Anda di halaman 1dari 26

Distokia dan Gangguan

Reproduksi
Drh. Vindo Rossy Pertiwi, M.Si.

Disampaikan pada Perkuliahan Reproduksi dan Inseminasi Buatan


D3 Produksi Ternak Jurusan Peternakan
Politeknik Negeri Lampung
Bandar Lampung
2021
Outline
Definisi Eutocia dan Gangguan
Distokia reproduksi
hormonal
Batasan waktu normal
fase-fase kelahiran Gangguan
reproduksi
(birahi)
Penyebab distokia
Gangguan
Gangguan reproduksi reproduksi
post partus patologi
Eutocia dan Distokia
Eutocia merupakan kelahiran normal,
fetus cukup umur, keluar dengan
kemampuan bersama antara anak dan
induk dalam kisaran normal fase 1
dan fase 2 dari kelahiran dan tanpa
bantuan manusia

Dystocia merupakan kelahiran tak


normal atau kelahiran yang sulit
(penundaan ringan sampai
ketidakmampuan total dari induk
untuk melahirkan)
Penyebab Distokia

Salah letak uterus


(henia atau torsio
uteri)

Ketidakmampuan
pengeluaran foetus
Penyempitan
(inertia uteri,
saluran kelahiran
ruptura, dan
ectopic pregnancy)

Distokia
Maternalis
Penyebab Distokia
Kelainan
perkembangan
fetus

Foetus terlalu
besar (oversize
Distokia Kesalahan
situs, posisi
fetus)
foetalis dan posture

Kematian foetus
(mumifikasi,
maserasi, dsb)
Gangguan Reproduksi Post Partus
Prolapsus Uteri

Prolapsus uteri adalah suatu


kejadian dimana uterus keluar
melewati vagina dan menggantung
di vulva. Prolapsus uteri terjadi
pada stadium ketiga setelah
pengeluaran fetus dan setelah
kotiledon fetus terpisah dari
karankula induk
Faktor Predisposisi
Faktor Faktor
internal lain

Rendahnya
Distokia
kalsium darah

Merejan
berlebihan saat
Kurang nutrisi
persalinan pakan

Tekanan yang
berlebihan saat Kondisi uterus
menarik foetus yang lemah
keluar
Gejala Klinis

Ada pula dengan


Hewan terlihat
kondisi berdiri dengan Selaput fetus terbuka
berbaring
uterus menggantung

Uterus dapat membesar


bila telah berlangsung
4- 6 jam atau lebih
Paresis Puerpuralis
Paresis puerpuralis merupakan
penyakit metabolisme kalsium
pada hewan yang terjadi pada
waktu atau segera setelah
melahirkan

Ditandai dengan depresi umum,


tidak dapat berdiri karena
tubuh bagian belakang lemah,
tidak sadarkan diri.

Sering terjadi pada sapi perah


produksi susu tinggi, dan
terjadi 48 jam setelah
melahirkan
Eklamsia Puerpuralis

Eklamsia puepuralis merupakan penyakit yg ditandai dgn kekejangan


pada anggota badan setelah melahirkan atau permulaan laktasi

Gejala klinis yang muncul: anoreksia dan sakit, berbaring dgn


posisi kaki terentang, kejang terus2an dgn interval tertentu, suhu
badan 40°C, kesadaran masih ada.

Diagnosa banding: tetanus karena memiliki gejala yang hampir mirip


Retensio Sekundinarium
Pelepasan sekundinae secara normal
sebagai berikut:

Terlepasnya jojot korion dari kripten


pada mukosa uterus yang disebabkan
adanya degenerasi lemak bagian tersebut
Pada kelahiran
normal selaput fetus
(sekundinae)
Adanya kontaksi terus-menerus secara
peristaltik dari dinding uterus 
sekundinae terlepas

Apabila sekundinae Beratnya sekundinae yg menggantung di


keluar lebih dari luar alat kelamin  sekundinae terlepas
Akan keluar dalam
waktu tersebut maka dari mukosa uterus
waktu 1-12 jam
keadaan tersebut
setelah melahirkan
tidak normal atau
patologi
Gigitan dr induk (terutama Hewan kecil).
Retensio Sekundinarium disebabkan oleh

Gangguan
pelepasan
sekundinae dari
Atoni uteri
koronkula dari
induk
Gangguan
mekanisme :
Karena kanalis
servikalis terlalu
cepat menutup 
sekundinae terjepit
Gejala Klinis
Selaput fetus menggantung di luar alat
kelamin

Bibir vulva bengkak kemerahan

Ada bau busuk dari alat kelamin

Kotoran warna kecoklatan keluar dari alat


kelamin

Depresi dan produksi air susu menurun


Gangguan Reproduksi Hormonal
Faktor Penyebab Gejala Klinis
Anestrus (tidak
Produksi
susu terlalu
Kurang ada birahi)
gerak
tinggi
Nimphomania (birahi
berlebih)
Kurang atau
berlebih Stress berat Silent estrus (birahi
makanan
tenang)

Genetik

Sub estrus (birahi


pendek)
Hipofungsi Ovarium
Penyebab

Permukaan ovarium licin Lingkungan


jelek
(ukuran normal) karena Pakan
pertumbuhan folikel atau kurang
FSH rendah,
Corpus luteum tidak ada LH rendah
Kista Ovarium

Causa:
FSH normal tapi LH rendah

Kegagalan kelenjar hipofisa


Jenis-jenis Kista Ovarium: Anterior untuk mengeluarkan LH
1. Kista folikel
2. Kista luteal
3. Kista Corpus Luteum
Fungsi yg abnormal dari
hipotalamus, hipofisa, ovarium
akibat banyak faktor seperti umur,
pakan, genetik, produksi susu
tinggi
Kista Folikel
Penyebab LH rendah tapi FSH cukup folikel
an-ovular (tidak ada ovulasi) terbentuk
berturut-turut terjadi multiple folikel
Gejala Klinis
dinding tipis sehingga mudah pecah jika
dipijit, terdapat legokan pada permukaan
ovarium
Nimphomania (75%)  folikel
banyak

CL tidak pernah terbentuk


Anestrus (25%)  folikel sedikit
(tiap folikel menghasilkan sedikit
estradiol)
Sering terjadi pd sapi produksi susu tinggi
Kista Luteal

Terjadi bila LH rendah tapi LTH tinggi


terjadi CL

Menghasilkan Hormon progesteron tinggi

Folikel muda mengalami proses


“luteinisasi” (krn LTH tinggi) sehingga
warnanya berubah menjadi kuning

Dinding folikel tebal akan sulit dipijit

Tidak ada ovulasi dan anestrus


Kista Corpus Luteum

Corpus luteum berisi cairan (berasal datri folikel De Graf yang mengalami ovulasi 
terbentuk Corpus luteum yg ditengahnya terdapat cairan)

Corpus luteum permukaannya licin dan kenyal

Morfologi :
- bulat, licin, kenyal, dindingnya tebal
- CL berongga isi cairan, ada hormon progesteron

- Causa: gangguan keseimbangan Hormon gonadotropin


Gangguan Reproduksi (Birahi)
Anestrus Patologik Akibat adanya Penyakit pada Organ
Reproduksi

Corpus Luteum Persisten Cystic Folikel

Corpus luteum menetap pada Terdapat beberapa folikel matang yang


ovarium, tidak ada siklus birahi tidak diovulasikan, karena kekurangan
dan tanda atau gejala birahi. LH  hormon estrogen meningkat 
Prostaglandin F2α tidak dihasilkan nimfomania atau anestrus, tergantung
karena adanya patologi uterus, pada ada atau tidak adanya korpus
sehingga korpus luteum menetap luteum
dan tidak mengalami regresi.
Anestrus Patologik Akibat adanya Penyakit
pada Organ Reproduksi
• 3. Atropi ovarium
• Ovarium mengecil dan tidak tumbuh/berkembang normal, sering terdapat pada sapi – sapi yang berproduksi susu
tinggi karena masalah nutrisi

• 4. Kegagalan ovulasi
• Disebut juga ovulasi yang terlambat, bila pada sapi ovulasi terjadi lebih dari18 jam setelah tanda – tanda birahi
berakhir. Dapat di ketahui dengan palpasi rektal dan diterapi dengan GnRH.

• 5. Birahi tenang
• Sering terjadi pada periode postpartum, atau observasi birahi kurang cermat dan kurang frekuensinya

• 6. Pyometra
• Terdapat nanah di dalam uterus, luteolisis tidak terjadi terdapat KLP pada ovarium, terapi dengan PGF2α untuk
melisis KLP
Anestrus Patologik Akibat adanya Penyakit pada
Organ Reproduksi

Mumifikasi: Foetus seperti mumi didalam uterus seperti halnya


kebuntingan akan mencegah regresi/lisis KL  CLP, terapi
dengan PGF2α

Maserasi: Fetus mati di dalam uterus, ada infeksi mikroorganisme,


fetus hancur seperti bubur tersisa tulang belulangnya saja
seperti halnya kebuntingan atau pyometra akan mencegah
regresi/lisis KL KLP, terapi dengan PGF2α

Uterus unikornis
Hanya ada satu kornua, terjadi adanya kegagalan perkembangan/
pembentukan ductus muller. KLP biasanya terdapat pada ovarium
yang letaknya berlawanan dengan cornua uteri. KLP terjadi karena
kurangnya sirkulasi darah timbal balik antara uterus dan ovarium
Anestrus Kongenital (Terjadi atau ada sejak lahir)

Aplasia ovarii : jarang terjadi, salah satu atau kedua ovarium tidak ada, karena “gonadal ridge” pada
masa embryonal tidak terbentuk secara normal

Hipoplasia ovarii : salah satu atau kedua ovarium lebih kecil dari normal, sering terjadi pada
bangsa sapi tertentu karena tidak sempurnanya penetrasi dari gen resesiv autosome tunggal

Freemartin : heifer atau sapi dara yang lahir kembar dengan sapi jantan. Organ kelamin betina tidak
tumbuh dan steril.

Anda mungkin juga menyukai