam darah ( kadar protein darah),
4) reseptor hormon.
 Hormon sebelum menunjukkan aktivitasnya harus berikatan dengan reseptor.
 Namun demikian ikatan hormon dan reseptor tidak selalu menunjukkan aktivitas (hasil).
 Keberadaan reseptor tergantung pada aktivitas hormon-reseptor, jumlah reseptor, kualitas
reseptor, lokalisasi reseptor dan sintesis pasca reseptor.Letak reseptor bisa berada pada
membran sel atau dalam intrasel.
 Reseptor di intrasel, mediator intraselnya adalah kompleks
hormon-reseptor.
 Golongan hormon yang menggunakan komplek hormon-
reseptor sebagai second messengernya adalah hormon
estrogen, progesteron, glukokortikoid (kortison),
mineralokortikoid (aldosteron), hormon androgen, hormon
tiroid.
 Kerja hormon pada tingkat sel dimulai dengan pengikatan
hormon dengan reseptor spesifiknya.
 Hormon dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi reseptor dan
sifat sinyal atau messenger kedua yang digunakan untuk
memperantarai kerja hormon di dalam sel.
DAMPAK GANGGUAN
TERHADAP KONDISI
KELENJAR
PERUBAHAN BENTUK
KELENJAR

HIPERFUNGSI KELENJAR

HIPOFUNGSI KELENJAR
Pengkajian Sistem Endokrin
 Data Demografi
BB & TB
– Usia
– Jenis kelamin
– Lingkungan tempat tinggal
 Riwayat Kesehatan Keluarga
– Kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gg.
seperti yang di alami klien atau gg. tertentu yang berhubungan
secara langsung dengan gg. hormonal seperti:
 Obesitas
 Gangguan tumbang
 Kelainan pada kelenjar tiroid
 Diabetes melitus
 Infertilitas
Lanjutan:
 Riwayat Kesehatan Klien
 Penyakit yang lalu
 Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang, misalnya
amenore, bulu rambut tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang dan
lain-lain
 Berat badan yang tidak sesuai dengan usia
 Gangguan psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul,
tidak mampu berkonsentrasi dan lain-lain
 Riwayat hospitalisasi
 Riwayat penggunaan obat-obatan di saat sekarang dan masa lalu
(dengan/tanpa resep, jenisnya terutama obat-obatan yang mengandung
hormon atau yang dapat merangsang aktivitas hormonal seperti
hidrokortison, kontrasepsi oral dan obat-obatan anti hipertensi
Riwayat Diet
 Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat saja mencerminkan gangguan endokrin
tertentu atau pola dan kebiasaan makan yang salah dapat menjadi faktor penyebab
 Kaji:
 Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen
 Penurunan atau penambahan berat badan yang drastis
 Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan
 Pola makan dan minum sehari-hari
 Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu fungsi endokrin, co.: makanan yang bersifat goitrogenik
Lanjutan:
 Status Sosial Ekonomi
 Lebih di fokuskan pada kualitas pengelolaan pendapatan, contoh:
 Bagaimana klien dan keluarga memperoleh makanan yang sehat dan
bergizi
 Upaya klien dan keluarga mendapatkan pengobatan bila klien dan
keluarganya sakit
 Upaya mempertahankan kesehatan klien dan keluarga tetap optimal
Keluhan Utama
 Fokuskan pertanyaan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta bantuan
pelayanan kesehatan seperti:
 Apa yang di rasakan klien
 Gejala yang dirasakan sejak kapan dirasakan
 Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
 Bagaimana pola eliminasi baik fekal maupun urine
 Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi
 Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien
Hal yang berhubungan dengan fungsi hormonal seperti:

 Tingkat energi: kemampuan aktivitas dan asupan makanan


 Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat menggangu klien. Hal-hal yang berhubungan dengan
fungsi hormonal secara umum. khususnya disfungsi kelenjar tiroid dan adrenal :

