Anda di halaman 1dari 73

Sosialisasi

Audit Kasus
Stunting untuk
Koryan Gizi
Kabupaten
Madiun
T P P S B I D A N G I N T E RV E N S I

MADIUN , 05 AGUSTUS 2022


Mandat Perpres No. 72/2021 ttg
01
Percepatan Penurunan Stunting

2
Penyelenggaraan Percepata Penurunan Stunting
dalam Perpres 72/2021 (1)

RENCANA AKSI
5 PILAR STRANAS NASIONAL
Ps 8 (3)
1. Peningkatan komitmen dan visi
kepemimpinan di kementerian/lembaga, 1. Penyediaan data keluarga
Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah berisiko stunting
STRANAS: Daerah kabupaten/kota, dan Pemerintah 2. Pendampingan keluarga
Desa; berisiko stunting
Acuan Dalam Rangka 2. Peningkatan komunikasi perubahan perilaku
Menyelenggarakan 3. Pendampingan semua calon
dan pemberdayaan masyarakat;
Percepatan Penurunan 3. Peningkatan konvergensi Intervensi Spesifik pengantin/calon PUS;
dan Intervensi Sensitif di 4. Surveilans keluarga berisiko
Stunting
kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah stunting
provinsi, Pemerintah Daerah kabupaten/kota, 5. Audit kasus stunting
dan Pemerintah Desa;
4. Peningkatan ketahanan pangan dan gizi pada
tingkat individu, keluarga, dan masyarakat;
< 14 % 5. Penguatan dan pengembangan sistem, data,
Ditetapkan oleh Kepala Badan
informasi, riset, dan inovasi
 Ps 8 (2)
Definisi Stunting dalam Perpres 72/2021

“ Stunting adalah gangguan


pertumbuhan dan
perkembangan anak akibat
kekurangan gizi kronis dan
infeksi berulang, yang
ditandai dengan panjang
atau tinggi badannya berada
di bawah standar yang
ditetapkan oleh menteri
yang menyelenggarakan ”
urusan pemerintahan di
• Anak sehat, tambah umur, semin
tumbuh dan berkembang  harus diukur
secara teratur
• Dipastikan anak tumbuh kembang secara
sehat  Asupan nutrisi dan bebas
penyakit (infeksi)
• Dipastikan anak mendapat gizi untuk
tumbuh (Inisiasi menyusu dini, ASI
Eksklusif, ASI sampai 2 tahun bahkan
lebih, Karbohidrat, Protein, Lemak)
• Dipastikan anak terlindungi penyakit
menular berat dengan imunisasi dasar
lengkap)
• Dipastikan lahir dari calon ayah ibu yang
sehat
• Dipastikan didukung layanan yang
terstandar
TIDAK MEMPUNYAI
MASALAH KESEHATAN
MASYARAKAT TERMASUK
STUNTING

Semua
Semua Balita 95% Gizi Baik
Ditimbang
6
Target Antara Percepatan Penurunan Stunting
(Lampiran A Perpres 72/2021)

 9 Indikator
 11 Indikator

BKKBN KEMENKES
KEMEN PUPR KEMENSOS
Indikator Stranas Untuk Pemda Kab/Kota
(Lampiran B Perpres 72/2021)
1. Persentase balita yang memperoleh
1. Persentase calon
imunisasi dasar lengkap
pengantin/calon ibu yang
1. Persentase ibu hamil 2. Persentase bayi usia kurang dari 6
menerima Tablet Tambah bulan mendapat air susu ibu (ASI)
Darah (TTD) Kurang Energi Kronik
(KEK) yang menerima 1. Persentase pelayanan eksklusif
2. Cakupan calon PUS yang 3. Persentase anak usia 6-23 bulan yang
tambahan asupan gizi keluarga berencana
menerima pendampingan mendapat Makanan Pendamping Air
2. Persentase ibu hamil pasca melahirkan
kesehatan reproduksi dan Susu Ibu (MP-ASI)
2. Persentase unmet need
Terdapat 22
edukasi gizi sejak 3 bulan yang mengonsumsi 4. Persentase anak berusia di bawah lima
pra-nikah Tablet Tambah Darah pelayanan keluarga
tahun (balita) gizi buruk yang
berencana
3. Persentase remaja putri
yang menerima layanan
(TTD) minimal 90 tablet
selama masa kehamilan
mendapat pelayanan tata laksana gizi
buruk
indikator dengan PJ-
pemeriksaan status 5. Persentase anak berusia di bawah lima nya adalah Pemerintah
anemia (hemoglobin) tahun (balita) gizi kurang yang Daerah kab/kota dengan
mendapat tambahan asupan gizi.
unit intervensi
Kelompok Calon
Ibu hamil Ibu masa interval
Balita (0-59 remaja, ibu hamil, ibu
bulan) masa interval, balita dan
sasaran pengantin/remaja
keluarga
Keluarga: (sumber: Perpres
1. Persentase keluarga yang stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) 72/2021)
2. Persentase keluarga yang melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
3. Cakupan pendampingan keluarga berisiko Stunting
4. Persentase Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dengan ibu hamil, ibu menyusui dan anak baduta yang menerima variasi bantuan pangan selain
beras dan telur (karbohidrat, protein hewani, protein nabati, vitamin dan mineral dan/atau Makanan Pendamping Air Susu
Ibu/MPASI)
5. Cakupan PUS dengan status miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang menerima bantuan tunai bersyarat
6. Cakupan PUS dengan status miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang menerima bantuan pangan non-tunai
7. Cakupan PUS dengan status miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang menerima Penerima Bantuan Iuran (PBI)
8. Persentase keluarga berisiko Stunting yang mendapatkan manfaat sumber daya pekarangan untuk peningkatan asupan gizi
9. Persentase keluarga berisiko Stunting yang mendapatkan promosi peningkatan konsumsi ikan dalam negeri
10. Tersedianya data hasil surveilans keluarga berisiko Stunting
Rencana Aksi Nasional
02 Percepatan Penurunan Stunting

(RAN PASTI)

9
Strategi Percepatan Penurunan Stunting
dalam RAN PASTI
2.
Pendekatan
Keluarga
Berisiko
Stunting

RAN
PAS
1.
Pendekatan
TI 3.
Pendekatan
Intervensi Gizi Multisektor
Terpadu dan
Multipihak
Aspek Makro/
Aspek Mikro Faktor Pendukung
Pendekatan Intervensi Gizi terpadu
Pendekatan Keluarga Berisiko Stunting
 Inkubasi

Ibu Pasca Persalinan


KB Pasca persalinan

Catin (Pra-
Sasaran: konsepsi)
Ibu Hamil Anak 0-23 Bulan Anak 24-59 Bulan
1. Anemia; 1. Anemia; 1.BBLR;
2. Umur < 19 Tahun 2. KEK; 2.PB<48cm;
3.ASI eksklusif;
3. Lila: < 23,5 cm 3. Pertumbuhan janin
4.Imunisasi;
4. IMT: < 18.4 kg/m2 terhambat (PJT) 5.MPASI;
4. 4T 6.Tata laksana gizi buruk/kurang & infeksi kronis;
7.Pemantauan pertumbuhan & perkembangan
PERIODE EMAS
1.000 Hari Pertama Kehidupan
Pengorganisasian RAN PASTI

Klaster Data Presisi Klaster Operasional Klaster Manajerial


• Data Stunting menggunakan • Kelembagaan (TPPS)
EPPGBM -- > HARUS PRESISI 1.Perencanaan &
• Dibagipakaikan secara luas • Sinergitas paket layanan penganggaran
• Sistem data stunting menjaga intervensi spesifik & sensitif 2.Pengawasan & pembinaan
kerahasiaan data (privacy), tidak berbasis keluarga sesuai kelompok akuntabilitas
terbuka dan diketahui oleh pihak- sasaran penyelenggaraan kegiatan
pihak yang tidak berhubungan dan • Konsolidasi manajemen kasus percepatan penurunan
tidak bertanggungjawab untuk stunting stunting
kepentingan lain. 3.Pemantauan, evaluasi dan
pelaporan

Kegiatan Prioritas, Kegiatan, Sasaran, Indikator

Pusat s/d Kab/Kota Pusat s/d Desa/Kelurahan Pusat s/d Kab/Kota


Pelaksanaan RAN di Kecamatan
1. Memperkuat
legal aspek
2. Perencanaan dan 4. Pemantauan,
Percepatan 3. Implementasi
Penganggaran Evaluasi dan Pelaporan
Penurunan
Stunting Prov-Kab/Kota
Kecamatan
• Membentuk Tim • Melakukan fasilitasi • Melaksanakan fungsi koordinasi • Melakukan verifikasi dan
Percepatan perencanaan dan penggerakan lapangan dan validasi data terkait
Penurunan Stunting penganggaran pelayanan bersama pemerintah percepatan penurunan
desa/kelurahan terkait desa/kelurahan terkait stunting;
(TPPS) di tingkat
upaya percepatan implementasi pelaksanaan • Mengkoordinasikan
Kecamatan yang kegiatan; dan
penurunan stunting. laporan secara periodik
terdiri dari lintas
• Melaksanakan fungsi terkait pelaksanaan RAN-
sektor dan pemangku
pengawasan pelaksanaan upaya PASTI tingkat desa.
kepentingan.
percepatan penurunan stunting di
tingkat desa/kelurahan;
Pelaksanaan RAN di Desa/Kelurahan
1. Memperkuat
legal aspek
2. Perencanaan dan 4. Pemantauan,
Percepatan 3. Implementasi
Penganggaran Evaluasi dan Pelaporan
Penurunan
Stunting Prov-Kab/Kota
Desa / Kelurahan
• Sosialisasi • Melaksanakan pendampingan • Melakukan pencatatan atau
• Membentuk Tim
pelaksanaan RAN- keluarga berisiko Stunting pengumpulan data terkait
Percepatan terutama masa inkubasipra target indikator antara dan
PASTI oleh kabupaten/
Penurunan kota kepada pemangku nikah—ibu hamil—pasca indikator utama yang harus
Stunting di kepentingan di tingkat persalinan—interval—baduta, dicapai melalui data rutin;
tingkat desa/kelurahan; oleh Tim Pendamping • Melaksanakan pertemuan
Desa/Kelurahan • Memastikan program Keluarga; atau forum dalam rangka
yang terdiri dari lintas Percepatan Penurunan koordinasi dan evaluasi
• Melaksanakan intervensi
sektor dan Stunting terdapat dalam rutin lintas sektor;
dokumen perencanaan sensitif dan spesifik Stunting
menetapkan dengan
surat keputusan (SK). desa/kelurahan dan dengan memperhatikan • Membuat laporan bulanan
Tim koordinasi terdiri memastikan memperoleh pendekatan multisektor dan pelaksanaan RAN-PASTI di
dari tim pengarah dan pendanaan yang pendekatan lain yang tepat; desa/kelurahan.
memadai setiap
tim pelaksana. tahunnya. • Melaksanakan rembuk desa
dengan anggota tim
pendamping keluarga, kader
pembangunan, pemangku
kepentingan di tingkat
Mekanisme Tata Kerja
Kecamatan
TPPS Pusat PENGARAH
TPPS KAB/KOTA
PENASEHAT
Danramil dan
PELAKSANA Kapolsek
TPPS Provinsi Ketua : Camat
Wakil: Kepala
Puskesmas
Sekretaris: Ka.UPT
KB Kec/Koord.
Penyuluh KB
TPPS Kab/Kota

BIDANG KOORDINAS BIDANG KOORDINASI


TPPS Kecamatan PELAYANAN INTERVENSI PENGGERAKAN
LAPANGAN
BIDANG KOORDINASI
DATA
SENSITIF & INTERVENSI
Koord:Ketua TP. PKK Koord: Sekretaris Camat/
SPESIFIK
Anggota Penyuluh KB/PLKB
Koord: Ketua IBI
Penyuluh KB/PLKB, Fasilitator Anggota
Anggota:
PKM, Toma, Toga, Todat, dan Koord Statistik Kecamatan,
Bidan, Tenaga Gizi, Tenaga
Pemangku Kepentingan Petugas Data Kecamatan,
TPPS Desa/Kelurahan Kesehatan Link. Puskesmas,
dan Pemangku Kepentingan
Kader Posyandu dan
Pemangku Kepentingan
Desa/Kelurahan
TPPS Pusat
PENGARAH
TPPS Kabupaten/Kota
Kepala Desa/Lurah

TPPS Provinsi
PELAKSANA
Ketua : Ketua TP PKK
Wakil : Sekretaris Desa/ Kelurahan
Sekretaris : PPKBD
TPPS Kab/Kota
KOORDINASI LAPANGAN
TIM PENDAMPING KOORDINASI LAPANGAN
KELUARGA PENGELOLAAN DATA
Koord: Koord:
TPPS Kecamatan Bidan/Penyuluh Kader Pembangunan Manusia/Sub
KB/PLKB/Ketua Pokja IV TP PPKBD/Koord. Posyandu
PKK

TIM PENDAMPING KELUARGA


TPPS Desa/Kelurahan DESA/KELURAHAN
(Bidan, Kader PKK, Kader KB/Kader
Pembangunan lainnya)
Tim Pendamping
Keluarga Tugas utama:
Unsur dalam Tim: • Meningkatkan akses informasi dan
• Bidan  Atau nakes Semua pelayanan melalui:
lainya akan a. penyuluhan;
• Kader PKK b. fasilitasi pelayan rujukan,
• Kader KB/Kader
dilatiholeh
BKKBN c. fasilitasi penerimaan prorgam bantuan
Pembangunan lainnya
social
• Mendeteksi dini faktor resiko stunting
(spesifik & sensitif);
Sasaran Pendampingan Keluarga

