ABSTRACT
Indonesia is a country with Muslims majority population in this world. Before 1970, Teeuw noted
that the figure of Christ was not known publically for Indonesians. However, after 1970, I observe
that the image of The Christ get more common for Indonesian, as it was shown at the works of
literature. In this paper, I show that the Christ was experienced by at least 10 Indonesian poets on
25 poetries. They are not only Christians but also Muslims. On their works, we will learn 5 dominant
themes, i.e: 1) Christ as the Savior of all human; 2) Christ belongs to a certain community; 3).
Christ makes the sinners repentance; 4) People doubt of Christ holiness; and 5) Christ is a cruel
Judge.
Keywords: Jesus Christ, religiosity, poetry, poetic experience.
1
2 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 1, Maret 2016, hlm. 1-21
Pengalaman tentang Sang Kristus Jadi berbicara tentang manusia religius, kita
sesungguhnya berbeda-beda dari satu tidak perlu menyebut seseorang menganut
kebudayaan ke kebudayaan lainnya. agama tertentu. Kata ini lebih bermakna
Sebagaimana dikemukakan Teeuw (1969), personal, lebih dinamis karena lebih
Sang Kristus dan kristianitas di dunia Barat menonjolkan aspek eksistensinya sebagai
tidak dapat dipisah-pisahkan selama manusia. Bahkan ada orang yang secara
berabad-abad. Dengan demikian, wajarlah formal tidak menganut ‘agama’ tertentu
bahwa Sang Kristus dan kristianitas itu telah tetapi cita rasanya, sikap dan tindakannya
sedemikian pervasif dalam kehidupan sehari-hari pada hakikatnya religius
keseharian mereka, termasuk juga di dalam (Mangunwijaya, 1988: 12-13).
lingkungan kesusastraan. Di Indonesia, Sang Hubungan antara Sastra dan Agama
Kristus dan Injil bukanlah sebuah nama yang memiliki dua alasan atau motivasi pokok
sangat populer karena agama Kristen adalah (Goenawan, 1982: 138-139). Pertama, adalah
minoritas. motif-motif kesusastraan sendiri, yakni
Tulisan ini bermaksud melakukan kajian persoalan pencarian identitas diri sastrawan-
ulang terhadap tema Sang Kristus dalam sastrawan. Untuk mendapatkan identitas diri
puisi Indonesia modern dengan melakukan yang ‘tersendiri’ atau ‘berani tampil beda’
pembacaan scara intensif dan ekstensif. maka para pengarang bersibuk diri dengan
Tulisan ini memiliki keterbatasan: tidak menggali pengalaman-pengalaman dari
semua puisi yang berkaitan dengan Kristus hidup keagamaan yang sering disebut
sudah terhimpun dan dianalisis di sini. “wilayah yang belum banyak digarap dalam
dunia kesusastraan’. Kedua, adalah motif-
motif di luar kesusastraan yakni pengaruh
2. LANDASAN TEORI penggolongan serta rivalitas antar-golongan
di dalam masyarakat. Kondisi penggolongan
Membicarakan Sang Kristus dalam dan rivalitas antar-golongan ini dimulai
puisi Indonesia modern berati kita memasuki tahun 1950-an dengan adanya pemilu dan
simbol-simbol keagamaan. Untuk itu perlu persaingan politik. Dalam periode tersebut
dicari landasan yang kuat untuk memandang muncul istilah-istilah seperti ‘kesusastraan
aspek religiositas dalam sastra’. Islam”, “kesusastraan Kristen/Katolik”,
Kata religiositas (religosity) menurut “kesusastraan proletariat” yang seringkali
The World Book Dictonary (1980) berarti sukar diterangkan. Dalam persaingan tersebut,
‘religious feeling or sentiment’ yakni perasaan muncul kesadaran perlunya sastra dari
atau sentimen keagamaan. Sentimen keagamaan golongan agama, yang memiliki komitmen
adalah segala perasaan batin yang ada dengan agamanya.
hubungannya dengan Tuhan. Sentimen ini Religi (agama) dan religiositas memiliki
seringkali diwujudkan dalam: perasaan dosa perbedaan pengertian yang sangat signifikan.
(guilt feeling), perasaan takut (fear to God), dan Religi lebih menunjuk kepada institusi
kebesaran Tuhan (God’s glory). kebaktian kepada Tuhan atau kepada ‘Dunia
Kata religiositas berasal dari kata dasar Atas’ dalam aspeknya yang resmi, yuridis,
‘religion’ (Indonesia: religi) yang maknanya peraturan-peraturan dan hukum-hukumnya,
lebih luas dari kata agama. Agama lebih serta keseluruhan organisasi tafsir Alkitab
menunjuk kepada “lembaga’ kebaktian dan sebagainya yang melingkupi segi-segi
kepada Tuhan dalam aspeknya yang resmi, kemasyarakatan. Sedangkan religiositas lebih
yuridis seperti doktrin dan hukum. Sedangkan melihat aspek yang ‘di dalam lubuk hati’, riak
manusia religius berarti manusia yang berhati getaran hati nurani pribadi; sikap personal
nurani serius, saleh, teliti dalam pertimbangan yang mungkin menjadi misteri bagi orang
batin, dan prihatin terhadap kebaktian lain, karena menafaskan intimitas jiwa
kepada sang ilahi (Mangunwijaya, 1988: 11). kedalaman si pribadi manusia (Mangunwijaya,
Yoseph Yapi Taum – Sang Kristus dalam Puisi .... 3
1988: 12; Hartoko, 1982). Dengan demikian, Melalui teknik simak-catat, penulis
religiositas lebih dalam dan mengatasi agama telah berhasil mengumpulkan sebanyak 25
yang tampak formal dan resmi. Religiositas puisi dari 10 orang penyair yang menyebutkan
lebih bergerak dalam tata paguyuban Sang Kristus dalam puisinya (Perhatikan
(Gemeinschaft) yang cirinya lebih intim. Tabel 1 di bawah ini). Latar belakang agama
sang penyair juga beragam, yakni: Islam (5
orang atau 50%), Kristen Protestan (2 orang
3. METODE atau 20%) dan Katolik (3 orang atau 30%).1
jalanan liang-liang jiwa yang papa Ia sarang napas langit yang disebut
dan pembantaian berlangsung cinta.
atas taruhan dosa. Ia burung dara dari gading.
Ia utusan Bapa dan Dirinya.
Akan diminumnya dari tuwung Ia tebing yang dipukuli arus air.
kencana
anggur darah lambungnya sendiri - Lapangkanlah dadamu, ya Domba
dan pada tarikan napas terakhir Kudus!
bertuba
—Bapa, selesailah semua! + Yang dirobek oleh dendam.
Yang dipaku di kayu topangan dosa.
Puisi “Ballada Penyalipan” merupakan Yang menggenggam duri-duri di
sebuah dramatisasi kisah penyaliban Yesus dagingnya
Kristus yang dipadukan dengan refleksi dan Yang ditelanjangi dan membuka
doa yang berasal dari lubuk hati yang paling hatinya.
dalam. Pilihan katanya menyiratkan Yang mengampuni si penikam
penghormatan yang tinggi terhadap sosok durjana.
Kristus. Perhatikan penggunaan frase “bagai Yang dipeluhkan bintik darah.
domba kapas putih”, “domba putih menyerap
azab dan dera”, “merunduk oleh tugas - Limpahkanlah kiranya berkatMu
teramat dicinta”, “jantung berwarna paling bagai air!
agung,” “Air mawar merah dari tubuhnya
menyiram jalanan kering”. + Raja tanpa emas tanpa permata.
Raja yang dimahkotai duri
LITANI BAGI DOMBA KUDUS Raja yang menyusuri jalanan para
WS Rendra miskin
Raja yang dibaptiskan pertapa dina.
+ Yesus kecil domba yang kudus Raja yang diminyaki pelacur yang
dipalingi muka
- Lapangkanlah dadamu, ya Domba Raja yang ditampar pada pipinya.
Kudus!
- Meluaplah ampun dari samodra
+ Yang terbantai di tengah siang. kasihMu!
Mulut tanpa kata yang tak perlu lagi menjerit pilu pada Ibunya: “Ibu, tolong
mengucap segala yang tak lepaskan aku, Ibu!”
terucapkan kata. Mandikanlah dia. Penyair lain yang mengekspresikan visi
tentang Kristus sebagai juru selamat umat
Hati paling rasa yang tak pernah manusia dikemukakan oleh penyair Muslim,
usai memburu cinta di rimba raga. Saiki K.M.2 Perhatikan puisinya berikut ini.
Mandikanlah dia.
HIMNE
Mandikanlah dia hingga tak tersisa Saini K. M.
lagi luka.
Bahkan batu-batu yang keras dan
Pembantaian sebentar lagi dimulai. bisu
Hadirin segera pergi setelah masing- Mengagungan namaMu dengan cara
masing menghunjamkan nyeri ke sendiri
ulu hati. Korban dibiarkan terkapar Menggeliat derita pada lekuk dan
di kamar mandi. liku bawah sayatan khianat dan
dusta.
Sepi yang tinggi besar melangkah
masuk sambil terbahak-bahak. Dengan hikmat selalu kupandang
Korban diperintahkan berdiri. patungMu
Mandi!” bentaknya. Dengan geram menitikkan darah dari tangan dan
diterkamnya tubuh korban dan kaki dari mahkota duri dan
kemudian dikuliti. Lihatlah, korban sembulan paku
sedang mandi. Mandi dengan tubuh Yang dikarati dosa manusia.
berdarah-darah.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
Bahkan bulan tak berani bicara; dunia kehilangan sumber kasih
dengan takut-takut ia melongok Besarlah mereka yang dalam nestapa
lewat genting kaca. Sepi makin mengenalmu tersalib di dalam hati.
beringas. Ia cengkeram tubuh kurus
korban, ia serahkan lehernya kepada Saini K.M. menggambarkan sosok
yang terhormat tali gantungan. Kristus dengan sebuah penghayatan yang
Krrrkk! Sepi melenggang pergi sangat intensif. Sekalipun penyair ini bukan
sambil terbahak-bahak, penganut agama Kristen, keagungan Kristus
meninggalkan korban berkelejatan dipandangnya sebagai sesuatu yang nyata.
sendirian. Lalu, di hening malam “Bahkan batu-batu yang keras dan bisu//
itu, tiba-tiba terdengar seorang bocah Mengagungkan namaMu dengan cara
menjerit pilu: “Ibu, tolong lepaskan sendiri.” Penderitaan Kristus adalah “sayatan
aku, Ibu!” khianat dan dusta” manusia. Maka sebagai
manusia, “kupandang patungMu”, sesuatu
(2003) yang biasa dilakukan orang Kristen sambil
merefleksikan dosa manusia. Makna penyaliban
Dilema dalam sejarah penderitaan itu pun dipahami sebagai tugas penyelamatan
Yesus Kristus dari sisi manusiawinya pun dunia. “Tanpa luka-luka yang lebar terbuka/
terungkap dalam puisi ini. Jika di dalam /dunia kehilangan sumber kasih”.
kisah historis Yesus berdoa kepada Bapak- Di puncak refeleksinya, penyair teguh
Nya di surga, “Bapa-Ku, kalau mungkin, berkeyakinan, “Besarlah mereka yang
biarlah cawan ini berlalu dari-Ku” (Mateus, dalam nestapa//mengenalmu tersalib di
26:38), dalam puisi “Mandi”, penyair dalam hati.”
Yoseph Yapi Taum – Sang Kristus dalam Puisi .... 9
Keyakinan akan peran Kristus sebagai Yesus yang seksi dan murah hati,
Juru Selamat umat manusia terlihat pula Malam ini aku akan baca puisi
dalam puisi Joko Pinurbo, “Kredo Celana”. Di sebuah gedung pertunjukan
Penyair yang selalu mempersoalkan berbagai Dan akan kupakai celanamu
ihwal substansif-filosofis dengan metafora Yang sudah agak pudar warnanya.
pengalaman yang paling empirik ini Boleh dong sekali-sekali aku
mengibaratkan sejarah penyelamatan Kristus tampil gaya.
dengan sejarah celana jins. Celana jins Yesus
yang sudah robek dan bernoda darah di (2007)
dengkulnya, diperolehnya di pasar loak.
Iman akan celana itu barangkali pernah 4.2 Kristus Menyadarkan Pendosa
dimiliki pencuri yang kelaparan, guru yang untuk Bertobat
dihajar hutang, atau pengarang yang
dianiaya kemiskinan. Siapapun yang pernah Kehadiran Kristus sebagai manusia suci
mengimani dan memiliki celana itu tidak terkadang juga menimbulkan rasa bersalah
penting. Kini sudah menjadi milik penyair, pada manusia. Manusia menjadi teringat
yang dengan bangga menggunakannya (dan bertobat?) akan dosa-dosanya. Kristus
membaca puisi di sebuah gedung pertunjukan. bukanlah figur pembawa damai dan
Dan yang lebih penting lagi adalah penyair ketenteraman batin, melainkan sebaliknya
itu bangga mengenakan celana Yesus. justru memojokkan manusia. Hal ini tampak
dalam puisi “Aku MenatapMu” dan “Apa
KREDO CELANA Yang Sesungguhnya Harus Kukatakan”, Pa
Sia Pa”, dan “Tell Me Is There Any Reason
Yesus yang seksi dan baik hati, Why Should I Be Born? Tanya si Suilin si
kutemukan celana jeans-mu yang Nyamuk” karya Darmanto Jatman; “Chatedrale
koyak disebuah pasar loak. de Chartes,” “Kamar I, Kepada Madame Z.”
