Anda di halaman 1dari 42

PERTEMUAN KE-2

ASUHAN KEPERAWATAN DAN


PENGKAJIAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN SISTEM
ENDOKRIN

Oleh:
Afina Muharani Syaftriani, S.Kep., Ns., M.Kep
POKOK BAHASAN
 Anamnesa Sistem Endokrin
 Pemeriksaan Fisik: Dehidrasi, Overload
Cairan/Edema
 Masalah Keperawatan Sistem Endokrin

 Intervensi Keperawatan Gangguan Sistem


Endokrin
 Evaluasi Kebutuhan Nutrisi
PENDAHULUAN
 SISTEM ENDOKRIN  SUATU SISTEM DALAM TUBUH MANUSIA
YANG TERDIRI DARI SEJUMLAH KELENJAR PENGHASIL ZAT 
HORMON  HORMON YANG DIHASILKAN DALAM JUMLAH SEDIKIT
PADA SAAT DIBUTUHKAN DAN DIALIRKAN KE ORGAN SASARAN
MELALUI PEMBULUH DARAH BERCAMPUR DENGAN DARAH.

 KELENJAR ENDOKRIN  TIDAK MEMILIKI SALURAN KELUAR


UNTUK ZAT YANG DIHASILKANNYA

 KELENJAR ENDOKRIN  KELENJAR HIPOFISE ATAU PITUITARY,


KELENJAR TIROID, KELENJAR PARATIROID, KELENJAR THIMUS,
KELENJAR ADRENAL, KELENJAR SUPRARENAL, KELENJAR
PANKREAS; PULAU LANGERHANS, DAN KELENJAR GONAD
(OVARIUM DAN TESTIS)
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
NO. KELENJAR ENDOKRIN JENIS HORMON YANG DIHASILKAN
1. Hipotalamus  pusat tertinggi sistem kelenjar 1. ACRH; ACIH (Adreno Cortico Realeasing/ Inhibiting
endokrin yang menjalankan fungsinya melalui Hormon)
hormonal dan saraf 2. TRH; TIH (Thyroid Releasing/ Inhibiting Hormon)
Hormon yang dihasilkan adalah faktor R 3. GnRH; GnIH (Gonadotropin Releasing/ Inhibiting
(Releasing) dan I (Inhibiting) yang mengontrol Hormon)
sintesa dan sekresi hormon hipofise anterior 4. PTRH; PTIH (Parathyroid Releasing/ Inhibiting
sedangkan kontrol hipofise posterior melalui Hormon)
kerja saraf 5. PRH; PIH (Prolaktin Releasing/ Inhibiting Hormon)
6. GRH; GIH (Growth Releasing/ Inhibiting Hormon)
7. MRH; MIH (Melanosit Releasing/ Inhibiting
Hormon)

2. Kelenjar hipofise/ pituitari  Master Gland  1. Hormon pertumbuhan (somatotropin)/ Growth


mendekresi hormon yang selanjutnya akan hormon
mengendalikan sekresi hormon oleh kelenjar 2. Thyroid-stimulating hormon (TSH)
endokrin 3. Adrenokortikotropin (ACTH)
Kelenjar hipofise/ pituitari 4. Gonadotropic hormon yang terdiri dari:
(lobus anterior/ adenohipofisis)  Follicle-stimulating hormon (FSH)
 Luteinizing hormon (LH)
 Prolaktin
PENDAHULUAN
NO. KELENJAR ENDOKRIN JENIS HORMON YANG DIHASILKAN
3. Kelenjar hipofise/ pituitari 1. Melanosit stimulating hormon (MSH)/
(lobus tengah/ hipofisis intermediate) melanotropin
2. Endorphin
4. Kelenjar hipofisis/ pituitari 1. Antidiuretik (vasopresin) / ADH
(lobus posterior/ neurohipofisis) 2. Oksitosin
5. Kelenjar tiroid 1. Tetra iodotironin (T4)/ Tiroksin
2. Triiodothyronine (T3)
3. Kalsitonin / Tirokalsitonin (TCT)
6. Kelenjar paratiroid 1. Paratiroid hormon/ PTH (parathormon)
7. Kelenjar thimus 1. Somatotrof
8. Kelenjar adrenal 1. Korteks; mineralo kortikoid (aldosteron), gluko-
kortikoid (kortisol), dan hormon seks (androgen
dan estrogen)
2. Medula: hormon adrenaline (epinefrin dan
norepinefrin)
9. Kelenjar pankreas pulau langerhans  3 1. Sel α  Glukagon
jenis sel 2. Sel β  Insulin
3. Sel δ  Somatostatin
4. Sel D  Gastrin (polipeptida)
PENDAHULUAN
NO. KELENJAR ENDOKRIN JENIS HORMON YANG DIHASILKAN
10. Suprarenal 1. Epineprin
2. Norepineprin
11. Ovarium 1. Estrogen
2. Progesteron
12. Testis 1. Testosteron
2. Ralaksin
ANAMNESA SISTEM ENDOKRIN
PENGKAJIAN UMUM
 Data demografi
 Usia dan jenis kelamin merupakan data dasar yang penting
 Tempat tinggal juga perlu dikaji  epidemiologi
 Contoh: DM Tipe 2 lebih banyak mengenai usia > 40 tahun, dll
 Keluhan utama
 Riwayat kesehatan dan keperawatan klien
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat hospitalisasi  penggunaan obat-obatan yang dapat merangsang

aktivitas hormonal  hidrokortison, levothyroxine, kontrasepsi oral, dan


obat-obatan anti hipertensif
 Perubahan level energi  perubahan kekuatan fisik dihubungkan dengan

sejumlah gangguan hormonal khususnya disfungsi kelenjar tiroid dan


adrenal  kaji klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
ANAMNESA SISTEM ENDOKRIN

LANJUTAN...
 Perubahan fungsi seksual

 Munculnya karakteristik seksual sekunder  akibat


ketidakseimbangan hormon seks  pertumbuhan rambut yang
berlebih pada dada dan wajah pada wanita (hirsutisme); striae
pada buah dada atau abdomen sering dijumpai pada pasien
hiperfungsi adrenokortikal.; buah dada tidak berkembang;
amenore pada wanita
ANAMNESA SISTEM ENDOKRIN
 Riwayat kesehatan keluarga
 Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami

gangguan seperti yang dialami klien atau gangguan yang


berhubungan secara langsung dengan gangguan hormonal, seperti:
obesitas, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, kelainan
pada kelenjar tiroid, diabetes melitus, infertilitas
 Genogram
 Riwayat diit
 Perubahan status gizi atau gangguan saluran cerna  gangguan

endokrin
 Kaji adanya nausea, muntah, nyeri abdomen, perubahan berat

badan yang drastism perubahan selera makan, pola makan dan


minum serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat
mengganggu fungsi endookrin seperti makanan yang bersifat
goitrogenik terhadap kelenjar tiroid.
ANAMNESA SISTEM ENDOKRIN
 Peninjauan sistem/ pola (pola makan dan minum, pola eliminasi, pola
istrahat tidur)
 Pola makan dan minum  pada diabetes insipidius (defisiensi ADH) akan

polidipsi, pada tirotoksikosis selera makan meningkat, dll


 Pola eliminasi  Perubahan dalam pola eliminasi dan keseimbangan

cairan  dipengaruhi fungsi endokrin, ADH, aldosteron dan kortisol 


pada defisiensi hormon tiroid (miksedema) mengalami konstipasi
 Perubahan pola tidur

 Riwat sosial dan riwayat pribadi


 Lingkungan dan keadaan sosial, rumah, ekonomi dan pekerjaan pasien

 Kebiasan pasien  gaya hidup, merokok, alkohol, obat-obat analgesik


 Perubahan mood, memori dan kemampuan konsentrasi  mudah marah,

sensitif, sulit bergaul dan tidak mampu berkonsentrasi


 Status sosial ekonomi
 Kaji bagaimana klien dan keluarga memperoleh makanan sehat dan bergizi

serta upaya pengobatan apabila anggota keluarga ada yang sakit


ANAMNESA SISTEM ENDOKRIN

PEMERIKSAAN FISIK
 Perubahan tekstur kulit (gangguan tiroid)

 Perubahan penglihatan seperti exoftalmus (hipertiroid dan

graves)
 Perubahan fisik seperti muncul rambut di wajah wanita, moon

face, buffalo hump, penipisan kulit, obesitas trunkus dan


pengecilan ekstremitas, peningkatan ukuran tangan dan kaki,
edema (gangguan tiroid, corteks adrenal dan atau pituitary
gland)
 Perubahan tanda vital

 Peningkatan TD (hiperfungsi atau tumor adrenal)

 Penurunan TD (hipofungsi adrenal)


ANAMNESA SISTEM ENDOKRIN

LANJUTAN...
 Pemeriksaan fisik umum

Melalui pemeriksaan fisik ada 2 aspek yang dapat digambarkan:


1. Kondisi kelenjar endokrin

2. Kondisi kelenjar/ organ sebagai dampaik dari gangguan endokrin


 Pemeriksaan fisik head to toe
√ Keadaan umum
√ Tanda-tanda vital
√ Pemeriksaan kepala dan leher
√ Pemeriksaan mata  ada/ tidak edema periorbita dan eksopthalmus
√ Pemeriksaan mulut
√ Pemeriksaan lidah  ada/ tidak perubahan bentuk dan penebalan serta tremor
yang biasanya ditemukan pada klien dengan gangguan tiroid
√ Pemeriksaan dada
√ Pemeriksaan kulit
√ Pemeriksaan muskuloskeletal dan ekstremitas
√ Pemeriksaan genitalia
ANAMNESA SISTEM ENDOKRIN

Teknik Pemeriksaan Fisik


Inspeksi
√ Disfungsi kelenjar endokrin akan menyebabkan perubahan fisik

sebagai dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan ,


keseimbangan cairan dan elektrolit, seks dan reproduksi,
metabolisme dan energi
√ Amatilah penampilan umum klien apakah tampak kelemahan (berat,

sedang dan ringan) dan sekaligus amati bentuk dan proporsi tubuh
√ Pada pemeriksaan wajah, fokuskan pada abnormalitas struktur,

bentuk dan ekspresi wajah seperti bentuk dahi, rahang dan bibir
√ Pada mata amati adanya odem periorbita dan exophtalmus serta

apakah ekspresi wajah datar atau tumpul


√ Amati lidah klien terhadap kelainan bentuk dan perubahan, ada

tidaknya tremor pada saat diam atau bila digerakkan


ANAMNESA SISTEM ENDOKRIN
Teknik Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
√ Di daerah leher, amati bentuk leher, apakah leher tampak membesar

(goiter) atau tidak, cek goiter bergerak ketika menelan/ tidak (unutk
lebih meyakinkan pembesaran kelenjar tiroid perlu melakukan palpasi).
√ Amati adanya distensi atau bendungan pada vena jugularis yang dapat

mengidentifikasi kelebihan cairan atau kegagalan jantung


√ Amati warna kulit pada leher, catat lokasinya. Bila dijumpai kelainan

pada kulit leher, lanjutkan dengan memeriksa lokasi yang lain di tubuh
sekaligus. Infeksi jamur, penyembuhan luka yang lama, bersisik dan
petechie lebih (sering dijumpai pada klien dengan hiperfungsi
adrenokortikal)
√ Amati bentuk dan ukuran dada. Pergerakan dan simetris tidaknya. Amati

keadaan rambut axila dan dada


√ Pada pemeriksaan genitalia, amati kondisi skrotum dan penis juga

klitoris dan labia terhadap kelainan bentuk


ANAMNESA SISTEM ENDOKRIN

Teknik Pemeriksaan Fisik


Palpasi
√ Lakukan palpasi kelenjar tiroid per lobus dan kaji ukuran, apakah

ada rasa nyeri pada saat dipalpasi. Pada saat melakukan


pemeriksaan pasien bisa duduk atau berdiri
√ Palpasi testis dilakukan dengan posisi tidur dan tangan pemeriksa

harus dalam keadaan hangat. Pemeriksa memegang lembut


dengan ibu jari dan dua jari lain. Bandingkan yang satu dengan
yang lainnya terhadp ukuran atau besarnya, simetris tidaknya,,
konsistensi dan ada tidaknya nodul (normalnya testis teraba
lembut, peka terhadp sinar dan kenyal seperti karet; pada
mixedema/ hipotiroid ada pitting edema)
ANAMNESA SISTEM ENDOKRIN

Perkusi
√ Bagian atas manubrium dari satu sisi ke sisi lainnya. Perubahan dari

sonor menjadi redup menunjukkan kemungkinan goiter retrosternal


Auskultasi
√ Mendengarkan bunti tertentu dengan bantuan stetoskop dengan
menggambarkan berbagai perubahan dalam tubuh
√ Auskultasi pada daerah leher diatas kelenjar tiroid dapat
mengidentifikasi “bruit”. Bruit adalah bunyi yang dihasilkan oleh
karena turbulensi pada pembuluh darah tiroidea
√ Auskultasi dapat dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan pada
pembuluh darah dan jantung seperti tekanan darah, ritme dan rate
janutng yang dapat menggambarkan gangguan keseimbangan cairan
perangsangan katekolamin dan perubahan metabolisme tubuh
ANAMNESA SISTEM ENDOKRIN
DATA LAIN
Pengkajian psikososial

Pengkajian psikososial dapat dilakukan dengan mengkaji keterampilan koping,


dukungan keluarga dan teman serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan
sakit. Sejumlah gangguan endokrin yang serius mempengaruhi persepsi klien
terhadap diri sendiri karena perubahan yang dialami terkait perubahan fisik, fungsi
seksual dan reproduksi. Kemampuan klien dan keluarga dalam perawatan klien di
rumah termasuk penggunaan obat-obatan yang berlangsung lam
Pemeriksaan penunjang/ diagnostik

Pemeriksaan diagnostic  hal penting dalam perawatan klien.


Uji laboratorium  mengukur kadar hormon dalam cairan tubuh, gejala sisa
dari hormon ataupun gejala sisa dari proses yang menyebabkan kelainan hormon.
 Pemeriksaan kadar hormon: kadar basal
 Assay imunologik  mengukur kadar hormon dalam cairan tubuh. Sampel yang digunakan
adalah darah atau urin
 assay plasma dan urin  indikasi kadar hormon saat ini.
 Kadar hormone bebas  penilaian kadar hormon bebas lebih penting daripada penilaian dari
kadar hormon total. Misalnya indeks tiroksin bebas
 Immunoassay menggunakan antibody dengan afinitas tinggi terhadap hormon
ANAMNESA SISTEM ENDOKRIN
Pemeriksaan penunjang spesifik untuk setiap kelenjar endokrin
Pemeriksaan diagnostic kelenjar hipofise

 Foto tengkorak (cranium)  melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi


tumor atau atropi
 Foto tulang (osteo)  melihat kondisi tulang. Pada klien dengan gigantisme,

ukuran tulang akan bertambah besar dan panjang. Pada akromegali akan
dijumpai tulang perifer yang bertambah ukurannya ke samping
 Ct scan otak  melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise atau

hipotalamus
 Pemeriksaan darah dan urin  kadar growth hormone, kadar tiroid

stimulating hormon (tsh)  melihat apakah gangguan tiroid bersifat primer


atau sekunder.
 Kadar adenokortikotropik (acth)  melakukan tes supresi deksametason 

specimen menggunakan darah vena dan urin. Sebelum pemeriksaan, pasien


diberikan deksametason selama dua hari, kemudian dilakukan pemeriksaan
darah dan urin  normal jika acth menurun kadarnya dalam darah dengan
kortisol < 5 mg/dl, dan 17-hydroxi-cortico-steroid dalam urin 24 jam kurang
dari 2,5 mg
ANAMNESA SISTEM ENDOKRIN
Pemeriksaan diagnostic pada kelenjar tiroid
√ Up take radioaktif (rai)  mengukur kemampuan kelenjar tiroid

dalam menangkap iodide.


√ T3 dan t4 serum
√ Scanning tyroid  teknik radio iodine scanning  menentukan
jumlah dan fungsi nodul tiroid.
Pemeriksaan diagnostic pada kelenjar paratiroid

√ Percobaan sulkowitch  memeriksa perubahan jumlah kalsium


dalam urin
√ Pemeriksaan radiologi  melihat kemungkinan adanya kalsifikasi
tulang, penipisan, dan osteoporosis
√ Pemeriksaan ekg  mengidentifikasi kelainan gambaran ekg akibat
perubahan kadar kalsium serum terhadap otot jantung. Pada
hiperparatiroid, akan dijumpai gelombang q-t yang memanjang
√ Pemeriksaan elektromiogram  mengidentifikasi perubahan kontraksi
otot akibat perubahan kadar kalsium serum
ANAMNESA SISTEM ENDOKRIN
 Pemeriksaan diagnostic pada kelenjar pankreas
Pemeriksaan glukosa  mengetahui kadar glukosa dalam darah.

 Pemeriksaan diagnostic pada kelenjar adrenal


 Pemeriksaan hemokonsentrasi darah

 Percobaan vanil mandelic acid (VMA)  mengukur katekolamin

dalam urine.
 Stimulasi tes  mengevaluasi dan mendeteksi hipofungsi

adrenal
ANAMNESA SISTEM ENDOKRIN
Darah
 Pemeriksaan laboratorium biasanya mengukur kadar hormon dalam

cairan tubuh, gejala sisa dari hormon ataupun gejala sisa dari
proses yang menyebabkan kelainan hormon
 Level hormon dalam darah

 Deteksi antibodi atau mengkaji efek hormon pada substansi lain

(insulin terhadap gula darah)


 Radioimmunoassay, radioisotope antigen test untuk mengukur

kadar hormon dalam substansi lain


Urine
 Mengidentifikasi jumlah hormon dan hormon yang disekresi oleh

ginjal
 Memeriksa hormon metabolisme (contoh tidak adanya katekolamin

dalam urine menunjukkan suspect tumor medula adrenal)


ANAMNESA SISTEM ENDOKRIN
 Stimulasi dan suppression test
 Stimulasi test dapat mendeteksi bagaimana respon kelenjar

endokrin terhadap pemberian stimulasi hormon yang secara


normal diproduksi oleh hipotalamus atau pituitary
 Jika kelenjar berespon, maka gangguan spesifik kemungkinan

ada di hipotalamus atau pituitary


 Suppression test digunakan untuk menilai mekanisme negatif

feedback yang mengontrol sekresi hormon dari hipotalamus atau


pituitary normal atau tidak
PEMERIKSAAN FISIK:
DEHIDRASI, OVERLOAD
CAIRAN/EDEMA
Mengukur Intake dan Output Cairan
Pengukuran intake dan uotput cairan merupakan suatu tindakan yang dilakukan
untuk mengukur jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh (intake) dan jumlah
yang keluar dari tubuh (output)
Tujuan:
Menentukan status keseimbangan cairan tubuh klien

Menentukan tingkat dehidrasi ataupun tingkat kelebihan cairan klien

Prosedur:
Tentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh. Cairan yang masuk ke

dalam tubuh melalui air minum, air dalam makanan, air hasil oksidasi
(metabolisme), dan cairan intravena
Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien. Cairan yang keluar dari

tubuh terdiri atas urine, insensible water loss (IWL), feses dan muntah
Tentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus:
Balance cairan = Intake – Output
PEMERIKSAAN FISIK:
DEHIDRASI, OVERLOAD
CAIRAN/EDEMA
Hal yang perlu diperhatikan:
 Intake dan Output Normal

 Intake: 1500-2500 ml dalam 24 jam

 INGAT! Peningkatan 1 kg mengindikasikan retensi 1 liter

 Output: 1500-2500 ml dalam 48 jam (40-80 ml/ jam)

 Output urine minimal 30 ml/ jam

 Insensible loss (respirasi, keringat, BM) adalah 500-1000 ml/hari


PEMERIKSAAN FISIK:
DEHIDRASI, OVERLOAD
CAIRAN/EDEMA
a. Rata-rata intake cairan per hari:
 Air minum : 1500 – 2500 ml
 Air dari makanan : 750 ml
 Air hasil metabolism oksidatif : 300 ml

b. Rata-rata output cairan per hari


 Output : 1500-2500 ml dalam 48 jam (40-80 ml/ jam)
 Urine : 1 -2 cc/kg/BB/jam atau Output urine minimal 30 ml/ jam
 Insensible Water Loss (IWL) :
 Dewasa : 10-15 cc/kgBB/hari
 Anak-anak : 30 – umur (th) cc/kgBB/hari
 Bila ada kenaikan suhu: 200 (suhu sejarang – 36,8oC)
 Feses : 100 – 200 ml
PEMERIKSAAN FISIK:
DEHIDRASI, OVERLOAD
CAIRAN/EDEMA
4. Insensible Water Loss (IWL)  jumlah cairan tubuh yang
keluarnya tidak disadari dan sulit dihitung, seperti jumlah keringat
dan uap pernafasan  500-1000 ml/hari
 
 Rumus perhitungan IWL dengan suhu tubuh normal

IWL = = .... cc/ jam


*jika dalam 24 jam, maka hasilnya dikali dengan 24 jam
 
 Rumus Perhitungan IWL dengan kenaikan suhu tubuh

IWL = = ... cc/jam


*jika dalam 24 jam, maka hasilnya dikali dengan 24 jam
PEMERIKSAAN FISIK:
DEHIDRASI, OVERLOAD
CAIRAN/EDEMA
Dehidrasi
Status hidrasi pasien dapat dinilai berdasarkan vital sign, turgor kulit,
distensi vena jugularis, bunyi jantung, bunyi napas, berat badan, nadi dan
membran mukosa
Defisit Volume Cairan
 Umum: kehilangan BB
 Kulit dan membran mukosa  turgor kulit menurun, membran mukosa

kering
 Kardiovaskuler  hematokrit meningkat, tekanan nadi menyempit,

pengisian vena tangan > 5 detik, hipotensi postural, takikardia saat


berdiri
 Perkemihan  oliguria, urine pekat

 Gastrointestinal  anoreksia (penurunan aliran darah intestinal), alur

longitudinal di lidah)
 Susunan saraf pusat  konfusi dan disorientasi
PEMERIKSAAN FISIK:
DEHIDRASI, OVERLOAD
CAIRAN/EDEMA
Temuan Fisik Dehidrasi
Ringan Sedang Berat
Kesadaran Alert Letargi Obtunded
CRT 2 detik 2-4 detik > 4 detik, kulit
dingin
Membran Mukosa Normal Kering Kering retak
HR (Heart Rate) Agak meningkat Meningkat Sangat meningkat
Pulse Normal, penuh Tready Lemah, tidak dapat
dipalpasi

Frekuensi Napas Normal Meningkat Cepat hyperpnea


Tekanan Darah Normal Orthostatik Menurun
Turgor Kulit Normal Lambat Tenting
Output Urine Menurun Oliguria Oliguria, anuria
PEMERIKSAAN FISIK:
DEHIDRASI, OVERLOAD
CAIRAN/EDEMA
Overload cairan/ edema
Umum  BB meningkat, edema
Kulit dan membran mukosa  kulit mengkilap
Kardiovaskular  hematokrit menurun, peningkatan tekanan
nadi, gagal jantung kongestif, edema paru
Perkemihan  polyuria, dilusi urine
Gastrointestinal  mual, anoreksia
Susunan saraf pusat  kebingungan yang memburuk
PEMERIKSAAN FISIK:
DEHIDRASI, OVERLOAD
CAIRAN/EDEMA
Cara Pemeriksaan Fisik: Overload Cairan/ Edema
Inspeksi daerah edema (simetris, tanda radang)
Lakukan palpasi pitting edema dengan cara menekan dengan menggunakan ibu jari dan
amati waktu kembalinya
Derajat Edema:
0 : tidak ada pitting edema
1+ : minimal
2+ : sedang, menghilang dalam 10-45 detik
3+ : dalam , menghilang dalam 1-2 menit
4+ : sangat dalam, menghilang dalam 3-5 menit
Atau
+1 : pitting ringan sedalam 2mm, menghilang dengan cepat. Tidak ada gangguan pada
ekstremitas
+2 : pitting lebih dalam, 4mm menghilang sekita 10-15 detik. Tidak terlihat gangguan
pada ekstremitas
+3 : depresi 6 mm berlangsung lebih 1 menit. Ekstremitas mengalami edema
+4 : pitting sangat dalam depresi 8 mm yang berlangsung 2-3 menit. Ekstremitas sangat
edema
MASALAH KEPERAWATAN
SISTEM ENDOKRIN

 Defisit nutrisi
 Gangguan integritas kulit
 Perfusi perifer tidak efektif
 Intoleransi aktivitas
 Risiko infeksi
 Risiko hipovolemia
INTERVENSI KEPERAWATAN GANGGUAN
SISTEM ENDOKRIN
INTERVENSI KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
1. Defisit nutrisi b/d peningkatan kebutuhan metabolisme Tujuan: 1. Identifikasi status
Definisi: Setelah dilakukan intervensi maka nutrisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan diharapkan status nutrisi dapat 2. Identifikasi
metabolisme membaik kebutuhan kalori
Faktor yang berhubungan: Kriteria Hasil: dan jenis nutrien
- Ketidakmampuan menelan makanan - Porsi makan yang dihabiskan 3. Monitor asupan
- Ketidakmampuan mencerna makanan cukup meningkat makanan
- Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient - Pengetahuan tentang pilihan 4. Monitor berat
- Peningkatan kebutuhan metabolisme makanan yang sehat badan
- Factor ekonomi - Pengetahuan tentang pilihan 5. Monitor adanya
- Factor psikologis minuman yang sehat mual dan muntah
Batasan karakteristik: - Perasaan cepat kenyang 6. Ajarkan diet yang
Tanda mayor: menurun diprogramkan
- Berat badan menurun 10 % - Berat badan cukup membaik 7. Kolaborasi
Tanda minor: - Indeks massa tubuh cukup pemberian medikasi
- Cepat kenyang, Nyeri abdomen, Nafsu makan membaik sebelum makan
menurun, Otot pengunyah lemah, Otot menelan - Nafsu makan membaik (misal, pereda nyeri,
lemah, Membran mukosa pucat, Sariawan antiemetik) jika
perlu
INTERVENSI KEPERAWATAN
GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
INTERVENSI KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA
INTERVENSI
HASIL
2. Gangguan integritas jaringan/ kulit b/d neuropati perifer Tujuan: 1. Monitor karakteristik
Definisi: Setelah dilakukan luka (mis. drainase,
Kerusakan kulit pada bagian dermis atau epidermis intervensi keperawatan warna, ukuran, bau)
Faktor yang berhubungan: maka diharapkan 2. Monitor tanda-tanda
- Perubahan sirkulasi integritas kulit dan infeksi
- Perubahan status nutrisi jaringan dapat 3. Lakukan perawatan
- Kekurangan/kelebihan volume cairan meningkat luka
- Penurunan mobilitas Kriteria Hasil: 4. Lakukan pembalutan
- Suhu lingkungan yang ekstrem - Perfusi jaringan luka sesuai kondisi
- Faktor mekanis (mis. Penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau factor cukup meningkat luka
elektrik (elektrodiatermi, energy listrik, berteganggan tinggi) - Kerusakan jaringan 5. Kolaborasi pemberian
- Kelembapan menurun antibiotik, jika perlu
- Proses penuaan - Kerusakan lapisan
- Neuropati perifer kulit menurun
- Perubahan pigmentasi - Nyeri, perdarahan,
- Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi integritas kemerahan,
jaringan hematoma menurun
Batasan Karakteristik: - Nekrosis menurun
Tanda Mayor: - Sensasi dan tekstur
- Kerusakan jaringan/lapisan kulit membaik
Tanda Minor:
- Nyeri, Perdarahan, Kemerahan, Hematoma
INTERVENSI KEPERAWATAN
GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
INTERVENSI KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO
KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
3. Perfusi perifer Tujuan: 1. Periksa sirkulasi perfier (misal, nadi
tidak efektif b/d Setelah silakukan intervensi perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
hiperglikemia keperawatan maka diharapkan perfusi suhu, ankle-brachial index)
perifer dapat meningkat 2. Identifikasi faktor risiko gangguan
Kriteria Hasil: sirkulasi (misal, diabetes, perokok, orang
- Denyut nadi perifer meningkat tua, hipertensi dan kadar kolestrol tinggi)
- Sensasi meningkat 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau
- Penyembuhan luka menigkat bengkak pada ekstremitas
- Warna kulit pucat menurun 4. Hindari pengukuran darah pada
- Nekrosis menurun ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
- Pengisian kapiler cukup membaik 5. Informasikan tanda gejala darurat yang
- Turgor kulit cukup membaik harus dilaporkan (misal, rasa sakit yang
- Tekanan darah cukup membaik tidak hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa)
INTERVENSI KEPERAWATAN
GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
INTERVENSI KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO
KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI

4. Intoleransi Tujuan: 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh


aktivitas b/d Setelah dilakukan intervensi yang mengakibatkan kelelahan
kelemahan keperawatan maka diharapkan 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
toleransi aktivitas dapat meningkat 3. Monitor pola dan jam tidur
Kriteria Hasil: 4. Sediakan lingkungan nyaman dan
- Frekuensi nadi meningkat rendah stimulus (mis.cahaya, suara,
- Kemudahan dalam melakukan kunjungan)
aktivitas sehari-hari meningkat 5. Anjurkan melakukan aktifitas secara
- Keluhan lelah menurun bertahap
- Warna kulit membaik
- Tekanan darah membaik
INTERVENSI KEPERAWATAN
GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
INTERVENSI KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
5. Resiko infeksi b/d penyakit kronis Tujuan: 1. Monitor tanda dan
Definisi: Setelah dilakukan intervensi 2. gejala infeksi local dan sistemik
Berisiko mengalami peningkatan keperawatan maka diharapkan 3. Cuci tangan sebelum dan
terserang organisme patogenik tingkat infeksi menurun. sesudah kontak dengan pasien
Faktor yang berhubungan: Kriteria Hasil: dan lingkungan pasien
- Penyakit kronis (misal. Diabetes - Kebersihan tangan dan 4. Ajarkan cara mencuci tangan
mellitus) badan meningkat yang benar
- Efek prosedur invasive - Demam, kemerahan, nyeri, 5. Kolaborasi dengan pemberian
- Malnutrisi bengkak menurun antibiotik
- Ketidak adekuatan pertahanan - Kadar sel darah putih
tubuh primer meningkat
- Kerusakan integritas kulit - Integritas kulit normal
- Ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder
- Penurunan haemoglobin
- Imununosuperesi
- Leukopenia
- Vaksinasi tidak adekuat
INTERVENSI KEPERAWATAN
GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
INTERVENSI KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO
KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
6. Risiko Tujuan: 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
hipovolemi Setelah dilakukan intervensi Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
maka diharapkan status cairan lemah, tekanan darah menurun, tekanan
dapat membaik nadi menyempit, turgor kulit menurun,
Kriteria Hasil: membran mukosa kering, volume urine
- Kekuatan nadi meningkat menurun, hematocrit meningkat, haus,
- Turgor kulit meningkat lemah).
- Edema perifer menurun 2. Monitor intake dan output cairan.
- Tekanan darah membaik 3. Berikan asupan cairan oral.
4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral.
5. Kolaborasi pemberian cairan IV
EVALUASI KEBUTUHAN
NUTRISI
a. Ideal Body Weight (IBW)
 Salah satu parameter untuk mengetahui keseimbangan energi seseorang

 
 Rumus Brocca adalah cara untuk mengetahui berat badan ideal, yaitu

sebagai berikut:
  Berat Badan Ideal (kg) = [tinggi badan (cm) – 100] – [10% (tinggi
badan – 100)
Hasil:
 Bila berat badannya < 80%, dikategorikan sebagai kurus.

 Bila berat badannya 80-120% dikategorikan berat badan ideal.

 Bila berat badannya > 120% dikategorikan gemuk


EVALUASI KEBUTUHAN
NUTRISI
b. Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index-BMI)
 Cara lain untuk menentukan berat badan ideal adalah dengan

menggunakan Indeks Massa Tubuh / Body Mass Index. BMI


merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan
tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh
dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over
weight) dan obesitas. Cara ini telah ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan RI.
 
 Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur indeks massa

tubuh adalah sebagai berikut:


Body Mass Index (BMI)/ Indeks Massa Tubuh (IMT) =
EVALUASI KEBUTUHAN
NUTRISI
Batas Ambang Indeks Massa Tubuh (IMT) di
Indonesia
KATEGORI IMT

KURUS Kekurangan BB tingkat berat < 17

Kekurangan BB tingkat sedang 17.0 – 18.5

NORMAL 18.5 – 25.0

GEMUK Kelebihan BB tingkat ringan >25.0 – 27.0

Kelebihan BB tingkat berat >27.0


TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai