Anda di halaman 1dari 33

Pelajaran 1

DASAR
ALKITABIAH
PELAYANAN DI
KOTA
By: Roger S. Greenway
Di Kota, Kekristenan
Berada Dalam Bahaya

Ada konsekuensi yang sangat mengerikan bagi umat Kristen


yang tinggal di kota-kota. Keadaan religius di kota-kota seperti
di Negara Eropah dapat dijadikan suatu peringatan. Kekristenan
ada dalam bahaya di sana. Tempat-tempat yang dahulu menjadi
benteng-benteng iman dalam beberapa tahun terakhir ini
malahan menjadi ladang penginjilan
??
Bagaimana gereja-gereja sampai kehilangan pengaruh di
kota-kota?

Berbagai faktor menjadi biang keroknya. Salah satu


faktor ialah bahwa para teolog dan pendeta telah
melalaikan kota-kota. Penjelasan ini diberikan oleh C.
Henk Koetsier, seorang pakar dari Eropa yang hidup
dan bekerja di Amsterdam. Koetsier berkecimpung
dalam misi perkotaan selama beberapa tahun menilai
situasi tersebut sebagai berikut:
Hanya ada sedikit analisis dan refleksi teologis tentang apa
yang terjadi di kota-kota. Kelihatannya seolah-olah teologi
telah kehilangan perhatian dalam kehidupan di kota modern.
Hanya belakangan ini ada beberapa ahli teologi telah
meninggalkan menara gading dari pengetahuan teologinya
untuk menghadapi kemelut dalam kehidupan di dalam kota.
Karena itu gereja belum dapat mengatasi situasi tersebut di
kota-kota. Mereka telah mengundurkan diri dari kota-kota
secara sosial melalui migrasi dan secara teologis dengan
peninggalan yang serupa. Gereja-gereja belum bersedia untuk
merenungkan secara kritis dan kreatif menghadapi tantangan
yang diperhadapkan mereka di kota-kota.
Gereja Melarikan
Diri

Ada tanda-tanda bahwa apa yang telah terjadi di


Eropa akan terulang di kota-kota Amerika Utara,
dan kemudian di bagian lain di dunia. Di mana-
mana kita melihat kecenderungan gereja-gereja
melarikan diri dan para ahli mengabaikan
tantangan yang amat besar dari kota-kota.
Sungguh sedikit sekali perhatian yang diberikan
kepada pelayanan kota yang cenderung memakai
metode-metode yang strategis dan bukan
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan asasi yang
bersifat alkitabiah dan teologis.
Pandangan Alkitab
 Kita akan lebih dahulu membahas
Tentang Kota kota-kota yang mungkin akan
menjadi kota, kemudian kota-kota di
masa depan.
Setelah itu, kita akan melihat secara
lebih jelas kota-kota masa kini, kota di
mana Anda dan saya hidup dan
melayani.
Melalui analisis ini, kita akan mencapai
pengertian yang lebih mendalam
tentang misi kita di dalam kota-kota
ini.
Yang dimaksudkan di sini ialah masyarakat yang akan
Kota tanpa Dosa terbentuk seandainya manusia tidak jatuh ke dalam dosa.
Dalam keadaan tidak berdosa semua bentuk peradaban
manusia akan berkembang sampai ke puncaknya tanpa
pengaruh bobroknya kejahatan. Semuanya akan membawa
kemuliaan kepada Allah dan bermanfaat bagi keluarga
manusia.
Karunia-karunia yang dimiliki manusia akan mencapai
ekspresi yang tertinggi dalam kota-kota, dalam kehidupan
masyarakat dan lembaga, sementara orang-orang tanpa dosa
bekerja sama, saling membagi talenta dan akan menghasilkan
hal-hal agung dengan sumber-sumber alam pemberian Allah
dan ciptaan-Nya.
Dunia yang mungkin akan terbentuk dalam keadaan seperti itu ialah masyarakat
kota. Umat manusia diciptakan di Taman Eden, tetapi hidup mereka sebagai
pengemban citra Allah dan sebagai makhluk sosial terletak di kota.

Lebih daripada itu, mandat kultural yang diberikan Allah kepada Adam (Kejadian
1:28) mengimplikasikan pembentukan kota.

Adam diperintahkan untuk mendiami bumi dan membangun dengan sumber alam
yang tersedia. Ia harus mengorganisasikan dan memerintah di bawah pimpinan
Allah, dunia yang telah diciptakan Allah.

Dari sebuah keluarga kecil berkembang terus menjadi


satu suku bangsa dari mereka yang tak berdosa
dengan sendirinya akan berkembang menjadi kota-
kota.

Kota-kota ini akan berkembang menjadi tempat penuh


sukacita, tanpa dosa, kebobrokan dan semuanya
mendukung ke arah kemuliaan Allah.
"Kota Allah Kota-kota yang didirikan oleh orang-orang tak berdosa
yang Kudus" akan melebihi kemegahan kota-kota kita dewasa ini. Di sini
akan menjadi pusat ibadah yang hanya akan memuji dan
memuliakan Allah yang benar.

Mereka akan menjadi kota-kota teosentris, kota


perjanjian, memuliakan Allah dengan ketaatan
sepenuhnya dan setiap kota mungkin akan disebut "Kota
Allah yang Kudus".

Tetapi sayangnya, kota-kota seperti itu tidak ada dan


tidak dikenal dalam sejarah umat manusia. Yang terjadi
ialah, manusia jatuh ke dalam dosa dan kota-kota yang
kita kenallah yang ada sekarang.
Kota Masa
Depan

Kota yang dimaksud dalam kitab Wahyu 21, disebut


Kota Kudus, Kota Yerusalem baru. Kota ini tidak
dibangun oleh manusia, melainkan datang langsung
dari surga.

Keindahannya sulit dilukiskan, tidak ternoda oleh dosa,


seperti mempelai perempuan yang menyambut
suaminya.

Di kota ini kehidupan masyarakat penuh kedamaian


dan harmonis. Tidak ada tangisan, tidak ada yang bisa
membuat orang-orang menangis. Kematian dan
kesedihan tidak ada. Tidak ada kesakitan. Allah diam
bersama umat-Nya dalam hubungan yang sempurna.
Kota yang baru ini adalah kota ibadah. Bait
Allahnya adalah Yesus Kristus, yang selalu hadir
di tengah umat-Nya. Alkitab menyebut-Nya
sebagai Anak Domba Allah yang dikurbankan
untuk menebus dosa umat-Nya yang berdosa
sebagai Anak Domba, ia memiliki hak untuk
menerima kemuliaan dan pujian dari seluruh
penghuni kota baru tersebut.

Alkitab menyatakan bahwa kota yang akan datang itu berbentuk kota. Drama penebusan
yang dimulai di Taman Eden akan berakhir di kota itu, Kota Yerusalem baru. Para warga
surgawi akan hidup di kota. Dengan ikatan kasih, karunia para warga dari pelbagai suku
bangsa, bahasa akan hidup bersama dalam kelanggengan yang sempurna sebagai orang-
orang tebusan Allah masyarakat perjanjian-Nya yang baru. Kota ini akan menikmati segala
sesuatu yang disediakan kota-kota pada umumnya dan satu kelebihan lain: para warga dari
kota baru tersebut bukan hanya tidak berdosa, melainkan orang-orang berdosa yang sudah
disucikan. Kisah mereka merupakan kisah penebusan. Lagu-lagu mereka bersenandung
tentang Juru Selamat dan darah-Nya (Wahyu 5:9).
Kota-kota
Masa Kini
Antara sinar yang semakin meredup dari suatu
kesempatan yang hilang dan janji akan suatu masa
depan yang indah berdirilah kota-kota masa kini. Kota-
kota setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa tidaklah
sama dengan kota-kota yang seandainya dibangun
ketika manusia belum berdosa.

Karena dosa, dewasa ini kota-kota menjadi berpusat


kepada manusia, sering kejam, dan penuh perselisihan,
kerakusan, dan keduniawian. Dosa bergerak dengan
bebas di jalan-jalan dan pasar. Dosa bertakhta di tempat
tinggi dalam kehidupan masyarakat.
Kota-kota ditandai dengan janji-janji yang
dilanggar, sebagian besar merupakan
Kota-kota pelanggaran terhadap perjanjian dengan
Masa Kini Allah.

Kehidupan di kota-kota ini diadaptasi dengan


kondisi penduduknya yang berdosa. Ada
polisi, pengadilan, dan penjara. Ada hukum-
hukum untuk melindungi dan menghukum.

Setiap aspek dari kehidupan kota


merefleksikan hadirnya dosa dan
kebobrokan.

Sesungguhnya, kehidupan kota dapat terus


bertahan dan tidak semakin rusak karena
mekanisme pertahanan. Dari para penduduk
kota untuk mengembangkan dan mengatasi
kondisi mereka yang sudah jatuh ke dalam
dosa.
Dengan mengacu kepada Kejadian 4:1 -- 6:8, Meredith
Kline menjelaskan bagaimana ayat-ayat ini menjelaskan
tentang keberadaan dan tujuan dibentuknya kota.

Ia berpendapat bahwa karena kasih karunia dan belas


kasihan Allahlah, maka setelah kejatuhan Adam dan
Hawa ke dalam dosa dan merusak perjanjian dengan
Allah, Allah menentukan kehidupan kota demi kebaikan
umat manusia.

Tidaklah mengherankan bahwa Kain membangun


sebuah kota untuk melindungi kehidupan manusia.
Kota-kota perlindungan (Bilangan 35) menawarkan
perlindungan bagi orang-orang yang sudah membunuh
orang lain.
Perintah yang dinyatakan dalam Kejadian
4:15 -- firman Allah kepada Kain mengenai
hukum yang akan melindunginya --
merupakan awal pembentukan sebuah kota
(ayat 17).

Kline mengatakan bahwa Kejadian 4:15


merupakan anggaran dasar kota yang
sebenarnya. Kota itu dibangun sebagai
tempat perlindungan dari hutan belantara,
suatu tempat perlindungan dari musuh dan
sebuah tempat untuk mengembangkan
kebudayaan dan kreativitas.

Tak lama kemudian kota juga seperti dalam


kisah Lamekh (ayat 23-24), menjadi tempat
kesombongan dan kekerasan.
Sebagai akibat kejatuhan manusia, perubahan fundamental
terjadi di kota. Kutuk itu telah menyebar ke mana-mana.
Misalnya, di setiap kota sekarang ada banyak kuburan,
merefleksikan bahwa metropolis telah berubah menjadi
nekropolis.

Perubahan lain ialah bahwa usaha-usaha kota untuk mengumpulkan sumber-sumber dan
kekuatan serta bakat manusia bukan lagi sebagai alat untuk memenuhi mandat Allah untuk
menaklukan dunia; mereka mengumpulkan kekuatan untuk berperang dan
mempertahankan diri terhadap serangan dari luar.

Kota-kota sepanjang sejarah mendirikan benteng-benteng dengan tembok tebal dan tinggi
untuk melindungi penduduknya. Kota bukan lagi menjadi pusat geografis untuk
perdagangan, sebuah pasar untuk mempercepat penyebaran hasil produksi alam, tetapi kota
telah menjadi pusat administrasi yang menyediakan kesejahteraan dan bantuan bagi orang-
orang yang tertekan. Kota harus menyediakan pejabat polisi, pengadilan, dan penjara,
untuk melindungi warganya dan menghukum yang bersalah.
Suatu Kerangka
Misi

Perspektif ini memberikan suatu kerangka umum dari mana kita dapat
mengajukan banyak pertanyaan yang muncul tentang misi perkotaan. Kota-kota
yang kita kenal sekarang tidak dapat diidentifikasikan baik dengan Kerajaan Iblis
maupun dengan Kerajaan Allah.
Kota merupakan hasil dari kasih karunia Allah. Melalui kota-kota ini Allah
mengekang perkembangan kejahatan, memberkati makhluk ciptaan-Nya, dan
melaksanakan rencana-Nya, baik dalam penghakiman maupun dalam kasih
karunia.
Kesadaran akan perspektif alkitabiah akan keadaan kota-kota memiliki beberapa
akibat:
Kenyataan bahwa keberadaan kota-kota merupakan tindak kasih karunia
Allah, kita dapat melihat sifat asasi dari peperangan rohani yang terjadi
setiap hari di kota-kota di seluruh dunia. Kota-kota masa kini secara alami
merupakan badan hukum yang murtad. Bahkan prestasi mereka yang
terbaik sekalipun memiliki ciri dosa dan aktif memusuhi Allah dan firman-
Nya.
Kitab Suci menceritakan tentang peperangan rohani dari
kota sebagai peperangan antara Babel dengan Yerusalem.
Babel merupakan wakil dari kota manusia yang
pemberontak, rakus, jahat, memuja berhala, dan nasibnya
sudah ditentukan. Yerusalem, di pihak lain merupakan wakil
dari kota Allah. Kota itu berpusat pada Allah, karena Allah
memerintah di sana. Kota Yerusalem melambangkan damai
sejahtera Allah, Persatuan, dan kebenaran. Dalam kota
Yerusalem, Mesias adalah Raja, sementara dalam Babel,
Mesias dihina dan dilawan. Warga sejati kota Yerusalem
mengadakan perjanjian dengan Allah, sedangkan warga
Babel bersekutu dengan Iblis. Pimpinan kota Yerusalem Kejahatan di Ibu Kota Meningkat 10 Persen
ialah Kristus sedangkan kota Babel adalah Antikristus medcom.id
Orang-orang Kristen yang tinggal dan bekerja di kota-kota dapat mengerti hal-hal yang tetap
merupakan suatu misteri bagi mereka yang tidak mengerti kerangka Alkitab. Orang-orang
Kristen sangat realistik tentang sifat utama dari kota dan penyebab frustrasi yang tak ada
putusnya yang terjadi bila warganya mencoba memperbaiki kehidupan kota. Orang Kristen
mengerti akar permasalahannya, yaitu kejahatan moral yang berdiam di dalam hati sebuah
kota. Itu merupakan warisan Kain dan roh Lamekh yang tidak pernah pergi
meninggalkannya.

Para pengikut Yesus Kristus memiliki peranan penting di kota-kota di dunia, tetapi mereka
tidak boleh tertipu ke dalam pemikiran bahwa melalui usaha mereka bersama dan maksud
baik mereka, entah dengan cara apa atau sampai pada tingkat apa, kota-kota ini akan
menjadi Kerajaan Allah dan kota di mana Yesus bertakhta sebagai Raja. Kota-kota bersifat
sementara, berada di bawah kutuk, dan pada suatu hari kelak akan diganti dengan kota
surgawi seperti yang telah dijanjikan dalam Alkitab.
Karena kerangka alkitabiah yang sudah kita miliki, maka
orang Kristen dapat mengambil sikap positif menghadapi
kehidupan kota. Bukannya meninggalkan dan melepaskannya,
orang Kristen justru dapat dan seharusnya memperkuat kota
dan menerima bagian tanggung jawab mereka terhadap
pemeliharaan kota.

Dalam Yeremia 29:7 tertulis bahwa bahkan dalam kota Babel


yang kejam sekalipun, orang-orang Israel yang menjadi
tawanan diperintahkan Allah untuk: "Usahakanlah
kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah
untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah
kesejahteraanmu." Melalui kasih karunia Allah, kota-kota yang
sekarang dibangun tetap bertahan. Perkembangan kebudayaan
dan peradaban manusia tergantung pada kehidupan kota.
Dalam kota-kota pertempuran yang paling kejam bagi pikiran
dan hati manusia berlangsung untuk alasan itu, kota-kota
merupakan ajang utama bagi misi kristiani, merupakan drama
pengampunan yang besar.
Bila Anda mengerti hal ini, maka orang-orang Kristen tidak boleh melarikan diri dari
perjuangan di kota, sebaliknya mereka harus sengaja berdiam di kota dan
menduduki setiap pojok dari kehidupan perkotaan, sambil membawa terang,
garam, dan ragi berita Injil. Pekerjaan umat Allah di kota-kota tidak boleh sempit
dan menyendiri.
Gereja yang ada di dalam kota memiliki suatu tugas untuk mengajak para anggota
jemaatnya ikut terlibat dalam semua sistem dan semua daerah yang tercakup
dalam kehidupan kota. Apakah dalam bidang pendidikan, politik, balai kota atau
pasar, tanggung jawab dari warga Yerusalem ialah menyatakan siapa yang
sesungguhnya memerintah.
Mereka harus berdoa bagi kesejahteraan kota, menyerang tindakan sewenang-
wenang, dan mempromosikan kebaikan yang sejati. Umat Allah tahu di mana letak
masalah yang paling penting. Mereka tahu bahwa perjuangan kota yang terberat
ialah kehidupan rohani. Karena itu, mereka tidak boleh membiarkan apa pun ada di
luar ruang lingkup pekerjaan dan kesaksian mereka. Semua yang ada di dalam kota
harus diperhadapkan dengan ajaran Kristus.
Karena orang Kristen yang sudah mendapatkan penerangan Alkitab telah mulai mengerti keadaan kota
dan telah mendengar perintah untuk mengabarkan Injil ke seluruh bangsa dan memuridkan semua
orang, mereka harus mengadakan pendekatan terhadap kota secara realistik dan menginjilinya. Orang
Kristen tidak boleh goyah atau terkejut oleh apa pun yang terjadi dalam kota. Mereka berharap
menemukan banyak hal yang indah dan bermanfaat karena kasih karunia Allah bekerja di sana, dan
keadaan suatu kota mendorong perkembangan kultural. Tetapi roh Kain juga hadir di sana, dengan
segala ketamakannya, penindasan, dan cara-cara duniawinya.

Orang Kristen mengetahui sebenarnya apa yang sedang terjadi di kota-kota. Mereka mengerti bahwa
dosa dan kejahatan bekerja di dalam kota, baik dalam kehidupan pribadi-pribadi dan dalam struktur
sosial yang direncanakan orang banyak. Mereka juga tahu bahwa karena kasih karunia Allah, maka
ada suatu bentuk keindahan dan kebaikan dalam kota, roh Kain dikendalikan, dan potensi roh-roh
jahat dikekang untuk dapat meningkatkan aktivitas mereka dengan terlalu cepat. Orang Kristen juga
tahu bahwa karena kasih karunia Allah yang istimewa, maka suatu kekuatan lain telah ikut campur
dan sedang bekerja di dalam kota. Itu termasuk kuasa kejahatan dan membangun suatu masyarakat
yang berbeda. Roh Kristuslah yang menggerakkan umat Allah untuk terlibat dalam karya
keselamatan. Roh ini merindukan agar Kabar Baik tentang Yesus disebarluaskan di jalan-jalan.
Dalam Kitab Suci, panggilan terhadap misi perkotaan DImulai
dari Nabi Yunus dan perintah Allah untuk pergi ke Niniwe untuk
Panggilan terhadap menyampaikan firman Allah (Yunus 1:2; 3:2). Paulus dan rasul-
Misi Perkotaan rasul lain dari masa Perjanjian Baru ikut serta dalam misi
penginjilan ini dan menerapkannya di kota-kota pada masa
mereka.

Menurut Kitab Suci, Niniwe merupakan "kota yang benar" (Yunus


1:2). Kasih karunia Allah dinyatakan dengan limpahnya di sana.
Niniwe bukan hanya sebuah metropolis yang besar, ibu kota
sebuah kerajaan, tetapi juga dikenal karena keindahannya.
Secara militer, kota itu dapat menahan serangan-serangan
musuh. Dilaporkan bahwa di kalangan bangsa purba, Niniwe
memiliki kubu pertahanan sebelah luar yang membentang sejauh
60 mil dan tembok sebelah dalam setinggi 100 kaki. Kereta-
kereta perang yang ditarik kuda dapat berjajar tiga sekaligus.
Untuk membangun istana raja di Niniwe diperlukan sepuluh ribu
budak selama 12 tahun dan taman kota serta bangunan umum
dipuji oleh dunia. Niniwe bertahan selama seribu lima ratus
tahun, yang membuat kota-kota lain di dunia tak ada artinya.
Niniwe benar-benar sebuah kota yang besar.
Niniwe dalam Kitab Suci merupakan kota representatif, sebuah
lambang dari kota-kota sepanjang zaman purba dan dunia modern.
Kota ini merupakan pusat kebudayaan dan menjadi ajang tindak
Penindasan, ketidakadilan, dan kekejaman. Karena kekejaman
penduduknyalah, maka Allah mengutus Yunus ke sana (Yunus 1:2).

Walaupun sangat indah dan kuat, namun kota ini berada di bawah
hukuman Allah. Allah mereka adalah patung berhala dan seluruh
kehidupan politik serta ekonomi didasarkan pada eksploitasi
terhadap bangsa-bangsa yang lemah, pendudukan militer, dan kerja
paksa para budak. Nabi Nahum menjabarkan Niniwe sebagai
pengkhianat bangsa-bangsa, dan merupakan kota persundalan
(Nahum 4). Setiap bentuk kejahatan dan sihir dilakukan dan bahkan
prestasi seni dikotori oleh penyembahan berhala dan perbuatan
mesum. Nahum secara tepat menyebut Niniwe sebagai "kota darah"
(Nahum 3:1) karena penuh dengan kekejaman.
Pentingnya Kitab Yunus bagi penginjilan kota dapat dipelajari dari pelbagai sudut. Para pengatur strategi misi melihat
suatu pola serupa di dalamnya Allah mengutus utusan-Nya, yang pergi ke kota dan menyatakan firman Allah, dan
akibatnya penduduk kota bertobat dan berpaling kepada Allah. Dari sudut pandang strategi misi, Yunus sering
dijadikan model sepanjang waktu.

Para ahli teologi digerakkan oleh kenyataan bahwa inisiatif dalam penginjilan dilakukan oleh Allah. Kisahnya bercerita
tentang Yunus, tetapi aktor utamanya bukanlah manusia, melainkan Allah. Allah memanggil nabi itu dan mendesaknya
sampai ia mau taat. Belas kasihan Allah terhadap kota yang jahat itu memotivasi seluruh operasi, walaupun Yunus
segan melaksanakannya. Itu merupakan misi Allah dan bukan misi Yunus. Allah ingin agar penduduk Niniwe
diselamatkan, dan melalui kasih karunia-Nya ia memaksa Nabi Yunus untuk bertindak supaya mereka bertobat. Yang
paling penting, misi Yunus merupakan suatu tanda tentang panggilan Allah kepada umat-Nya untuk memproklamirkan
berita pertobatan dan keselamatan kepada kota-kota yang sebenarnya merupakan kota yang sangat jahat yang lebih
cocok untuk dimusnahkan.

Walaupun memiliki banyak kekurangan, namun Niniwe dianggap penting bagi Allah dan Ia ingin agar berita
keselamatan-Nya disiarkan di jalan-jalan. Tugas Yunus, dan juga tugas Allah terhadap umat-Nya sebagai satu kesatuan
yang utuh ialah menjadi juru warta Allah di benteng kejahatan ini dan bergabung dengan Dia dalam perjuangan untuk
penghakiman, pencurahan kasih karunia terhadap kota tersebut.
Kisah Yunus dan apa yang terjadi di Niniwe
patut dianalisis dan direnungkan. Sama
seperti penginjilan kota dimulai di kota itu
beberapa abad yang lalu, ada suatu kesan
bahwa penginjilan kini harus dimulai kembali
dari tempat itu. Allah masih berbicara kepada
kita melalui Yunus tentang situasi dari
penginjilan kota, belas kasihan Allah terhadap
penduduk kota, dan kerinduan-Nya, supaya
mereka mendengarkan firman-Nya.

Kisah Yunus mengingatkan kita juga akan roh


pemberontakan yang menolak mengenal
kota-kota sebagai tempat-tempat strategis
untuk ladang penginjilan.
Bayangkan bagaimana kisah itu jadinya jika Yunus harus
berdiam di Niniwe untuk melayani, mengajarkan hukum
Taurat, menegakkan keadilan, dan melayani sebagai terang
kepada bangsa kafir itu, seperti Israel dipanggil untuk
melakukannya dalam Yesaya 42:1-9.

