Anda di halaman 1dari 31

REFERAT

TRAUMA KIMIA PADA


MATA
Oleh :
Talida Hasna Agustina G4A017084

Pembimbing:
dr. Prima Sugesty Nurlaila, Sp.M

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
 
2019
PENDAHULUAN : TRAUMA MATA
MERUPAKAN KASUS GAWAT DARURAT
OFTALMOLOGI
 Perlukaan yang ditimbulkan : ringan – berat
 Dapat menimbulkan kebutaan – kehilangan mata
 Salah satu penyebabnya : TRAUMA KIMIA
(trauma akibat basa dan asam pada mata)
 Kelompok usia 20 - 40 tahun merupakan yang
paling sering terkena trauma kimia, dengan resiko
lebih besar pada laki –laki (3 :1)
 61% trauma kimia mata disebabkan oleh
kecelakaan industrial, 37% terjadi di rumah, dan
sisanya oleh sebab yang lain
2
TINJAUAN
PUSTAKA

3
ANATOMI MATA
 Bola mata dibungkus oleh
3 lapisan jaringan :
1. Sklera : bag. terluar
dengan bag. terdepannya
yaitu kornea
2. Jaringan uvea : jaringan
vaskuler – terdiri atas iris,
badan siliar, dan khoroid
3. Retina : bag. terdalam –
merupakan membran
neurosensoris

4
DEFINISI & ETIOLOGI


Trauma kimia pada mata merupakan trauma
yang mengenai bola mata akibat terpercik
/terpapar bahan kimia baik yang bersifat asam
ataupun basa (pH <7 ataupun zat basa pH >7)
yang dapat merusak struktur bola mata.

Secara international, 80% dari trauma kimia


dikarenakan oleh pajanan saat bekerja.

5
EPIDEMIOLOGI

“ Trauma kimia pada mata termasuk


salah satu trauma yang paling umum
terjadi di negara berkembang, dengan
prevalensi antara 1.25 sampai 4.4 %.

Laki-laki 3 kali lebih mungkin mengalami cedera kimia daripada


perempuan. Cedera kimia dapat menyerang populasi mana pun;
Namun, sebagian besar cedera terjadi pada pasien berusia 16-45
tahun (Ventocilla, 2019).

6
Klasifikasi
 Klasifikasi ditetapkan berdasarkan tingkat kejernihan kornea dan
keparahan iskemik limbus
 Tujuan : untuk penatalaksaan yang sesuai dengan kerusakan yang
muncul, indikasi penentuan prognosi.

Tabel 1. Klasifikasi tingkat keparahan akibat trauma kimia berdasarkan M.J. Roper-Hall

Grade Kornea Konjungtiva/Limbus Prognosis


I Defek epitel kornea Iskemia (-) Sangat Baik
II Kornea berkabut,gambaran Iskemia < 1/3 limbus Baik
iris masih terlihat
III Kerusakan epitel kornea Iskemia 1/3 – 1/2 limbus Kurang Baik
total, stroma berkabut,
gambaran iris tidak jelas
IV Kornea keruh/putih, detail Iskemia > 1/2 limbus Sangat Buruk
iris dan pupil tidak jelas 7
Grade I Grade II


Kornea
berkabut,gambaran iris

Defek epitel kornea masih terlihat

Iskemia < 1/3 limbus

Grade III Grade IV

Kerusakan epitel kornea total, Kornea keruh/putih, detail


stroma berkabut, gambaran iris iris dan pupil tidak jelas
tidak jelas
Iskemia > 1/2 limbus
Iskemia 1/3 – 1/2 limbus

Derajat keparahan trauma kimia berdasarkan Roper-Hall

8
Klasifikasi khusus trauma basa menurut Thoft

Derajat 1 Hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis


pungtata
Derajat 2 Hiperemi konjungtiva disertai dengan
hilangnya epitel kornea
Derajat 3 Hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva
dan lepasnya epitel kornea
Derajat 4 Konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%

9
TRAUMA ASAM PADA MATA:
 Asam dipisahkan dalam dua mekanisme : ion hidrogen
dan anion dalam kornea.
 Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan
mengubah pH
 Molekul anion merusak dengan cara denaturasi protein,
presipitasi dan koagulasi
 Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang
lebih lanjut dari zat asam  tampilan ground glass dari
stroma korneal  trauma pada mata yang disebabkan
oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan

10
PATOFISIOLOGI TRAUMA ASAM PADA MATA

11
menunjukkan koagulasi protein
pada mata akibat trauma asam,
menimbulkan kekeruhan pada
kornea, bisa menimbulkan katarak.

menunjukkan mata pada bagian


konjungtiva bulbi yang hiperemis
dan pupil yang melebar karena
peningkatan tekanan intraokular

12
Tabel 2. Bahan Penyebab Trauma Kimia Asam (ACEP)
KOMPONEN AKTIF SUMBER UTAMA CATATAN
Asam sulfat (H2SO4) • Pembersih industri Percampuran dengan
• Air accu air mata menyebabkan
cedera panas, dapat
disertai dengan
adanya benda asing
atau robekan jaringan
Asam sulfit (H2SO3) • Terbentuk dari Relatif lebih mudah
percampuran sulfur berpenetrasi
diokida (SO2) dengan dibandingkan asam
air mata lainnya
• Pengawet
buah/sayuran
• Bahan pemutih
• Bahan pendingin

13
Asam hidrofluorik • Bahan pemoles kaca Mudah berpenetrasi
(HF) • pemisah mineral dan menyebabkan
• alkilasi bensin trauma yang PALING
• produksi silicon PARAH, efek sama
dengan trauma basa
Asam klorida (HCL) Digunakan sebagai Kerusakan berat bila
larutan pembersih 31- konsentrasi pekat dan
38% pajanan kronis
Asam cuka Cuka 4-10%, cuka biang Trauma ringan bila
(CH3COOH) 80%, asam asetat konsentrasi <10%,
glasial 90% kerusakan meningkat
bila konsentrasi pekat
Chromik (Cr2O3) Industri pelapisan krom Pajanan yang kronis
dapat menyebabkan
konjungtivitis kronis
dengan brown
discoloration

14
TRAUMA BASA PADA MATA


 Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam
 Bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik
dimana dapat secara cepat untuk penetrasi sel membran dan
masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina

Trauma pada Mata Akibat Bahan Kimia Basa/Alkali (AAO)

15
PATOFISIOLOGI TRAUMA BASA PADA MATA

16
Bahan alkali yang biasanya menyebabkan trauma kimia adalah:
NH3 banyak ditemukan pada bahan pembersih rumah
tangga, zat pendingin, dan pupuk
NaOH sering ditemukan pada pembersih pipa

KOH seperti caustic potash

Mg(OH)2 seperti pada kembang api

Ca(OH)2 seperti pada perekat, mortar, semen dan kapur.

17
PENEGAKAN
DIAGNOSIS
Anamnesis, gejala klinis, dan pemeriksaan fisik dan
penunjang

18
Anamnesis
Sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan atau tersemprot
gas pada mata atau partikel-partikelnya masuk ke dalam mata. Perlu
diketahui apa persisnya zat kimia dan bagaimana terjadinya trauma
tersebut (misalnya tersiram sekali atau akibat ledakan dengan
kecepatan tinggi) serta kapan terjadinya trauma tersebut. Penurunan
visus terjadi tiba-tiba atau progresif. Adanya nyeri, lakrimasi,
pandangan kabur.

Gejala Klinis
Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora,
blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam
biasanya dapat segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis
superfisial kornea. Sedangkan pada trauma basa, kehilangan penglihatan
sering bermanifestasi beberapa hari sesudah kejadian
19
Secara umum dari pemeriksaan fisik dapat dijumpai :
 Kekeruhan kornea yang dapat bervariasi dari kornea jernih
sampai opasifikasi total sehingga menutupi gambaran bilik mata
depan
 Perforasi kornea
 Reaksi inflamasi bilik mata depan, dalam bentuk flare dan cells
 Peningkatan tekanan intraokular
 Kerusakan / jaringan parut pada adneksa
 Inflamasi konjungtiva
 Iskemia perilimbus
 Penurunan tajam penglihatan

Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan pH


bola mata secara berkala dengan kertas
lakmus. Irigasi pada mata harus
dilakukan sampai tercapai pH normal
20
TATALAKSANA
Tujuan utama dari terapi adalah menekan inflamasi, nyeri,
dan risiko inflamasi.

21
Tatalaksana emergensi yang diberikan yaitu
(Drake, et al., 2012):

 Irigasi mata, sebaiknya menggunakan larutan Salin


atau Ringer laktat selama minimal 30 menit. Tarik
kelopak mata bawah dan eversi kelopak mata atas
untuk dapat mengirigasi forniks.
 5 – 10 menit setelah irigasi dihentikan, ukurlah pH
dengan menggunakan kertas lakmus. Irigasi
diteruskan hingga mencapai pH netral (pH=7.0)
 Jika pH masih tetap tinggi, konjungtiva forniks diswab
dengan menggunakan moistened cotton-tipped
applicator atau glass rod. Penggunaan Desmarres
eyelid retractor dapat membantu dalam pembersihan
partikel dari forniks dalam.

22
Tatalaksana untuk trauma kimia derajat
ringan hingga sedang meliputi: 

 Fornices diswab dengan menggunakan moistened


cotton-tipped applicator atau glass rod untuk
membersihkan partikel, konjungtiva dan kornea
yang nekrosis
 Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%) untuk
mencegah spasme silier
 Antibiotik topikal spektrum luas sebagai profilaksis
untuk infeksi
 Analgesik oral untuk mengatasi nyeri.
 Jika terjadi peningkatan tekanan intraokular > 30
mmHg dapat diberikan Acetazolamid (4x250 mg
atau 2x500 mg ,oral), betablocker (Timolol 0,5%
atau Levobunolol 0,5%).
 Dapat diberikan air mata artifisial (jika tidak
dilakukan pressure patch).
23
Tatalaksana untuk trauma kimia
berat meliputi: 
 Rujuk ke rumah sakit
 Debridement jaringan nekrotik
 Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%)
diberikan 3-4 kali sehari
 Antibiotik topikal (Trimetoprim/polymixin-Polytrim
4 kali sehari; eritromisin 2-4 kali sehari)
 Steroid topikal ( Prednisolon acetate 1%;
dexametasone 0,1%  4-9 kali per hari)
 Medikasi antiglaukoma jika terjadi peningkatan
tekanan intraokular
 Diberikan pressure patch di setelah diberikan
tetes atau salep mata.
 Dapat diberikan air mata artifisial.

24
TEKNIK IRIGASI
1. Jelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan
2. Gunakan anestesi lokal jika perlu
3. Buka kelopak mata secara hati-hati dengan
penekanan di tulang, bukan di bola mata
4. Bilas kornea dan forniks secara lembut menggunakan
larutan steril 30 cm di atas mata
5. Bersihkan semua partikel dengan menggunakan
kapas aplikator atau dengan forceps
6. Lakukan pembilasan juga pada konjungtiva palpebral
dengan mengeversi kelopak mata

25
KOMPLIKASI

26
Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma
basa pada mata antara lain:
 Simblefaron, adalah gejala gerak mata terganggu,
diplopia, lagoftalmus, sehingga kornea dan
penglihatan terganggu. 
 Kornea keruh, edema, neovaskuler 
 Sindroma mata kering 
 Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan
mata sering menyebabkan katarak.
 Glaukoma sudut tertutup 
 Entropion dan phthisis bulbi

Simblefaron Ptisis Bulbi


27
PROGNOSIS
 Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan
penyebab trauma tersebut, derajat iskemik pada pembuluh
darah limbus dan konjungtiva
 Iskemik yang paling luas pada pembuluh darah limbus dan
konjungtiva memberikan prognosa yang buruk.
 Bentuk paling berat pada trauma kimia  gambaran “cooked
fish eye” dimana prognosisnya adalah yang paling buruk, dapat
terjadi kebutaan.
 Kebanyakan kasus dapat sembuh sempurna meskipun ada juga
yang disertai komplikasi

28
Cooked -Fish Eye

29
KESIMPULAN



Trauma kimia pada mata merupakan salah satu
keadaan kedaruratan oftalmologi
Mekanisme cedera antara trauma asam dan trauma
basa sedikit berbeda.
 Trauma yang disebabkan oleh bahan basa lebih
cepat merusak dan menembus kornea
dibandingkan bahan asam
 Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma
kimia adalah irigasi mata dengan segera sampai
pH mata kembali normal dan diikuti dengan
pemberian obat terutama antibiotik, antiglaukoma,
dan lain lain.

30
TERIMA KASIH

31

Anda mungkin juga menyukai