Anda di halaman 1dari 15

CEREBRAL SALT

WASTING (CSW)
OLEH : AFRIZAL EFFENDI RAMBE
PENDAHULUAN

• Pada tahun 1950, Peters dkk. pertama mengajukan hipotesis baru untuk menjelaskan
mekanisme hiponatremia pada pasien dengan cedera otak, 
• CSW didapatkan hipoosmolalitas plasma dengan hiperosmolalitas urin (rasio osmolalitas
urin: plasma >1), hyponatremia, natrium urin >20 mEq/L
• CSW terjadi pada penderita kelainan SSP dengan hyponatremi karena natriuresis
progresif disertai polyuria, hypovolume

Amine, Case report, 2022

Tridjaja B, Pateda V. Gangguan keseimbangan Cairan dan elektrolit. Dalam: Buku Ajar Endokrinologi Anak Edisi Kedua.
Penyunting: Batubara JRL, Triadjaja B, Pulungan AB. Badan Penerbit: Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2018;525-28.
CSW kehilangan natrium dari ginjal akibat gangguan
intrakranial  menyebabkan terjadinya
hiponatremia dan penurunan volume cairan
ekstraseluler.

 Patogenesis dari gangguan ini masih belum sepenuhnya dimengerti


 Respon simpatik, faktor natriuretik
 Penatalaksanaannya penggantian volume dan pemeliharaan keseimbangan garam yang
positif
 Hiponatremia berat dapat menyebabkan kejang dan edema serebral
DEFINISI
Kehilangan natrium dari ginjal
selama terjadinya gangguan pada
intrakranial yang mengakibatkan
terjadinya hiponatremia dan
berkurangnya volume cairan
ekstraseluler
EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI

Prevalensi tidak jelas pada subarachnoid


aneurisma bisa mencapai 57% Setelah operasi SSP, infeksi otak,
karsinoma, dan trauma kranial
Patofisiologi
Menghambat reabsobsi natrium
dan retensi cairan

Teori Teori
Peptida saraf
natriuretik simpatis
Faktor natriuretik
meningkat setelah cedera cedera otak menyebabkan sistem
otak saraf simpatis tidak dapat lagi
meningkatkan reabsorpsi natrium
dan merangsang pelepasan renin
Faktor natriuretik seperti atrial natriuretic
peptide (ANP), brain natriuretic peptide
Yee AH, Burns JD, Wijdicks EFM. Cerebral salt wasting: pathophysiology, diagnosis, and treatment. Neurosurg Clin N Am.
2010;21:339–52

(BNP).
Tridjaja B, Pateda V. Gangguan keseimbangan Cairan dan elektrolit. Dalam: Buku Ajar Endokrinologi Anak Edisi Kedua.
Penyunting: Batubara JRL, Triadjaja B, Pulungan AB. Badan Penerbit: Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2018;525-28.
PATOFISIOLOGI

• Peningkatan volume plasma menyebabkan pelebaran dinding atrial, sehingga merangsang


respon simpatik  peningkatan angiotensin II atau endotelin  peningkatan pelepasan
peptida. Natriuretic peptides dilepaskan oleh sistem saraf pusat untuk mengatur muatan
air dan Na dalam otak dan produksi liquor cerebrospinalis.
• Hubungan ANP atau BNP dengan tekanan intrakranial untuk pelepasan peptida
merupakan mekanisme kompensasi sehingga menyebabkan terjadinya renal salt wasting
untuk menjaga tekanan tetap konstan  mengurangi peningkatan tekanan intrakranial
yang ekstrim dan terjadinya vasospasme pada kasus subarachnoid hemorarge.

Dinar, case report. 2019


PATOFISIOLOGI

• CSW terjadi karna peningkatan kadar atrial natriuretic peptide (ANP) dan brain
natriuretic peptide (BNP) (376pg/mL, normal <30pg/ml)  Menghambatan
steroidogenesis di glomerulosa korteks adrenal,  defisiensi mineralokortikoid
• Fludrokortison merupakan mineralokortikoid sintetik yang mengikat aldosteron dan
reseptor kortisol
• Kedua peptida natriuretik menghambat langsung pelepasan aldosteron pada
glomerulosa korteks adrenal dan secara tidak langsung menghambatan pelepasan
renin di aparatus juxtaglomerular. 

Shilpa, Culeus 2018


Kriteria diagnosis untuk CSW adalah:

1. Adanya patologi atau cedera pada sistem saraf pusat,

2.Natrium darah < 130 mmol/L,

3. Natrium urin > 80 mmol/ hari atau > 20 mmol/L,

4.Tekanan osmotik plasma < 270 mmol/L,

5.Tekanan osmotik urin/ tekanan osmotik darah > 1,

6.Volume urin > 1800 ml/hari


 Tata laksana penyakit primer
 Rehidrasi: atasi dehidrasi dan mempertahankan balans cairan positif.
• Berikan NaCl 0,9%
• Koloid dapat dipertimbangkan
 Atasi hiponatremia
• Pemberian garam per oral atau cairan hipertonik (NaCl 3%)
• Jumlah natrium yang dibutuhkan dihitung sesuai dengan rumus
untuk menaikkan kadar natrium serum cukup hingga 130 mEq/L
• Koreksi hiponatremia tidak melebihi 1 mmol/L per jam
• untuk menghindari central pontine myelinolysis.
• Pemberian fludrokortison dosis 0,1-1 mg/hari

Dinar, case report. 2019

Tridjaja B, Pateda V. Gangguan keseimbangan Cairan dan elektrolit. Dalam: Buku Ajar Endokrinologi Anak Edisi Kedua.
Penyunting: Batubara JRL, Triadjaja B, Pulungan AB. Badan Penerbit: Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2018;525-28.
 Pemberian fludrokortison dosis 0,1-1 mg/hari.
• Efeknya merangsang reabsorpsi natrium dan air di tubulus distal,
menyebabkan peningkatan volume ekstraseluler.
• Efek samping yang paling sering adalah hipokalemia

 Pemantauan ketat tanda vital, status hidrasi, kadar natrium


Fludokortison bekerja langsung pada tubulus renal untuk
meningkatkan reabsorbsi dari sodium, tetapi memiliki efek sekunder
seperti hipokalemia, edema paru dan hipertensi dapat terjadi pada
pemakaian jangka panjang.
Dinar, case report, 2014
Kesimpulan
 Cerebral salt wasting syndrome merupakan kondisi hipovolemia
hiponatremia yang terdapat pada pasien dengan gangguan sistem
saraf pusat.
 Jika tidak didiagnosis dengan tepat dan dikelola dengan baik maka
dapat komplikasi yang lebih berat.
 Tercukupinya volume intravaskular dan pemenuhan kadar natrium
merupakan tujuan dari penatalaksanaan pasien dengan CSW, hal ini
dapat dicapai dengan kombinasi pemberian larutan saline isotonik,
saline hipertonik dan pemberian mineralkortikoid pada kasus yang
sulit.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai