Anda di halaman 1dari 24

INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

oleh Kelompok 1
Anggota:
1. Muhammad Za’im Haidar (P07133220053)
2. Dhea Nofita Romadhona (P07133220054)
3. Dilla Sekar Ananda (P07133220056)
4. Melinda Ayu Mareta (P07133220062)
5. Waldana Dimasadra (P07133220068)
6. Ikhsanti Dwi Utami (P07133220075)
7. Kirana Noor Azillia P (P07133220076)
A. INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

Industri penyamakan kulit merupakan industri yang mengolah kulit menjadi barang jadi
untuk melengkapi kebutuhan manusia sehari-hari seperti koper, tas, sepatu, jaket, kerajinan
tangan dan lain-lain. Penyamakan kulit adalah suatu proses mengubah kulit mentah
menjadi kulit tersamak (leather). Penyamakan kulit biasanya digunakan pada hampir semua
jenis ternak antara lain kulit sapi, kerbau, kambing, kelinci, domba, ikan pari dll, bahkan
beberapa hewan ekstrim diantaranya ular, harimau dan buaya. Penyamakan kulit
menggunakan bahan kimia dan air dalam jumlah yang banyak, sehingga proses ini
menghasilkan limbah cair yang mengandung berbagai zat organik dari bahan baku dan zat
kimia dari bahan yang digunakan selama proses penyamakan.
Proses penyamakan kulit terdiri dari tiga proses utama yaitu proses pra penyamakan
(Beam House), penyamakan (Tanning) pasca penyamakan (Finnishing). Agar menghasilkan
jenis kulit yang kuat dan tahan terhadap efek lingkungan seperti degradasi mikroba, panas,
keringat, atau uap air dan lain lain, dilakukan proses dengan penambahan asam, garam, dan
kemudian penyamakan dengan garam. Dampak negatif proses penyamakan kulit menurut
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) Provinsi Jawa Barat yaitu limbah cair
dengan kandungan bahan organik yang tinggi, dan berbagai polutan seperti sulfat,
kromium, tannin sintetik, minyak, dan resin. Sehingga menghasilkan limbah padat yang
berupa gumpalan daging, bulu, dan lemak yang cukup besar.
B. PROSES PENYAMAKAN KULIT

Penyamakan kulit adalah suatu proses mengubah kulit mentah menjadi kulit tersamak
(leather). Penyamakan kulit biasanya digunakan pada hampir semua jenis ternak antara lain
kulit sapi, kerbau, kambing, kelinci, domba, ikan pari dll, bahkan beberapa hewan ekstrim
diantaranya ular, harimau dan buaya. Penyamakan kulit merupakan cara untuk mengubah
kulit yang bersifat labil dan mudah rusak oleh pengaruh fisik, kimia dan biologi menjadi kulit
yang stabil terhadap pengaruh tersebut. Kulit samak memiliki sifat khusus yang sangat
berbeda dengan kulit mentahnya, baik sifat fisis maupun sifat khemisnya. Kulit mentah
mudah membusuk dalam keadaan kering, keras, dan kaku. Sedangkan kulit tersamak
memiliki sifat yang awet dan mudah dibentuk menjadi segala jenis kerajinan diantaranya
tas, jaket, sabuk atau gesper, gantungan kunci, cover buku, dompet dan kerajinan lainnya.
Teknik mengolah kulit mentah menjadi kulit samak disebut penyamakan. Dengan
demikian, kulit hewan yang mudah busuk dapat menjadi tahan terhadap serangan
mikroorganisme. Prinsip mekanisme penyamakan kulit adalah memasukkan bahan
penyamak ke dalam jaringan serat kulit sehingga menjadi ikatan kimia antara bahan
penyamak dan kulit didalam serat kulit.
Dalam proses penyamakan dikenal adanya sistem penyamakan berbulu dan tidak
berbulu. Sistem penyamakan berbulu tentunya ditujukan untuk mempertahankan
keindahan bulunya sedangkan penyamakan tidak berbulu tentunya sengaja ditujukan untuk
menghilangkan bulu. Sekilas yang membedakan kedua proses ini adalah dilakukannya
proses pengapuran pada sistem penyamakan tidak berbulu dengan tujuan supaya
mempermudah dalam menghilangkan bulunya.
Terdapat tiga tahapan pokok dalam industri
penyamakan kulit yaitu :

