Dasar Alkitabiah Pelayanan Di Kota
Dasar Alkitabiah Pelayanan Di Kota
DASAR
ALKITABIAH
PELAYANAN DI
KOTA
By: Roger S. Greenway
Di Kota, Kekristenan
Berada Dalam Bahaya
Lebih daripada itu, mandat kultural yang diberikan Allah kepada Adam (Kejadian
1:28) mengimplikasikan pembentukan kota.
Adam diperintahkan untuk mendiami bumi dan membangun dengan sumber alam
yang tersedia. Ia harus mengorganisasikan dan memerintah di bawah pimpinan
Allah, dunia yang telah diciptakan Allah.
Alkitab menyatakan bahwa kota yang akan datang itu berbentuk kota. Drama penebusan
yang dimulai di Taman Eden akan berakhir di kota itu, Kota Yerusalem baru. Para warga
surgawi akan hidup di kota. Dengan ikatan kasih, karunia para warga dari pelbagai suku
bangsa, bahasa akan hidup bersama dalam kelanggengan yang sempurna sebagai orang-
orang tebusan Allah masyarakat perjanjian-Nya yang baru. Kota ini akan menikmati segala
sesuatu yang disediakan kota-kota pada umumnya dan satu kelebihan lain: para warga dari
kota baru tersebut bukan hanya tidak berdosa, melainkan orang-orang berdosa yang sudah
disucikan. Kisah mereka merupakan kisah penebusan. Lagu-lagu mereka bersenandung
tentang Juru Selamat dan darah-Nya (Wahyu 5:9).
Kota-kota
Masa Kini
Antara sinar yang semakin meredup dari suatu
kesempatan yang hilang dan janji akan suatu masa
depan yang indah berdirilah kota-kota masa kini. Kota-
kota setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa tidaklah
sama dengan kota-kota yang seandainya dibangun
ketika manusia belum berdosa.
Perubahan lain ialah bahwa usaha-usaha kota untuk mengumpulkan sumber-sumber dan
kekuatan serta bakat manusia bukan lagi sebagai alat untuk memenuhi mandat Allah untuk
menaklukan dunia; mereka mengumpulkan kekuatan untuk berperang dan
mempertahankan diri terhadap serangan dari luar.
Kota-kota sepanjang sejarah mendirikan benteng-benteng dengan tembok tebal dan tinggi
untuk melindungi penduduknya. Kota bukan lagi menjadi pusat geografis untuk
perdagangan, sebuah pasar untuk mempercepat penyebaran hasil produksi alam, tetapi kota
telah menjadi pusat administrasi yang menyediakan kesejahteraan dan bantuan bagi orang-
orang yang tertekan. Kota harus menyediakan pejabat polisi, pengadilan, dan penjara,
untuk melindungi warganya dan menghukum yang bersalah.
Suatu Kerangka
Misi
Perspektif ini memberikan suatu kerangka umum dari mana kita dapat
mengajukan banyak pertanyaan yang muncul tentang misi perkotaan. Kota-kota
yang kita kenal sekarang tidak dapat diidentifikasikan baik dengan Kerajaan Iblis
maupun dengan Kerajaan Allah.
Kota merupakan hasil dari kasih karunia Allah. Melalui kota-kota ini Allah
mengekang perkembangan kejahatan, memberkati makhluk ciptaan-Nya, dan
melaksanakan rencana-Nya, baik dalam penghakiman maupun dalam kasih
karunia.
Kesadaran akan perspektif alkitabiah akan keadaan kota-kota memiliki beberapa
akibat:
Kenyataan bahwa keberadaan kota-kota merupakan tindak kasih karunia
Allah, kita dapat melihat sifat asasi dari peperangan rohani yang terjadi
setiap hari di kota-kota di seluruh dunia. Kota-kota masa kini secara alami
merupakan badan hukum yang murtad. Bahkan prestasi mereka yang
terbaik sekalipun memiliki ciri dosa dan aktif memusuhi Allah dan firman-
Nya.
Kitab Suci menceritakan tentang peperangan rohani dari
kota sebagai peperangan antara Babel dengan Yerusalem.
Babel merupakan wakil dari kota manusia yang
pemberontak, rakus, jahat, memuja berhala, dan nasibnya
sudah ditentukan. Yerusalem, di pihak lain merupakan wakil
dari kota Allah. Kota itu berpusat pada Allah, karena Allah
memerintah di sana. Kota Yerusalem melambangkan damai
sejahtera Allah, Persatuan, dan kebenaran. Dalam kota
Yerusalem, Mesias adalah Raja, sementara dalam Babel,
Mesias dihina dan dilawan. Warga sejati kota Yerusalem
mengadakan perjanjian dengan Allah, sedangkan warga
Babel bersekutu dengan Iblis. Pimpinan kota Yerusalem Kejahatan di Ibu Kota Meningkat 10 Persen
ialah Kristus sedangkan kota Babel adalah Antikristus medcom.id
Orang-orang Kristen yang tinggal dan bekerja di kota-kota dapat mengerti hal-hal yang tetap
merupakan suatu misteri bagi mereka yang tidak mengerti kerangka Alkitab. Orang-orang
Kristen sangat realistik tentang sifat utama dari kota dan penyebab frustrasi yang tak ada
putusnya yang terjadi bila warganya mencoba memperbaiki kehidupan kota. Orang Kristen
mengerti akar permasalahannya, yaitu kejahatan moral yang berdiam di dalam hati sebuah
kota. Itu merupakan warisan Kain dan roh Lamekh yang tidak pernah pergi
meninggalkannya.
Para pengikut Yesus Kristus memiliki peranan penting di kota-kota di dunia, tetapi mereka
tidak boleh tertipu ke dalam pemikiran bahwa melalui usaha mereka bersama dan maksud
baik mereka, entah dengan cara apa atau sampai pada tingkat apa, kota-kota ini akan
menjadi Kerajaan Allah dan kota di mana Yesus bertakhta sebagai Raja. Kota-kota bersifat
sementara, berada di bawah kutuk, dan pada suatu hari kelak akan diganti dengan kota
surgawi seperti yang telah dijanjikan dalam Alkitab.
Karena kerangka alkitabiah yang sudah kita miliki, maka
orang Kristen dapat mengambil sikap positif menghadapi
kehidupan kota. Bukannya meninggalkan dan melepaskannya,
orang Kristen justru dapat dan seharusnya memperkuat kota
dan menerima bagian tanggung jawab mereka terhadap
pemeliharaan kota.
Orang Kristen mengetahui sebenarnya apa yang sedang terjadi di kota-kota. Mereka mengerti bahwa
dosa dan kejahatan bekerja di dalam kota, baik dalam kehidupan pribadi-pribadi dan dalam struktur
sosial yang direncanakan orang banyak. Mereka juga tahu bahwa karena kasih karunia Allah, maka
ada suatu bentuk keindahan dan kebaikan dalam kota, roh Kain dikendalikan, dan potensi roh-roh
jahat dikekang untuk dapat meningkatkan aktivitas mereka dengan terlalu cepat. Orang Kristen juga
tahu bahwa karena kasih karunia Allah yang istimewa, maka suatu kekuatan lain telah ikut campur
dan sedang bekerja di dalam kota. Itu termasuk kuasa kejahatan dan membangun suatu masyarakat
yang berbeda. Roh Kristuslah yang menggerakkan umat Allah untuk terlibat dalam karya
keselamatan. Roh ini merindukan agar Kabar Baik tentang Yesus disebarluaskan di jalan-jalan.
Dalam Kitab Suci, panggilan terhadap misi perkotaan DImulai
dari Nabi Yunus dan perintah Allah untuk pergi ke Niniwe untuk
Panggilan terhadap menyampaikan firman Allah (Yunus 1:2; 3:2). Paulus dan rasul-
Misi Perkotaan rasul lain dari masa Perjanjian Baru ikut serta dalam misi
penginjilan ini dan menerapkannya di kota-kota pada masa
mereka.
Walaupun sangat indah dan kuat, namun kota ini berada di bawah
hukuman Allah. Allah mereka adalah patung berhala dan seluruh
kehidupan politik serta ekonomi didasarkan pada eksploitasi
terhadap bangsa-bangsa yang lemah, pendudukan militer, dan kerja
paksa para budak. Nabi Nahum menjabarkan Niniwe sebagai
pengkhianat bangsa-bangsa, dan merupakan kota persundalan
(Nahum 4). Setiap bentuk kejahatan dan sihir dilakukan dan bahkan
prestasi seni dikotori oleh penyembahan berhala dan perbuatan
mesum. Nahum secara tepat menyebut Niniwe sebagai "kota darah"
(Nahum 3:1) karena penuh dengan kekejaman.
Pentingnya Kitab Yunus bagi penginjilan kota dapat dipelajari dari pelbagai sudut. Para pengatur strategi misi melihat
suatu pola serupa di dalamnya Allah mengutus utusan-Nya, yang pergi ke kota dan menyatakan firman Allah, dan
akibatnya penduduk kota bertobat dan berpaling kepada Allah. Dari sudut pandang strategi misi, Yunus sering
dijadikan model sepanjang waktu.
Para ahli teologi digerakkan oleh kenyataan bahwa inisiatif dalam penginjilan dilakukan oleh Allah. Kisahnya bercerita
tentang Yunus, tetapi aktor utamanya bukanlah manusia, melainkan Allah. Allah memanggil nabi itu dan mendesaknya
sampai ia mau taat. Belas kasihan Allah terhadap kota yang jahat itu memotivasi seluruh operasi, walaupun Yunus
segan melaksanakannya. Itu merupakan misi Allah dan bukan misi Yunus. Allah ingin agar penduduk Niniwe
diselamatkan, dan melalui kasih karunia-Nya ia memaksa Nabi Yunus untuk bertindak supaya mereka bertobat. Yang
paling penting, misi Yunus merupakan suatu tanda tentang panggilan Allah kepada umat-Nya untuk memproklamirkan
berita pertobatan dan keselamatan kepada kota-kota yang sebenarnya merupakan kota yang sangat jahat yang lebih
cocok untuk dimusnahkan.
Walaupun memiliki banyak kekurangan, namun Niniwe dianggap penting bagi Allah dan Ia ingin agar berita
keselamatan-Nya disiarkan di jalan-jalan. Tugas Yunus, dan juga tugas Allah terhadap umat-Nya sebagai satu kesatuan
yang utuh ialah menjadi juru warta Allah di benteng kejahatan ini dan bergabung dengan Dia dalam perjuangan untuk
penghakiman, pencurahan kasih karunia terhadap kota tersebut.
Kisah Yunus dan apa yang terjadi di Niniwe
patut dianalisis dan direnungkan. Sama
seperti penginjilan kota dimulai di kota itu
beberapa abad yang lalu, ada suatu kesan
bahwa penginjilan kini harus dimulai kembali
dari tempat itu. Allah masih berbicara kepada
kita melalui Yunus tentang situasi dari
penginjilan kota, belas kasihan Allah terhadap
penduduk kota, dan kerinduan-Nya, supaya
mereka mendengarkan firman-Nya.