Anda di halaman 1dari 59

PATOFISIOLOGI

GANGGUAN PADA ENDOKRIN

Apt. Fani Mardina Cahyani, M.Sc


POKOK BAHASAN
1. Patofisiologi Diabetes Melitus (DM)
2. Gangguan Tiroid (Hipo/Hipertiroid)

REFERENSI

Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2.
EGC. Jakarta
Gambar dan ilustrasi:
http://id.harunyahya.com/id/Buku/4734/keajaiban-hormon/chapter/10372
https://www.akronchildrens.org/cms/kidshealth/d2e2d6c64a5df225/
http://www.wishingbaby.com/pcos-dan-resistensi-insulin
Kelenjar endokrin dan lokasinya di tubuh

•Kelenjar pineal menghasilkan


hormon melatonin berperan untuk
menimbulkan kantuk dan mengatur
irama tidur alami (irama sirkadian
• Pituitari/hipofisis :
– anterior : kortikotropin
– Posterior : vasopresin,
oksitosin
• Tiroid : T3 dan T4
• Adrenal : epinefrin,
norepinefrin
• Pankreas : insulin,
glukagon
• Ovarium (estrogen), testis
(testosteron, androgen)
Pendahuluan
➢ Sistem endokrin terdiri dari sel, jaringan, dan organ yang
mensekresikan hormon.

➢ Fungsi sistem endokrin meliputi


1. respons terhadap stress atau cedera (kortisol)
2. Pertumbuhan dan Perkembangan
3. Reproduksi (gonadotropin)
4. Metabolisme energi (hormon tiroid dan pankreas)
5. Metabolisme cairan dan elektrolit ( ADH, hormon
aldosteron, paratiroid)
6. Respons kekebalan tubuh (kortisol pengontrol pelepasan
sitokin)
• Hormon : senyawa kimia yang dihasilkan oleh
kelenjar endokrin, disekresikan ke darah dan dibawa
ke jaringan tertentu untuk menghasilkan efek
fisiologis sebagai pembawa pesan .
MEKANISME KERJA HORMON

➢Semua hormon memberikan efeknya melalui


pengikatan pada reseptor sel target untuk hormon
tersebut (spesifik)
➢Semakin banyak reseptor yang berikatan dengan
hormonnya semakin besar juga efek yang
ditimbulkannya pada sel target.
➢Semua hormon memepengaruhi sel target dengan
mengubah aktivitas metabolik mereka.
Mekanisme Kerja Hormon
Hormon umumnya menghasilkan satu atau lebih
perubahan berikut:
1. Merubah permeabilitas membran plasma atau
potensial membran atau keduanya melalui pembukaan
atau penutupan kanal ion.
2. Menstimulasi sintesis enzim atau protein lainnya
dalam sel.
3. Mengaktifkan atau menonaktifkan enzim
4. Menginduksi aktivitas sekresi
5. Menstimulasi mitosis
Klasifikasi Hormon
Berdasarkan mekanisme pengiriman sinyal dan
Interaksi dengan reseptor sel target, hormon dibagi
menjadi 2:
1. Steroid dan tirosin (larut dalam lemak)
➢ Berdifusi melewati membran sel target dan
bergabung dengan tempat reseptor intrasel,
mengirim sinyal mRNA untuk mensintesis protein
2. Polipeptida dan Katekolamin (larut dalam air)
➢ Bergabung dengn reseptor permukaan sel target,
kemudian menggunakan messenger kedua
(biasanya AMP siklik)
STEROID