Catin Ibu Hamil Pascapersalinan Anak 0-5 Tahun


Tim Pendamping Keluarga
(TPK) Proses Pelaksanaan Pendampingan dilakukan melalui 3 kegiatan utama:

Fasilitasi bantuan Penyuluhan


sosial, akses air TP
bersih dan sanitasi K

Pelayanan dan rujukan


Kegiatan Pendampingan
Melakukan pendampingan kepada keluarga dengan cara mengidentifikasi faktor risiko stunting dan melakukan
pelayanan komunikasi, informasi, edukasi, pelayanan kesehatan dan pelayanan lainnya untuk pencegahan risiko
stunting, meliputi:
Melakukan pendampingan pascasalin dengan
Melakukan skrining 3 (tiga) bulan melakukan promosi dan KIE KB pascasalin,
pranikah kepada calon pengantin untuk memastikan ibu pasca salin sudah menggunakan
mengetahui faktor risiko stunting, 3 KBPP MKJP, dan memastikan tidak terjadi
memberikan edukasi serta memfasilitasi 1 komplikasi masa nifas.
catin yang memiliki faktor risiko stunting
dalam upaya menghilangkan faktor
Melakukan pendampingan pengasuhan dan
tersebut.
tumbuh kembang anak dibawah 5 tahun (balita)
4 dengan melakukan skrining penilaian faktor risiko
Melakukan pendampingan kepada stunting, memastikan bayi mendapat ASI ekslusif
semua ibu hamil dengan melakukan 2 selama 6 bulan, bayi diatas 6 bulan mendapat
pemantauan/pemeriksaan kehamilan secara MPASI dengan gizi cukup, dan mendapat imunisasi
berkala, melakukan KIE KB Pasca Persalinan, dasar lengkap sesuai jadwal.
dan memfasilitasi rujukan jika diperlukan. 5
Memastikan keluarga mendapatkan bantuan
sosial dan memastikan program bantuan sosial
dimanfaatkan dengan benar.
Penapisan Dan Pendampingan Keluarga Dalam Intervensi
Percepatan Penurunan Stunting
Sasaran
Tdk KB PP Tdk KB PP unmet
PUS Hamil need
Remaja Bumil sehat
10-24 th Lama Hamil Penapisan PUS
Penapisan
Bumil KEK, Pendampingan
Penapisan Anemia, PJT, Kelahiran
Hamil
Penapisan 4T
PUS Penapisan
Calo Pendampingan
bayi
Baru
n Bumil sehat
PUS
• Pre-term
Bukan Tdk hamil Bayi normal
• BBLR
Calon • PB < 48 cm
Pendampingan
PUS Pendampingan MP-ASI

Bayi 0 -23 bln Bayi 6-23 bln Bayi 24-59bln


Fase calon PUS
Fase hamil
Fase paska persalinan/
balita 0-59 bulan
03 Audit Kasus Stunting
Tingkat Kabupaten

22
Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 13 Tahun 2021
Tentang Petunjuk Teknis Biaya Operasional Keluarga Berencana Tahun 2022

Audit kasus baduta stunting adalah kegiatan untuk mencari penyebab terjadinya kasus stunting sebagai upaya
pencegahan terjadinya kasus serupa.

Pertemuan sebanyak 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun oleh Tim Audit Kasus Stunting
yang dibentuk di tingkat Kecamatan dan Kabupaten/Kota, yang meliputi :

• Identifikasi jumlah kasus, penyebab, tata kelola yang sedang diterapkan, tingkat efektivitas
Audit Kasus serta kendala yang terjadi.
• Merumuskan solusi terhadap permasalahan yang dibahas pada audit kasus stunting di tiap
Stunting daerah.
• Evaluasi hasil tindak lanjut yang bertujuan untuk memberikan rekomendasi bagi
tindakan/penanganan yang tepat pada kasus stunting.

Sasaran Kegiatan adalah OPDKB Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, RSUD


Kabupaten/Kota, TPPS Kabupaten/Kota, Camat, Kepala Puskesmas, Dokter Puskesmas,
Camat, Penyuluh KB/PLKB, PKK Kecamatan, Ahli Gizi Puskesmas, Bidan Puskesmas, TPK,
PKK Desa, TPPS Desa.
AUDIT KASUS STUNTING
Identifikasi risiko dan penyebab risiko pada kelompok sasaran berbasis surveilans rutin atau sumber
data lainnya

Identifikasi risiko pada Penyebab risiko pada


audit kasus stunting audit kasus stunting
•Risiko‐risiko potensial : •Identifikasi faktor penyebab langsung
•Penyebab langsung (asupan tidak stunting di tingkat individu pada :
•calon pengantin
adekuat, penyakit infeksi)
•ibu hamil
•Penyebab tidak langsung terjadinya •ibu nifas
stunting pada calon pengantin, ibu •baduta
hamil, ibu nifas, baduta dan balita. •balita.
D
i
P
e
s
m
b
e

e
n
t
u

m
k
a
n

i
T
i
n
m

A
u
a
d
it,

s
i

4 (EMPAT)
TAHAP AUDIT T
KASUS i
n
STUNTING d
a
k

L
a
n
j
u
t
.
PERATURAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA
BERENCANA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
12 TAHUN 2021 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL
PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA STUNTING
INDONESIA TAHUN 2021-2024

4 Indikator audit
kasus stunting
Perbaikan mutu pelayanan untuk pencegahan/penanganan
Output kegiatan
risiko stunting yang serupa
1. Evaluasi RTL: Segera & terencana 1. Terselenggaranya rencana
tindak lanjut
Evaluasi Rencana Tindak
4. penanggungjawab; sesuai

4 Langkah & Lanjut (RTL) Audit Kasus


Stunting
2. Evaluasi perubahan status risiko
kasus audit stunting (setiap bulan)
2. Perubahan status risiko kasus
audit stunting

output audit Diseminasi Audit Kasus Stunting


1. Diseminasi regular: 2 kali setahun 1. Terselenggaranya
diseminasi
kasus stunting
3. 2. Diseminasi sesuai kebutuhan (tele-
konsultasi)
2. Laporan Audit
Kasus Stunting
3. Pelaporan ke TPPS Provinsi

1. Identifkasi & seleksi kasus 1. Kasus stunting yang layak


Audit kasus stunting Berbasis risiko pada kelompok diaudit
sasaran dan kasus baduta/balita 2. Kertas kerja audit yang terisi
adalah identifikasi risiko Pelaksanaan audit & manajemen stunting sesuai dengan jumlah kasus;
2.
dan penyebab risiko pada pendampingan Kelompok sasaran: 3. Rencana Tindak Lanjut yang
a. Calon pengantin/remaja disetujui Wakil Bupati/Wakil
kelompok sasaran b. Ibu hamil Walikota.
berbasis surveilans rutin c. Ibu nifas
d. Baduta
atau sumber data lainnya. e. Balita
1. Surat Keputusan Wakil
2. Kajian dan Rencana Tindak Lanjut Bupati/Wakil Walikota
2. Surat pernyataan komitmen
1. Pembentukan Tim Audit Kasus Terdiri dari unsur OPD KB, Dinkes, RSUD, yang ditandatangani oleh tim
Stunting Tim Pakar dan Tim Teknis audit kasus stunting.5
1. Pembentukan
Tim Audit
OUTPUT :
1 . S U R AT K E P U T U S A N WA K I L B U PAT I / WA K I L WA L I K O TA M E N G E N A I T I M A U D I T K A S U S S T U N T I N G ;
2 . S U R AT P E R N YATA A N K O M I T M E N YA N G D I TA N D ATA N G A N I O L E H T I M A U D I T K A S U S S T U N T I N G .
1. Tim Audit Kasus Stunting PERNYATAAN KOMITMEN DAN BEBAS BENTURAN KEPENTINGAN

TIM AUDIT KASUS STUNTING

1. Penanggungjawab yaitu Wakil Bupati/ Wakil Walikota, (KABUPATEN/KOTA, PROVINSI)

bertugas menjamin terlaksananya audit kasus stunting dan


rencana tindak lanjutnya.
Yang bertanda tangan di bawah ini :
2. Ketua yaitu Kepala OPD yang membidangi urusan KB
Nama
Kabupaten/Kota, bertugas mengoordinasikan dan memastikan : .. . . . .. . . .. .. . . .. . . . .. . . .. . .. . .. . . . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . .. . . .. . . .
Instansi
pelaksanaan audit kasus stunting berjalan lancar sesuai
J abatan
dengan tujuan, pedoman dan target waktu yang telah Kedudukan dalam tim
:. . .. . . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . .. . . .. . .
ditetapkan. Alama t
3. Wakil Ketua yaitu Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota, : .. . . . .. . . .. .. . . .. . . . .. . . .. . .. . .. . . . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . .. . . .. . . .

bertugas mengoordinasikan dan memastikan pelaksanaan


audit kasus stunting dengan para pihak terkait. : .. . . . .. . . .. .. . . .. . . . .. . . .. . .. . .. . . . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . .. . . .. . . .

4. Tim Teknis terdiri dari pimpinan dan jajaran FKTP/FKRTL


:. . .. . . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . .. . . .
(misalnya Kepala Puskesmas, dokter/bidan/tenaga gizi
Puskemas; Kepala RSUD, kepala unit yang mengoordinasikan No. Telp/HP
rekam medis), Camat, PKB/PLKB, Tim Pendamping Keluarga :. . .. . . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . .. . . .

(TPK), Kader posyandu, serta bidang tertentu di OPD yang Dengan ini saya menyatakan bahwa di dalam melaksanakan tugas sebagai Tim Audit Kasus
Stunting, Saya bersedia menghindari perbuatan yang berpotensi memiliki benturan kepentingan.
mengurusi bidang KB dan Dinas Kesehatan setempat. Saya sanggup bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip audit kasus stunting yaitu:

5. Tim Pakar terdiri dari para ahli tertentu, antara lain Dokter 1.Integritas : jujur, akuntabel terhadap pencapaian kinerja program dan kinerja anggaran serta
Spesialis Anak (Sp.A), Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi transparan;

(Sp.OG), Psikolog dan Ahli Gizi.


2. Objektif : bersikap netral dan objektif tanpa dikaitkan dengan pendapat atau kepentingan pribadi;

3. Profesional : memiliki kompetensi dan keterampilan sesuai dengan profesinya;


Pembagian tugas
Tim Teknis Tim Pakar
a. melakukan persiapan pelaksanaan audit kasus
stunting, antara lain menyusun konsep SK Tim Audit a. melaksanakan kajian kasus yang dituangkan ke dalam
Kasus Stunting dan menyusun jadual pelaksanaan. kertas kerja audit;
b. memberikan layanan telekonsultasi serta memberikan
b. melaksanakan dan mengoordinasikan audit
rekomendasi atas kasus yang diaudit;
kasus stunting khususnya dengan tim pakar, antara lain:
c. melakukan kunjungan lapangan untuk konfirmasi,
1) penyiapan data dan informasi yang dibutuhkan
koordinasi dan verifikasi agar dapat melakukan
untuk pelaksanaan audit;
penilaian langsung pada kelompok sasaran audit (jika
2) telekonsultasi untuk pencegahan dan penanganan
diperlukan dan memungkinkan);
kasus yang dapat ditindaklanjuti oleh tim teknis;
d. mendiseminasikan hasil audit kasus stunting; dan
3) melakukan kunjungan lapangan untuk konfirmasi,
e. Melakukan pemantauan dan evaluasi rencana tindak
koordinasi dan verifikasi terhadap kelompok
lanjut.
sasaran audit secara selektif; dan
4) Melakukan pemantauan dan evaluasi rencana
tindak lanjut.
Tim Pakar dari Organisasi Profesi:
5) penyusunan laporan pelaksanaan audit kasus
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Perkumpulan Obstetri & Ginekologi
stunting secara berkala. Indonesia (POGI), Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dan Asosiasi Ilmu
Tinggi Pendidikan Gizi Indonesia (AIPGI)
Tujuan
1.Meng identifikasi risiko terjadinya stunting pada kelompok sasaran

Mengetahui penyebab risiko terjadinya stunting pada kelompok sasaran


sebagai upaya pencegahan dan perbaikan tata laksana kasus yang serupa

Meng analisis faktor risiko terjadinya stunting pada baduta/balita stunting


sebagai upaya pencegahan, penanganan kasus dan perbaikan tata laksana
kasus yang serupa.

Mem berikan rekomendasi penanganan kasus dan perbaikan tata laksana


kasus serta upaya pencegahan yang harus dilakukan.
Sasaran
SASARAN PELAKSANA KEGIATAN SASARAN AUDIT

 OPD KB  PKK Kecamatan


 Dinas Kesehatan  Ahli Gizi Puskesmas
• calon
 RSUD Kabupaten  Bidan Puskesmas pengantin/calon
 Tim Percepatan Penurunan  Tim Pendamping PUS
Stunting (TPPS) Keluarga (TPK) • ibu hamil
 Camat  PKK Desa, • ibu nifas
 Kepala Puskesmas  TPPS Desa • Baduta
 Dokter Puskesmas  Tim Pakar • balita
 Penyuluh KB/Petugas
Lapangan KB
Struktur Organisasi Tim Audit Kasus Stunting
Tim Teknis
Struktur : Tugas :
 a. melakukan persiapan pelaksanaan audit kasus stunting, antara lain
Pimpinan dan jajaran FKTP/FKRTL (misalnya
menyusun konsep SK Tim Audit Kasus Stunting dan menyusun
Kepala Puskesmas, dokter/bidan/tenaga gizi
jadual pelaksanaan.
Puskemas; Kepala RSUD, kepala unit yang b. melaksanakan dan mengoordinasikan audit kasus stunting
mengoordinasikan rekam medis) khususnya dengan tim pakar. Dalam hal ini tim teknis melakukan
 Camat antara lain:
 PKB/PLKB 1. penyiapan data dan informasi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
 Tim Pendamping Keluarga (TPK) audit;
2. telekonsultasi untuk pencegahan dan penanganan kasus yang dapat
 Kader posyandu
ditindaklanjuti oleh tim teknis;
 PKK 3. melakukan kunjungan lapangan untuk konfirmasi, koordinasi dan
 OPD yang mengurusi bidang KB dan Dinas verifikasi terhadap kelompok sasaran audit secara selektif; dan
Kesehatan setempat 4. penyusunan laporan pelaksanaan audit kasus stunting secara
berkala
Tim Pakar
Struktur : Tugas :
 Dokter Spesialis Anak (Sp.A) 1. melaksanakan kajian kasus yang dituangkan ke dalam kertas kerja audit;
 Dokter Spesialis Obstetri dan
2. memberikan layanan telekonsultasi serta memberikan rekomendasi atas kasus
Ginekologi (Sp.OG) yang diaudit;
 Psikolog
3. melakukan kunjungan lapangan untuk konfirmasi, koordinasi dan verifikasi
 Ahli Gizi.
agar dapat melakukan penilaian langsung kelompok sasaran audit (jika
diperlukan dan memungkinkan); dan

4. mendesiminasikan hasil audit kasus stunting.


Pernyataan
Komitmen
Tim Audit Kasus Stunting
2. Pelaksanaan Audit
dan Manajemen
Pendampingan
2. Pelaksanaan Audit dan Manajemen Pendampingan

a. Identifikasi potensi dan seleksi kasus audit b. Kajian dan rencana tindak lanjut

Identifikasi potensi dan seleksi kasus audit pada kelompok Kajian bertujuan untuk menentukan risiko- penyebab
sasaran berisiko stunting dan/atau baduta dan terjadinya risiko pada kelompok sasaran, menganalisis
balita stunting. dan merumuskan rekomendasi.
Kelompok sasaran berisiko stunting meliputi:
a. Calon pengantin;
b. Ibu hamil; Hasil kajian dituangkan dalam Kertas Kerja Audit
c. Ibu nifas; berdasarkan kelompok sasaran dengan
d. Baduta dan balita. memperhatikan prinsip kerahasiaan data individu.

Data kajian bersumber dari surveillance rutin dan rekam Rekomendasi yang diusulkan dalam kertas kerja audit
medis dari FKTP dan FKRTL. dituangkan ke dalam formulir Rencana Tindak Lanjut.
Seleksi kasus audit dilakukan terhadap identifikasi potensi
Formulir Rencana Tindak Lanjut dilaporkan untuk
kasus audit dengan pertimbangan, antara lain:
a. Kasus yang tidak menunjukkan perbaikan setelah memperoleh persetujuan dari Penanggung Jawab
diberikan intervensi; (Wakil Bupati/Wakil Walikota).
b. Kasus stunting yang tinggi pada wilayah tertentu;
c. Kelengkapan data.
a. Identifikasi potensi dan seleksi kasus
audit
KASUS STUNTING YANG LAYAK
OUTPUT DIAUDIT
Identifikasi potensi dan seleksi kasus sasaran berisiko stunting meliputi:
audit pada :
a) Calon pengantin;
 kelompok sasaran berisiko stunting
b) Ibu hamil;
dan/atau

 baduta dan balita stunting c) Ibu nifas;

d) Baduta dan balita.


Data kajian bersumber dari surveillance
rutin dan rekam medis dari FKTP dan FKRTL

Calon ibu hamil, ibu nifas


Pengantin dan baduta/balita
•aplikasi elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis
•Aplikasi elektronik siap nikah siap Masyarakat (e‐PPBGM) yang telah terverifikasi‐validasi
oleh Puskesmas,
hamil (Elsimil) •Elsimil;
•Pendataan Keluarga /Pemutakhiran •data dari Kartu Kembang Anak (KKA);
•Pendataan Keluarga dan Pemutakhiran Basis Data Keluarga;
Basis Data Keluarga; dan
•sumber lainnya yang disepakati
Seleksi Kasus Audit Dilakukan Terhadap
Identifikasi Potensi Kasus Audit

a. Kasus yang tidak menunjukkan perbaikan setelah diberikan intervensi;

b. Kasus stunting yang tinggi pada wilayah tertentu;

c. Kelengkapan data
Penyediaan data keluarga berisiko stunting

Ibu nifas/pasca persalinan


Data dan informasi
lain yang dibutuhkan

Catin (Pra-konsepsi) Ibu Hamil Anak 0-23 Bulan Anak 24-59 Bulan
Catin 3 bulan sebelum
menikah

Elektronik siap nikah Elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat
siap hamil (ELSIMIL) (e-ppgbm) dan elsimil/ PK 2021
1. Identitas catin Variabel kesehatan dan gizi pada kelompok sasaran:
2. NIK
3. Umur 1. Ibu hamil
4. Berat & Tinggi Badan 2. Ibu nifas
5. Indeks Massa Tubuh
6. Anemia/tidak anemia
3. Baduta
7. Lingkar Lengan Atas (LiLa) 4. Balita
Persiapan data oleh Tim Teknis
Data Calon Pengantin: Cetak data dan informasi calon pengantin bersumber dari Elsimil dan Pendataan Keluarga/Pemutakhiran Basis
Data Keluarga.

Data Ibu Hamil:

 Puskesmas memindai dan/atau mencetak data dan informasi bersumber dari e‐PPGBM

 OPD yang mengurusi bidang KB berkoordinasi dan memastikan data EPPGBM telah tervalidasi (terupdate) sebelum memindai dan/atau
dicetak

 OPD yang mengurusi bidang KB memindai dan/atau mencetak data dan informasi ibu hamil bersumber dari Elsimil dan Pendataan
Keluarga /Pemutakhiran Basis Data Keluarga.

Data Ibu Nifas:

 Puskesmas memindai dan/atau mencetak data dan informasi bersumber dari e‐PPGBM.

 OPD yang mengurusi bidang KB berkoordinasi dan memastikan data EPPGBM telah tervalidasi (terupdate) sebelum dipindai dan/atau
dicetak.

 OPD yang mengurusi bidang KB memindai dan/atau mencetak data dan informasi ibu pasca persalinan bersumber dari Elsimil dan
Pendataan Keluarga /Pemutakhiran Basis Data Keluarga.
Persiapan data oleh Tim Teknis
Data Baduta:

 Puskesmas memindai dan/atau mencetak data dan informasi bersumber dari e‐PPGBM.

 OPDKB berkoordinasi dan memastikan data EPPGBM telah tervalidasi (terupdate) sebelum dipindai
dan/atau dicetak.

 OPD KB memindai dan/atau mencetak data dan informasi bayi baru lahir bersumber dari Elsimil,
Pendataan Keluarga /Pemutakhiran Basis Data Keluarga dan dari KKA.

Data Balita:

 Puskesmas memindai dan/atau mencetak data dan informasi bersumber dari e‐PPGBM.

 OPD KB memindai dan/atau mencetak data dan informasi bersumber dari Pendataan Keluarga
/Pemutakhiran Basis Data Keluarga dan KKA.
Persiapan data oleh Tim Teknis
RSUD
 memindai dan/atau mencetak data dan informasi dari medical record/rekam
medis :
 ibu hamil/ dan/atau
 ibu nifas dan/atau
 baduta dan/atau
 balita bersumber.
Dari hasil pindai dan/atau cetak data dan informasi yang ada, OPD yang mengurusi bidang KB melakukan
rekapitulasi berdasarkan kasus yang akan diaudit dan memfasilitasi penyampaian data kepada Tim Pakar.
b. Kajian dan Rencana Tindak Lanjut
1. Risiko pada calon pengantin, ibu hamil,
ibu nifas, baduta dan balita.
TIM TEKNIS DAN TIM PAKAR MENENTUKAN
2. Penyebab terjadinya risiko pada
kelompok sasaran
 Jika dipandang perlu dapat dilakukan
wawancara mendalam antara tim pakar dan tim 3. Rekomendasi dengan pertimbangan
teknis melalui telekonsultasi. aspek klinis dan manajemen
 Hasil kajian dituangkan dalam Kertas Kerja
Audit dimana rekomendasi yang diusulkan pendampingan keluarga.
dijabarkan ke dalam formulir Rencana Tindak
Lanjut. Formulir Rencana Tindak Lanjut disetujui
oleh Penanggung Jawab (Wakil Bupati/Wakil
Walikota).
Kertas Kerja Audit (KKA)
Formulir rencana tindak
Tim teknis dan tim lanjut yang telah disusun
KKA yang telah terisi
KKA diisi oleh Tim pakar membahas dan kemudian dilaporkan
kemudian diserahkan
Pakar bersama Tim mengisi formulir kepada penanggung jawab
kepada ketua tim (Wakil Bupati/Wakil
Teknis. rencana tindak lanjut
audit. Walikota) untuk
berdasarkan KKA. mendapatkan persetujuan

Output :
1.Kertas kerja audit yang terisi sesuai dengan jumlah kasus;
2.Rencana Tindak Lanjut yang disetujui Wakil Bupati/Wakil Walikota.
3. Diseminasi Audit Kasus Stunting

1. 2. 3.
Diseminasi sesuai Pelaporan
kebutuhan/kontinyu (2x/tahun)
a. Dilakukan melalui tele-konsultasi Diseminasi terjadual
(2x/tahun) 1. Pelaporan dilakukan secara
antara Tim Pakar dan Tim Teknis
berjenjang
sesuai lokus kasus audit. 1. menyampaikan hasil kajian dan RTL 2. Masing-masing TPPS
b. Tim Pakar memberikan checklist yang telah disetujui oleh wakil provinsi dan pusat
intervensi Bupati/wakil Walikota. menyampaikan umpan balik
pencegahan/penanganan kasus 2. menyampaikan evaluasi RTL dan secara berjenjang 10 hari
untuk ditindaklanjuti oleh Tim perubahan risiko kasus audit kalender pasca laporan
Teknis. stunting. diterima dengan lengkap
Melibatkan unsur Pemerintah Daerah, Akademisi,
Organisasi Profesi, Pemerhati Kesehatan dan Gizi, Tokoh
Agama, Tokoh Masyrakat, Tokoh Adat, Media Massa
(cetak dan elektronik), Organisasi Masyarakat
3. Diseminasi a. Sesuai
Audit Kasus Kebutuhan
b. Terjadwal
Stunting •Untuk menyampaikan hasil kajian kasus •Diseminasi Pertama:
• Untuk menyampaikan hasil kajian dan rencana tindak
audit yang merupakan penajaman lanjut yang telah disetujui oleh wakil Bupati/wakil Walikota.
Output langkah ketiga: (rekomendasi) intervensi spesifik dan •2. Diseminasi Kedua:
sensitive serta intervensi •untuk menyampaikan evaluasi rencana tindak lanjut
•untuk mengetahui perubahan risiko kasus audit stunting.
1. Terselenggaranya diseminasi •pencegahan yang dibutuhkan sesuai hasil • Diseminasi melibatkan unsur:
kajian berdasarkan kelompok sasaran yang •Pemerintah Daerah
lintas sektor, lintas program dan diaudit. •Akademisi
•Organisasi Profesi
pemangku kepentingan; •Telekonsultasi antara Tim Pakar dan Tim •Pemerhati Kesehatan dan Gizi
Teknis sesuai lokus kasus audit. •Tokoh Agama
•Tim Pakar memberikan checklist intervensi •Tokoh Masyrakat,
2. Laporan Audit Kasus Stunting •Tokoh Adat,
pencegahan/ penanganan kasus audit untuk •Media Massa (cetak dan elektronik),
ditindaklanjuti oleh Tim Teknis. •Organisasi Masyarakat.
c. Pelaporan
1. Tim audit kasus stunting menyampaikan laporan audit kasus stunting semester pertama paling lambat tanggal 1
Juli dan semester kedua paling lambat tanggal 1 Desember tahun berjalan kepada TPPS Provinsi;

2. Laporan audit stunting juga dilaporkan oleh masing‐masing OPD yang mengurusi bidang KB kabupaten/kota
melalui aplikasi Morena dengan cara :
a. Pelaporan dilakukan dengan cara mengisi capaian output dan realisasi anggaran pada aplikasi Morena (BOKB Audit Kasus
Stunting);
b. Untuk laporan audit kasus stunting dapat dilakukan dengan mengunduh Formulir Sistematika Laporan Audit Kasus Stunting
dan mengunggah kembali laporan yang telah diisi sesuai sistematika tersebut pada Aplikasi Morena BKKBN.
Sistematika Laporan Audit Kasus Stunting

I. Pendahuluan
A. Jumlah dan Persebaran Audit Kasus Stunting
B. Pakar yang melaksanakan Audit
C. Periode Audit
II. Kesimpulan dan Rencana Tindak Lanjut
A. Kesimpulan
B. Rencana Tindak Lanjut (dilaporkan pada semester I), formulir pada tabel 3
C. Evaluasi Rencana Tindak Lanjut (dilaporkan pada semester II), formulir
pada tabel 4
III. Penutup
 Minimal satu kali setiap bulan setelah dilakukan diseminasi rencana
tindak lanjut.

4. Evaluasi  Matriks Evaluasi

Rencana Tindak Output :

Lanjut Audit 1. Terselenggaranya rencana tindak lanjut sesuai penanggungjawab;

Kasus Stunting 2. Perubahan status risiko kasus audit stunting.


Formulir rencana tindak lanjut
Sumber Penanggung
Indikator Sifat Dana Jawab
Kelompok Sasaran Kegiatan keberhasilan Waktu
(Segera/Terencana)

1 2 3 4 5 6 7
Calon Pengantin
Ibu Hamil
Ibu Nifas
Baduta
Balita

Mengetahui,
Wakil Bupati/Wakil Walikota
Keterangan :
Kolom 2 diisi kegiatan sesuai dengan rekomendasi Tim Pakar
Kolom 3 diisi dengan indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan yang disepakati Tim Audit
Kolom 4 diisi sesuai dengan urgensi pencegahan risiko stunting dan penanganan baduta/balita stunting
Kolom 5 diisi sesuai dengan target waktu penyelesaian pelaksanaan kegiatan Kolom
6 diisi dengan sumber pendanaan untuk melaksanakan kegiatan Kolom 7 diisi
dengan institusi yang bertanggungjawab melaksanakan kegiatan
Rekapitulasi Data
PERSENTASE KELUARGA BERESIKO
STUNTING
80%
72%
70%

60% 55%
50% 52%
48% 49%
50% 45% 46% 46% 46% 46% 47% 47%
42% 43% 44%
40%

30%

20%

10%

0%
RI I
ER IU
N
A
N PO G
U
A
N
A
N
EJ
O
SR IU
N
A
N
N
G
A
N
N
G RE
EG SA D Y LO N H D R A D IW CE G RA K
A
N
G O
N
M
A EJ
A
D
O W
U
W
A RA LE N
O
M
A
N
J
EN A
N A N
TA EB N M N N SA SA BA W
O N TA G
K A
G EM TA
A K
TA N TA TA N N N N TE A N D G A
M N A TA A A TA TA TA TA PA M LA N N A
M
A TA M A M M A A A A PI TA TA EC
EC A A M A A M M M A BU EC A A
K M EC A EC EC A A A A
M A K N M M K
A K EC K K EC EC EC EC
K TA A A
EC K K K K K A EC EC
K M K K
A
EC
K

Sumber Data : PK 21
Sumber Data : EPPGBM
REKAPITULASI HASIL PENDAMPINGAN DI ELSIMIL KABUPATEN MADIUN
Tanggal 13-Jun-22 07.35
CATIN YANG CAPAIAN
CATIN YANG
KECAMATAN JUMLAH CATIN BELUM PENDAMPINGAN
DIDAMPINGI
DIDAMPINGI CATIN
Balerejo 116 71 45 61,2
Dagangan 92 72 20 78,3
Dolopo 74 29 45 39,2
Geger 75 24 51 32,0
Gemarang 33 26 7 78,8
Jiwan 56 41 15 73,2
Kare 16 1 15 6,3
Kebonsari 102 10 92 9,8
Madiun 23 3 20 13,0
Mejayan 60 15 45 25,0
Pilangkenceng 59 42 17 71,2
Saradan 31 7 24 22,6
Sawahan 17 2 15 11,8
Wonoasri 63 44 19 69,8
Wungu 33 17 16 51,5
Jumlah 850 404 446 47,5
Sumber Data : Elsimil
REKAP HASIL PENDAMPINGAN CATIN PEREMPUAN DI ELSIMIL
09 June 2022
Perilaku
Berisiko Merokok IMT HB Usia LILA
Kecamatan Jumlah
Terlalu Terlalu
Ya Tidak Ya Tidak Kurang Normal Lebih Anemia Normal Lebih Ideal Kurang Ideal
Muda Tua
Balerejo 16 40% 60% - 100% 10% 60% 30% 25% 69% 6% - 100% - 10% 90%
Dagangan 11 80% 20% 20% 80% 0% 90% 10% 50% 20% 30% 0% 70% 30% 20% 80%
Dolopo 14 60% 40% - 100% 10% 80% 10% 10% 90% - - 90% 10% 30% 70%

Geger 22 50% 50% - 100% 10% 70% 20% 13% 82% 5% 10% 90% - 20% 80%
Gemarang 14 64% 36% 0% 100% 14% 78% 14% 14% 65% 21% 28% 72% 0% 36% 64%
Jiwan 9 80% 20% 10% 90% 10% 70% 20% 10% 60% 30% 10% 80% 10% 30% 70%

Kare 0 - - - - - - - - - - - - - - -
Kebonsari 25 60% 40% - 100% 20% 60% 20% 20% 80% - - 90% 10% 30% 70%
Madiun 4 30% 80% 30 80% - 100% - - 100% - - 100% - - 100%

Mejayan 13 20% 80% - 100% - 80% 20% - 100% - 10% 90% - - 100%

35 60% 91% 86% 94%


Pilang kenceng 40% 3% 97% 14% 75% 11% 3% 6% 3% 11% 6%
Saradan 3 70% 30% - 100% - 100% - - 70% 30% 30% 70% - - 100%

Sawahan 0 - - - - - - - - - - - - - - -
31 60% 40% 3% 97% 20% 60% 20% 6% 88% 6% 10% 80% 10% 20% 80%
Wonoasri
Wungu 2 - 100% - 100% - 100% - - 100% - - 100% - - 100%

KABUPATEN 199 53% 47% 3% 97% 12% 72% 16% 13% 79% 8% 9% 85% 6% 18% 82%
Formulir Pemantauan Ibu Hamil dan Ibu Pasca Salin Kabupaten Madiun
13-Jun-22 08.30
Kecamatan Ibu Hamil Pasca Salin
Balerejo 34 14
Dagangan 121 47
Dolopo 31 35
Geger 82 38
Gemarang 19 22
Jiwan 94 49
Mejayan 1 5
Kebonsari 201 22
Pilangkenceng 181 62
Madiun 22 19
Saradan 30 53
Wungu 5 23
Wonoasri 0 39
Kare 1 0
Sawahan 38 0
KABUPATEN 860 428

Sumber Data : Gform TPK


LOKUS AUDIT TAHAP I

Kecamatan : Wonoasri

Desa : Bancong (Lokus Stunting 2022)

KESIMPULAN Sasaran :

1. Catin : 2
Kasus Stunting Yang 2. Bumil : (data dihimpun dinkes)
Layak Diaudit 3. Bufas : (data dihimpun dinkes)

4. Baduta : 3 baduta pendek


Rencana Audit
Sasaran Audit : (slide sebelumnya)

Jadwal : Minggu ke 3 – 5 Juni 2022

Tim Teknis : Dinkes, DPPKB PPPA, Puskesmas Wonoasri, RS Caruban, Tim Teknis Kecamatan
Wonoasri, Tim Teknis Desa Bancong

Tim Pakar : 1. Dr. Roni AP Tamba, Sp.A

2. Dr Budi Suharto, Sp.OG


Hasil Audit
1. IDENTIFIKASI RES IKO
2. IDENTIFIKASI P ENYEBAB RESIKO
3. IDENTIFIKASI ADANYA KES ENJANGAN DE NGAN STANDAR
4. B AHAN EVALUASI  RTL

KESENJANGAN  DIANALISA  DISUSUN RENCANA PEMECAHAN MASALAHNYA


1. BIDANG INTERVENSI SPESIFIK DAN SENSITIF
2. BIDANG KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU
3. BIDANG DATA DAN INFORMASI
Standar (Bidang Kesehatan ) yang dipakai untuk
mengukur

1. PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG UPAYA KESEHATAN ANAK

2. PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN GIZI SEIMBANG

3. PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 29 TAHUN 2019 TENTANG PENANGGULANGAN


MASALAH GIZI BAGI ANAK AKIBAT PENYAKIT

4. PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2020 TENTANG STANDAR ANTROPOMETRI


ANAK

5. PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 21 TAHUN 2021 TENTANG PENYELENGGARAAN


PELAYANAN KESEHATAN MASA SEBELUM HAMIL, MASA HAMIL, PERSALINAN, DAN MASA
SESUDAH MELAHIRKAN, PELAYANAN KONTRASEPSI, DAN PELAYANAN KESEHATAN SEKSUAL
PERMENKES 29 TAHUN 2019: PENANGGULANGAN GIZI ANAK
AKIBAT PENYAKIT

Pasal 8

(1) Penanganan kasus di Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam IMPLEMENTASI


Pasal 7 dilakukan terhadap kasus:
a. Berisiko gagal tumbuh;
b. Gizi kurang; dan 1. SK Jenis Pelayanan
c. Gizi buruk. 2. Sk Tim Tenaga Kesehatan
(2) Kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditentukan (Interprofesi/ Terpadu) ….
penyebabnya oleh dokter di Puskesmas 3. Pedoman ….
(3) Penanganan kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 4. SOP…
dilakukan oleh tim tenaga kesehatan yang masing-masing 5. RUK RPK
memiliki kompetensi di bidang medis, gizi, kebidanan dan 6. KAK …
keperawatan. 7. Bukti ; Pengukuran kinerja,
(4) Dalam hal kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak Monitoring, Evaluasi, RTL
dapat ditangani di Puskesmas, Pasien harus dirujuk ke rumah 8. Inovasi
sakit untuk ditangani oleh dokter spesialis Anak.

BERENCANA ITU KEREN


03 Audit Kasus Stunting
Tingkat Kecamatan dan
Desa

66
FORUM AUDIT
MINILOKAKARYA PUSK

MINILOKAKARYA LINSEK

MINILOKAKARYA BANGGA KENCANA

MINILOKAKARYA DESA

DLL
KRITERIA AUDIT
1 •KASUS YANG TIDAK MENUNJUKKAN PERBAIKAN SETELAH DILAKUKAN INTERVENSI

2 •DESA/LOKASI YANG KASUS STUNTING TINGGI/TREND MENINGKAT

3 •MASALAH DATA ATAU MASALAH LAIN


JADWAL AUDIT

1 •KECAMATAN DAN DESA SETIAP BULAN

2 •MINIMAL 1 KASUS
Hasil Audit
1. IDENTIFIKAS I RES IKO
2. IDENTIFIKAS I PE NYEB AB R ESIKO
3. IDENTIFIKAS I ADANYA KESENJANGAN DENGAN STANDAR
4. B AHAN EVALUASI  RTL

BILA DITEMUKAN KESENJANGAN  DIANALISA  DISUSUN RENCANA PEMECAHAN MASALAHNYA


1. BIDANG INTERVENSI SPESIFIK DAN SENSITIF
2. BIDANG KOORDINASI PENGGERAKAN LAPANGAN
3. BIDANG KOORDINASI DATA
Standar (Bidang Kesehatan ) yang dipakai untuk
mengukur

1. PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG UPAYA KESEHATAN ANAK

2. PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN GIZI SEIMBANG

3. PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 29 TAHUN 2019 TENTANG PENANGGULANGAN


MASALAH GIZI BAGI ANAK AKIBAT PENYAKIT

4. PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2020 TENTANG STANDAR ANTROPOMETRI


ANAK

5. PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 21 TAHUN 2021 TENTANG PENYELENGGARAAN


PELAYANAN KESEHATAN MASA SEBELUM HAMIL, MASA HAMIL, PERSALINAN, DAN MASA
SESUDAH MELAHIRKAN, PELAYANAN KONTRASEPSI, DAN PELAYANAN KESEHATAN SEKSUAL
PERMENKES 29 TAHUN 2019: PENANGGULANGAN GIZI ANAK
AKIBAT PENYAKIT

Pasal 8

(1) Penanganan kasus di Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam IMPLEMENTASI


Pasal 7 dilakukan terhadap kasus:
a. Berisiko gagal tumbuh;
b. Gizi kurang; dan 1. SK Jenis Pelayanan
c. Gizi buruk. 2. Sk Tim Tenaga Kesehatan
(2) Kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditentukan (Interprofesi/ Terpadu) ….
penyebabnya oleh dokter di Puskesmas 3. Pedoman ….
(3) Penanganan kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 4. SOP…
dilakukan oleh tim tenaga kesehatan yang masing-masing 5. RUK RPK
memiliki kompetensi di bidang medis, gizi, kebidanan dan 6. KAK …
keperawatan. 7. Bukti ; Pengukuran kinerja,
(4) Dalam hal kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak Monitoring, Evaluasi, RTL
dapat ditangani di Puskesmas, Pasien harus dirujuk ke rumah 8. Inovasi
sakit untuk ditangani oleh dokter spesialis Anak.

BERENCANA ITU KEREN


“TERIMA KASIH”
.

BERSAMA KITA BISA BERSINERGI BAGI BANGSA

Anda mungkin juga menyukai