BAB X Kegiatan SIK ini sejak tahun 1998 mulai menurun karena krisis
ekonomi yang melanda Indonesia, sehingga para pengrajin
mengalami kesulitan untuk melakukan impor bahan baku dan
PENGOLAHAN LIMBAH untuk pembelian bahan kimia pembantu proses produksi. Agar
SIK ini mampu bertahan dan berkembang diperlukan suatu upaya
INDUSTRI KULIT yang terintregrasi yang bertujuan untuk menjadikan SIK unggulan
yang mampu menghasilkan kualitas kulit yang siap ekspor,
meningkatkan kesejahteraan pengrajinnya dan meningkatkan
kualitas lingkungan kawasan SIK.
10.1. Pendahuluan
Berdasarkan hasil survei dan pengambilan sampel yang
Kulit jadi adalah kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) pada tanggal
kulit bebas bulu dan urat daging di bawah kulit. Pekerjaan 4-6 Juli 2002, air sungai Ciwalen sudah tercemar limbah dan
penyamakan kulit mempergunakan air dalam jumlah yang relatif melewati kadar maksimum baku mutu limbah cair menurut
banyak dan beberapa jenis bahan kimia, sehingga usaha ini akan Kepmen No. 51/1995, sedangkan tanah dan tanaman kubis di
menghasilkan limbah cair yang mengandung berbagai polutan sekitar sungai tersebut mengandung krom yang cukup tinggi.
organik dari bahan baku dan polutan kimia dari bahan pembantu Dikawatirkan kandungan krom tersebut dalam jangka panjang
proses. Disamping itu juga dihasilkan limbah padat berupa hasil akan membahayakan kesehatan masyarakat yang mengkonsum-
pembersihan daging, bulu dan gumpalan lemak. Limbah padat si air maupun tanaman yang tercemar di daerah tersebut. (KLH,
juga banyak mengandung kapur, garam dan bahan kimia 2002).
pembantu dalam proses penyamakan.
Meskipun beberapa pengusaha telah membuat IPAL, namun
Sebagian besar industri kulit yang ada di Indonesia sampai saat ini belum ada perusahaan yang memiliki instalasi
merupakan industri rumah tangga dan industri kecil yang pengolahan air limbah (IPAL) yang dapat beroperasi dengan baik.
berkembang di wilayah-wilayah tertentu, sehingga membentuk IPAL terpadu juga telah dibangun oleh BAPEDAL dan Pemda
sentra-sentra industri. Industri ini mempunyai ciri-ciri yang hampir 3
dengan total kapasitas pengolahan 700 m /hari, tetapi belum ada
sama, yaitu berkembang dengan modal usaha kecil, teknik yang beroperasi dengan benar. Dengan berkembangnya usaha
produksi sederhana, belum mengutamakan faktor kelestarian penyamakan kulit di SIK Sukaregang jumlah perusahaan semakin
lingkungan, belum mampu mengolah limbah yang dihasilkan banyak. Sampai saat ini telah tercatat 330 usaha penyamakan
sampai baku mutu yang berlaku, keselamatan dan kesehaan kulit di SIK Sukaregang, sehingga limbah yang dihasilkan juga
kerja kurang mendapatkan perhatian, kegiatan riset dan semakin besar. Dari data awal yang diperoleh, jumlah total limbah
pengembangan usaha masih minim. Dengan kondisi demikian, cair dari SIK Sukaregang sebanyak 6.000 m3/hari, sehingga IPAL
maka sebagian besar industri masih sangat memerlukan adanya yang telah ada tidak mampu lagi untuk mengolah limbah sampai
uluran tangan dari pemerintah untuk pengembangan usaha, memenuhi baku mutu yang berlaku.
peningkatan teknik produksi untuk meningkatkan kualitas produk,
penggunaan teknik produksi yang ramah lingkungan dan usaha Apabila kondisi ini dibiarkan dan dengan mulai diberlakukan-
pengolahan limbah guna melestarikan lingkungan. nya perdagangan bebas dan ekolabeling produk-produk yang
dipasarkan, maka para pembeli dari luar negeri akan enggan
Salah satu sentra industri kulit yang memerlukan perhatian untuk membeli, bahkan dapat melakukan pemboikotan terhadap
khusus adalah sentra industri kecil (SIK) penyamakan kulit di produk kulit dari Sukaregang. Apabila hal ini sampai terjadi maka
Sukaregang, Garut yang berdiri sejak 1920. SIK ini menempati
245 246
tidak mustahil kegiatan usaha di SIK Sukaregang akan gulung
tikar. Untuk menghindari kekawatiran tersebut, maka salah satu
jalan terbaik saat ini yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan kegiatan produksi yang ramah lingkungan.
Pencelupan kulit dalam air selama satu malam untuk Penyamakan krom dilakukan dengan menggunakan krom
menghilangkan darah, kotoran, larutan garam dan sulfat. Proses ini untuk menstabilkan jaringan protein
protein. (collagen) dari kulit.
Menghilangkan bulu dengan perendaman dalam kapur
dan sodium sulfida,
Pengolahan menggunakan larutan kapur kembali
(reliming).
Pencukuran dan penghilangan mekanis jaringan ekstra
dari sisi daging kulit, selanjutnya pemisahan
2
(menggunakan kapur) /3 lapisan atas dari bagian bawah.
Penghilangan kapur dengan menggunakan asam lemah
(latic acid) dan pemukulan/bating dengan menggunakan
bahan kimia pembantu untuk menghilangkan sisa-sisa
bulu dan protein yang hancur.
Pengawetan menggunakan larutan garam dan asam
sulfur untuk pengasaman sampai pH tertentu untuk
mencegah pengendapan garam-garam krom pada serat
kulit.
Gambar 10.2. Tanin (Rotary Drum) Sebagai Reaktor
Penyamakan
247 248
(3). Pasca penyamakan
249 250
INPUT UNIT OUTPUT/LIMBAH
INPUT UNIT OUTPUT/LIMBAH
Pencukuran,
Lb padat : sisa cukuran
penghilangan daging Pelapisan permukaan Finishing Lb gas: uap larutan.
daging
& pemisahan
251 252
Penghilangan dari sumber
Untuk mencapai proses produksi nir-limbah tidaklah mudah,
sehingga diperlukan alternatif lain yang bertujuan untuk
meminimalisasikan jumlah limbah yang dihasilkan/dibuang, Pengurangan sumber
sehingga dapat mengurangi bahaya terhadap kesehatan manusia
dan lingkungan serta mahluk hidup lainnya. Sampai saat ini
reduksi limbah masih dianggap sebagai solusi yang paling tepat Recycle
untuk mencegah permasalahan limbah dimasa depan. Dengan
menggunakan bahan yang lebih effisien, industri dapat
Reuse dan Recovery
mengurangi limbah yang dihasilkan dan melindungi kesehatan
manusia dan lingkungan yang diinginkan. Pada waktu yang
bersamaan, biaya pengelolaan limbah dapat diturunkan yang Pengolahan
berarti menghemat biaya operasional industri dan dalam jangka
panjang resiko dan pasiva dapat diminimalkan.
Penimbunan residu
Adanya pengolahan limbah merupakan suatu tambahan
proses pada industri, sedangkan minimisasi limbah melibatkan
semua aspek pada proses produksi yang rumit. Pendapat yang Gambar 10.7. Urutan Prioritas Untuk
menyatakan bahwa pengontrolan polusi dan minimisasi limbah Meminimalisasi Limbah
merupakan tujuan jangka panjang, tidak dapat dicapai dan tidak
sesuai untuk strategi jangka pendek telah mendesak para Model manajemen limbah seperti pada Gambar 10.8. dapat
penghasil limbah untuk mencari berbagai alternatif dalam upaya didisain dengan menetapkan sumber dan kuantitas limbah dan
minimisasi limbah, namun yang menjadi penghambat upaya proses utama lainnya. Model ini akan menghasilkan neraca masa
tersebut adalah resiko terjadinya perubahan kualitas produk yang mempunyai bentuk umum dan hubungan sebagai berikut:
akibat pengerjaan minimisasi limbah yang dikerjakan dengan
merubah proses industri yang semata-mata hanya untuk
menurunkan jumlah limbah yang dihasilkan tanpa didasari oleh Input = produk + bahan yg terrecovery + limbah dikeluarkan
keahlian khusus. Usaha minimisasi limbah yang berhasil + limbah yg dibuang.
biasanya merupakan hasil dari peningkatan effisiensi operasional
industri tersebut, yang mana sebagian upaya tersebut akan
menghasilkan produk samping, tidak hanya difokuskan pada
pengubahan proses industri. Hubungan neraca masa akan dikembangkan untuk setiap
langkah proses dalam model menajeman limbah. Dengan
Banyak industri yang ingin mengurangi jumlah limbahnya, menggunakan hubungan proses ini, sistem minimisasi limbah
tetapi tidak mengetahui bagaimana memulai dan akan menjadi alat yang penting untuk pengumpulan data yang
mengimplementasikan ke dalam permasalahan yang komplek. dibutuhkan dalam pengembangan alternatif minimisasi limbah
Untuk mencapai sasaran tersebut perlu dilakukan prioritas dalam berikutnya yang akan dipilih dan ditetapkan. Pemilihan alternatif
pelaksanaannya. Gambar 10.7. merupakan urutan prioritas untuk ini dapat dilihat seperti pada Gambar 10.9.
meminimalisasi limbah yang dihasilkan. Pada kondisi ideal
penghilangan limbah secara total adalah merupakan sesuatu
yang memungkinkan.
253 254
Bahan
Usaha untuk Proses produksi bersih yang diajukan untuk SIK industri kulit
mendapatkan bahan Sukaregang adalah sebagai berikut :
Pemantauan dan pengontrolan
Pembuangan
Rencana Implementasi
Evaluasi ekonomi
Gambar 10.10. Alur Proses Penerapan Konsep Produksi Bersih
255 256
Banyak air yang tumbah keluar dari reaktor
(1). Membuat neraca bahan : Input, Output dan Proses
(4). Implementasi.
(5). Monitoring.
257 258
lainnya dapat digabungkan untuk diolah bersama dalam satu
IPAL terpadu.
259 260
(4). Limbah dari industri sebelum masuk ke IPAL terpadu
Proses I Proses II dikontrol karakteristiknya terlebih dahulu. Hal ini untuk
menjaga agar limbah yang masuk ke IPAL mempunyai
karakteristik yang stabil. Jika karakteristik limbah tersebut
Limbah yang Limbah yang tdk berfluktuasi terlampau besar akan menjadikan beban kerja
Re-use Crom mengandung krom mengandung krom
IPAL berat, bahkan dapat mematikan mikroba yang bekerja
di IPAL tersebut. Secara skematik limbah dari industri ke
IPAL terpadu dapat dilihat sebagai berikut:
Screen Padatan Screen
Flow meter
Industri I Pre-
treatmen
Unit Crom
recovery Recovery Cr
Flow meter
Industri II Pre-
treatmen
Pemisah
minyak /lemak Recovery Cr
Quality IPAL
Tangki control Terpadu
Asam/basa
Flow meter
Proses Industri III Pre-
netralisasi treatmen
Recovery Cr
Flow meter
Flow meter
Industri IV Pre-
Ke IPAL treatmen
terpadu
Recovery Cr
Gambar 10.13. Diagram Alir Sistem Pre-Treatment Limbah
Industri Kulit
(3). Setiap industri diwajibkan mempunyai flow rate limbah yang Gambar 10.14. Diagram Alir Sistem Pengolahan Limbah
akan disalurkan ke IPAL terpadu. Hal ini dimaksudkan untuk Industri Kulit Dari Sumbernya Sampai IPAL Terpadu
mengetahui jumlah limbah yang dihasilkan yang akan
digunakan sebagai dasar pembayaran tarif ke pengelola IPAL (5). Setelah dilakukan kontrol karakteristik, limbah masuk ke IPAL
terpadu. terpadu.
261 262
(6). Tahap pertama IPAL terpadu adalah tangki equalisasi.
Tangki ini berfungsi untuk menstabilkan karakteristik limbah Gambar 10.15. Sistem IPAL Terpadu Industri Penyamakan Kulit
264
(7). Dari tangki equalisasi limbah diproses kimia (flokulasi-
koagulasi) untuk pembentukan flok-flok. Setelah
pembentukan flok selesai maka flok tersebut diendapkan
secara fisika agar padatan dan suspended solid yang ada
dalam limbah terpisahkan secara sempurna. Padatan yang
terkumpul di bagaian dasar tangki pengendap dipompa untuk
dipadatkan dan dikeringkan, sedangkan cairan bagian
atasnya dilakukan proses biologis untuk menurunkan kadar
COD dan BOD limbah.
263
Foto-foto IPAL terpadu yang sudah dibangun untuk sentra
industri kulit.
265 266
(5). Setiyono (2002). Sistem Pengelolaan Limbah B-3 di
Indonesia. Kelompok Teknologi Air Bersih dan Limbah Cair,
Pusat pengkajain dan Penerapan teknologi Lingkungan
(P3TL), Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, Material
dan Lingkungan, Badan Pengkajain dan Penerapan
Teknologi (BPPT).
(6). Suffet, I.H. (1977). Fate of Pollutants in the Air and Water
Environments. Volume 8, Part 1, “Mechanism of interaction
between environments and mathematical modeling and the
physical fate of pollutants. Advances in Environmental
Science and Technology. John Wiley & Sons, A Wiley-
Interscience Publications, New York, USA.
(7). ----------- (1977). Fate of Pollutants in the Air and Water
Environments. Volume 8. Part 2, “Chemical and biological
fate of pollutants in the environment”. Advances in
Environmnetal Science and Technology. John Wiley & Sons,
A Wiley-Interscience Publications, New York, USA.
(8). Wentz, Charles A. (1989). Hazardous Waste Manajement.
Argonne National Laboratory.
267