Pretanning atau Pengerjaan basah (Beamhouse), Kegiatan ini bertujuan


untuk mengawetkan kulit mentah agar dapat bertahan hingga penyamakan
sesungguhnya dilakukan. Kegiatan ini dinamakan dengan pengerjaan basah
yang meliputi proses perendaman (Soaking), pengapuran (Liming),
pembuangan kapur (Deliming), baitsen (Bating), dan pengasaman (Pickling).
Adapun tujuan dari masing-masing kegiatan
yaitu : :

 Perendaman bertujuan untuk mengubah kondisi kulit kering menjadi lemas dan lunak.
 Pengapuran bertujuan untuk menghilangkan bulu dan epidermis, kelenjar keringat dan
lemak, zat-zat yang tidak diperlukan, memudahkan pelepasan subcutis, dsb.
 Pembuangan kapur bertujuan untuk menghilangkan kapur yang terkandung dalam kulit,
karena penyamakan dilakukan dalam kondisi asam sehingga harus terbebas dari kapur
yang bersifat basa.
 Bating merupakan proses penghilangan zat-zat non kolage.
 Pengasaman bertujuan membuat kulit bersifat asam (pH 3,0 – 35), agar kulit tidak
bengkak bila bereaksi dengan obat penyamaknya.
Penyamakan (tanning), kulit pickle direndam pada bahan penyamak, yang proses
penyamakannya terdiri dari penyamakan nabati, penyamakan krom, penyamakan
kombinasi, dan penyamakan sintesis.
Tahapan proses penyamakan disesuaikan dengan jenis kulit. Kulit dibagi atas 2 golongan
yaitu hide (untuk kulit dari binatang besar seperti kulit sapi, kerbau, kuda dan lain-lain), dan
skin(untuk kulit domba, kambing, reptil dan lain-lain). Jenis zat penyamak yang digunakan
mempengaruhi hasil akhir yang diperolah. Penyamak nabati (tannin) memberikan warna
coklat muda atau kemerahan, bersifat agak kaku tapi empuk, kurang tahan terhadap panas.
Penyamak mineral paling umum menggunakan krom. Penyamakan krom menghasilkan kulit
yang lebih lembut / lemas, dan lebih tahan terhadap panas.
Penyelesaian akhir (finishing), prosesnya terdiri dari pengetaman (shaving), pemucatan
(bleaching), penetralan (neutralizing), pengecatan dasar, peminyakan (fat liquoring),
penggemukan (oiling), pengeringan, pelembaban, dan perenggangan. Kegiatan setelah
penyamakan kulit terdiri atas pengetaman (shaving), pemucatan (bleaching), penetralan
(neutralizing), pengecatan dasar, peminyakan (fat liquoring), penggemukan (oiling),
pengeringan, pelembaban, dan perenggangan, masing-masing kegiatan yaitu seperti
berikut :
• Pengetaman merupakan suatu kegiatan yang membuat kulit memiliki tingkat
ketebalan yang sama.
• Pemucatan bertujuan untuk menghilangkan flek-flek besi, merendahkan pH,
dan lebih menguatkan ikatan antara bahan penyamak dengan kulit.
• Penetralan dilakukan bagi kulit samak krom, karena kulit samak krom
berkadar asam tinggi, sehingga perlu dinetralkan agar tidak mengganggu
proses selanjutnya.
• Pengecatan dasar dilakukan dengan tujuan agar pemakaian cat tutup tidak
terlalu tebal.
• Peminyakan pada kulit memiliki tujuan antara lain untuk pelumas serat- serat kulit
agar kulit menjadi tahan tarik dan tahan getar, menjaga serat kulit agar tidak
lengket satu dengan yang lainnya, dan membuat kulit tahan air.
• Penggemukkan bertujuan agar zat penyamak tidak keluar ke permukaan sebelum
kering.
• Pengeringan dilakukan bagi kulit atasan dengan tujuan untuk menghentikan
proses kimiawi dalam kulit. Kulit yang diperah airnya dengan mesin atau tangan
kemudian dikeringkan.
• Pelembaban dilakukan bagi kulit bawahan dengan tujuan agar kulit dengan
mudah dapat menyesuaikan dengan kondisi udara disekitar.
• Kegiatan akhir dari bagian ini adalah peregangan yang bertujuan agar kulit
mulut secara maksimal. Sehingga dengan demikian, tidak akan mulur lagi
setelah menjadi barang.
C. SUMBER POLUTAN YANG DIHASILKAN

Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah berbagai macam kulit mentah,
kulit setengah jadi (kulit pikel, kulit wetblue, kulit kras) menjadi kulit jadi. Industri
penyamakan kulit dapat dimasukkan dalam industri kimia, karena 90% dari proses
penyamakan menyangkut dan/atau mempergunakan bahan-bahan kimia sehingga usaha ini
akan menghasilkan limbah cair yang mengandung berbagai polutan organik dari bahan
baku dan polutan kimia dari bahan pembantu proses. Di samping itu juga dihasilkan limbah
padat dari hasil pembersihan daging, bulu dan gumpalan lemak. Limbah padat juga banyak
mengandung kapur, garam dan bahan kimia pembantu dalam proses penyamakan.
Limbah cair penyamakan kulit menurut Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(BAPEDAL) Jawa barat dikelompokan berdasarrkan unit proses sebagai berikut:
PROSES LIMBAH CAIR
Perendaman Mengandung garam, dan kotoran
Penghilangan bulu, pemrosesan dengan kapur Mengandung garam, asam

Penghilangan kapur dan balting Mengandung asam, ammonium


Pengawetan Mengandung asam, garam
Penyamakan krom Mengandung Cr, garam, syntan, bacterisit,
Na format

Penyamakan sekunder,pewarnaan,fatliquoring Mengandung Cr, ekstrak penyamakan,


syntan, pewarna
Limbah padat dapat berasal dari kulit mentah yang belum disamak dan kulit yang sudah
disamak. Beberapa golongan limbah padat yaitu:
• Berupa potongan kulit mentah yang masih segar, lemak, dan bulu sebanyak 5% dari kulit
mentah.
• Potongan kulit, daging, dan bulu sesudah penghilangan bulu halus sebanyak 5% dari kulit
mentah.
• Berupa potongan kulit wet blue sebanyak 3% dari kulit menta
D. DAMPAK INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT
TERHADAP KESEHATAN DAN LINGKUNGAN
a) Dampak Industri Penyamakan Kulit Terhadap Kesehatan
Didalam Industri Penyamakan kulit menggunakan bahan- bahan pembantu yang
tersusun dari senyawa- senyawa kimia. Ada yang berwujud bubuk, kristal, maupun cair,
semi liguid yang berbahaya terhadap kesehatan manusia. Bahan- bahan kimia tersebut
akan kontak dengan pekerja Industri Penyamakan Kulit dengan berbagai macam cara, yaitu
melalui kontak dengan kulit atau dengan cara penghirupan dalam bentuk gas atau uap.
Bahan – bahan yang bersifat korosif dapat menyebabkan kerusakan pada bagian tubuh
yang terkena tumpahan ke kulit, mata atau juga bisa terminum, tertelan, maupun terhirup
ke paru- paru.
Dibawah ini akibat yang ditimbulkan apabila kontak dengan bahan- bahan yang bersifat
korosif/ beracun.

1. Natrium Sulfida (Na2S), berfungsi pada buangan bulu pada industri penyamakan kulit.
Berupa kristal putih atau kekuningan. Bereaksi dengan karbon. Bersifat tidak stabil,
sehingga dalam proses penyimpanannya harus dijaga agar terhindar dari pemanasan
karena dapat meledak.
2. Asam Sulfida (H2SO4), bersifat korosif dan bersifat racun terhadap jaringn kulit. Kontak
dengan kulit menyebabkan terbakar, sehingga merusak jaringan. Penghisapan kabut/
uap asam sulfat dapat menyebabkan inflamasi pada tenggorokan bagian atas sehingga
menyebabkan bronkitis, dan bila kontak dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
kolaps
3. Asam Klorida (HCL), bahan ini merupakan bahan pengoksidasi yang sangat
kuat.Berbahaya jika terkena panas. Pengaruhnya terhadap kesehatan manusia yang
akan menghasilkan methemoglobin dalam darah serta akan merusak butir- butir darah
merah pada akhirnya akan merusak buah ginjal juga otot- otot hati.
4. Asam Format ( HCCOH), bahan mudah terbakar dapat menyebabkan iritasi pada kulit,
mata, membran mukosa.
5. Amonium Hidroksida (NH4OH), suatu bahan apbila dipanaskan akan mengeluarkan
racun yang berbahaya bagi kesehata, uapnya bersifat racun.
6. Natrium Hidroksida (NaOH), berbentuk padat atau larutan bersifat korosif pada kulit
manusia apabila kontak terlalu lama, dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh
manusia. Penghisapan pada hidung dapat menyebabkan iritasi pada membran mukosa.
7. Senyawa Benzidin (NH2 C6 H4 NH2), apabila kontak dengan kulit dapat menyebabkan
iritasi, dapat menyebabkan kerusakan pada darah (hemolisis), apabila terhisap
menyebabkan mual, muntah-muntah dan pada akhirnya diikuti dengan kerusakan hati.
8. Kalium Permanganat (KMNO4), sangat iritasif, debu KMNO4 sangat beracun, dapat
terhisap melalui pori-pori, dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru, pernafasan
pada bagian atas .
9. Formalin (HCHO)., iritasi pada kulit mata membran mukosa apabila tertelan dapat
menyebabkan muntah, diare, kolaps. Bersifat karsinogenik terhadap paru-paru.
10. Arsen (AS), arsen bila tdapat terhisap melaluerhisap maka dapat menimbulkan
menyebabkan muntah, mual dapat terhisap melalui maka dapat menimbulkan
menyebabkan muntah, mual, diare. Kerusakan arsen menyebabkan kelainan sistem
syaraf , kerusakan hati, gangguan sistem pembuluh darah, pigmentasi kulit serta dapat
menyebabkan kanker.
11. Naftol (C10HOH), apabila terhisap dapat menyebabkan mual, muntah, diare, bahkan
anemia. Naftol dapat diserap oleh kulit.
12. Phenol (C6H3OH), penyerapan larutan phenol pada kulit terjadi dengan cepat. Kontak
dengan larutan phenol selama 30 menit sampai beberapa jam dapat menyebabkan
kematian, untuk kontak dengan kulit seluas 64 inchi. Gejala yang timbul apabila
seseorang keracunan phenol yaitu pusing, otot lemah, pandangan kabur, telinga
berdengung, napas terengah-engah.
13. Krom (Cr), yang bersifat asam sangat bersifat korosif pada kulit serta membran mukasid
(selaput lendir). Kontak dengan Cr secara langsung dan terus menerus bagi kulit yang
sensitif akan menyebabkan koreng (ulcer) selebar ujung pensil di sekitar kuku maupun
punggung tangan.
b) Dampak Terhadap Lingkungan
1. Dampak buruk yang ditimbulkan dari industri penyamakan kulit yakni berupa
pencemaran lingkungan air, udara, dan tanah yang berupa cairan.
2. Menimbulkan penurunan pada kualitas air yang ada di sungai karena limbah cair hasil
pengolahan yang dibuang mengadung zat kimia bahan kimia penyamak
3. Terdapat bau busuk yang ditimbulkan limbah cair tersebut.
4. Penurunan kualitas pada air sumur yang sehari-harinya digunakan untuk kebutuhan,
masyarakat yang terkadang merasakan gangguan pernafasan dan gatalgatal karena
dampak dari bau busuk yang sangat tidak enak yang dihasilka
E. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA YANG
DILAKUKAN PADA INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT
Pengendalian pencemaran pada industri penyamakan kulit dilakukan dengan mengolah limbah yang
sudah dikeluarkan dari proses penyamakan kulit. Jenis limbah penyamakan kulit yaitu limbah cair, padat,
dan udara.
Limbah udara pada industri penyamakan kulit berupa pencemaran udara yang dihasilkan karena proses
pemanasan atau pengeringan kulit dapat dikurangi dengan mengoptimalkan pemanasan boilernya. Debu
yang dihasilkan selama proses dikumpulkan dalam filter bag dan diolah dengan aman. Debu tersebut
apabila mengandung khrom jangan dibakar, karena apabila dibakar asap yang dihasilkan masih
mengandung khrom yang berbahaya terhadap kesehatan. Limbah gas buang terutama berasal dari mesin
pengecatan yang berasal dari bahan cat, thinner, dan lain-lain. Untuk mengurangi bahan partikel debu
tersebut dengan melakukan penanganan atau penangkapan partikel gas debu pada sumbernya, melindungi
pekerja dengan memberi alat penahan atau penyaring atau masker.
KESIMPULAN
Industri penyamakan kulit merupakan industri yang mengolah kulit menjadi barang jadi
untuk melengkapi kebutuhan manusia sehari-hari seperti koper, tas, sepatu, jaket, kerajinan
tangan dan lain-lain. Penyamakan kulit adalah suatu proses mengubah kulit mentah menjadi
kulit tersamak (leather). Proses penyamakan kulit terdiri dari tiga proses utama yaitu proses
pra penyamakan (Beam House), penyamakan (Tanning) pasca penyamakan (Finnishing).
Didalam Industri Penyamakan kulit menggunakan bahan- bahan pembantu yang tersusun
dari senyawa- senyawa kimia. Ada yang berwujud bubuk, kristal, maupun cair, semi liguid
yang berbahaya terhadap kesehatan manusia. Bahan kimia tersebut tentunya juga akan
berdampak ke lingkungan jika dibuang langsung tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu.
Olehkarena itu saat ini sudah ada cara untuk menangani dampak tersebut
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai