Anda di halaman 1dari 8

Pemikiran Filsafat

Politik
Santo Augustinus
Disusun oleh :
Rizki Desi Azzahro (53050200016)
Miftakhul Aini Zahrotun Nikmah (53050200053)
Rizka Fitriyani (53050200066)
Biografi Santo
Augustinus
Santo Augustinus lahir pada tahun 354 di
Thagaste (Souk Ahras, AlJazair).
Pada usia 16 tahun ia menuntut ilmu di Carthago,
yang kemudian saat umur 19 tahun ia memulai
belajar tentang filosofi. Ketika usianya 29 tahun
Augustinus pindah ke Roma, namun hanya
sebentar kemudian pindah ke Milan dan menjadi
guru besar ilmu retorika.
Di usia ke 32 tahun ia memeluk Kristen. Tahun
387 di baptis oleh Ambrose yang kemudian
kembali ke Thagaste. Tahun 391 menjadi asisten
Bishop Hippo yang 5 tahun setelah itu Bishop
meninggal kemudian Augustinus menjadi
pemimpin menggantikan Bishop pada umur 42
tahun.
Pemikiran Politik Santo Augustinus
Dalam karyanya yang terbesar yaitu buku yang berjudul De Civitate Dei (Negara atau Kota Allah).
Buku ini sesungguhnya merupakan apologet terhadap kejatuhan Roma. Buku ini ditulis setelah
kejatuhan Roma dari kaum Visigoth. Latar belakang dari pada buku ini adalah ketika kekaisaran
Romawi yang agung itu berhadapan dengan penyembahan berhala (contra paganos). Pertempuran
kekeristenan dengan berbagai agama dan filosofi begitu kuat sehingga agama Kristen terdesak dan
akhirnya jatuh. Akibatnya banyak orang Kristen Roma yang mengalami shock. Dalam kondisi yang
demikian inilah Agustinus mengatakan bahwa ada kota yang indah, yakni Kota Allah.
Gagasan-gagasan politik utama Augustine berpusat pada konsepnya tentang “dua kota” yang
menyarankan bahwa manusia terdiri dari dua kelompok yang hadir bersama dan saling bercampur
yakni Kota Duniawi (Kota Manusia) (mereka yang tinggal dengan gagasan mereka dan mencintai
diri sendiri sekalipun dengan merendahkan Tuhan) dan Kota Surgawi (terdiri dari mereka yang
mencintai Tuhan dan merendahkan diri, yang hidup dengan roh).
Lanjutan
Gagasan-gagasan politik utama berpusat pada konsep tentang dua kota yaitu kota
duniawi dan kota surgawi. kota duniawi merupakan kota dengan isi manusia yang
mencintai diri sendiri dan merendahkan Tuhan. Kota surgawi merupakan kota dengan
isi manusia yang mencintai Tuhan dan merendahkan diri.
Dua kota diciptakan lewat dua jenis kasih yaitu kota duniawi diciptakan melalui kasih
diri hingga ketitik yang merendahkan Tuhan dan kota surgawi melalui kasih tuhan
hingga memuja Tuhan. Agustine tidak banyak membicarakan organisasi masyarakat
poitik ia merasa bentuk pemerintahannya tidaklah penting. Ia melakukan desakralisasi
negara melalui pemahaman dan transalasi istilah.
Filosofi Dua Kota

Dalam buku Political Theory oleh Joseph Losco dan Leonard Williams berdasarkan
analisis Rex Martin, menurut Augustinus pembagian alam semesta menjadi 2:
a). Kota Tuhan
Augustinus mengidentifikasi kota Tuhan dengan gereja institusional dalam dispensasi
Kristen secara harfiah merupakan kota Tuhan di bumi. Konsepsi tripartit dari Augustinus :
• Kota Tuhan merupakan “kota abadi” seolah-olah tersusun trinitas para malaikat yang
loyal dan bagian ras manusia yang ditakdirkan mendapatkan karunia abadi.
Kewargaan abadi manusia yang secara potensial abadi “dalam waktu” dan secara
aktual abadi “pada akhir waktu”.
• Kota Tuhan merupakan sebuah asosiasi (kolektif “dalam konsep”, namun
dianggap distributif dalam kenyataan).

Kota Tuhan adalah entitas yang kasat mata dan institusional. Sebelum
Yesus, entitas ini adalah bangsa Yahudi (bukan negara). Yesus “merampas
kerajaan” dari Israel karena Israel telah menjadi “musuh-musuhnya”, dan
meletakkan dibawah kepemimpinannya dalam gerejanya, gereja kristen.
Patut dicatat terminologi ini untuk menggambarkan apa yang ia percayai
merupakan peristiwa sejarah, transfer kerajaan institusional Tuhan di bumi
dari bangsa Yahudi menjadi gereja Kristen.
b). Kota Duniawi
Di kota duniawi manusia-manusia bijak hidup dengan standar-
standar manusia yang mengejar kebaikan-kebaikan tubuh atau pikiran
mereka, atau keduanya. Atau mereka yang mampu mengenali Tuhan:
“Sebab Sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan
Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya”. Sebaliknya
pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi
gelap; mereka berbuat seolah-olah penuh hikmat, yaitu memuja diri
sendiri dalam kebijaksanaan mereka, dibawah dominasi kesombongan,
mereka telah menjadi bodoh.
“Selesai sudah
presentasi kelompok
kami, seperti kamu
dan dia yang selesai
tanpa pernah
memulai”

Anda mungkin juga menyukai