Di susun oleh :
NAMA : EKA ATINA DANASIH
NO : 07
KELAS : Xll BDP 1
Materi Ingkas Di Bahas
01. 02. 03.
Isi Serat Tripama Pada Piwulang Leluhur Serat Pitutur luhur Serat
l - Vll Tripama Tripama
01. Sejarah serat tripama dhandanggula
Serat tripama merupakan sebuah karya sastra dalam
kebudayaan Jawa yang berwujud tembang macapat
dhandanggula yang berjumlah tujuh bait. Serat tripama
muncul pertama kali pada zaman Mangkunegaran, yaitu
diciptakan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya
Mangkunegara IV (KGPAA Mangkunegara IV) di
Surakarta.Serat tripama ini diterbitkan pertama kali
dalam kumpulan ciptaan Mangkunegara IV, jilid III (tahun
1927).
Serat tripama antara lain berisi tentang bab-bab tentang
kepahlawanan, lebih tepatnya keprajuritan. Nah, serat tripama
ini menjelaskan bab tersebut dengan mengambil tiga kisah dari
tokoh dalam cerita pewayangan, yaitu Patih Suwanda,
Kumbakarna, dan Basukarna. Serat tripama itu sendiri ditulis
sekitar tahun 1860 dan dijadikan panutan serta sumber inspirasi
yang dapat diambil sebagai suri tauladan, hal ini tidak hanya
berlaku untuk prajurit saja, namun juga untuk para pemimpin dan
masyarakat saat ini agar dapat melaksanakan tugas masing-
masing dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
02. Pengertian serat tripama tembang dhandanggula
Serat tripama (tiga suri tauladhan) menurut KGPAA Mangkunegara IV (1809-
1881) di Surakarta, ditulis dalam bentuk tembang dhandhanggula jumlahnya
ada tujuh bait dan menceritakan Patih Suwanda (Bambang Sumantri),
Kumbakarna, dan Suryaputra (Adipati Karna). Alasan memilih ketiga tokoh
diatas adalah mereka mempunyai sifat yang baik dan ksatria serta berjiwa
nasional dan patriotisme terhadap tanah kelahiran mereka masing-masing. Pada
umumnya serat tripama ini berwujud nasihat/pepatah mengenai nilai-nilai
teladan yang baik dari ketiga tokoh tersebut.
Serat tipama dhandhanggula tersusun dari 7 bait. Bait pertama
dan kedua menceritakan kisah Patih Suwanda, bait ketiga dan
keempat menceritakan kisah Kumbakarna, kemudian bait kelima
dan keenam menceritakan kisah Adipati Karna, serta memiliki
kesimpulan dan penutup pada bait ketujuh.
Tembang serat dhandanggula tripama
ARTI :
Yogyanira kang para prajurit Seyogyanya para prajurit
Lalabuhaniipun Jasa-jasanya
Guna kaya purunne kang dinantepi Pandai mampu dan berani (itulah) yang ditekuninya
Bait pertama dan kedua mengisahkan Bambang sumantri yang dijuluki Patih Suwanda. Patih Suwanda merupakan
patih dari Raja Maespati yaitu Arjuna Sasrabahu. Ia adalah seorang teladan yang sangat setia dan teguh dalam
melaksanakan kewajiban yang diperintahkan kepadanya untuk membawa Putri Citrangada dan 800 orang
pengiring.
Dari syair tersebut, kita dapat menyimpulkan tiga sifat keprajuritan Patih Suwanda, antara lain yaitu :
■ Guna : ahli, pandai dan terampil dan mengabdi kepada Bangsa dan negara.
■ Kaya : waktu Patih Suwanda diutus oleh Raja Arjuna Sasrabahu, ia pulang dengan membawa hasil
rampasan perang. Hasil rampasan tersebut tidak digunakan untuk keperluan pribadi, namun untuk
kesejahteraan Bangsa dan Negara Maespati.
■ Purun : pemberani, Patih Suwanda selalu berani dalam setiap hal dan pertarungan.
2). Bait Ketiga dan Keempat
■ Bait ketiga dan keempat mengisahkan salah satu raksasa bernama Kumbakarna yang merupakan
adik dari Raja Alengka yaitu Dasamuka (Rahwana). Kumbakarna merupakan sosok raksasa
yang mempunyai watak kstria dan setia kepada negaranya. Hal ini bertentangan dengan sifat
kakaknya yang angkuh dan semena-mena.
■ Disaat Alengka diserang oleh tentara kera, Kumbakarna maju perang dengan gigihnya bukan
untuk membela kakaknya yang salah karena telah menculik Dewi Shinta, akan tetapi sebagai
seorang ksatria yang sanggup mengorbankan jiwa dan raga untuk tanah kelahirannya, sekaligus
warisan dari para leluhur. Banyaknya pasukan kera akhirnya membuat Kumbakarna guguur
dalam medan pertempuran.
3). Bait Kelima dan Keenam
Bait kelima dan keenam mengisahkan Raja Suryaputera atau Raja Karna dari
Angga. Karna dikenal tidak terlalu berbakti pada mertuanya Prabu Salya,
apalagi saat Ibu kandungnya, Dewi Kunthi meminta dirinya untuk kembali ke
Pandawa, membantu adik-adiknya dalam perang Baratayudha. Saat itu Karna
menolak karena telah terikat janji untuk selalu membela musuh Pandawa, yaitu
Kurawa. Alasannya karena Duryudhana telah mengangkat derajatnya dari
seorang anak kusir menjadi Raja di Angga. Sehingga kesetiannya akan terus ia
perjuangkan selama ia masih hidup dan bernafas.
). Bait Ketujuh
Bait ketujuh menjelaskan bahwa ketiga tokoh tersebut pantas dicontoh, yang perlu
dicontoh adalah sifat berbakti dan sifat teladannya untuk memunculkan watak utama
dan mulia.
BAMBANG SUMANTRI
Bait ketujuh menjelaskan bahwa ketiga tokoh tersebut pantas dicontoh, yang perlu
dicontoh adalah sifat berbakti dan sifat teladannya untuk memunculkan watak utama
dan mulia.
DAFTAR PUSTAKA
https://anythingschool.blogspot.com/2018/02/sejarah-dan-cerita-serat-tripama.h
tml
https://www.kompasiana.com/jatikumoro/5ca5e6ee3ba7f710f8543cc2/wayang-ka
rna-ksatriya-yang-terbelenggu-harta-dan-tahta
https://www.wayangnusantara.site/2020/01/kisah-bambang-sumantri-dan-
sukrasana.html
SEMBAH
NUWON!!!
This is where you section ends. Duplicate this set of slides as many times you need to go over all your sections.