Semakin baik mutu semen maka semakin lama mengeras atau membatunya
jika dicampur dengan air, dengan angka-angka hidrolitas yang dapat dihitung
dengan rumus
(% SiO2 + % Al2O3 + Fe2O3) : (%CaO +%MgO)
Angka hidrolitas ini berkisar antara <1/1,5 (lemah) hingga >1/2 (keras sekali).
Namun demikian dalam industri semen angka hidrolitas ini harus dijaga secara
teliti untuk mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan
1/2,15.
2. Proses Pembuatan Semen
a. Proses basah
b. Proses kering
c. Proses pencampuran
d. Proses pembakaran raw meal
e. Proses pendinginan terak
f. Proses penggilingan akhir
3. Kimia Semen
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan
pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk,
tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu
pada pencampuran dengan air.
Semen portland tipe I dengan bahan baku sebagai berikut:
1. Batu gamping (77%)
2. Batu lempung (15%)
5. Gypsum
3. Senyawa sulfur (SO2, SO3, SO4), apabila terlalu tinggi dapat mengakibatkan:
Menurunkan temperatur terbentuknya fase cair sebesar 100°C dan
menurunkan viskositas
4. Khlorida (Cl), bila terlalu tinggi dapat menyebabkan:
Terbentuk labih banyak senyawa KCl dan NaCl yang dapat
menyebabkanmasalah dalam
Operasional dimana seluruh senyawa akan menguap pada tahap
pembakaran
Menambah pembentukan fase cair
Ancaman bahaya yang pertama, dapat ditelisik mulai dari bahannya. Sebab
bahan baku semen merupakan jenis bebatuan yang tergolong sumber daya
alam yang tidak terbarukan. Maka eksplorasi yang terus menerus dan
berlebihan, pasti akan mengganggu keseimbangan lingkungan. Misalnya
berkurangnya ketersediaan air tanah.
Ancaman bahaya yang kedua, menyangkut teknologi. Seiring dengan proses
produksi semen, dihasilkan pula gas karbon dioksida (CO2) dalam jumlah yang
banyak sehingga sangat mempengaruhi kondisi atmosfer dan mempercepat
terjadinya pemanasan global.