Anda di halaman 1dari 17

KISAH NABI YUNUS

Yunus (Arab: atau Yunaan, Inggris: Jonah, Ibrani:Yonah, Latin: Ionas) (sekitar 820-750
SM) adalah salah seorang nabi dalam agama Samawi (Islam, Yahudi, Kristen) yang disebutkan
Al-Quran dalam Surah Yunus dan Alkitab dalam Kitab Yunus. Ia ditugaskan berdakwah kepada
orang Assyiria di Ninawa-Iraq. Namanya disebutkan sebanyak 6 kali di dalam Al-Quran dan
wafat di Ninawa-Iraq. Yunus bin Matta dari keturunan Benyamin bin Yaqub.

Berdakwah di Ninawa, Moshul, Iraq


Nabi Yunus alaihis salam adalah penyampai risalah agama Allah yang hanif kepada kaum
Ninawa, sebuah daerah di sekitar kota Moshul, Irak. Nabi Yunus bin Matta alaihis salam
menasihati mereka dan membimbing mereka ke jalan kebenaran dan kebaikan; beliau
mengingatkan mereka akan kedahsyatan hari kiamat dan menakut-nakuti mereka dengan
neraka dan mengiming-imingi mereka dengan surga; beliau memerintahkan mereka dengan
kebaikan dan mengajak mereka hanya menyembah kepada Allah subhanahu wa taala.
Ajaran-ajaran Nabi Yunus alaihis salam itu bagi para penduduk Ninawa merupakan hal yang
baru yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Mereka berkata kepada Nabi Yunus :
"Apakah kata-kata yang engkau ucapkan itu dan kedustaan apakah yang engkau anjurkan
kepada kami tentang agama barumu itu? Percayalah bahwa engkau tidak akan dapat pengikut
diantara kami.
Nabi Yunus alaihis salam menjawab : "Aku hanya mengajak kamu beriman dan bertauhid
menurut agamaku sebagai amanat Allah yang wajib ku sampaikan kepadamu. Aku tidak
memaksamu untuk mengikutiku. Aku hanya mengingatkan kepadamu bahwa bila kamu tetap
membangkangku, niscaya Allah kelak akan menunjukkan kepadamu adzab siksa-Nya yang
pedih.
Secara berulang kali Nabi Yunus alaihis salam memperingatkan mereka, tetapi mereka tidak
mau berubah, apalagi karena Nabi Yunus bukan dari kaum mereka. Bahkan, selama 30 tahun
berdakwah, tak banyak yang beriman. Hanya dua orang saja yang mengikuti seruanya yaitu
Rubil dan Tanukh. Rubil adalah seorang yang alim bijaksana, sedang Tanukh adalah seorang
yang berpenampilan tenang dan sederhana.
Kaumnya itu terus menyembah berhala bagi meneruskan tradisi nenek moyang mereka.
Sebagai manusia biasa, kesabaran Nabi Yunus ada batasnya. Baginda berasa amat marah
dengan sikap tidak ambil peduli kaumnya itu dan memutuskan untuk meninggalkan negeri
tersebut. Allah pun masih memberi kesempatan kedua selama 40 hari kepada kaum Ninawa.

Sayang, kesempatan itu tidak juga membuat kaum Ninawa bertaubat. Nabi Yunus kesal dan
marah. Ia pun akan meninggalkan kaumnya. Sebelum meninggalkan kampung halamannya,
Nabi Yunus alaihis salam sempat menyampaikan peringatan terakhir kepada kaumnya. Dengan
perasaan sedih, kecewa dan putus asa, baginda mengingatkan tentang balasan Allah yang akan
menimpa kaumnya nanti.

Penolakan penduduk Ninawa


Ajaran-ajaran Nabi Yunus alaihis salam itu bagi para penduduk Ninawa merupakan hal yang
baru yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Karenanya mereka tidak dapat
menerimanya untuk menggantikan ajaran dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek
moyang mereka yang sudah menjadi adat kebiasaaan mereka turun temurun. Apalagi pembawa
agama itu adalah seorang asing tidak seketurunan dengan mereka.
Mereka berkata kepada Nabi Yunus: Apakah kata-kata yang engkau ucapkan itu dan
kedustaan apakah yang engkau anjurkan kepada kami tentang agama barumu itu? Inilah
tuhan-tuhan kami yang sejati yang kami sembah dan disembahkan oleh nenek moyang kami
sejak dahulu. Alasan apakah yang membenarkan kami meninggalkan agama kami yang
diwariskan oleh nenek moyang kami dan menggantikannya dengan agama barumu? Engkau
adalah orang asing yang datang pada kami agar kami merubah keyakinan kami. Apakah
kelebihanmu sehingga mengajari dan menggurui kami. Hentikan perbuatan sia-siamu itu.
Penduduk Ninawa tidak akan mengikutimu karena kami teguh dengan ajaran moyang kami.
Nabi Yunus alaihis salam berkata: Aku hanya mengajakmu beriman dan bertauhid sesuai
dengan amanah Allah yang wajib kusampaikan padamu. Aku hanyalah pesuruh Allah yang
ditugaskan mengeluarkanmu dari kesesatan dan menuntunmu di jalan yang lurus. Aku sekalikali tidak mengharapkan upah atas apa yang kukerjakan ini. Aku tidak bisa memaksamu
mengikutiku. Namun jika kamu tetap bertahan pada aqidah moyangmu itu, maka Allah akan
menunjukkan tanda-tanda kebenaran akan risalahku dengan menurunkan adzab yang pedih
padamu, seperti yang terjadi pada kaum-kaum sebelum kamu, yaitu kaum Nuh, Aad, dan
Tsamud. Mereka menjawab dengan menantang: Kami tetap tidak akan mengikuti
kemauanmu dan tidak takut ancamanmu. Tunjukkan ancamanmu jika kamu termasuk orang
yang benar! Nabi Yunus alaihis salam tidak tahan lagi dengan kaum Ninawa yang keras
kepala. Ia pergi dengan marah dan jengkel sambil meminta Allah menghukum mereka.

Penduduk Ninawa Bertobat


Sepeninggal Nabi Yunus alahis salam, penduduk Ninawa mulai melihat bahwa hukuman Allah
akan datang membawa kehancuran dan kebinasaan. Mereka melihat keadaan udara disekeliling
Ninawa semakin gelap, dan angin dari segala penjuru bertiup dengan kencangnya membawa
suara gemuruh yang menakutkan. Mereka takut ancaman Nabi Yunus alahis salam benar-

benar terjadi atas mereka. Akhirnya mereka sadar bahwa Nabi Yunus adalah orang yang benar,
dan ajarannya berasal dari Allah. Dalam keadaan panik dan ketakutan itu, segeralah mereka
menyatakan taubat dan memohon ampun atas segala perbuatan mereka, dan berasa menyesal
atas perlakuan dan sikap kasar yang menjadikan Nabi Yunus marah dan meninggalkan daerah
itu.
Mereka kemudian beriman dan menyesali perbuatan mereka terhadap Nabi Yunus. Mereka lari
tunggang langgang dari kota mencari Nabi Yunus alahis salam sambil berteriak meminta
pengampunan Allah atas dosa mereka. Untuk menebus dosa, mereka keluar dari kota dan
menangis memohon ampun dan rahmat Allah agar dihindarkan dari bencana adzab dan
siksaan-Nya. Dengan itu, Allah menurunkan rahmat-Nya kepada mereka. Allah Yang Maha
Pemaaf-pun mengampuni mereka, dan segera seluruh keadaan pulih seperti sedia kala.Udara
gelap yang meliputi Ninawa menjadi terang dan tenang. Kemudian kembalilah orang-orang itu
dan kerumah masing-masing dengan penuh rasa gembira dan syukur kepada Allah yang telah
menerima doa dan permohonan mereka.
Penduduk Ninawa kemudian tetap berusaha mencari Nabi Yunus alahis salam agar ia bisa
mengajari agama dan menuntun mereka di jalan yang benar.

Nabi Yunus Pergi Meninggalkan Kaumnya dalam Keadaan Marah


Nabi Yunus alaihis salam hatinya telah dipenuhi dengan perasaan marah pada mereka karena
mereka tidak beriman. Kemudian beliau keluar dalam keadaan marah dan menetapkan untuk
meninggalkan mereka. Allah subhanahu wa taala menceritakan dalam firman-Nya :









"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia
menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya) maka ia menyeru
dalam keadaan yang sangat gelap: 'Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang lalim.'" (QS. AlAnbiya' : 87).
Tidak ada seorang pun yang mengetahui gejolak perasaan dalam diri Nabi Yunus selain Allah
subhanahu wa taala. Nabi Yunus alaihi salam tampak terpukul dan marah pada kaumnya.
Dalam keadaan demikian, beliau meninggalkan kaumnya. Keadaan Nabi Yunus alahis salam
setelah pergi dari Ninawa tidak menentu. Ia mengembara tanpa tujuan dengan putus asa dan
merasa berdosa. Akhirnya ia tiba di sebuah pantai, dan melihat sebuah kapal yang akan
menyeberangi laut. Allah subhanahu wa taala belum mengeluarkan keputusan-Nya untuk
meninggalkan kaumnya atau bersikap putus asa dari kaumnya. Nabi Yunus alaihi salam

mengira bahwa Allah subhanahu wa taala tidak mungkin menurunkan hukuman kepadanya
karena ia meninggalkan kaumnya. Saat itu Nabi Yunus alaihi salam seakan-akan lupa bahwa
seorang nabi diperintah hanya untuk berdakwah di jalan Allah subhanahu wa taala. Namun
keberhasilan atau tidak keberhasilan dakwah tidak menjadi tanggungjawabnya. Jadi, tugasnya
hanya berdakwah di jalan Allah subhanahu wa taala dan menyerahkan sepenuhnya masalah
keberhasilan atau ketidakberhasilannya terhadap Allah subhanahu wa taala semata.
Terdapat perahu yang berlabuh di pelabuhan kecil. Saat itu matahari tampak akan tenggelam.
Ombak memukul tepi pantai dan memecahkan batu-batuan. Nabi Yunus alaihi salam melihat
ikan kecil sedang berusaha untuk melawan ombak namun ia tidak mengetahui apa yang
dilakukan. Tiba-tiba datanglah ombak besar yang memukul ikan itu dan menyebabkan ikan itu
berbenturan dengan batu. Melihat kejadian ini, Nabi Yunus alaihi salam merasakan kesedihan.
Nabi Yunus alaihi salam berkata dalam dirinya: "Seandainya ikan itu bersama ikan yang besar
barangkali ia akan selamat. Kemudian Nabi Yunus alaihi salam mengingat-ingat kembali
keadaannya dan bagaimana beliau meninggalkan kaumnya. Akhirnya, kemarahan dan
kesedihan beliau bertambah.
Nabi Yunus alaihi salam pun menaiki perahu dalam keadaan guncang jiwanya. Beliau tidak
mengetahui bahwa beliau lari dari ketentuan Allah subhanahu wa taala menuju ketentuan
Allah subhanahu wa taala yang lain; beliau tidak membawa makanan dan juga kantong yang
berisi bawaan atau perbekalan, dan tidak ada seorang pun dari teman-temannya yang
menemaninya; beliau benar-benar sendirian; beliau melangkahkan kakinya di atas permukaan
perahu.
Si nahkoda perahu bertanya kepadanya: "Apa yang engkau inginkan?" Mendengar pertanyaan
itu, Nabi Yunus pun bangkit: "Saya ingin untuk bepergian dengan perahu-perahu kalian. Apakah
kita berlayar dalam waktu yang lama?" Nabi Yunus alaihi salam menampakkan suara yang
penuh kemarahan, rasa takut, dan kegelisahan. Nahkoda itu berkata sambil mengangkat
kepalanya : "Kita akan berlayar meskipun air tampak sedang pasang." Nabi Yunus alaihi salam
berkata dengan mencoba sabar dan menyembunyikan kegelisahannya: "Tidakkah engkau
mendahului agar jangan sampai pasang itu terjadi wahai tuanku?" Si nahkoda berkata: "Laut
kita biasanya terkena pasang, maka ia akan segera mereda ketika melihat seorang musafir
yang mulia." Nabi Yunus alaihi salam bertanya: "Aku akan pergi bersama kalian dan berapa
ongkos perjalanan?" Si nahkoda menjawab: "Kami tidak menerima ongkos selain emas." Nabi
Yunus alaihi salam berkata: "Tidak jadi masalah."
Nahkoda itu memperhatikan Nabi Yunus alaihi salam. Ia adalah seorang yang berpengalaman
di mana ia sering mondar-mandir dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain. Seringnya ia
mengunjungi suatu tempat ke tempat yang lain menjadikannya seorang lelaki yang mampu
menangkap perasaan manusia. Nahkoda itu merasakan dan mengetahui bahwa Nabi Yunus

alaihi salam lari dari sesuatu. Nahkoda itu membayangkan bahwa Nabi Yunus melakukan suatu
kesalahan tetapi ia tidak berani untuk mengungkapkan kesalahan kepada pelakunya kecuali jika
pelakunya seorang yang bangkrut. Ia meminta kepada Nabi Yunus untuk membayar ongkos
sebanyak tiga kali lipat dari yang biasa dibayar musafir. Nabi Yunus alaihi salam saat itu
merasakan kesempitan dalam dadanya dan diliputi dengan kemarahan yang keras dan
keinginan kuat untuk meninggalkan negerinya sehingga ia pun memberikan apa yang diminta
oleh si nahkoda.
Nahkoda itu memperhatikan kepingan-kepingan emas yang ada di tangannya dan ia menggigit
sebagiannya dengan giginya. Barangkali ia akan menemukan potongan emas yang palsu namun
ia tidak menemukannya. Nabi Yunus alaihi salam hanya berdiri menyaksikan semua itu
sementara dadanya tampak terombang-ambing : terkadang naik dan terkadang turun laksana
ayunan. Nabi Yunus alaihi salam berkata: "Tuanku tentukan bagiku kamarku. Aku tampak letih
dan ingin istirahat sebentar." Si nahkoda berkata: "Memang itu tampak di raut wajahmu. Itu
kamarmu," sambil ia menunjuk dengan tangannya. Kemudian Nabi Yunus membaringkan diri di
atas kasur dan beliau berusaha untuk tidur tetapi usahanya itu sia-sia. Adalah gambar ikan kecil
yang hancur berbenturan dengan batu menyebabkan beliau tidak dapat tidur dengan tenang.
Nabi Yunus alaihi salam merasakan bahwa atap kamar akan jatuh menimpa dirinya. Akhirnya,
Nabi Yunus tidur di atas kasurnya di mana kedua bola matanya berputar-putar di atas atap
kamar tetapi pandangan-pandangannya yang gelisah itu tidak menemukan tempat
perlindungan. Tempat tinggalnya di kamar itu dan atapnya dan sisi-sisinya tampak semuanya
akan runtuh. Nabi Yunus alaihi salam pun mulai mengeluh dan berkata: "Demikian juga hatiku
yang tergantung dalam jiwaku."

Nabi Yunus di atas Perahu hingga Ditelan Ikan Nun


Kapal yang ditumpangi baginda Yunus sarat dengan penumpang dan barang-barang. Allah
subhanahu wa taala berfirman :



(Ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan (QS. Ash Shaffat : 40)
Setibanya di tengah lautan, air laut bergelombang yang menimbulkan ombak besar. Kapal itu
hilang keseimbangan. Lalu, terumbang-ambing diterjang ombak yang ganas. Untuk
menyelamatkan kapal dan juga para penumpangnya, nakhoda kapal terpaksa membuat
keputusan untuk mengurangkan muatan kapal tersebut. Maka, beliau pun mengarahkan agar
kesemua muatan barang-barang dibuang ke dalam laut. Akan tetapi, walaupun kesemua barang
telah dibuang, namun kapal masih juga tidak seimbang. Sekali lagi nakhoda terpaksa mencari
jalan untuk menyelamatkan kapal itu.

Kemudian kepala perahu berteriak dan berkata: "Sungguh angin kencang bertiup tidak seperti
biasanya. Bersama kita seseorang lelaki yang salah sehingga karenanya angin ini bertiup
dengan kencang. Kita akan melakukan undian pada semua awak. Barangsiapa yang namanya
keluar kami akan membuangnya ke lautan."
Nabi Yunus alaihi salam mengetahui bahwa ini adalah tradisi dari tradisi-tradisi yang biasa
dilakukan oleh awak perahu jika mereka menghadapi angin yang keras. Tetapi saat itu beliau
terpaksa harus mengikutinya. Episode penderitaan Nabi Yunus alaihi salam akan dimulai.
Beliau adalah seorang Nabi yang mulia tetapi harus tunduk pada hukum ala berhala yang
menganggap bahwa lautan mempunyai tuhan. Dengan kepercayaan itu, mereka meyakini
bahwa bertiupnya angin yang kencang akibat murka dari tuhan. Oleh karena itu, harus diadakan
upaya untuk menenangkan dan memuaskan tuhan-tuhan yang mereka yakini itu. Nabi Yunus
alaihi salam pun terpaksa mengikuti undian itu. Nama beliau dimasukkan bersama dengan
nama penumpang lainya, dan dilakukanlah undian. Yang keluar justru namanya. Lalu diadakan
undian yang kedua, dan kali ini pun yang keluar nama Nabi Yunus alaihi salam. Akhirnya,
diadakan undian yang ketiga. Lagi-lagi yang keluar nama Nabi Yunus alaihi salam. Kemudian
ditetapkan bahwa Nabi Yunus alaihi salam harus dibuang ke lautan. Saat itu para awak
penumpang memperhatikan Nabi Yunus. Nabi Yunus alaihi salam mengetahui bahwa beliau
berbuat kesalahan ketika meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah. Nabi Yunus alaihi
salam mengira bahwa Allah subhanahu wa taala tidak akan menurunkan hukuman padanya.
Namun ia dianggap salah karena meninggalkan kaumnya tanpa izin-Nya. Allah subhanahu wa
taala memberikan pelajaran kepadanya.
Nabi Yunus alaihi salam berdiri di samping perahu dan melihat lautan yang dipenuhi dengan
ombak yang mengerikan. Dunia saat itu gelap dan di sana tidak ada cahaya bulan. Bintangbintang bersembunyi di balik kegelapan. Warna air tampak gelap dan hawa dingin menembus
tulang. Alhasil, air menutupi segala sesuatu. Kemudian nahkoda perahu berteriak: "Lompatlah
wahai musafir yang misterius." Tiupan angin semakin kencang. Nabi Yunus alaihi salam
berusaha menjaga keseimbangannya, dan beliau menampakkan keberaniannya saat ingin
terjun ke lautan. Nabi Yunus alaihi salam pun terjun dan berada di permukaan lautan laksana
sampan yang mengambang. Ikan paus berada di depannya. Ikan itu mulai tersenyum karena
Allah subhanahu wa taala telah mengirim padanya makanan malam. Kemudian ikan itu
menangkap Nabi Yunus alaihi salam di tengah-tengah ombak. Kemudian ikan itu kembali ke
dasar lautan. Ikan itu kembali dalam keadaaan puas setelah memenuhi perutnya. Berkaitan
dengan inilah, Nabi Yunus kemudian dikenal dengan sebutan Dzun Nun Si Empu Paus).
Nabi Yunus alaihi salam sangat terkejut ketika mendapati dirinya dalam perut ikan. Ikan itu
membawanya ke dasar lautan dan lautan membawanya ke kegelapan malam. Tiga kegelapan :
kegelapan di dalam perut ikan, kegelapan di dasar lautan, dan kegelapan malam. Nabi Yunus

alaihi salam merasakan bahwa dirinya telah mati. Beliau mencoba menggerakan panca
inderanya dan anggota tubuhnya masih bergerak. Kalau begitu, beliau masih hidup. Beliau
terpenjara dalam tiga kegelapan.
Nabi Yunus alaihi salam mulai menangis dan bertasbih kepada Allah. Beliau mulai melakukan
perjalanan menuju Allah saat beliau terpenjara di dalam tiga kegelapan. Hatinya mulai bergerak
untuk bertasbih kepada Allah, dan lisannya pun mulai mengikutinya. Beliau mengatakan :



"Tiada Tuhan selain Engkau ya Allah. Wahai Yang Maha Suci. Sesungguhnya aku termasuk
orang yang menganiaya diri sendiri." (QS. Hud : 87)
Ketika terpenjara di perut ikan, beliau tetap bertasbih kepada Allah subhanahu wa taala. Ikan
itu sendiri tampak kelelahan saat harus berenang cukup jauh. Kemudian ikan itu tertidur di
dasar lautan. Sementara itu, Nabi Yunus alaihi salam masih bertasbih kepada Allah subhanahu
wa taala. Beliau tidak henti-hentinya bertasbih dan tidak henti-hentinya menangis. Beliau tidak
makan, tidak minum, dan tidak bergerak. Beliau berpuasa dan berbuka dengan tasbih. Ikan-ikan
yang lain dan tumbuh-tumbuhan dan semua makhluk yang hidup di dasar lautan mendengar
tasbih Nabi Yunus alaihi salam. Tasbih itu berasal dari perut ikan paus ini. Kemudian semua
makhluk-makhluk itu berkumpul di sekitar ikan paus itu dan mereka pun ikut bertasbih kepada
Allah subhanahu wa taala. Setiap dari mereka bertasbih dengan caranya dan bahasanya
sendiri.
Ikan paus yang memakan Nabi Yunus alaihi salam itu terbangun dan mendengar suara-suara
tasbih begitu riuh dan gemuruh. Ia menyaksikan di dasar lautan terjadi suatu perayaan besar
yang dihadiri oleh ikan-ikan dan hewan-hewan lainya, bahkan batu-batuan dan pasir semuanya
bertasbih kepada Allah subhanahu wa taala dan ia pun tidak ketinggalan ikut serta bersama
mereka bertasbih kepada Allah subhanahu wa taala. Dan ia mulai menyadari bahwa ia sedang
menelan seorang Nabi. Ikan paus itu merasakan ketakutan tetapi ia berkata dalam dirinya
mengapa aku takut? Bukankah Allah subhanahu wa taala yang memerintahkan aku untuk
memakannya. Nabi Yunus alaihi salam tetap tinggal di perut ikan selama beberapa waktu yang
kita tidak mengetahui batasannya. Ada yang mengatakan Nabi Yunus alaihi salam tinggal di
dalam perut ikan selama 3 hari, 7 hari, bahkan 40 hari. Selama itu juga beliau selalu memenuhi
hatinya dengan bertasbih kepada Allah subhanahu wa taala dan selalu menampakkan
penyesalan dan menangis: "Tiada Tuhan selain Engkau ya Allah Yang Maha Suci. Sesungguhnya
aku termasuk orang yang menganiaya diri sendiri."
Doa Yunus menembus Arsy, sampai-sampai para malaikat berkata, Ya Rabb, sepertinya ini
adalah suara orang lemah yang sudah dikenali, yang datang dari negeri yang jauh dan asing.
Allah bertanya, Tahukan kalian, suara siapakah itu? Malaikat menjawab, Suara siapakah itu?

Allah berkata, Itu adalah suara Yunus, hamba-Ku. Malaikat berkata, Yunus yang amalnya
senantiasa naik ke langit dan doanya dikabulkan? Ya Rabb, tidakkah Engkau menaruh belaskasih padanya lantaran dia senantiasa memuji-Mu di saat senang, dengan begitu Engkau
selamatkan ia di saat terjepit seperti ini? Allah menjawab, Ya, tentu saja. Maka, Allah
memerintahkan kepada ikan paus untuk melemparkan Nabi Yunus ke daerah tandus di suatu
pulau yang ditentukan oleh Allah subhanahu wa taala.
Ikan itu pun menaati perintah Ilahi. Tubuh Nabi Yunus alaihis salam merasakan kepanasan di
perut ikan. Beliau tampak sakit, lalu matahari bersinar dan menyentuh badannya yang
kepanasan itu. Beliau berteriak karena tidak kuatnya menahan rasa sakit namun beliau mampu
menahan diri dan kembali bertasbih. Kemudian Allah subhanahu wa taala menumbuhkan
pohon Yaqthin, yaitu pohon yang daun-daunnya lebar yang dapat melindungi dari sinar
matahari. Dan Allah subhanahu wa taala menyembuhkannya dan mengampuninya. Allah
subhanahu wa taala memberitahunya bahwa kalau bukan karena tasbih yang diucapkannya
niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan sampai hari kiamat.
Allah subhanahu wa taala berfirman :










"Sesungguhnya Yunus beriar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang
penuh muatan, kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam
undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya ia tidak
termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan
itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia
dalam keadaan sakit. Dan kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami
utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami
anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu." (QS. Ash-Shaffat :
139-148)








"Dan (ingatlah kisah) Dzunnun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu mereka
menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru
dalam keadaan yang sangat gelap: 'Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah orang-orang yang lalim.' Maka Kami
telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami
selamatkan orang-orang yang beriman." (QS. Al-Anbiya' : 87-88)

Allah Yang Maha Penyayang menumbuhkan pohon labu, agar Nabi Yunus yang kurus dan lemah
tak berdaya dapat bernaung dan memakan buahnya. Setelah pulih, ia diperintahkan kembali ke
Ninawa, dimana ia kemudian kaget melihat perubahan penduduk Ninawa yang telah beriman
kepada Allah. Nabi Yunus kemudian mengajari mereka yang jumlahnya 100.000 orang atau
lebih, dengan tauhid dan menyempurnakan iman mereka.

Penjelasan Nabi Yunus Meninggalkan Kaumnya


Kita sekarang ingin membahas masalah yang menurut ulama disebut sebagai dosa Nabi Yunus.
Apakah Nabi Yunus alaihi salam melakukan suatu dosa dalam pengertian yang hakiki, dan
apakah para nabi memang berdosa? Jawabannya adalah: Para nabi adalah orang-orang yang
maksum tetapi kemaksuman ini tidak berarti bahwa mereka tidak melakukan sesuatu yang
menurut Allah subhanahu wa taala itu pantas mendapatkan celaan (hukuman). Jadi
masalahnya agak relatif. Menurut orang-orang yang dekat dengan Allah subhanahu wa taala :
Kebaikan orang-orang yang baik dianggap keburukaan bagi al-Muqarrabin (orang-orang yang
dekat dengan Allah subhanahu wa taala). Ini memang benar. Sekarang, marilah kita amati
kasus Nabi Yunus alaihi salam. Beliau meninggalkan desanya yang banyak dipenuhi oleh orangorang yang menentang. Seandainya ini dilakukan oleh orang biasa atau oleh orang yang saleh
selain Nabi Yunus alaihi salam maka hal itu merupakan suatu kebaikan dan karenanya ia diberi
pahala. Sebab, ia berusaha menyelamatkan agamanya dari kaum yang durhaka. Tetapi Nabi
Yunus alaihi salam adalah seorang Nabi yang diutus oleh Allah subhanahu wa taala kepada
mereka. Seharusnya ia menyampaikan dakwah di jalan Allah subhanahu wa taala dan ia tidak
peduli dengan hasil dakwahnya. Tugas beliau hanya sekadar menyampaikan agama. Keluarnya
beliau dari desa itu dalam kacamata para nabiadalah hal yang mengharuskan datangnya
pelajaran dari Allah subhanahu wa taala dan hukuman-Nya padanya.
Allah subhanahu wa taala memberikan suatu pelajaran kepada Nabi Yunus alaihi salam dalam
hal dakwah di jalan-Nya. Allah subhanahu wa taala mengutusnya hanya untuk berdakwah.
Inilah batasan dakwahnya dan beliau tidak perlu peduli dengan kaumnya yang tidak
mengikutinya dan karena itu beliau tidak harus menjadi sedih dan marah. Nabi Luthalaihi
salam tetap tinggal di kaumnya meskipun selama bertahun-tahun berdakwah beliau tidak
mendapati seorang pun beriman. Meskipun demikan, Nabi Luth alaihi salam tidak
meninggalkan mereka. Ia tidak lari dari keluarganya dan dari desanya. Beliau tetap berdakwah
di jalan Allah subhanahu wa taala sehingga datang perintah Allah subhanahu wa taala melalui
para malaikat-Nya yang mengizinkan beliau untuk pergi. Saat itulah beliau pergi. Seandainya
beliau pergi sebelumnya niscaya beliau akan mendapatkan siksaan seperti yang diterima oleh
Nabi Yunus. Jadi, Nabi Yunus alaihi salam keluar tanpa izin. Lalu perhatikan apa yang terjadi
pada kaumnya. Mereka telah beriman setelah keluarnya Nabi Yunus alaihi salam. Allah
subhanahu wa taala berfirman :








"Dan mengapa tidak ada penduduk suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat
kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari
mereka adzab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada
mereka sampai waktu yang tertentu." (QS. Yunus : 98)
Demikianlah, desa Nabi Yunus alaihi salam beriman. Seandainya ia tetap tinggal bersama
mereka niscaya ia akan mengetahuinya dan hatinya menjadi tenang serta kemarahannya akan
menjadi hilang. Tampaknya beliau tergesa-gesa dan tentu sikap tergesa-gesa ini berangkat dari
keinginannya agar manusia beriman. Usaha Nabi Yunus alaihi salam untuk meninggalkan
mereka adalah sebagai ungkapan kemarahannya kepada mereka atas ketidakimanan mereka.
Maka Allah subhanahu wa taala menghukumnya dan mengajarinya bahwa tugas seorang nabi
hanya menyampaikan agama. Seorang nabi tidak dibebani urusan keimanan manusia; seorang
nabi tidak bertanggung jawab atas pengingkaran manusia; dan seorang nabi tidak dapat
memberikan hidayah (petunjuk) kepada mereka.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam diperintahkan oleh Allah subhanahu wa taala agar
dalam berdakwah tidak seperti Nabi Yunus alaihis salam, dan harus bersabar melayani ummat.
Allah subhanahu wa taala berfirman :






Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu
seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdo'a sedang ia dalam
keadaan marah (kepada kaumnya). (QS. Al Qalam : 48)
Setelah itu, Allah subhanahu wa taala memerintah agar Nabi Yunus berdakwah kembali ke
negerinya yang penduduknya hampir seratus ribu orang. Mereka semua menerima dakwah
Nabi Yunus dengan hati yang terbuka dan beriman kepada ajaran tauhid yang dibawa oleh
baginda Yunus alaihis salam.

Kitab Yunus dalam Perjanjian Lama


Kitab Yunus adalah kitab kelima dalam kumpulan kitab yang disebut Nabi-nabi Kecil dalam
Perjanjian Lama. Kitab ini berbeda dengan kitab-kitab nabi lainnya karena kitab ini tidak berisi
ucapan-ucapan sang nabi kepada Israel, melainkan menceritakan pengalaman Nabi Yunus,
ketika ia mencoba menghindari perintah Tuhan.

Dalam bahasa Ibrani, Yunus disebut Yonah yang berarti merpati. Tokoh Yunus sendiri
didasarkan pada tokoh yang tak begitu dikenal, yang hidup pada masa pemerintahan Yerobeam
II (786-746 SM). Dalam Perjanjian Lama, Yunus bin Amittai hanya disebutkan di luar kitab Yunus
sendiri yakni dalam II Raja-raja 14:25. (Untuk informasi lebih jauh tentang tokoh ini sendiri, lihat
artikel Yunus). Kitab ini sendiri kemungkinan ditulis pada masa pasca-pembuangan (setelah 530
SM) dan didasarkan pada tradisi lisan yang telah diturunkan sejak abad ke-8 SM. Yunus
dianggap sebagai salah seorang nabi kecil, karena bukunya aslinya ditulis bersama-sama dengan
kitab-kitab kenabian lainnya yang lebih kecil dalam sebuah gulungan saja (yang juga dikenal
sebagai Kitab yang Duabelas).
Sebagai bagian dari Perjanjian Lama, kitab ini terdapat dalam Tanakh Yahudi dan Alkitab
Kristen. Kisahnya mempunyai sejarah penafsiran yang menarik (lihat bawah) dan telah menjadi
cerita termasyhur melalui cerita-cerita populer anak-anak. Dalam Yudaisme kitab ini adalah
Haftarah untuk dibaca pada sore hari pada perayaan Yom Kippur karena kisahnya sendiri
menceritakan kesediaan Allah untuk mengampuni mereka yang bertobat.

Garis Besar Kitab Yunus


Kitab Yunus pada intinya adalah sebuah cerita tentang sifat Allah. Karena itu, kitab ini dapat
dibagi menajdi empat bagian, masing-masing dipisahkan kira-kira menurut pasalnya :
(1) Kedaulatan Allah,
(2) Pembebasan Allah,
(3) Belas kasih Allah, dan
(4) Kebenaran Allah.
Kitab ini juga dapat dibagi sebagai berikut:
Pengutusan pertama Allah dan pemberontakan Yunus
Pembebasan Allah atas Yunus dan doa syukur Yunus
Pengutusan kedua Allah dan ketaatan Yunus
Pembebasan Allah atas Niniwe dan cemberutnya Yunus yang menunjukkan rasa tidak berterima
kasihnya
Dalam paruh pertama kitab ini, pembebasan Allah diperlihatkan melalui kedaulatan-Nya. Di
paruh kedua, pembebasan Allah diperlihatkan melalui belas kasih-Nya. Akhirnya, Allah
menyatakan kebenaran-Nya dengan memilih untuk memaksa dan berubah pikiran.

Isi kitab
Tuhan menyuruh dia pergi ke kota Niniwe, ibukota kerajaan Asyur, musuh Israel. Tetapi Yunus
tidak mau pergi ke kota itu untuk menyampaikan pesan Tuhan, karena ia yakin bahwa kalau
orang Niniwe berhenti berbuat dosa, Tuhan tidak akan menjalankan rencana-Nya untuk
menghancurkan kota itu.
Akhirnya, setelah beberapa kejadian yang mengesankan, Yunus menaati perintah Tuhan, tetapi
kemudian ia mendongkol, karena Niniwe tidak jadi dihancurkan.
Amanat kitab Yunus ialah bagaimana Tuhan berkuasa mutlak atas ciptaan-Nya. Tetapi lebihlebih, buku ini menggambarkan Tuhan Yang Mahapenyayang dan pengampun, Tuhan yang lebih
suka mengampuni dan menyelamatkan suatu bangsa daripada menghukum dan
menghancurkannya, biarpun bangsa itu musuh umat-Nya sendiri.
Konon kitab Yunus ditulis olehnya sendiri. Kitab Yunus dirujuk oleh Yesus dalam Perjanjian Baru
(Matius 12:39, 40; Lukas 11:29).

Quran Surat Yunus


Surat Yunus (Arab: , Ynus, Nabi Yunus) adalah surat ke-10 dalam al-Quran. Surah ini
terdiri atas 109 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyah kecuali ayat 40, 94, 95, yang
diturunkan di Madinah. Sebagian besar surat Yunus tergolong Makkiyah, yang turun sebelum
Muhammad hijrah ke Madinah kecuali ayat 40, 94, dan 95 yang termasuk Madaniyyah. Dalam
penggolongan surah, surah Yunus termasuk kategori surah Al-Miun, yaitu surah-surah AlQuran yang ayatnya berjumlah seratusan karena surah ini terdiri dari 109 ayat. Namun ada
juga yang berpendapat surah ini termasuk golongan surah as-Sabut Thiwal atau Tujuh Surah
yang Panjang. Dalam mushaf Utsmani, surah ini merupakan surah ke-51 yang diturunkan
setelah surah Al-Isra, surah ke-17 dalam al-Quran dan sebelum surah Hud, surah ke-11.
Seluruh isi surah ini masuk ke dalam Juz 11 dan diletakkan setelah surah At-Taubah dan
sebelum surah Hud. Surah ini terdiri atas 11 ruku. Sedangkan topik utama yang dibahas dalam
surah ini meliputi masalah akidah, iman kepada Allah, kitab-kitab dan rasul-Nya, serta Hari
kebangkitan dan pembalasan.
Surat Yunus diawali dengan ayat Mutasyabihat Ali Lam Ra dan diakhiri dengan ayat yang
membahas perlunya mengikuti aturan Allah dan bersabar baik dalam ketaatan maupun
musibah. Surat ini dinamakan Yunus merupakan sebuah simbolis dan bukan berarti surat ini
berisi kisah Yunus. Bahkan, kisah terpanjang dalam surat ini adalah kisah Nabi Musa dan Bani
Israil dengan Firaun yaitu pada ayat 75 hingga 93. Hanya ayat ke-98 dari surat inilah yang
menyebut kata Yunus. Menurut pengamatan, ayat 98 merupakan bagian terpenting dari
surah ini.

Isi

Tanda-Tanda Kebesaran Allah Dalam Alam Semesta (1-109)

Wahyu dan dasar-dasar kebenarannya (1-6)

Pembalasan terhadap pengingkaran dan penerimaan wahyu (7-18)

Manusia adalah satu umat yang memeluk agama yang satu (19-20)

Perlakuan Allah yang penuh rahmat (21-24)

Seruan Allah ke Darus Salam dan penolakan terhadapnya (25-30)

Bukti-bukti kekuasaan Allah yang membatalkan kepercayaan orang musyrik (31-36)

Jaminan Allah tentang kemurnian Al-Quran (37-53)

Penyesalan manusia di akhirat kelak (54-60)

Segala perbuatan manusia tidak lepas dari pengawasaan Allah (61)

Wali-wali Allah dan berita gembira bagi mereka (62-70)

Kisah Nabi Nuh, Nabi Musa, dan Nabi Yunus sebagai teladan bagi manusia (71-103)

Dawah Islam (104-109)

Pokok-pokok isi

Keimanan: Al Quran bukanlah sihir, Allah mengatur alam semesta dari Arasy-Nya;
syafaat hanyalah dengan izin Allah; Wali-wali Allah; wahyu Allah yang menerangkan
yang gaib kepada manusia; Allah menyaksikan dan mengamat-amati perbuatan hambahamba-Nya di dunia; Allah tidak mempunyai anak.

Hukum: Menentukan perhitungan tahun dan waktu dengan perjalanan matahari dan
bulan; hukum mengada-adakan sesuatu terhadap Allah dan mendustakan ayat-ayatNya.

Kisah-kisah:Kisah Nabi Nuh alaihis salam dengan kaumnya; Nabi Musa alaihis salam
dengan Firaun dan tukang-tukang sihir; kisah Bani Israil setelah ke luar dari negeri
Mesir; Nabi Yunus alaihis salam dengan kaumnya.

Dan lain-lain: Manusia ingat kepada Allah di waktu kesukaran dan lupa di waktu senang;
keadaan orang-orang baik dan orang-orang jahat di hari kiamat; Al Quran tidak dapat
ditandingi; rasul hanya menyampaikan risalah.

Doa Nabi Yunus dalam Perut Ikan Nun


Allah subhanahu wa taala berfirman :










"Dan (ingatlah kisah) Dzunnun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu mereka
menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru
dalam keadaan yang sangat gelap: 'Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah orang-orang yang lalim.' Maka Kami
telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami
selamatkan orang-orang yang beriman." (QS. Al-Anbiya' : 87-88)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,











Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah: LAA ILAAHA
ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINADZ DZAALIMIIN (Tidak ada tuhan yang berhak
disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara
orang-orang yang berbuat aniaya). Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya
dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya. (HR. Ahmad, Tirmidzi no. 3505,
Nasaa-i, Hakim, dan Baihaqi. Lihat Shahih Jami'us Shaghir No. 3383).
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Jarir dan
beberapa perawi hadits yang lain dari Saad bin Abi Waqqash alaihis salam disebutkan bahwa
orang Islam yang berdoa dengannya untuk suatu urusan pasti dikabulkan oleh Allah subhanahu
wa taala.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga bersabda, Siapa pun orang Islam yang membaca
doa itu saat sedang sakit sebanyak 40 kali lalu dia mati, maka dia diberi pahalanya orang yang
mati syahid. Apabila dia sembuh maka dosa-dosanya terampuni. (HR.Al-Hakim)
Doa ini banyak terbukti istijabah-nya apabila rutin dibaca sebanyak 41 kali tanpa pemisah
setelah salat Subuh selama 40 hari berturut-turut. Alhasil, ketika sedang punya urusan penting
atau ditimpa masalah dianjurkan memperbanyak doa ini.

Rahasia Makbulnya dengan Doa Nabi Yunus


Ibnu sunni meriwayatkan : Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah menerangkan bahwa
barangsiapa yang membaca kalimah ini, orang itu akan dilapangkan Allah dari segala
kesempitan. Kalimat itu ialah doa yang diucapkan oleh nabi Allah Yunus ketika di dalam perut
ikan Nun.



Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau,
Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya
Maksudnya : "Sesungguhnya tiada Tuhan (yang dapat menolong) melainkan Engkau (ya Allah)!
Maha Suci Engkau (daripada melakukan aniaya, maka tolonglah aku)!
Sesungguhnya aku termasuk dari orang-orang yang menganiaya diri sendiri"
Allah telah mengilhamkan Nabi Allah Yunus untuk membaca doa tersebut. Dan ketika Nabi
Allah Yunus membaca doa tersebut, baginda terasa lapang dan tenang. Akhirnya Nabi Allah
Yunus diselamatkan oleh Allah dengan memerintahkan agar ikan nun memuntahkan Nabi
Yunus dan didamparkan di tepi pantai.
Jadi, jika kita mendapatkan kesusahan dan merasa sulit untuk dapat menyelesaikan kesusahan
tersebut, bahkan secara akal merasa tidak mungkin atau mustahil dapat menyelesaikan secara
sendiri atau minta bantuan orang lain, maka bacalah doa ini. Berdoa dengan penuh
pengharapan dan penuh keyakinan atas pertolongan Allah. Insya Allah maqbul. Dzikir ini juga
dapat mengukuhkan iman dan menimbulkan keinsafan di dalam diri kita. Tatkala kita
membacanya patut kita hayati sungguh-sungguh bahwa kita telah mendzalimi diri sendiri. Oleh
karena itu kita perlu bertaubat daripada segala dosa, baik kecil atau besar, yang disadari atau
tidak, terhadap manusia atau dosa terhadap Allah. Mudah mudahan Allah mengampunkan
segala dosa kita dan melapangkan segala kesempitan kita.
Sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam: Doa saudaraku Yunus amat menakjubkan;
permulaannya tahlil, pertengahannya tasbih dan penghujungnya pengakuan melakukan dosa.
Sesiapa yang berdukacita, berada dalam kekusutan, ditimpa kesusahan dan dibebani hutang
pada suatu hari, lalu ia membacanya sebanyak tiga kali, niscaya dimakbulkan untuknya.

Rahasia Pertama

Perhatikan bahwa doa ini dibuka dengan kalimah tauhid Laa ilaaha illallaah artinya Tiada
Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Kalimah tauhid tidak sekadar bermaksud tiada
tuhan yang berhak aku sembah kecuali Allah, tetapi dalam konteks ini juga bermaksud tiada
tuhan yang patut aku mengadu, mengharapkan keampunan dan menghajatkan keselamatan
kecuali Allah. Pembukaan seperti ini membuktikan kemantapan dan kemurnian tauhid Nabi
Yunus di mana beliau tidak mengadu, mengeluh dan berharap kepada siapapun kecuali hanya
kepada Allah saja.
Ini merupakan manhaj para Nabi dan Rasul yang mesti kita ikuti.
Perhatikan sebagai contoh lain sikap Nabi Ayyub alaihis salam ketika beliau ditimpa
penyakit. Beliau tidak mengadu kepada para dokter atau selainnya, tetapi mengadu kepada
Allah saja :





Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku
telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua
penyayang. (QS. Al-Anbiya 21 : 83)

Rahasia Kedua
Seterusnya Nabi Yunus alaihis salam mengucapkan Subhaanaka artinya Maha Suci Engkau
(ya Allah), berarti mensucikan Allah dari semua bentuk kedzaliman atau penganiayaan. Lebih
mendalam, Nabi Yunus alaihis salam mensucikan Allah, bahwa apa yang menimpanya saat itu
(ketika ditelan oleh ikan paus) bukanlah merupakan satu bentuk penganiayaan oleh Allah ke
atas dirinya.
Pensucian ini penting ditegaskan karena kadangkala ketika ditimpa kesusahan, kita marah atau
menyalahkan siapapun termasuk Allah. Bahkan kita menuduh Allah dikatakan sudah tidak
saying lagi sama diri. Maha Suci Allah dari menganiaya manusia, tetapi manusialah yang
menganiaya diri mereka sendiri. Allah subhanahu wa taala berfirman mengenai orang Yahudi
yang suka menganiaya diri mereka sendiri :




Dan terhadap orang-orang Yahudi, Kami haramkan apa yang telah Kami ceritakan dahulu
kepadamu; dan tiadalah Kami menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri
mereka sendiri. (QS. Al-Nahl 16 : 118)

Rahasia Ketiga

Walaupun Nabi Yunus alaihis salam berada dalam perut ikan yang gelap, bau dan tidak makan
dan minum, tetapi terus mengaku akan kesalahannya dengan berkata: Innii kuntu minazh
zhaalimiin artinya Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menganiaya diri sendiri.
Nabi Yunus alaihis salam berdoa kepada Allah, dengan memilih cara yang lebih lembut,
beradab lagi merendah diri, yakni dengan mengakui kesalahan dirinya sendiri. Dan ini
merupakan bentuk permohonan ampun kepada Allah, walaupun tidak diucapkan permohonan
ampunnya.
Selain itu Nabi Yunus alaihis salam sadar bahwa kesusahan yang menimpanya saat itu, ditelan
oleh ikan paus, merupakan kesan dari kesalahan dirinya sendiri yang melarikan diri dari tugas
dakwah yang Allah amanahkan kepadanya. Merupakan sesuatu yang sudah maklum bahwa
salah satu faktor seseorang itu ditimpa kesusahan dan kesulitan adalah karena dosa-dosa hasil
dari kesalahan yang pernah dilakukan sendiri. Allah menyatakan hakikat ini :





Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah mema'afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS.
Ash Shura 42 : 30)

Amalan Infirodi Dai dari H. Abdul Wahab, Amir Pakistan




LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA
INNII KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN
Dibaca 300 kali/hari 1000 kali/hari
Fadhilah :
a. Dimudahkan untuk mendapatkan tasykilan
b. Dimudahkan untuk menggerakkan ummat agar keluar huruj fi sabilillah.
c. Allah akan selesaikan masalah infirodi dan ijtimai

Anda mungkin juga menyukai