Yunus mungkin akan mengirimkan pesan kepada sesama


rekan nabinya di Israel, sambil memberikan informasi
kepada mereka bahwa suatu kebangunan rohani telah terjadi
di Niniwe dan mendorong mereka untuk bergabung
dengannya di sana untuk melakukan tindak lanjut terhadap
apa yang telah dirintisnya. Mungkin hal ini akan menuntut
bangsa Israel kepada suatu era baru, suatu saat penting
dalam pengertiannya akan Allah dan terutama perhatiannya
terhadap dunia -- bahkan bagi kota-kota sejahat Niniwe.
Israel mungkin akan menjadi bangsa utusan Allah kepada
dunia.
Namun keengganan Yunus untuk melayani masih cukup
kuat. Kegagalan misi, berangkat dari kekeraskepalaan
Yunus dan Israel yang menolak untuk mengerti
keprihatinan Allah terhadap segala bangsa dan tanggung
jawab warga Yerusalem untuk menjadi terang bagi Niniwe
dunia. Hal itu juga menjelaskan teologi Israel yang salah
mengerti bahwa Roh Kudus mengilhami penulisan kitab
singkat ini dan memasukkannya sebagai bagian dari
Alkitab. Kitab Yunus memberikan penerangan kepada
bangsa Israel kuno dan juga melayani orang Kristen masa
kini sebagai instruktur, suatu teguran, dan peringatan
tentang misi.
Ternyata kemudian Yunus mengundurkan diri dari kota itu, dan
pertobatan Niniwe tidak langgeng. Belakangan kemudian kota itu
dihancurkan. Namun Yesus meneguhkan kemurnian pertobatan
orang Niniwe: "Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe
akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan
menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu
mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya
yang ada di sini lebih daripada Yunus!" (Lukas 11:32). Sejak
kedatangan Yesus, isu bagi kota-kota dan penduduknya ialah apa
yang dilakukan mereka terhadap Kristus dan berita Injil.
 
Pertobatan Niniwe, sejauh mana pertobatannya bertahan, tetap
menjadi suatu tanda akan apa yang dapat terjadi di kota-kota dan
tetangganya ketika kabar baik dari Allah dinyatakan dan Roh-Nya
bekerja. Sayangnya, kisah Niniwe dalam sejarah agama lebih
dikenal sebagai suatu kegagalan daripada lahirnya suatu gerakan
bagi Kerajaan Allah.
Isu Niniwe tetap masih relevan bagi umat Allah. Pada
saat ini dimana urbanisasi sedang mendunia, maukah
umat Allah menggunakan kesempatan untuk menginjili
Niniwe modern, atau apakah mereka akan berpaling ke
belakang seperti Yunus, yang lebih suka melayani di
tempat-tempat yang tidak begitu berbahaya?

Dan jika mereka benar-benar pergi ke kota-kota, sejauh


mana berita yang disampaikan mencapai sasarannya?
Akankah berita yang disampaikan menantang kejahatan
kota, sehingga mereka terpanggil untuk bertobat dari
toko-toko, jalan-jalan, sampai ke balai kota?
Ayat-ayat penutupan Kitab Yunus merupakan
sesuatu yang menyedihkan dilihat dari
kegagalan nabi tersebut, tetapi dari sudut
teologi dan kerangka bagi misi perkotaan, itu
merupakan sesuatu yang hebat.
Allah sendiri bertindak sebagai seorang
demografer yang tahu jumlah penduduk dan
yang menaruh perhatian terhadap anak-anak
dan bahkan binatang peliharaan mereka.
Niniwe yang pemuja berhala, jahat, dan
kejam masih tidak terlepas dari pandangan
Allah.
Keseluruhan panjang serta luas dari penginjilan
kota diimplikasikan dalam penyataan ini.

Allah yang tertulis dalam Alkitab merupakan


Pemrakarsa dan Direktur dari badan
penginjilan. Ia memupuk tanaman hijau dan
mengelola hasil penciptaan demi kesejahteraan
umat manusia, tetapi perhatian-Nya yang utama
ditujukan terutama pada orang banyak.

Demi keselamatan mereka, Ia mengutus


nabi-Nya, Anak-Nya sendiri ke kota.
Sumber

Judul Buletin : Sahabat Gembala, Agustus/September 1991


Judul Arikel : Dasar Alkitabiah Pelayanan Kota
Penulis : Roger S. Greenway
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup
Halaman : 12 - 21

Anda mungkin juga menyukai