1) Perawat mengkaji bagaimana kemampuan klien dalam melakukan aktivitas


sehari-hari, apakah dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan, dengan bantuan atau
sama sekali klien tidak berdaya melakukannya
2) Kaji juga bagaimana asupan makanan klien apakah berlebih atau kurang
 Pola eliminasi dan keseimbangan cairan. Pola eliminasi khususnya urine
dipengaruhi oleh fungsi endokrin secara langsung oleh ADH, Aldosteron,
dan kortisol :

a. KAJI tentang pola berkemih dan jumlah volume urine dan apakah klien
sering terbangun malam hari untuk berkemih
b. Nyatakan volume urine dalam gelas untuk memudahkan persepsi klien
c. Bila dari hasil anamnesa adalah yang mengindikasikan volume urine
berlebih, kaji apakah klien mengalami gejala kurang cairan dan bagaimana
klien mengatasinya.
d. Tanyakan seberapa banyak volume cairan yang dikonsumsi setiap hari
e. Kaji pola sebelum sakit untuk membandingkan pola sebelum sakit untuk
membandingan pola yang ada sekarang
Pertumbuhan dan perkembangan
Secara langsung pertumbuhan dan perkembangan ada di bawah pengaruh
GH, kelenjar tiroid dan kelenjar gonad.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan dapat saja terjadi semenjak di
dalam kandungan bila hormon yang mempengaruhi tumbang fetus kurang
seperti hipotiroid pada ibu.

Kaji adanya :
– ukuran tubuh (kerdil)
– Mengkaji secara lengkap pertambahan ukuran tubuh dan fungsinya (tingkat
intelegensia, kemampuan berkomunikasi, inisiatif dan rasa tanggung jawab)
– Kaji pula apakah perubahan fisik tersebut mempengaruhi kejiwaan klien.
Seks dan Reproduksi
 Pada klien wanita:
 Kaji siklus menstruasinya (lama, volume, frekuensi dan perubahan
fisik termasuk sensasi nyeri atau kramp abdomen sebelum selama
dan sesudah haid)
 Kaji pada umur berapa klien pertama kali menstruasi
 Bila klien bersuami: kaji apakah pernah hamil, abortus, dan
melahirkan, jumlah anak yang pernah di lahirkan dan apakah klien
menggunakan cara tertentu untuk membatasi kelahiran atau cara
untuk mendapatkan keturunan
 Pada klien pria:
 Kaji kemampuan ereksi dan orgasme
 Tanyakan pula adakah perubahan bentuk dan ukuran alat genital
Lanjutan:

 Pengkajian Psikososial:
 Mekanisme koping
 Dukungan keluarga dan teman
 Keyakinan klien tentang sehat sakit
 Kemampuan klien dan keluarga dalam
memberi perawatan di rumah termasuk
penggunaan obat-obatan yang biasanya
dapat berlangsung lama
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
 INSPEKSI (perubahan bentuk)
 Penampilan umum klien: apakah tampak
kelemahan berat, sedang dan ringan
 Bentuk dan proporsi tubuh
 Pada wajah: fokuskan pada abnormalitas struktur,
bentuk dan ekspresi wajah seperti bentuk dahi,
rahang dan bibir
 Pada mata: adanya edema periorbita dan
exopthalmus serta apakah ekspresi wajah datar
atau tumpul
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
 INSPEKSI (perubahan bentuk)
 Amati lidah klien: kelainan bentuk, penebalan, ada tidaknya tremor pada
saat diam atau bila digerakkan
 Didaerah leher: apakah tampak membesar, simetris atau tidak, ada
tidaknya distensi vena jugularis
 Amati warna kulit(hiperpigmentasi atau hipopigmentasi), apakah merata
dan dimana lokasinya, adanya kelainan kulit dan jenisnya:
 Infeksi jamur, penyembuhan luka yang lama, bersisik dan petechiae lebih sering dijumpai pada
klien dengan hiperfungsi adrenokortikal
 Hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut dijumpai pada klien hipofungsi kelenjar adrenal
 Hipopigmentasi biasa terjadi di wajah, leher, dan ekstremitas.
 Buffalo neck (leher/punuk kerbau) terjadi pada klien hiperfungsi adrenokortikal.
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
 INSPEKSI (perubahan bentuk)
 Amati bentuk dan ukuran dada, pergerakan dan simetris
tidaknya
 Perubahan tanda seks sekunder:
 Amati keadaan rambut axila dan dada
 Padabuah dada amati bentuk dan ukuran, simetris tidaknya,
pigmentasi dan adanya pengeluaran cairan
 Striaepada buah dada atau abdomen sering dijumpai pada
hiperfungsi adrenokortikal
 Bentuk abdomen cembung akibat penumpukan lemak centripetal
dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal
 Pada pemeriksaan genetalia, amati kondisi skrotum, penis, klitoris
dan labia terhadap kelainan bentuk.
INSPEKSI THYROID

Bevan, J.S. (n.d), The Endocrine System


HIPO/HIPERFUNCTION
THYROID

Bevan, J.S. (n.d), The Endocrine System


HIPO/HIPERFUNCTION
THYROID

Chandrashekar, A.J. (n.d), Myxoedema Bevan, J.S. (n.d), The Endocrine System
HYPOACTIVITY OF PARATHYROID
Chvostec Sign
HIPO/HIPERFUNCTION
THYROID
Dwarfism Cretinism
 Hipopituitari
 Hipotiroid
 Penurunan GH
 Penurunan T3, T4
 Proporsi tubuh pendek, namun
 Proporsi tubuh pendek, namun
“smart look” “ugly look”
 Proporsi anggota badan sesuai
 Anggota badan tidak proporsional
 kecil
 Kondisi mental normal  Retardasi mental
 IQ normal  IQ rendah
 Infertil  Infertil
OVERACTIVITY OF ADRENAL
CORTEX
Bayi 4 bln dgn Cushing Syndrome
ADDISON’S DISEASE

Bevan, J.S. (n.d), The Endocrine System


OVERACTIVITY OF GH

Bevan, J.S. (n.d), The Endocrine System


UNDERACTIVITY OF GH
DIABETIC FOOT
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
 Palpasi: hanya bisa dilakukan pada kelenjar
tiroid dan testis:
 Pada kondisi normal: kelenjar tiroid tidak teraba
 Pada kondisi normal: testis teraba lembut, peka terhadap sinar dan kenyal seperti
karet
DERAJAT PEMBESARAN KELENJAR
TIROID

 Derajat 0-a : kelenjar tiroid tidak teraba atau bila teraba tidak
lebih besar dari ukuran normal
 Derajat 0-b : kelenjar tiroid jelas teraba, tapi tidak terlihat bila
kepala dalam posisi normal
 Derajat I : mudah dan jelas teraba, terlihat dengan kepala
dalam posisi normal, dan terlihat nodul
 Derajat II : jelas terlihat pembesaran  jarak dekat
 Derajat III : tampak jelas dari jauh
 Derajat IV : sangat besar
PALPASI THYROID

Bevan, J.S. (n.d), The Endocrine System


PEMERIKSAAN FISIK UMUM
 Auskultasi:
 Pada daerah leher, diatas kelenjar tiroid dapat terdengar bunyi “bruit“.
 Bruit adalah bunyi yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada
pembuluh darah tiroidea.
 Normal: bunyi ini tidak terdengar.
 Dapat terdengar bila terjadi peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar
tiroid sebagai dampak peningkatan aktivitas kelenjar tiroid
 Auskultasi: untuk mengidentifikasi perubahan pada pembuluh darah dan
jantung (TD, ritme dan rate jantung)
DATA LAIN
 Pemeriksaan vital sign
 Pemeriksaan kekuatan otot
 Pemeriksaan reflek neurologis
 Pemeriksaan diagnostik
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Foto Tulang (osteo)
Dilakukan untuk melihat tulang. Pada klien dengan gigantisme akan
dijumpai ukuran tulang yang bertambah besar dari ukuran maupun
panjangnya. Pada akromegali akan dijumpai tulang-tulang perifer yang
bertambah ukurannya kesamping.
 CT Scan Otak
Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofisis atau
hipotalamus melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara
khusus, namun diperlukan penjelasan agar klien dapat diam tidak bergerak
selama prosedur.
Pemeriksaan Darah dan Urin
 KADAR GROWTH HORMON
Nilai normal 10 µg/ml baik pada anak dan orang dewasa. Pada bayi dibulan-bulan
pertama kelahiran nilai ini meningkt kadarnya. Specimen adalah darah vena lebih
kurang 5 cc. Persiapan khusus secara fisik tidak ada.
 KADAR TIROID STIMULATING HORMON (TSH)
Nilai normal 6-10 µg/ml. Dilakukan untuk menentukan apakah gangguan tiroid
bersifat primer atau sekunder. Dibutuhkan darah kurang lebih 5 cc.
 KADAR ADRENOKARTIKO TROPIK (ACTH)
Spesimen yang diperlukan adalah darah vena lebih kurang 5 cc dan urin 24 jam.
 Pemeriksaan Elektrolit serum ( Na,k,Cl)
Pada hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi, dan
sebaliknya terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremia dan
hiperkalemia.
 Pemeriksaan Diagnostik Pada Kelenjar Pankreas : Pemeriksaan
Glukosa
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai