Anda di halaman 1dari 39

Clinical Science Session

TRAUMA KIMIA
PADA MATA
Oleh :
Dwitri Ramadhana Dirizky
Novia Nadhira
Ramadhoni Mardi
Syiti Tania Hasnan

Preseptor :
Dr. Weni Helvinda, Sp.M (K)
Bagian Ilmu Kesehatan Mata
RSUP Dr. M. Djamil Padang
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
PENDAHULUAN
Latar Belakang

 Kasus gawat darurat: ringan – berat – kebutaan – kehilangan mata.


 Amerika Serikat : trauma mata merupakan 3-4 % dari seluruh kecelakaan kerja.
 84% merupakan trauma kimia.
 15-20% pasien dengan luka bakar pada wajah menunjukkan adanya trauma pada
mata.
 di negara berkembang: 80% trauma kimia pada mata berhubungan dengan
industri atau pekerjaan pasien.

3
Latar Belakang
 Terjadi di laboratorium, industri, pekerjaaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan
pertanian, dan peperangan yang memakai bahan kimia
 Menyerang berbagai macam struktur ocular dan berpotensi menyebabkan
kebutaan.
 Keparahan luka yang timbul tergantung zat penyebabnya, berapa lama kontak,
dan penanganan
 Bahan kimia asam pada umumnya menyebabkan kerusakan lebih ringan daripada
basa
 Sering dua mata yang terkena

4
Batasan Masalah

definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi,


diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis dari
trauma kimia pada mata.

5
Tujuan Penulisan
menambah pengetahuan para dokter muda mengenai
trauma kimia pada mata.

Metode Penulisan
menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu
pada berbagai literatur.

6
Tinjauan Pustaka
Definisi

 Trauma mata : tindakan sengaja maupun tidak yang dapat


menimbulkan perlukaan pada mata.
 Trauma kimia mata : disebabkan oeh zat kimia yang dapat berupa
asam atau basa.
 Kegawatdaruratan penyakit mata

8
Etiologi
 Trauma kimia biasanya disebabkan bahan-bahan yang tersemprot
atau terpercik pada wajah
Sulfuric acid (H2SO4), contohnya aki mobil,
bahan pembersih

Sulfurous acid (H2SO3), pada pengawet sayur


TRAUMA KIMIA

dan buah
Asam
Hydrofluoric acid (HF), pada pembersih karat

Acetic acid (CH3COOH), pada cuka

Hydrochloric acid (HCl) 31-38%, zat pembersih


Basa/alkali
9
TRAUMA KIMIA
Asam Amonia (NH3), pada bahan pembersih rumah
tangga, zat pendingin, dan pupuk

NaOH, serig ditemukan pada pembersih pipa

Potassium hydroxide (KOH), seperti caustic potash


Basa/alkali
Magnesium Hydroxide (Mg(OH)2) pada kembang
api

Lime(Ca(OH)2), pada perekat, mortar, semen dan


kapur.
Patofisiologi : Trauma Asam
Ion HIdrogen
Molekul hidrogen
Ion Anion
merusak permukaan
okuler dengan anion merusak
mengubah pH dengan cara
Koagulasi protein
- denaturasi protein
- mencegah penetrasi
- presipitasi yang lebih lanjut dari
- dan koagulasi zat asam
- menyebabkan
tampilan ground glass
dari stroma kornea

11
Denaturasi & Cendrung
Mengenai presipitasi dg terlokalisir
jaringan jaringan karna adanya
protein sekitar buffer

Epitel kornea
Juga mengalami terlepas,
Mengenai presipitasi shg tjd mengalami
kornea koagulasi kekeruhan jika
mengenai mata

The Power of PowerPoint | 12


koagulasi protein pada mata
akibat trauma asam, dan
menimbulkan kekeruhan
pada kornea

13
mata yang pada bagian
konjungtiva bulbi yang
hiperemis dan pupil yang
melebar

The Power of PowerPoint | 14


Asam Hidroflorida
 secara cepat melewati membran sel, seperti alkali.
 Ion fluorida dilepaskan kedalam sel, dan memungkinkan menghambat
enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan magnesium
membentuk insoluble complexes
 Nyeri lokal yang ekstrim bisa terjadi akibat immobilisasi ion kalsium, yang
berujung pada stimulasi saraf dengan pemindahan ion potassium
 Fluorinosis akut terjadi ketika ion fluorida memasuki sistem sirkulasi, dan
menimbulkan gejala pada jantung, pernafasan, gastrointestinal, dan
neurologik

15
Patofisiologi : Trauma Basa
 lebih berat daripada trauma asam.
 Basa bersifat hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat untuk
penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan
sampai retina
 terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea
 bersifat koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi, disertai dengan
dehidrasi

16
safonifikasi
disertai dengan mempermudah
Pecah/rusaknya
disosiasi asam penetrasi lebih
sel jaringan
lemak membran lanjut zat alkali
sel

Serat kolagen
Hilangnya Penggumpalan kornea akan
mukopolisakarid sel kornea atau bengkak dan
a jaringan, keratosis stroma kornea
akan mati

terdapat
serbukan sel Membran sel
Disertai
epitel kornea
polimorfonuklea terjadinya
rusak, sel epitel
r ke dalam neovaskularisasi
diatasnya lepas
stroma kornea,

The Power of PowerPoint | 17


 Terbentuk sel epitel yang baru, berhubungan langsung dg stroma
dibawahnya
 Jika ada gangguan penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan
ulkus kornea, dapat terjadi perforasi kornea
 Pembentukan ulkus berhenti hanya bila terjadi epiteli sasi lengkap
atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea

18
Gambaran Klinis
Fase
Immediate

Fase Akut

Fase
Pemulihan
dini

Fase
Pemulihan
Akhir

19
Fase Immediate
 dinilai 3 hal yaitu : Tingkat keparahan trauma, prognosis, terapi yang
diberikan
 Klasifikasi Hughes
Ringan : erosi epitel kornea, kornea sedikit kabur, tidak ada nekrosis iskemik
konjungtiva atau sclera.
Sedang : Opasitas kornea mengaburkan detail iris, nekrosis iskemik yang
minimal di konjungtiva dan sclera.
Berat : Garis pupil kabur, iskemik nekrosis konjungtiva atau sclera yang
signifikanterjadi penghancuran jaringan kolagen kornea

20
 Klasifikasi Thoft
Grade 1 : kerusakan epitel kornea, tidak ada iskemik
Grade 2 : Kornea kabur, tapi iris masih bias terlihat, iskemik kecil dari 1/3
limbus
Grade 3 : Epitel kornea hilang total, stroma kabur sehingga iris juga terlihat
kabur, iskemik sepertiga sampai setengah limbus
Grade 4 : Kornea opak, iskemik lebih dari setengah limbus

21
The Power of PowerPoint | 22
Fase Akut
diperhatikan selama fase ini (minggu pertama setelah trauma) :
 Ada atau tidaknya re-epitelisasi
 Kejernihan kornea dan lensa
 Tekanan intra okuler
 Inflamasi di bilik mata depan

23
Fase Pemulihan Dini

 fase ini yang di monitor adalah sama pada fase akut di tambah dengan
perubahan dalam kejernihan dan ketebalan kornea
 trauma kimia yang tidak terlalu parah, biasanya pada fase ini re-epitelisasi
telah selesai, dengan tanda opasifikasi tidak ada lagi

24
Fase Pemulihan Akhir

 Re-epitelisasi komplit atau hampir komplit


 Trauma yang luas dan berat menyebabkan re-epitelisasi kornea dan epitel
konjungtiva

25
Diagnosis
Anamnesis

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan penunjang

The Power of PowerPoint | 26


DIAGNOSIS

Anamnesis
 Tanyakan pada anamnesa mengenai jenis zat kimia penyebab, nama dagang
atau tipe produknya.
 Kapan terjadi kecelakan dan lamanya zat kimia penyebab berkontak dengan
mata.
 Tindakan awal membersihkan mata.
 Apa yang sedang dilakukan saat kejadian.
 Penggunaan alat pelindung diri kacamata
Pemeriksaan Fisik
Setelah mata di irigasi dilakukan pemeriksaan mata yang teliti yang di titik
beratkan pada kejernihan dan keutuhan kornea, derajat iskemia limbus, dan
tekanan intra okuler. Supaya pasien lebih nyaman dan lebih kooperatif
sewaktu pemeriksaan, dapat diberikan anastesi topikal terlebih dahulu.
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan pH bola mata secara berkala dengan kertas lakmus. Irigasi pada
mata harus dilakukan sampai tercapai pH normal.
 Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp bertujuan untuk
mengetahui lokasi luka
Tatalaksana
Tatalaksana Emergensi
Medikamentosa
 Pembedahan
Tatalaksana Emergensi

 Irigasi mata, sebaiknya menggunakan larutan Salin atau Ringer laktat selama
minimal 30 menit.
 Lima sampai sepuluh menit setelah irigasi dihentikan, ukurlah pH dengan
menggunakan kertas lakmus
 Teruskan jika pH belum tujuh
 Jika pH masih tetap tinggi, konjungtiva fornices di swab dengan
menggunakan moistened cotton-tipped applicator atau glass rod

31
Tatalaksana trauma kimia
derajat ringan-sedang

 Fornices di swab dengan menggunakan moistened cotton-tipped applicator


atau glass rod.
 Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%)
 Antibiotik topikal spektrum luas
 Analgesik oral
 Acetazolamid jika terjadi peningkatan tekanan intraokular
 Tear film

32
Tatalaksana trauma kimia
derajat berat

 setelah dilakukan irigasi, rujuk ke rumah sakit untuk dilakukan monitor secara
intensif mengenai tekanan intraokular dan penyembuhan kornea
 Debridement jaringan nekrotik yang mengandung bahan asing
 Siklopegik
 Antibiotik topikal
 Steroid topikal
 Antiglaukoma jika tjd peningkatan tekanan intraokuler
 Diberikan pressure patch di setelah diberikan obat tetes atau salep mata
 Tear film

33
Komplikasi
 bergantung pada berat ringannya trauma, dan jenis trauma yang terjadi
 Simblefaron
 Kornea Keruh, edema neovaskuler
 Sindroma mata kering
 Katarak traumatik
 Glaukoma
 Entropion dan phthisis bulbi

34
35
Prognosis

 tergantug pada keparahan bagian yang terkena, khususna terkait defek epitel
kornea dan derajat iskemik limbus
 Kebanyakan kasus bisa sembuh sempurna
 Ada juga yang disertai komplikasi

36
Prognosis
 Hughes
derajat ringan : prognosis baik
derajat sedang : prognosis sedang
derajat berat : prognosis buruk
 Thoft
Grade 1 dan 2 : prognosis baik
Grade 3: prognosis dubia
Grade 4 : prognosis buruk
37
Kesimpulan
 Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam
dengan pH < 7 dan basa dengan pH > 7.
 Trauma basa biasanya memberikan dampak yang lebih berat daripada
trauma asam
 Gejala utama yang muncul pada trauma mata adalah epifora, blefarospasme
dan nyeri yang hebat
 Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata
dengan segera samapai pH mata kembali normal
 Upaya promotif dan preventif: menggunakan pelindung
38
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai