Anda di halaman 1dari 64

KELAINAN SISTEM

REPRODUKSI
A.Anatomi
B.Fisiologi
C.Kelainan Sistem Reproduksi
1. Agenesis Vagina 9. PID
2. Kelainan Hymen 10. Bakterial vaginosis
3. Kelainan Uterus Kongenital 11. IMS
4. Prolaps Uteri 12. Ca ginekologi
5. Mioma Uteri
6. Fistula Urogenital
7. Endometriosis
8. PCOS
ANATOMI
INTERNA EKTERNA

 Ovarium  Mons pubis


 Tuba uterina  Labia majora

 Uterus  Labia minora

 Vagina  Clitoris
 Bulbus vestibuli
 Glandula vestibularis major
ORGAN GENITALIA INTERNA

Px Fisik
ORGAN GENITALIA EKKSTERNA

Px Fisik
FISIOLOGI
A. OOGENESIS
• Sel telur primordial (oogonia) terbentuk saat
masih janin dari sel germinal primordial yang
bermigrasi dari endoderm dorsal yolk sac
menuju permukaan ovarium

• Tahap pertama meiosis dimulai ketika janin usia


5 bulan berhenti pada profase I (oosit primer)

• Meiosis berlanjut setelah pubertas


B. SIKLUS FOLIKEL OVARIUM
Fase folikuler
• Proliferasi sel granulosa & pembentukan zona
pelusida
• Proliferasi sel teka
• Pembentukan antrum
• Pembentukan folikel matur
• Ovulasi

Fase luteal
• Pembentukan corpus luteum
• Degenerasi corpus luteum
C. SIKLUS MENSTRUASI & KENDALI HORMON

• GnRH yang disekresikan oleh hipotalamus merangsang


sekresi FSH dan LH pada pituitary anterior
o FSH dan LH merangsang proliferasi sel granulosa
o LH menstimulasi produksi androgen oleh sel teka
o FSH merangsang konversi androgen menjadi estrogen
oleh sel granulosa

• Peningkatan kadar estrogen selama pertumbuhan folikel


menginhibisi sekresi FSH

• Estrogen berperan dalam memacu pertumbuhan kembali


jaringan epitel, kelenjar, dan pembuluh darah
endometrium

(Sherwood dan Ward, 2019)


C. SIKLUS MENSTRUASI & KENDALI HORMON

• Kadar estrogen yang terus naik (akibat berkembangnya


folikel) hingga mencapai kadar tertinggi secara langsung
meningkatkan GnRH => meningkatkan LH dan FSH =>
LH Surge

• Secara spesifik pada pituitary anterior, estrogen


meningkatkan sensitivitas sel yang menghasilkan LH
terhadap GnRH => LH Surge

• Inhibin yang disekresikan sel folikuler masih menekan


sekresi FSH => kadar FSH tidak setinggi LH

(Sherwood dan Ward, 2019)


C. SIKLUS MENSTRUASI & KENDALI HORMON

LH SURGE MENYEBABKAN
• Penghentian sintesis estrogen oleh sel folikuler
• Reinisiasi meiosis pada oosit folikel yang sedang
berkembang
• Produksi prostaglandin local ovarium => membantu
pelepasan ovum
• Mengubah diferensiasi sel folikuler (yang menghasilkan
estrogen saja) menjadi sel luteal (yang menghasilkan
progesterone dalam jumlah banyak dan sedikit estrogen)
=> fase folikuler berakhir, fase luteal dimulai, fase
proliferative endometrium berakhir

(Sherwood dan Ward, 2019)


C. SIKLUS MENSTRUASI & KENDALI HORMON

• LH menstimulasi pembentukan estrogen dan progesterone,


serta mempertahankan corpus luteum

• Progesteron menghambat FSH dan LH serta mencegah


ovulasi pada fase luteal dan maturase folikel baru

• Progesteron meningkatkan vaskularisasi endometrium dan


memacu sekresi glikogen kelenjar endometrium

• Kadar LH turun akan menyebabkan degenerasi corpus


luteum => kadar estrogen dan progesterone Kembali turun
C. SIKLUS MENSTRUASI & KENDALI HORMON

• Kadar LH turun akan menyebabkan degenerasi corpus


luteum => kadar estrogen dan progesterone Kembali
turun, kadar FSH dan LH kembali naik (fase folikuler
selanjutnya)

• Penurunan estrogen dan progesterone menyebabkan


endometrium meluruh (kehilangan hormone penunjang)

• Menstruasi terjadi 5 – 7 hari setelah fungsi corpus luteum


berhenti dan secara bersamaan dimulai fase folikuler baru
01
Agenesis Vagina
Anomali saluran genital yang jarang terjadi berupa tidak
terbentuknya vagina. Dapat terjadi secara isolated vaginal
agenesis atau disertai anomali organ lain dimana yang paling
sering adalah sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser
(MRKH) yaitu yang disertai agenesis uterus dan serviks
Etiologi & Patogenesis
Mayer Rokitansky Kuster Hauser Syndrome

Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser (MRKH) yaitu sindrom yang


ditandai oleh adanya agenesis uterus, serviks, dan vagina bagian atas karena
kegagalan perkembangan duktus mullerian. Etiologi terjadinya sindrom
MRKH tidak diketahui. Kejadian anomali lain yang dapat berhubungan
dengan sindrom MRKH yang paling umum adalah anomali saluran kemih,
termasuk agenesis ginjal, kelainana pendengaran, dan kelaianan spinal.
Pada MRKH biasanya muncul tanda amenore primer pada remaja dengan
tetap adanya perkembangan normal dari karakteristik seksual sekunder,
dengan kariotipe 46XX, dan fungsi ovarium normal. Sindrom MRKH
memiliki insiden 1 per 4.500-5.000 wanita.
Diagnosis & Pemeriksaan
Diagnosis :
Pemeriksaan Fisik :
Sering didiagnosis secara klinis, tetapi dapat
• Karakter seks sekunder dan payudara dilakukan pemeriksaan tambahan seperti
berkembang dengan baik laparoskopi, radiologis dan atau pemeriksaan
• Pemeriksaan vagina menunjukkan vulva kariotipe.
dan meatus uretra normal, tapi ditemukan
vagina dengan blind ending vagina. Pemeriksaan Penunjang :
• USG Urografi IV
• Pemeriksaan Kariotipe
• USG
• MRI
Tatalaksana Komplikasi
• Konseling psikososial Wanita dengan sindrom MRKH akan terjadi
• Perpanjangan vagina non-bedah (dilator) infertilitas karena tidak memiliki uterus sebagai
• Pembuatan neovagina tempat implantasi hasil konsepsi.
02
Kelainan Hymen
Variasi Himen Normal

Etiologi
Kegagalan perforasi saat proses kanalisasi
yang terjadi dalam fusi duktus mullerian
Anomali dan sinus urogenital.
Hymen
Pemeriksaan Fisik & Diagnosis
Himen imperforata :

Himen mikroperforata dan Himen • Tampak himen tidak perforasi & bulging
bersepta : dari himen yang tampak gelap kebiruan
hematocolpos.
• Himen memiliki lubang kecil atau
bersekat. • Menimbulkan keluhan ketika pubertas
• Sering asimptomatis (amenorea)
• Sering terdapat menstruansi • Dapat muncul pada saat neonatus :
(tergantung derajat perforasi) mucocolpos atau hidrocolpos.
• Dapat kesulitan memasang tampon • Dapat disertai keluhan lain seperti nyeri
atau berhubungan seksual pada panggul atau perut yang bersifat
siklik atau akut, teraba massa pada perut,
retensi urin, disuria, konstipasi, dan
dyschezia
Evaluasi & Komplikasi
Pemeriksaan Penunjang • Pada neonatus, hidrocolpos atau
mucocolpus besar  hidronefrosis
Evaluasi : atau sesak nafas
• Pemeriksaan perut dan perineum • Acute abdomen
secara menyeluruh • Ascending infection
• Obstruksi saluran kemih
Pemeriksaan Penunjang : • Endometriosis
• USG
• MRI
Tatalaksana
Reseksi himen
Konservatif
03
Anomali Uterus Kongenital
Anomali Uterus Kongenital
● Malformasi uterus yang berkembang selama kehidupan janin akibat adanya
formasi, fusi, atau resorpsi duktus Mülleri yang abnormal.

● Prevalensi pada populasi umum~5.5%, pada wanita infertil 8%, pada wanita
dengan riwatyat keguguran 13.3%, pada wanita yang keguguran dan infertil
24.5%

● Pada embriologi, tidak adanya anti müllerian hormone (AMH)


menyebabkan duktus Mülleri fusi secara kaudal membentuk uterus dan
sepertiga bagian atas vagina, sedangkan segmen yang tidak fusi akan
membentuk tuba fallopi.
Anomali Uterus Kongenital
Fase perkembangan ductus Mülleri :
1. Organogenesis
Defek pada perkembangan duktus Mülleri menyebabkan agenesis atau
hipoplasia (tidak ada uterus dan uterus unicornuate)
2. Fusi kedua duktus Mülleri
● Fusi horizontal/unifikasi (uterus, cervix, vagina bagian atas)  defek
menyebabkan uterus bicornuate atau didelphys
● Fusi vertikal (kanal vagina)  defek menyebabkan himen imperforata
atau septum vagina transversal
3. Resorpsi/ kanalisasi septum yang melibatkan ductus Mülleri horizontal
membentuk cavum uteri  defek menyebabkan uterus septum komplit,
uterus septum parsial, dan uterus arcuata
European Society of Human Reproduction and Embryology (ESHRE) / European Society for Gynaecological Endoscopy (ESGE) tahun 2013

• U0 : uterus normal

• U1 : uterus dismorfik (bentuk T)

• U2 : uterus septum

• U3 : uterus bicorporeal (bicornuate dan didelphys)

• U4 : hemi – uterus (unicornuate)

• U5 : uterus aplastic (tidak ada uterus)

• U6 : kasus yang belum terklasifikasi


GEJALA PEMERIKSAAN

● AUK obstruksi (uterus unicornuate ● Gold standard : kombinasi laparoskopi dan


dengan tanduk yang belum sempurna dan histereskopi
didelphys dengan obstrusi hemivagina/ ● Modalitas lain :
agenesis vagina)  nyeri panggul akibat 1. USG TV 2D (skrining)
hematometra, hematocolpos, 2. Histereosalpingografi (skrining)
endometriosis 3. Sonohisterografi (skrining)
● AUK dengan septum vagina lomgitudinal 4. USG TV 3D (klasifikasi)
 disparenia atau abnormalitas menstruasi 5. MRI pelvis (klasifikasi)
● AUK non obstruktif  asimtomatik,
ditemukan akibat infertilitas, keguguran
berulang, kelahiran premature,
malpresentasi janin, dan PJT.
Tatalaksana
1. AUK obstruktif
● Memperbaiki distorsi anatomi, meredakan gejala nyeri
● Uterus unicornuate tidak perlu pembedahan
● Uterus unicornuate yang tanduknya belum sempurna memerlukan
pengangkatan untuk mencegah hematometra atau kehamilan pada
tanduk

2. AUK non obstruktif


● Bicornuate dan didelphys : metroplasty abdomen untuk menyatukan
atau mengembalikan bentuk uterus
● Septate : metroplasty histereskopi atau pembelahan transervikal
histereskopi dari septum uterus
04
Prolaps Uteri
PROLAPS UTERI

DEFINISI GEJALA
Bentuk prolaps organ panggul dimana 1. Visualisasi atau sensasi tonjolan di area
terjadi herniasi uterus dari lokasi vagina
anatomi normal ke dalam saluran 2. Peningkatan urgensi atau frekuensi kencing
vagina, dapat melalui himen atau 3. Sensasi pengosongan VU yang tidak tuntas
introitus vagina.
4. Dispareunia

FAKTOR RISIKO PEMERIKSAAN


1. Kelahiran berturut-turut ● Pemeriksaan panggul:
○ dilakukan saat istirahat dan manuver Valsava
2. BMI > 25
3. Usia lanjut ● Pemeriksaan penunjang :
4. Penyakit lain (Sindrom ○ USG, CT Scan, MRI  untuk melihat segmen yang
Marfan) mengalami prolaps dan memastikan diagnosis
STAGING PROLAPS UTERI DENGAN POP-Q :

0 : tidak ada prolaps (titik C < −3 cm)


1 : bagian paling distal dari segmen yang prolaps > 1
cm diatas himen (titik C <−1 cm).
2 : bagian paling distal dari prolaps terletak antara 1
cm di atas himen dan 1 cm di bawah himen (titik
C bernilai −1 cm, 0 cm, dan +1 cm) .
3 : bagian paling distal dari prolaps adalah lebih dari
1 cm di luar bidang himen, tetapi tidak
sepenuhnya terbalik artinya tidak ada nilai > TVL
−2 cm (titik C >+2 dan < TVL −3 cm)
4 : eversi atau eversi lengkap hingga dalam 2 cm dari
total panjang vagina saluran genital bawah
ditunjukkan (titik C > TVL −2 cm)
Tatalaksana
1. Konservatif
● Latihan otot dasar panggul
● Pemasangan pesarium

2. Pembedahan
● Histerektomi (pervaginam / perabdominam)
● Klopokleisis : pembedahan non-invasif dan obliteratif yang melibatkan
penjahitan dinding vagina untuk menutup saluran vagina sepenuhnya
dan memberikan dukungan otot untuk sisa organ panggul
05
Mioma Uteri
Mioma Uteri
● Timor ginekologi jinak yang berkembang dari jaringan otot rahim yang
paling umum dijumpai pada wanita premenopause.

• Faktor risiko :
1. Faktor genetik 7. Nulipara
2. Usia >30 tahun 8. Kontrasepsi hormonal
3. Gaya hidup sedenter (estrogen)
4. Diet makanan dengan indeks 9. Penyakit komorbid yang
glikemik dan asam lemak omega-3 menyertai (PCOS, HT,
yang tinggi DM)
5. Overweight/obesitas 10. Infeksi/cedera uterus
6. Menarche prematur dan 11. Stres
menopause terlambat
KLASIFIKASI BERDASARKAN LETAK
 Submukosa :
dibawah endometrium dan menonjol ke cavum uteri

 Intramural :
berada di dinding uterus di antara serabut miometrium

 Subserosa :
tumbuh di bawah lapisan serosa uterus dan dap
bertumbuh ke arah luar uterus
Patofisiologi
1. Hormonal
● Mutasi genetik  produksi resptor estrogen bertambah  estrogen
meningkat  menghambat jalur apopotosis dan merangsang sitokin
PDGF dan EGF  proliferasi sel meningkat
● Estrogen juga merangsang terbentuknya reseptor progesteron di luar
miometrium  merangsang IGF-1, TGF, dan EGF  terbentuk tumor
2. Proses inflamasi
● Memicu percepatan terabentuknyaECM  proliferasi sel meningkat
2. Growth factor
● Mencetak DNA-DNA baru, induksi mitosis sel, membantu angiogenesis
tumor
GEJALA PEMERIKSAAN

● Asimptomatik ● Gold standard : USG transvaginal :


● Lama haid memanjang massa hypoechoic, padat, berbatas
● Perdarahan vagina di luar siklus tegas
haid ● Histereskopi : memvisualisasikan
● Nyeri panggul bagian dalam uterus,
● Sering berkemih memungkinkan pengangkatan
● Sembelit langsung
● Dispareunia ● MRI : menunjukkan detail ukuran
● Gejala anemia dan lokasi mioma uteri,
● Benjolan di perut mengidentifikasi tipe tumor
berbeda, membantu menentukan
tatalaksana yang tepat.
Tatalaksana
MEDIKAMENTOSA PEMBEDAHAN
●Miomektomi
● Agonis GnRH Pada pasien yang masih ingin punya anak .
Down regulation reseptor GnRH  FSH Dan LH ↓  ●Histerektomi
estrogen ↓, selama 3-6 bulan. Sudah tidak ingin punya anak, usia >40 tahun.
● Preparat progesteron
Selective progesterine receptor modulator (SPRM)
selama 3 bulan. Dosis pre operatif diberikan 2-4 siklus,
TEKNIK NON INVASIF RADIOTERAPI
dan menggunakan LNG IUS untuk cegah relaps.
●Embolisasi A. Uterina
● Asam traneksamat
Embolisasi melalui A. Femoral komunis untuk hambat
Diberikan 3-4 hari sebulan, untuk mengatasi
aliran darah ke uterus  iskemia dan nekrosis 
perdarahan.
pengecilan sel
● NSAID
●Miolisis/Ablasi tumor
Menurunkan kadar prostaglandin  mengurangi nyeri
Bekerja langsung menghancurkan sel tumor  dapat
dan perdarahan
dilakukan saat hamil.
Prognosis
● Pada kasus asimptomatis umumnya BAIK, akan mengecil dalam 6 bulan – 3
tahun, terutama saat menopause.
● Mioma simptomatik dapat ditangani dengan pembedahan.
● Rekurensi dapat terjadi 15-33% kasus pasca miomektomi.
● Jarang berkembang menjadi ganas.
● Risiko infertilitas jika terjadi bersamaan dengan kehamilan, risiko persalinan SC
akibat malpreentasi janin, KPD, prematuritas, IUFD.
06
Fistula Urogenital
Definisi Faktor Risiko
Hubungan abnormal antara kandung kemih, 1. Usia < 20 tahun
ureter, uretra, vagina, dan / atau rektum yang 2. Kehamilan pertama
mengakibatkan inkontinensia urin dan / atau 3. Persalinan >24 jam
feses.
4. Bersalin di rumah
5. Tinggi badan < 150 cm
6. Penggunaan kontrasepsi yang buruk
Dapat terjadi sebagai gejala sisa persalinan
atau sebagai akibat dari cedera pembedahan, 7. Tingkat perawatan antenatal yang rendah
keganasan, infeksi, trauma, atau 8. Ibu yang memiliki janin laki-laki.
endometriosis.
GEJALA PEMERIKSAAN

● Fistula vesikovaginal, fistula ● Inspeksi : iritasi perineum


uretrovaginal proksimal, dan fistula ● Spekulum urin dalam rongga
ureterovaginal : kebocoran urin vagina (+)
dari vagina yang konstan.
● ● Tes Pewarna (Dye Test)
Fistula uretrovaginal distal, yang
berada di luar sfingter uretra : Dengan metilen blue, indigo
kebocoran urin pada vagina saat carmine IV, ataupun
atau setelah BAB.
phenazopyridine oral
● Fistula vesikouterin memiliki 3
serangkaian gejala : kontinensia ● Sistoskopi  mengidentifikasi
urin, amenore, dan menouria lokasi fistula pada VU
(hematuria siklik).
● Pencitraan (USG, HSG, CT, MRI)
● Keluhan lain : iritasi perineum,
infeksi jamur pada vagina, dan Menentukan lokasi, ukuran,
infeksi saluran kemih berulang. kompleksitias dan jumlah fistula
Tatalaksana
1. Konservatif
● Kateter Foley selama 2-6 minggu / stent ureter 1-2 bulan
● Sitz bath 2x sehari
● Asupan cairan oral volume tinggi
● Pengobatan infeksi

2. Pembedahan
● Pendekatan vagina lebih direkomendasikan
● Pendekatan abdomen bila kapasitas/kelenturan VU berkurang, ada
keterlibatan ureter/trigonum/lubang ureter/serviks, dan tidak mampu
mengakses fistula melalu vagina
● Pasien belum kontinensia setelah beberapa kali perbaikan
07
Endometriosis
Tumbuhnya jaringan kelenjar dan stroma endometrium pada
organ di luar uterus
Endometriosis

EPIDEMIOLOGI GEJALA
• Diperkirakan, 1 % dari 190 juta wanita usia
● Dismenorea (muncul 24-48 jam, lebih hebat dari dismenorea
reproduktif di seluruh dunia, 10% terdampak
endometriosis biasa, tidak respon NSAID)
● Dispareunia
• Pada wanita asimptomatik 2 – 11%
● Dischezia
• Pada wanita infertile 5 – 50% ● Infertilitas
• Pada wanita yang dirawat di RS dengan nyeri ● Menoragia
pelvis sebesar 5 – 21% ● Nyeri abdomen

FAKTOR RISIKO
● Riwayat infertilitas ● Usia menarche lebih awal
● Riwayat nyeri pelvis ● IMT rendah
● Usia lebih tua saat hubungan seksual pertama ● Siklus menstruasi pendek dan
● Indikasi bedah akibat nyeri pelvis meningkatnya aliran haid
● Dismenorea ● Durasi laktasi yang pendek atau
● Anomali Mullerian tidak menyusui sama sekali
● BBLR
PATOGENESIS
PATOGENESIS

Beberapa teori menyebutkan:

● Refluks menstruasi secara retrograde melalui


tuba dan terjadi penempelan fragmen
endometrium pada mesotel peritoneum

● Stem cell pada lapisan basal endometrium


yang lepas dan terbawa refluks

● Penyebaran melalui pembuluh darah dan


pembuluh limfatik

● Muncul akibat metaplasia selomik peritoneum

● Sisa ductus Mullerian yang tertinggal dan


mengalami diferensiasi abnormal
Pemeriksaan
PEMERIKSAAN FISIK:
• Inspeksi vagina in-spekulo
• Pemeriksaan bimanual
• Menilai ukuran, posisi, dan mobilitas uterus
• Massa kistik adneksa
• Pemeriksaan rektovagina
• Menilai adakah nodul endometriosis pada lig.
Sakrouterina dan septum rektovagina

Pemeriksaan fisik secara umum penting dilakukan, untuk


mengetahui tanda-tanda anemia seperti konjungtiva anemis
Pemeriksaan
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
• Laboratorium
o Darah: CBC, kadar HCG
o Urin: urinalisis, kultur urin
o Kultur vagina
o Swab serviks
o Serum kreatinin
• USG
• Laparoskopi diagnostik
Tatalaksana
Terdiri dari Bedah dan non-Bedah

• PKK hanya diberikan jika tidak ada kontraindikasi


• Jika ada kontraindikasi PKK, gunakan Progestin
siklik, atau LNG-IUS

Prognosis
dapat muncul kembali 5 tahun pada 20 – 50% wanita yang
mendapatkan medikamentosa atau tatalaksana bedah.

Pada wanita yang masih ingin memiliki anak lebih baik


diberikan penatalaksanaan bedah daripada medikamentosa.
08
Polycystic Ovary
Syndrome (PCOS)
PCOS

Kelainan ENDOKRIN

5-10%

Anovulasi Oligomenorhea
75% 90%

Histutism Acne
80% 80%
Kriteria Diagnosis
*ESHRE/ASRM Rotterdam consensus

● Oligo/anovulasi
● Gejala Hiperandrogen
● Adanya gangguan morfologi ovarium yang polikistik
dengan USG (12 atau lebih folikel-folikel ngan ukuran
2-9 mm dan/ peningkatan volume ovarium >10 ml)

Terapi
*tergantung alasan berobat

• Oral kontrasepsi
• Clomiphene Citrat
• Anti andorgenik (spironolakton)
10
Bakterial Vaginosis
Akibat menurunnya flora normal (Lactobacilli) yang
menghasilkan hidrogen peroksida dan pertumbuhan berlebih
bakteri anaerob (bukan IMS)
Pemeriksaan :
Faktor Risiko : Kriteria Amsel diagnosis BV (3 dari 4, atau 2 dari 4
• Berganti-ganti pasangan seksual sudah cukup)
• Belum menikah
o Discharge vagina yang abu-abu keputihan,
• Memiliki riwayat hubungan seksual di usia muda
homogen, dan lengket
• Pekerja seks komersial o Nilai pH vagina > 4,5
• Membersihkan bagian dalam menggunakan cairan o Ditemukan clue cells pada sediaan preparat sekret
• Riwayat vaginosis bakterial sebelumnya vagina dengan saline
• Penggunaan antibiotik o Bau amine atau amis setelah penambahan larutan
• Memiliki pasangan seksual wanita KOH 10% pada sekret vagina

Gejala :
• Keluarnya cairan yang berbau tidak enak dari
vagina, berwarna putih hingga keabu-abuan
• Disuria Tatalaksana :
• Dispareunia • 30% dapat sembuh sendiri
• Pruritus vagina • Dapat menggunakan antibiotic
• Clindamycin
• Metronidazole
11
Infeksi Menular
Seksual
IMS

HPV SIFILIS
Human papillomavirus (HPV) Treponema pallidum

• Kanker serviks • Lesi Primer


• Kondiloma akuminata • Lesi Sekunder
• Kanker vulva • Fase Laten
• Kanker vagina • Lesi Tersier

• Penisilin G benzatin 2,4 juta unit IM


Pencegahan kanker serviks: 1x/minggu selama 3 minggu, atau
Vaksin HPV • Doksisiklin 100 mg 2x/hari (28 hari)
IMS
Gonore HIV

Neisseria gonorrhoeae Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Gejala : Stadium Klinis :


• Discharge vagina hijau kekuningan • Stadium I
• Disuria • Stadium II
• Nyeri abdomen bawah • Stadium III
• Stadium IV
Tatalaksana :
• Edukasi
• Tiamfenikol 3,5 gr per oral dosis tunggal, atau Tatalaksana :
ofloksasin 400 mg per oral dosis tunggal, atau • Terapi antriretroviral (ARV)
kanamisin 2 gram intra muscular (IM) dosis • Pemberian profilaksis kotrimoksazol
tunggal, atau spektinomisin 2 gram IM dosis
tunggal.
Trichomoniasis
Faktor Risiko :
protozoa Trichomonas vaginalis • Riwayat penyakit menular seksual
• Pasangan seksual yang banyak
• Kontak dengan pasangan seksual yang terinfeksi
• Penyalahgunaan obat-obatan
Gejala :
• Tidak menggunakan kontrasepsi barrier
• Discharge berbau tidak enak, warna kuning-
kehijauan
• Dispareunia, Disuria, Nyeri pelvis
• Pruritus/Eritem vulva
Pemeriksaan :
o Pada pmx fisik ditemukan strawberry cervix
o Pmx mikroskopis preparat sediaan basah ditemukan T.
Tatalaksana : vaginalis
o Kenaikan kadar pH vagina > 4,5
3 Pilihan regimen terapi o Whiff test positif
• 2 gram metronidazole dosis tunggal
• 2 gram tinidazole dosis tunggal
• 500 mg metronidazole 2x sehari selama 7 hari
12
Kanker Ginekologi
Merupakan kanker yang berkembang di organ reproduksi wanita.

KANKER KANKER KANKER


SERVIKS ENDOMETRIUM OVARIUM

Paling sering : Paling sering : Kanker tersering ke 8 pada


ke 3 dari keseluruhan kanker Pada wanita post menopause wanita (6.3 insidens per
pada wanita (terutama pada 100.000)
negara berkembang). Faktor risiko:
High BMI, nulli/primipara, Faktor risiko:
Faktor risiko: melahirkan pada usia muda, Terapi hormone estrogen,
infeksi HPV, HIV, KB DM tipe II, riwayat kanker merokok, paparan radiasi,
kombinasi oral, merokok, keluarga, riwayat terapi riwayat kanker keluarga,
paparan dietilstilbestrol hormone (estrogen, estrogen- mutase gen BRCA1/BRCA2,
progresteron) high BMI
Upaya pencegahan: vaksin
HPV16 & 18 Tipe Penurunan risiko :
I : hormone sensitive Multiparitas, KB oral,
Deteksi dini : survival rate II : poorly differentiated, x menyusui, histerektomi, ligase
>90% berhubungan dengan tuba
hormone, prognosis buruk
Tipe
Epitelial 95%, Stroma 5%,
Germ cell <5%
KANKER TROFOBLASTIK GESTASIONAL
KANKER TUBA FALLOPI (koriokarsinoma)
Insidensi jarang.
Gejala klinis, diagnosis, terapi, prognosis 0.6% dari seluruh kanker ginekologi
menyerupai kanker ovarium.
Berasal dari jaringan trofoblastik plasenta.
Penurunan risiko:
Paritas dan sterilisasi Faktor risiko:
Usia maternal (<20 th; >40 th), riwayat mola
Infeksi Chlamydia trachomatis (salpingitis) dan HPV hidatidosa, KB oral
belum terbukti meningkatkan risiko.

KANKER VAGINA KANKER VULVA


Insidensi jarang (0.3-0.7 per 100.000) Insidensi jarang (1.5 per 100.000)

Faktor risiko : Faktor Risiko :


Paparan diestilbestrol, HPV16, HIV tipe 1 Infeksi HIV tipe I; HPV 16, 18, 33
Kanker ginekologi menyebar dengan cara: Staging
• Langsung menyerang jaringan dan organ
di sekitarnya Klasifikasi stadium menurut FIGO
• Menyebar (bermetastasis) melalui I : terbatas pada organ
pembuluh limfatik dan kelenjar getah II : menginvasi jaringan sekitar
III : menyebar ke nodus limpa
bening (sistem limfatik) atau melalui
IV : menyebar ke organ yang lebih jauh
aliran darah ke bagian tubuh yang jauh

Diagnosis Tatalaksana
• Pemeriksaan Panggul Tatalaksana tergantung jenis dan stadium.
Pemeriksaan panggul rutin dan skrining dapat Terapi dapat tunggal atau kombinasi dari :
mendeteksi dini terjadi kanker. • Pembedahan
Skrining: • Radiasi
Ca serviks : Pap smear, IVA test & test DNA - Eksternal
HPV - Internal
• Kemoterapi
• Biopsi
Untuk memastikan atau mengesampingkan
diagnosis. Untuk Ca endometrium & ovarium : pembedahan
pengangkatan tumor merupakan terapi utama.
24. Miller, R.J. et al. (2008) ‘Surgical Correction of Vaginal Anomalies’, Clinical Obstetric and Ginecology. Lippincott Williams &

Daftar Pustaka
Wilkins., Volume 51, Number 2, 223–236.
25. Mungadi, I. et al. (2010) ‘Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser syndrome: Surgical management of two cases’, Journal of Surgical
Technique and Case Report, 2(1), p. 39. doi: 10.4103/2006-8808.63725.
26. Nurinasari, H, Anggraeni, A, Wisdayanti, S (2020). Buku saku dokter muda obstetri dan ginekologi. Surakarta: Rumah Sakit UNS.
27. Nayak, A. U. et al. (2010) ‘Hematometra and acute abdomen’, Journal of Emergencies, Trauma and Shock, 3(2), pp. 191–192. doi:
10.4103/0974-2700.62117.
1. Akhtar, MA; Saravelos, SH; Li, TC; Jayaprakasan, K. Reproductive Implications and Management of Congenital Uterine Anomalies. BJOG: An
28. Ndefo, U. A., Eaton, A., & Green, M. R. (2013). Polycystic ovary syndrome: a review of treatment options with a focus on
International Journal of Obstetrics & Gynaecology, 2019;1471-0528.15968
pharmacological approaches. P & T : a peer-reviewed journal for formulary management, 38(6), 336–355.
2. Andrea C, Jacopo DG, Piergiorgio S, Nina M, Stefano RG, Petro L, et al. Uterine fibroids: Pathogenesis and interactions with endometrium and
29. Netter, Frank H. Atlas Of Human Anatomy 25th Edition. Jakarta: EGC, ... Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran; 2010
endomyometrial junction. Obstet Gynecol Int. 2013;173184.
30. Paulsen, F. Wasche, J. (2013).Sobotta Altas. Anatomi Manusia Umum dan Sistem. Muskuloskeletal. EGC. Jakarta.
3. Andrea T, Antonio M. Uterine myoma, myomectomy and minimally invasive treatments. New York: Springer; 2015.
31. Prawirohardjo S. 2010. Ilmu Kebidanan. 4 ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
4. Barjon K, Mikhail LN. Uterine Leiomyomata. [Updated 2020 Aug 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
32. Peterson, C, Johnstone, E, Hammoud, A, Stanford, J, Varner, M, Kennedy, A, et al., (2013). Risk factors associated with
5. Calonje C. 2011. Cutaneous manifestations of human papillomaviruses: A review. Acta Dermatoven APA 3(20):145-54.
endometriosis: importance of study population for characterizing disease in the ENDO Study. American Journal of Obstetrics and
6. Chan YY, Jayaprakasan K, Zamora J, Thornton JG, Raine-Fenning N, Coomarasamy A. The prevalence of congenital uterine anomalies in unselected and
Gynecology, 208(6).
high-risk populations: a systematic review. Hum Reprod Update 2011;17:761–71.
33. Rao, Preetham; Bhide, Priya (2020). Controversies in the diagnosis of polycystic ovary syndrome. Therapeutic Advances in
7. Chen CJ, Thompson H. Uterine Prolapse. [Updated 2020 Nov 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Reproductive Health, 14(), 263349412091303–. doi:10.1177/2633494120913032
8. Farquhar, C (2007). Endometriosis. BMJ, 334(7587): 249-253.
34. Oelschlager, A. E. A. (2019) ‘Diagnosis and Management of Hymenal Variants: ACOG Committee Opinion, Number 780’, Obstetrics
9. Giri A, Hartmann KE, Hellwege JN, Velez Edwards DR, Edwards TL. Obesity and pelvic organ prolapse: a systematic review and meta-analysis of
and Gynecology, 133(6), pp. e372–e376. doi: 10.1097/AOG.0000000000003283.
observational studies. Am J Obstet Gynecol. 2017 Jul;217(1):11-26.e3.
35. Rathod, S. et al. (2014) ‘Imperforate hymen and its complications: report of two cases and review of literature’, International Journal
10. Grimbizis GF, Gordts S, Di Spiezio Sardo A, Brucker S, De Angelis C, Gergolet M, et al. The ESHRE/ESGE consensus on the classification of female
of Reproduction, Contraception, Obstetrics and Gynecology, 3(3), pp. 839–842. doi: 10.5455/2320-1770.ijrcog20140965.
genital tract congenital anomalies. Hum Reprod 2013;28:2032–44
36. Rafael FV, Geraldine EE. Pathophysiology of uterine myomas and its clinical implications. New York: Springer; 2015.
11. Goldblum, JR, McKenney, JK, Lamps, LW, Myers JL (2018). Rosai and ackerman’s surgical pathology 11th edition. Philadelphia: Elsevier.
37. Raassen TJ, Ngongo CJ, Mahendeka MM. Iatrogenic genitourinary fistula: an 18-year
12. Hall, JE, Hall, ME (2021). Guyton and hall textbook of medical physiology 14th edition. Philadelphia: Elsevier.
38. Ruggeri, G. et al. (2012) ‘Vaginal malformations: A proposed classification based on embryological, anatomical and clinical criteria
13. Himpunan Endokrinologi-Reproduksi dan Fertilitas Indonesia-POGI (2013). Konsensus tatalaksana nyeri haid pada endometriosis. Jakarta: POGI.
and their surgical management (an analysis of 167 cases)’, Pediatric Surgery International, 28(8), pp. 797–803. doi: 10.1007/s00383-
14. Hoffman, BL, Schorge, JO, Bradshaw, KD, Halvorson, LM, Schaffer, JI, Corton, MM (2016). Williams gynecology 3rd edition. New York: McGraw Hill
012-3121-7.
Education.
39. Stuebe Alison, Auguste Tamika, G. M. (2018) ‘Acog c ommittee opinion’, Obstetrics & Gynecology, 131(736), pp. 140–150.
15. Harrison, M. S., Mabeya, H., Goldenberg, R. L., & McClure, E. M. (2015). Urogenital fistula reviewed: a marker of severe maternal morbidity and an
40. Setiawati, D., 2014. Human Papilloma Virus Dan Kanker Serviks. Al-Sihah : Public Health Science Journal, VI(2).
indicator of the quality of maternal healthcare delivery. Maternal health, neonatology and perinatology, 1, 20.
41. Speca S, Napolitano C, Tagliafeni G. The pathogenetic enigma of polycystic ovary Syndrome. Journal of Ultrasound 2007;10:l53-60.
16. Hook EW. Syphilis. Lancet. 2017 Apr 15;389(10078):1550-1557.
42. Schumann, JA, Plasner, S (2021). Trichomoniasis. Treasure Islands: StatPearls Publishing.
17. Ikatan Dokter Indonesia. (2014). Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi I. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia.
43. Sherwood, L, Ward, C (2019). Human physiology from cells to systems. Ontario: Nelson Education.
18. Kimberley, N. et al. (2012) ‘Vaginal Agenesis, the Hymen, and Associated Anomalies’, Journal of Pediatric and Adolescent Gynecology. Elsevier Inc.,
44. Verstraelen, H, Verhelst, R (2009). Bacterial vaginosis: an update on diagnosis and treatment. Expert Review of Anti-Infective
25(1), pp. 54–58. doi: 10.1016/j.jpag.2011.08.003.
Therapy, 7(9): 1109–1124.
19. Kairys, N, Garg, M (2020). Bacterial vaginosis. Treasure Islands: StatPearls Publishing.
45. Tudor ME, Al Aboud AM, Gossman WG. Syphilis. [Updated 2021 Mar 22]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
20. Kristi A Tough, D., Monica M, C. and Nicole W, K., 2019. Pelvic Inflammatory Disease: Background, Pathophysiology, Etiology. [online]
Publishing; 2021 Jan-Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534780/
Emedicine.medscape.com. Available at: <https://emedicine.medscape.com/article/256448-overview#a2> [Accessed 19 April 2021].
46. Wong MJ, Wong K, Rezvan A, et al. Urogenital fistula. Female Pelvic Medicine & Reconstructive Surgery. 2012 Mar-Apr;18(2):71-8;
21. Lee, K. et al. (2019) ‘Imperforate Hymen: A Comprehensive Systematic Review’, Journal of Clinical Medicine, 8(1), p. 56. doi: 10.3390/jcm8010056.
quiz 78. retrospective review of 805 injuries. Int Urogynecol J. 2014 Dec; 25(12):1699-706.
22. Letterie GS. Management of congenital uterine abnormalities. Reprod Biomed Online 2011;23:40–52.
47. Zondervan, KT, Becker, CM, Missmer, SA (2020). Endometriosis. New England Journal of Medicine, 382(13): 1244-1256.
23. Madhu, Chendrimada; Swift, Steven; Moloney-Geany, Sophie; Drake, Marcus J. How to use the Pelvic Organ Prolapse Quantification (POP-Q) system?.
Neurourology and Urodynamics, 2018;37(S6), S39–S43
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai