Anda di halaman 1dari 18

Pelajaran 2.

Panggilan Bagi Pelayanan Misi Kota


By: Roger S. Greenway and Timothy M. Monsma
Dalam Alkitab, panggilan untuk terlibat dalam
pelayanan misi kota bermula dari Nabi Yunus dan perin-
tah Tuhan untuk pergi ke Niniwe dan mengabarkan Fir-
man Tuhan di sana (Yunus 1:2; 3:2). Paulus dan rasul-
rasul lain dalam Perjanjian Baru menyerap pelayanan
misi ini dan menerapkannya untuk pelayanan di kota-
kota pada zaman mereka. Pada pokok bahasan berikut
ini kita akan merefleksi kehidupan Yunus yang memulai
pelayanan kerasulan bagi masyarakat kota.
Alkitab menyebutkan bahwa Niniwe adalah sebuah "kota megah" (Yunus 1:2). Berkat Tuhan
dicurahkan secara melimpah di Niniwe. Kota ini tidak hanya merupakan kota metropolitan
besar -- ibukota dari kekaisaran yang kuat, namun kota ini juga terkenal karena keindahannya.
Banyak orang menganggap Niniwe sebagai kota terindah yang pernah dibangun di bumi ini.
Secara militer, Niniwe tampaknya tak terkalahkan. Menurut kabar, setidaknya pada zaman
dahulu, kota ini membangun benteng pertahanan di luar kota yang membentang sepanjang
60 mil dan di dalam kota dibangun tembok-tembok setinggi 100 kaki.

Kereta kuda berjajar


tiga dapat melintas di atas benteng yang dibangun. Untuk membangun istana raja di Niniwe
dibutuhkan 10.000 budak selama 12 tahun. Taman-taman kota dan bangunan-bangunan
umum lainnya sangat tersohor di dunia. Niniwe telah berdiri selama 1500 tahun, yang
membuat kebanyakan kota besar lainnya tampak seperti baru berkembang. Niniwe
benar-benar adalah "kota megah".
Niniwe yang disebutkan dalam Alk-
itab juga mewakili atau menjadi sim-
bol kota pada zaman kuno dan mod-
ern. Niniwe adalah kota berbudaya
sekaligus kota yang penuh keti-
dakadilan, penindasan, dan kek-
erasan. Kejahatan kota inilah yang
dikatakan Allah sebagai masalah
utamanya dan menjadi alasan men-
gapa pelayanan misi Yunus sangat
diperlukan (Yunus 1:2).
Di samping keindahan dan kekuatannya, Niniwe juga merupakan kota
yang akan dihakimi. Kota ini menyembah berhala dan seluruh ke-
hidupan ekonomi dan politiknya didasarkan pada eksploitasi negara-
negara yang lemah, penaklukan secara militer, dan perbudakan. Nabi
Nahum dengan jelas menggambarkan Niniwe sebagai pengkhianat
bangsa-bangsa dan sebuah kota persundalan (Nahum 3:4). Segala je-
nis sifat buruk dan sihir banyak dilakukan dan bahkan pengemban-
gan artistiknya telah dikotori oleh percabulan dan penyembahan
berhala. Dengan tegas Nahum menyebut Niniwe sebagai "kota
penumpah darah" (Nahum 3:1) karena kekejamannya dan peram-
pasan yang dilakukannya menyebabkan kota itu mendapat julukan
tersebut.
Allah sangat mengenal seperti apa kota itu; ke-
jahatannya telah membangkitkan murka-Nya.
Dosa kota itu bersifat individual, karena di-
lakukan secara individual oleh ribuan penduduk
Niniwe. Tapi dosa mereka juga bersifat kolektif
karena merupakan jumlah total dari kehidupan
Niniwe, baik budaya maupun keberhasilan-ke-
berhasilannya menunjukkan kejahatan-keja-
hatan yang dilakukannya.

Roh Kain dan Lamekh jelas sekali di sana. Ini


merupakan sebuah konspirasi dari suatu ke-
murtadan. Kehidupan orang-orang Niniwe be-
nar-benar telah rusak, dan harapan satu-sat-
unya bagi kota itu ialah jika terjadi pertobatan
nasional seluas dan sedalam dosa yang telah
mencemarinya.
Makna Kitab Yunus bagi pelayanan
misi kota dapat dipelajari dari
berbagai segi. Para ahli strategi misi
melihat pola yang lazim di dalam-
nya, yaitu Allah mengutus pembawa
pesan-Nya, untuk pergi ke kota itu
dan memberitakan Firman Allah,
dan diharapkan hasilnya ialah pen-
duduk kota bertobat dan berbalik
kepada Allah. Dari pandangan
strategi misi, Yunus merupakan
model utusan misi sepanjang masa.
Ahli teologi tergugah oleh fakta bahwa inisiatif
misi ternyata justru diambil oleh Allah. Kisah ini
memang tentang Yunus, namun tokoh utama
sebenarnya bukanlah manusia, melainkan Allah
sendiri. Allah memanggil nabi itu dan mende-
saknya hingga ia mau taat. Belas kasihan Allah
terhadap kota yang jahat inilah yang mendorong
seluruh usaha penginjilan di sana, meskipun
Yunus sendiri enggan dan suasana hatinya bu-
ruk. Ini benar-benar misi Allah dan sama sekali
bukan misi Yunus. Allah menginginkan Niniwe
diselamatkan, dan oleh anugerah-Nya Ia
memaksa nabi itu bertindak dan membawa kota
itu pada pertobatan. (Untuk penjelasan yang
lebih rinci mengenai misi Yunus ke kota Niniwe,
bacalah buku
Roger S. Greenway, "Apostles to the City: Bibli-
cal Strategies for Urban Missions" (Grand
Rapids: Baker, I978), hal. 15-28.)
Hal yang menonjol, misi Yunus merupakan se-
buah tanda panggilan Allah kepada umat-Nya
untuk memberitakan pesan pertobatan dan ke-
selamatan kepada kota-kota, termasuk kota-
kota yang kejahatannya sedemikian men-
gerikan yang terancam dengan pembinasaan
kekal. Meskipun Niniwe memiliki banyak keku-
rangan, ia begitu penting di mata Allah, dan Al-
lah menghendaki pesan-Nya diberitakan di
seluruh jalanan kota Niniwe.

Tugas Yunus, untuk selanjutnya merupakan


tugas bagi umat Allah secara keseluruhan,
yaitu untuk pergi menjadi utusan bagi Allah
melawan benteng kekuasaan dan kejahatan
serta bergabung dengan Allah dalam pergumu-
lan antara menjatuhkan penghakiman dan me-
nunjukkan kasih karunia bagi kota ini.
Kisah Yunus dan apa yang terjadi di kota
Niniwe sudah sepantasnya menjadi bahan
analisa dan refleksi terus-menerus. Seperti
halnya pelayanan kota mulai di kota Niniwe
beberapa abad yang lalu, saat ini pun
pelayanan seperti itu seharusnya dimulai
lagi. Allah masih berbicara melalui Yunus
tentang sifat dasar pelayanan kota, belas
kasihan Allah terhadap penduduk kota, dan
keinginan-Nya agar mereka mendengarkan
firman-Nya.

Kisah Yunus juga mengingatkan kita ten-


tang roh pemberontakan utusan Allah yang
menolak untuk mengakui kota-kota sebagai
tempat yang strategis untuk pelayanan
misi.
Bayangkan bagaimana ceritanya akan berubah jika Yunus tetap melayani di
kota Niniwe, mengajarkan hukum-hukum Allah, menegakkan keadilan, dan
melayani sebagai terang bagi negara penyembah berhala itu, sebagaimana
halnya panggilan yang harus dilakukan bangsa Israel dalam Yesaya 42:1-9.

Yunus mungkin akan mengirim pesan kepada teman- temannya para nabi
di Israel, memberitahukan kepada mereka bahwa ada pertobatan besar
yang terjadi di kota Niniwe, dan mendorong mereka untuk bergabung
bersama-sama dengannya untuk melanjutkan pelayanan yang telah dimu-
lainya. Mungkin hal ini akan menjadi hari yang baru bagi bangsa Israel --
titik balik yang penting tentang pemahaman mereka akan Allah dan
khususnya tentang perhatiannya bagi dunia, bahkan bagi kota sejahat
Niniwe. Israel mungkin akan melihat pemikiran mereka sebagai bangsa pil-
ihan dari sudut pandang yang baru, yaitu mereka adalah bangsa yang dip-
ilih menjadi menjadi utusan Allah bagi dunia.
Tetapi Yunus menolak untuk melakukan pelayanan
di kota Niniwe. Kegagalan secara keseluruhan dari
misi itu tercuat dari Yunus dan penolakan bangsa
Israel karena kekerasan hatinya untuk memahami,
baik perhatian Allah bagi semua bangsa maupun
tanggung jawab orang Yerusalem untuk menjadi
terang bagi "Niniwe" dunia ini.

Roh Kudus memberi inspirasi untuk menulis kitab


pendek ini dan memasukkannya dalam Kitab Suci
dengan tujuan untuk menunjukkan kesalahpa-
haman teologis bangsa Israel. Kitab Yunus
bermanfaat, bagi bangsa Israel kuno demikian juga
bagi gereja Kristen saat ini, untuk menjadi buku
yang memberikan pengajaran, teguran, dan untuk
mengingatkan tentang pentingnya pelayanan misi.
Seperti kita ketahui, Yunus meninggalkan kota,
dan pertobatan Niniwe berlangsung sebentar.
Akhirnya kota Niniwe dihancurkan. Namun
Yesus tetap menyatakan kesungguhan perto-
batan orang Niniwe:

"Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe


akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka
akan menghukumnya. Sebab orang-orang
Niniwe itu bertobat waktu mereka menden-
garkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya
yang ada di sini lebih dari pada Yunus!" (Lukas
11:32)

Sejak kedatangan Yesus, isu tentang kota-kota


dan penduduknya terus menjadi perhatian akan
apa yang dilakukan Kristus dan Injil-Nya.
Pertobatan Niniwe, walaupun
hanya sekejap, menunjukkan apa
yang dapat terjadi di kota dan
lingkungan sekitarnya kalau Fir-
man Allah diberitakan dan Roh-
Nya melawat kota itu.

Yang menyedihkan adalah kisah


Niniwe hanya diingat dalam kisah
sejarah keagamaan sebagai
kegagalan dari suatu kesempatan
yang diberikan, tapi tidak diingat
sebagai dimulainya suatu ger-
akan besar dari kerajaan Allah.
Isu tentang Niniwe masih menjadi tantangan
besar yang harus dihadapi umat Allah. Dalam
era urbanisasi yang terjadi di seluruh dunia
saat ini, apakah umat Allah mau menangkap
peluang untuk memberitakan Injil ke Niniwe
modern, atau justru mereka berpaling seperti
yang dilakukan Yunus -- lebih memilih
pelayanan di tempat-tempat yang tidak terlalu
mengancam?
Dan jika mereka menjangkau kota-kota, se-
berapa luas berita keselamatan itu disam-
paikan? Apakah berita itu bisa menyentuh
sampai kepada kejahatan-kejahatan kota yang
tersembunyi di berbagai tempat? Apakah
berita itu bisa mengundang pertobatan dari
pusat-pusat pertokoan, pusat-pusat jalan, dan
juga ke pusat pemerintahan kota?
 
Pasal-pasal penutup Kitab Yunus menyi-
ratkan kesedihan karena membuka topeng
dari kegagalan seorang nabi.

Namun, pasal-pasal itu sangat luar biasa


bila dilihat dari sisi teologi dan struktur
kerja bagi pelayanan misi kota.

Dengan kata-kata yang penuh perasaan,


Allah menyatakan diri-Nya sebagai ahli
demografi yang menghitung populasi kota
dan memperhatikan penduduk kota ter-
masuk binatang-binatang yang ada.

Penyembahan berhala, kekejaman, dan


keserakahan penduduk Niniwe tidak luput
dari perhatian Allah.
Seluruh rincian pelayanan kota tersirat
dalam pewahyuan dalam Kitab Yunus ini.

Allah telah menjadi inisiator dan direktur


dari perusahaan misionari.

Dia menumbuhkan tanaman-tanaman hi-


jau dan menentukan urutan penciptaan
bagi kesejahteraan manusia.

Namun perhatian utama-Nya lebih


dikhususkan kepada manusia.

Demi keselamatan mereka, Allah


mengutus para nabi-Nya dan juga Putra-
Nya, untuk menjangkau kota.
Bahan diterjemahkan dan diedit dari sumber:
 
Judul Buku : CITIES -- Mission`s New Frontier
Judul Artikel : The Call to Urban Mission
Penulis : Roger S. Greenway and
Timothy M. Monsma
Penerbit : Baker Book House, Grand Rapid
Michigan, 1989
Halaman : 9 - 12

Anda mungkin juga menyukai