POLIPEPTIDA
Contoh Hormon
1. Hormon Steroid : Hormon kortisol, aldosteron,
gonad, kolekalsiferol (Vit.D).
2. Hormon Tirosin : Tiroksin (T4) dan Triiodotironin
(T3)
3. Hormon Polipeptida : hormon pelepas hipotalamus,
hormon tropik hipofisis, hormon parathiroid (PTH),
Kalsitonin, Insulin , dan Glukagon.
4. Katekolamin : epinefrin dan norepinefrin
Pituitary Gland and Hypothalamus
Kelenjar pituitari berukuran kira-kira sebesar
kacang polong.
•Tergantung oleh tangkai dari permukaan
inferior hipotalamus otak, di mana ia dengan
pas dikelilingi oleh sella turcica ("pelana Turk")
dari tulang sphenoid.
•Memiliki dua lobus-fungsional hipofisis
anterior (jaringan kelenjar) dan hipofisis
posterior (jaringan saraf).
•hipotalamus juga membuat dua hormon
tambahan, oksitosin dan hormon antidiuretik,
yang diangkut sepanjang akson dari sel
neurosecretory hipotalamus ke hipofisis
posterior untuk penyimpanan.
•Mereka kemudian dilepaskan ke dalam darah
dalam merespon impuls saraf dari
hipotalamus.
Posterior Pituitary and Hypothalamic Hormones
• Posterior hipofisis bukanlah kelenjar endokrin dalam arti sesungguhnya
karena tidak membuat hormon peptida melepaskan.
• •Hanya bertindak sebagai tempat penyimpanan hormon yang produksi
oleh neuron hipotalamus.
• •Oksitosin, dilepaskan dalam jumlah yang signifikan hanya selama
persalinan dan pada wanita menyusui. Merangsang kontraksi otot rahim
selama persalinan, selama hubungan seksual, dan selama menyusui.
• •Hormon kedua yang dirilis oleh hipofisis posterior adalah hormon
antidiuretik (ADH). Diuresis adalah produksi urin. Dengan demikian,
sebuah hormon antidiuretik adalah bahan kimia yang menghambat atau
mencegah produksi urine.
• •ADH menyebabkan ginjal untuk menyerap kembali lebih banyak air dari
urin membentuk; sebagai hasilnya, volume urin menurun, dan volume
darah meningkat. Dalam jumlah yang lebih besar, ADH juga meningkatkan
tekanan darah dengan menyebabkan penyempitan arteriol (arteri kecil).
Untuk
Anterior Pituitary Hormones

Hormon Tropik: Hormon tropik menstimulasi organ target mereka, yang juga kelenjar
endokrin, untuk mengeluarkan hormon, yang pada gilirannya memberi efek pada organ
tubuh dan jaringan lainnya.
•Semua hormon hipofisis anterior adalah protein (atau peptida), bertindak melalui sistem
messenger kedua, dan diatur dengan rangsangan hormonal dan, dalam banyak kasus,
dengan feedback negatif.
Regulasi Sekresi Hormon
Mekanisme regulasi
hormon adalah
feedback negatif.

Dalam sistem
tersebut, beberapa
stimulus internal atau
eksternal memicu
sekresi hormon;
kemudian,
meningkatnya kadar
hormon tersebut
menghambat
pelepasan hormon
lanjut (bahkan ketika
memacu respon pada
organ target).

Kadar hormon dalam


darah berbagai
hormon bervariasi
dalam kisaran yang
sangat sempit
Endocrine Gland Stimuli
• Rangsangan yang mengaktifkan organ endokrin
masuk dalam tiga kategori utama-hormonal,
humoral, dan saraf.
• Ketiga mekanisme merupakan ciri dari sebagian
besar sistem yang mengontrol pelepasan hormon.
• Tetapi beberapa organ endokrin menanggapi
berbagai rangsangan yang berbeda.
Stimulus yang paling umum adalah stimulus
hormonal, di mana organ-organ endokrin yang
dipacu untuk bekerja oleh hormon lainnya.
•Misalnya, hormon hipotalamus merangsang
kelenjar hipofisis anterior untuk
mensekresikan hormon, serta banyak hormon
hipofisis anterior merangsang organ endokrin
lain untuk melepaskan hormon ke dalam
darah.
•Sebagai hormon yang diproduksi oleh
kelenjar target akhir meningkatkan dalam
darah, mereka "makan kembali" untuk
menghambat pelepasan hormon hipofisis
anterior dan dengan pembebasan mereka
sendiri.
•Hormon rilis dipacu oleh mekanisme ini
cenderung memiliki ritme, dengan kadar
hormon dalam darah yang naik dan turun lagi
dan naik lagi turun lagi demikian seterusn
Mengubah kadar ion-ion dalam darah dan
nutrisi mungkin juga menstimuli pelepasan
hormon.
•Rangsangan tersebut disebut sebagai
rangsangan humoral untuk membedakan
mereka dari rangsangan hormonaly.
•Kata humoral cairan tubuh (darah, cairan
empedu dll).
•Misalnya, penurunan kadar kalsium darah
mendorong pelepasan paratiroid hormon
(PTH) oleh sel-sel kelenjar paratiroid.
•Karena PTH bertindak dengan beberapa rute
untuk membalikkan penurunannya, Ca2 +
darah kadar segera naik, mengakhiri stimulus
untuk rilis PTH.
•Hormon lain yang dirilis dalam menanggapi
rangsangan humoral termasuk kalsitonin, yang
dirilis oleh kelenjar tiroid, dan insulin,
Dalam kasus terisolasi, serabut saraf merangsang
pelepasan hormon, dan sel target dikatakan
menanggapi neural stimuli.
•Contoh klasik adalah sistem saraf stimulasi
simpatis dari medula adrenal untuk melepaskan
norepinefrin dan epinefrin selama periode stres.
Roles of the hypothalamus, adrenal medulla,
and adrenal cortex in the stress response
Gangguan Pada Sistem endokrin

Gangguan sistem endokrin dapat timbul jika:


1. Gangguan Primer yang mengubah konsentrasi
hormon. Contoh : bila terdapat pembentukan
tiroksin yang berlebihan (hormon tiroid) seseorang
dapat mengalami peningkatan metabolisme.
2. Gangguan primer pada tingkat reseptor dan pasca
reseptor dapat menimbulkan sindrom resistensi
hormon. Contoh : Penyakit graves merupakan suatu
proses autoimun membentuk antibody terhadap
reseptor TSH, sehingga meningkatkan fungsi tiroid.
Patofisiologi Diabetes Melitus
PENDAHULUAN

• Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan


metabolik menahun dengan karakteristik
hiperglikemia kronis yang berhubungan dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein sebagai akibat adanya gangguan sekresi
insulin, penurunan efektivitas insulin atau keduanya.
• dua hormon penting yang diproduksi oleh sel-sel islet yang
insulin dan glukagon.
• •Sel islet bertindak sebagai sensor bahan bakar, mensekresi
insulin dan glukagon tepat selama keadaan makan dan puasa.
• •Tingginya kadar glukosa dalam darah menstimulasi
pelepasan insulin dari sel beta dari islet tersebut.
• •Insulin bekerja pada hampir semua sel tubuh dan
meningkatkan kemampuan untuk mengangkut glukosa
melintasi membran plasma.
• •Setelah berada di dalam sel, glukosa dioksidasi untuk energi
atau diubah menjadi glikogen atau lemak untuk penyimpanan.
• •Insulin juga mempercepat aktivitas ini. Karena insulin
menyapu glukosa dari darah, efeknya dikatakan hipoglikemik.
Homeostasis Gula Darah
Klasifikasi etiologis diabetes menurut
American Diabetes Association 2018
1. DM Tipe 1
➢ terjadi karena adanya destruksi/kerusakan sel
beta pankreas karena sebab autoimun.
➢ Sedikit sekresi insulin mengakibatkan gangguan
metabolisme KH, protein dan lemak.
➢ Manifestasi Klinis : Polifagia (mudah lapar),
Polidipsia (mudah haus), Poliuria (sering BAK),
Penurunan BB yang drastis.
2. DM Tipe 2
➢ penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena
ketidakmampuan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas.
➢DM Tipe 2 ini dapat terjadi karena pola hidup yang
tidak benar dan sehat (obesitas, kurangnya
aktivitas fisik, dan kalori yang berlebihan di dalam
tubuh) atau faktor genetik.
3. Diabetes Gestasional
➢ keadaan intoleransi karbohidrat yang mengakibatkan
hiperglikemia dengan pengenalan pertama selama
masa kehamilan.
➢ Diabetes terdiagnosis pada trimester kedua atau
ketiga (Carediabetes, 2018).
➢ Intoleran glukosa selama kehamilan, terjadi ketika
hormon kehamilan atau faktor lain mengganggu
kemampuan tubuh menggunakan insulin.
4. Diabetes Tipe Lain.
➢ Tipe diabetes ini relatif jarang terjadi. Diabetes
Melitus tipe ini terjadi akibat penyebab yang lain,
yaitu berupa gangguan endokrinopati yang
menyebabkan hiperglikemia akibat peningkatan
produksi glukosa hati, dapat mempengaruhi kerja
insulin, kelainan imunologi, sindroma monogenik
(seperti diabetes neonatal dan diabetes usia muda),
dan penyakit pankreas eksokrin (seperti fibrosis kistik
dan pankreatitis)
(American Diabetes Association, 2018)
Insufisiensi insulin – uptake glukosa di
jaringan menurun

Hipoglikemia intraseluler -
Hiperglikemia ekstraseluler
Glucogenesis & gluconeogenesis

Hiperosmosis KGD > nilai ambang


Pemecahan lemak Penurunan
plasma ginjal
sintesis protein
: lethargi,
cachexia,
polyphagi
Peningkatan
Penurunan Dehidrasi sel glukosuria
kadar keton
gama globulin :
mudah
mengalami
infeksi
Diabetik Koma Diuretsis osmotik :
ketoasidosis Sulit sembuh hiperglikemia poliuria, polidypsi,
hipokalemia,
hiponatremia
Diagnosis Diabetes Melitus
Kriteria diagnosis DM menurut Ameican Diabetes
Assoiation (ADA), 2018 adalah
1. HbA1c ≥ 6,5 % atau
2. Kadar gula darah puasa ≥ 126 mg/dL (7,0 mmol/L)
atau
3. Kadar gula darah ≥ 200mg/dL (11,1 mmol/L) pada
dua jam setelah beban glukosa 75 gram pada tes
toleransi glukosa atau
4. Kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1
mmol/L).
HbA1C
➢ HbA1c adalah pemeriksaan dengan mengukur kadar
atau prosentase glukosa yang terikat dengan
hemoglobin.
➢ Hemoglobin adalah protein pembawa oksigen yang
terletak dalam sel darah merah.
➢ Pemeriksaan ini tergantung dari kadar glukosa dan
jumlah serta umur sel darah merah. Rata-rata umur
sel darah merah sekitar 120 hari. Jadi pemeriksaan
HbA1c ini dapat memperkirakan kadar rata-rata gula
darah dalam 3 bulan terakhir
Kelebihan pemeriksaan HbA1c
1. Tidak perlu puasa dan dapat diperiksa kapan saja
2. Dapat memperkirakan keadaan glukosa darah dalam waktu yang lebih
lama serta tidak dipengaruhi perubahan gaya hidup jangka pendek
3. Kadar glukosa yang menempel pada hemoglobin sangat stabil, sehingga
HbA1c dijadikan salah satu parameter diabetes mellitus di seluruh dunia
4. Relatif tidak dipengaruhi oleh gangguan akut seperti stress atau penyakit
terkait
5. Lebih stabil dalam suhu kamar dibanding glukosa plasma
6. Lebih direkomendasi untuk monitoring pengendalian glukosa
7. Kadar HbA1c sangat berkorelasi dengan komplikasi diabetes

Kekurangan pemeriksaan HbA1C jika pasien menderita penyakit yang


berhubungan dengan kadar hemoglobin.
Pemeriksaan Laboratorium DM
1. Glukosa Urin :
95 % glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah >
160-180 % maka sekresi dlm urin akan naik secara
eksponensial uji dlm urin : + Nilai ambang ini akan
naik pada orang tua.
2. Benda keton dalam urin :
bahan pemeriksaan berupa urin yang segar, karena
asam asetoasetat cepat didekarboksilasi menjadi
aseton.
3. Mikroalbuminuria :
Ekskresi albumin urin dalam jumlah sedikit ( mikro ),
sehingga dengan pemeriksaan rutin tidak terdeteksi : untuk
mengetahui secara dini komplikasi DM pada ginjal.
4. Insulin dan C-peptid :
C peptide adalah tes yang bertujuan mengukur tingkat
peptida dalam darah. Peptida adalah zat yang dibentuk di
pankreas, organ yang juga menghasilkan insulin.Penetapan
C-peptid sering diperlukan pada DM tipe 1 untuk melihat
kapasitas sekresi insulin endogen dan DM tipe 2 yang gagal
dengan pengobatan sulfonilurea
Gangguan Kelenjar Tiroid
• Kelenjar tiroid berbentuk kupu-kupu terletak di leher
anterior, padatrakea inferior terhadap laring.
• Terdiri dari 2 lobus, masing-masing lateral ke trakea
yang dihubungkan oleh ismus anterior .
• Kelenjar Tiroid adalah kelenjar endokrin terbesar
dalam tubuh.
• Terdapat pembuluh darah yang banyak untuk
memasok nutrisi, digunakan sintesis hormon dan
mengangkut hormon.
• Unit fungsional dari kelenjar adalah folikel yang terisi
dengan tiroglobulin (Tg)
• Hormon tiroid, sering disebut sebagai hormon tubuh
metabolik utama, ada dua hormon yang
mengandung iodine aktif, tiroksin, atau T4, dan
triiodothyronine atau T3.
FISIOLOGI

PEMBENTUKAN & SEKRESI HORMON THYROID

A. Thyroxin (T4), Triiodotyronin (T3), & Thyroglobulin

FUNGSI SEL FOLIKULER THYROID :

• MENGUMPULKAN & TRANSPORT IODIDA KE KOLOID


• SINTESA TYROGLOBULIN & DISINTESA KE DALAM KOLOID
• MELEPASKAN THYROID DR TYROGLOBULIN & MENSEKRESIKAN
KE SIRKULASI

SINTESA T3 & T4 DI KOLOID


IODINASI & KONDENSASI MOLEKUL TYROSINE DI
TYROGLOBULIN
FISIOLOGI……

B. Sintesis & Sekresi Hormon Thyroid


FISIOLOGI……

C. Transport & Metabolisme Hormon Thyroid

• T4 plasma normal : 5-12 µg/dL


• T3 plasma normal : 0,08-0,22 µg/dL
• Protein plasma :
- albumin
- transthyretrin
- TBG

T4 – 99,98% terikat protein, T3 – 99,8% terikat protein,


bebas 2 µg/dL, aksi lebih cepat
t1/2 : 6-7 hari t1/2 : 30 jam

T3 & T4 dimetabolisme di hepar, ginjal & jar.lain dg


deiodinasi & konjugasi dg glukoronida
MEKANISME AKSI HORMON THYROID

Keduanya T4 dan T3 dengan mudah


melintasi membran sel dan berinteraksi
dengan reseptor di dalam sel.
Di sel target hormon tiroid merangsang
enzim yang terlibat dengan oksidasi
glukosa.
Ini dikenal sebagai efek calorigenic dan
efek secara keseluruhan adalah:
1. Peningkatan laju metabolik basal
2. Peningkatan konsumsi oksigen oleh sel
3. Peningkatan produksi panas tubuh
Hypertiroid
• Grave Disease adalah suatu penyakit over produksi
hormon thyroid yang disebabkan autoantibodi,
reseptor TSH menstimulasi sel folikuler thyroid utk
memproduksi T3 & T4 dalam jumlah berlebihan.
• Grave disease disebabkan oleh terdapatnya antibodi
IgG yang disebut sebagai Stimulator Tiroid Kerja
Lama (LATS) yang bekerja langsung ke folikel tiroid,
merangsangnya untuk membelah (menyebabkan
hiperplasia) , sintesi dan sekresi hormon tiroid secara
terus menerus.
Patofisiologi penyakit
• Produksi auto antibodi yang dapat berikatan dgn
reseptor TSH meningkat → antibodi mengaktifasi sel
tiroid terus menerus → produksi T3 T4 meningkat
drastis
penegakan diagnosis Hyperthyroid
• Pemeriksaan lab
• Pemeriksaan fisik pasien (keluhan dan penampakan
area leher/tiroid)
PARAMETER LABORATORIUM GRAVE’S DISEASE
• Penekanan TSH serum
• Peningkatan thyroxin bebas, T4 total, uptake T3 & T4
resin
• Peningkatan uptake iodida oleh kelenjar thyroid
• Peningkatan BMR (Basal Metabolic Rate)
BMR Pria = 66,5 + (13,7 × berat badan) + (5 × tinggi
badan) – (6,8 × usia)
BMR Wanita = 655 + (9,6 × berat badan) + (1,8 × tinggi
badan) – (4,7 × usia)
• Penurunan kolesterol serum
PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi :
a. posisi penderita duduk dengan leher terbuka, sedikit
hiperekstensi.
b. Pembengkakan :
▪ Bentuk : Difus atau local
▪ Ukuran : Besar atau kecil
▪ Permukaan : Halus atau Nodular
▪ Keadaan : Kulit atau tepi
▪ Gerakan : Pada waktu menelan
Adanya pembesaran tiroid dapat dipastikan dengan menelan ludah
dimana kelenjartiroid akan mengikuti gerakan naik turunnya trakea
untuk menutup glotis. Karena tiroid dihubungkan oleh ligamentum
kartilago dengan tiroid yaitu ligamentum berry.
2. Palpasi
a. Dari belakang penderita dengan ibu jari kedua tangan pada tengkuk
penderita dan jari-jari lain meraba benjolan pada leher penderita dan
posisi kepala penderita dalam keadaan flexi..
b. Pada palpasi yang perlu diperhatikan adalah :

▪ Ditentukan lokalisasi benjolan terhadap trakea (mengenai lobus


kiri, kanan ataukeduanya).
▪ Ditentukan ukuran (diameter terbesar dari benjolan).
▪ Konsistensi (kenyal sampai sangat keras).
▪ Mobilitas .

▪ Infiltrasi terhadap kulit/ jaringan sekitar.


▪ Pembesaran kelenjar getah bening di sekitar tiroid : ada atau tidak
▪ Nyeri pada penekanan atau tidak.
Hypotiroid
• Hipotiroidisme adalah suatu kondisi yang ditandai
dengan berkurangnya sekresi hormon tiroid (T3
dan/atau T4) oleh kelenjar tiroid.
Etiologi
1. Hypothyroidism Primer
• Hashimoto’s disease = penyakit autoimun
menyebabkan infiltrasi limfosit dan destruksi
kelenjar tiroid dikaitkan dengan antitiroglobulin
(penyebab tersering penyakit tiroid pada anak)
• Operasi pada penyakit graves
• Lain-lain
– Defisiensi iodine (lingkungan geografis)
– Gangguan/kekurangan enzym
– Thyroid hypoplasia
– Goitrogens
2. Hipotiroid sekunder (jarang terjadi) disebabkan oleh
disfungsi hipotalamus atau hipofisis yang terjadi akibat
tumor sehingga menyebabkan defisiensi sekresi TSH
Hipofisis.
Gambaran Klinis
Pada hipotiroid berat adalah
letargi, suara parau, kulit dingin, kasar, kering,
bradikardi, keterlambatan intelektual dan aktivitas
motorik
Laboratorium

1) Serum TSH : normal 0,4-4,0 mIU/ml


2) Hormon tiroid total
TT4 : normal 4,8-10,4 mcg/dL
TT3 : normal 79-149 ng/dL
3) Hormon tiroid bebas
FT4 : normal 0,7-1,9 ng/dL
FT3 : normal 145-348 pg/dL
4) Perubahan biokimia
Total kolesterol : < 200 mg/dl
LDL : < 100 mg/dl
5) Pemeriksaan imunologi/serologi
TgAb (Thyroglobulin autoantibodies) : normal < 20 IU/ml
TPA (Thyroid peroxidase antibodies) : normal < 0,8 IU/ml
6) Pemeriksaan hematologi : anemia normokromik dengan
makrositosis
Alogritme Tes Fungsi Tiroid untuk Diagnosis dan Monitroing

Anda mungkin juga menyukai