Dengan uang yang tersisa dalam karya Sitor Situmorang, dan “Leiden 12/
dompetku kusambar ia jadi milikku. 1078” karya Subagio Sastrowardoyo.
Anehnya, kesadaran semacam ini
Ada noda darah pada dengkulnya. kebanyakan muncul pada para penyair yang
Dan aku ingat sabdamu: berlatar belakang Kristiani.
“Siapa berani mengenakan celanaku
akan mencecap getir darahku.” AKU MENATAPMU
Mencecap darahmu? Siapa takut! Darmanto Jatman
Sudah sering aku berdarah,
walau darahku tak segarang Maka malam pun sobek
darahmu. Matahari gugur dalam ledakan bom
Ketika pertempuran
Siapa gerangan telah melego tanpa medan
celanamu? tanpa lawan
Pencuri yang kelaparan, itu
pak guru yang dihajar hutang,
atau pengarang yang dianiaya Jarak kita
kemiskinan? Sengkarut sistem moral
Entahlah. Yang pasti celanamu macam-macam
pernah dipakai bermacam-macam Yang membenamkan
orang. Tuhan ke dasar rawa
Sengkerut dogma theologia
macam-macam
10 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 10, Nomor 1, Maret 2016, hlm. 1-21
Tersedu ia dalam daunan malam dilakukan pada malam Paskah itu tidak
rontok tuntas karena justru di depan Salib itu si aku
Mengembara ingatan di hujan membawa pula “kekasih kelu” sampai ia
gerimis merasa berkhianat “Pada ibu, istri, anak serta
Isa//Hati tersibak antara zinah dan setia//
Pada ibu, istri, anak serta Isa Kasihku satu, Tuhannya satu//Hidup dan
Hati tersibak antara zinah dan setia kiamat bersatu padu”
Kasihku satu, Tuhannya satu Kesadaran akan dosa, kelemahan,
Hidup dan kiamat bersatu padu kelalaian ‘meminum darah Kristus’ terungkap
dalam puisi Joko Pinurbo “Di Perjamuan”
Demikianlah kisah cinta kami dan “Di Kalvari”.
yang Bermuda di pekan kembang
Di pagi buta sekitar Notre Dame de DI PERJAMUAN
Paris
Di musim bunga dan mata remang Aku tak akan minta anggur
darahMu lagi.
Demikianlah kisah hari Paskah Yang tahun lalu saja belum habis,
Ketika seluruh alam diburu resah masih tersimpan di kulkas.
Oleh goda, zinah, cinta dan dosa Maaf, aku sering lupa meminumnya,
Karena dia, aku dan istri yang setia kadang bahkan lupa rasanya.
Aku belum bisa menjadi pemabuk
Maka malam itu di ranjang yang baik dan benar, Sayang.
penginapan
Terbawa kesucian nyanyi gereja (2006)
kepercayaan
Bersatu kutuk nafsu dan rahmat Dalam puisi “Di Perjamuan”, penyair
Tuhan berkomunikasi dengan Kristus, yang
Lambaian cinta setia dan pelukan disapanya dengan sangat mesra, seperti
perempuan seorang kekasih, “Sayang!” Dengan rendah
hati, penyair ‘minta maaf” pada Sang
Demikianlah Kekasih di perjamuan (Ekaristi Kudus),
Cerita Paskah bahwa dia tak meminta anggur darah Kristus
Ketika tanah basah lagi karena yang lama, yang pernah diberikan
Air mata resah pun belum dihabiskannya, hanya disimpannya
Dan bunga-bunga merekah di kulkas. Dia menyadari dirinya belum
Di bumi Perancis menjadi pemabuk (orang yang sungguh-
Di bumi manis sungguh mencintai dan meminum anggur
Ketika Kristus disalibkan darah-Nya itu habis-habisan).
1953 DI KALVARI
penyair akan begitu tingginya Salib dan Mereka membuat sekolah dan kantor
penderitaan Kristus itu. Yang bisa dilakukan pos
umat manusia adalah ‘memanjat tubuhmu gereja dan restoran.
sendiri” untuk mencapai tingginya Salib itu, Tapi tidak buatku.
sebuah refleksi pertobatan atas dosa-dosa Tidak buatku.
manusia sendiri.
Diamku di batu-batu pinggir kota
4.3 Ironi antara Iman pada Kristus di gubug-gubug penuh nyamuk
dan Kenyataan di rawa-rawa berasap.
Kristus pengasih putih wajah. Jarak antara iman dan kenyataan itu
—kulihat dalam buku injil semakin jelas digambarkan Subagyo
bergambar Sastrowardoyo di dalam puisinya” Jarak”.
dan arca-arca gereja dari marmer—
Orang putih bersorak: “Hosannah!” JARAK
dan ramai berarak ke sorga.
Bapak di sorga, Biar kita jaga jarak
Tapi kulitku hitam. ini antara kau dan aku
Dan sorga bukan tempatku berdiam. Kau hilang dalam keputihan ufuk
bumi hitam Dan aku tersuruk ke hutan buta.
iblis hitam Hiburku hanya burung di dahan
dosa hitam dan jauh ke lembah
Karena itu: gerau pasar di dusun.
aku bumi lata Aku tahu keriuhan ini hanya sekali
aku iblis laknat terdengar
aku dosa melekat Sesudah itu padam segala suara
aku sampah di tengah jalan. dan aku memburu ke pintu rumah.
yang sudah berkorban jiwa dan raga akan yang lebih banyak merefleksikan Sang
balas dendam “Sekali ‘kan dapat balas Kristus dibandingkan dengan penyair
dendam!” Dan pembalasan itu begitu Kristen menunjukkan bahwa Dia tidak hanya
dahsyatnya, “Seperti Cartago, habis dikenal oleh penyair-penyair yang beragama
dihancurkan,//dibajak lalu tandus Kristiani, tetapi juga oleh para penyair non-
digarami.” Kristiani.
Studi ini menemukan lima tema pokok
yang muncul dari kajian terhadap puisi-puisi
5. KESIMPULAN modern yang berkaitan dengan Sang Kristus.
Kelima tema itu adalah: 1) Kristus Juru Selamat
Percy Bysshe Shelley menegaskan umat manusia; 2). Kristus menyadarkan
bahwa puisi adalah rekaman detik-detik pendosa untuk bertobat; 3) Ironi antara
pengalaman puncak (peak experience) dalam iman pada Kristus dan kenyataan; 4) Kristus
hidup manusia, termasuk pengalaman puitis diragukan kesucian-Nya; dan 5) Kristus
dan religiositasnya. Pengalaman puitik dan adalah Hakim yang Kejam.
religiositas berhubungan dengan aspek ‘di Puisi-puisi yang ditulis oleh berbagai
dalam lubuk hati’, riak getaran hati nurani penyair Indonesia yang berkaitan dengan
pribadi; sikap personal yang mungkin Sang Kristus merupakan ekspresi pengenalan,
menjadi misteri bagi orang lain, karena pemahaman, iman religious, atau bahkan
menafaskan intimitas jiwa kedalaman si mempertanyakan segi-segi tertentu dalam
pribadi manusia. Penyair-penyair Indonesia kehidupan Yesus Kristus ataupun kehidupan
merekam pengalaman puitik dan religiositasnya penyair sendiri. Semua ekspresi itu menjadi
(kadang-kadang imannya) berkaitan dengan tanda yang jelas bahwa sosok Sang Kristus
sosok Sang Kristus. Dari kajian singkat di hadir dalam kesadaran para penyair Indonesia
atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat modern di bumi Nusantara ini. Ada
Indonesia kini sudah lebih banyak mengenal fenomena, penyair non-Kristiani dapat lebih
tokoh Sang Kristus dibandingkan dengan era mengenal, memahami, bahkan mengimani
sebelum tahun 1970-an. Dapat dikatakan Kristus dan Injil-nya dibandingkan dengan
bahwa kini Sang Kritus sudah cukup populer penyair yang benar-benar hidup dalam
di bumi Nusantara. Jumlah penyair Muslim tradisi dan iman Kristiani.
Taum, Yoseph Yapi, 1995. “Teks dan Estetika: Teeuw, A., 1980. Tergantung Pada Kata.
Sebuah Refleksi” dalam Majalah Jakarta: Pustaka Jaya.
Kebudayaan Umum Basis, September 1995 - Teeuw, A., 1982. “Sang Kristus dalam Puisi
XLIV - No. 9. Yogyakarta: Andi Offset. Indonesia Baru” dalam Sejumlah
Teeuw, A., 1978. Sastra Baru Indonesia. Ende: Masalah Sastra (Satyagraha Hoerip,
Percetakan Arnoldus. Ed.). Jakarta: Sinar Harapan.
Teeuw, A., 1979. Sastra dan Ilmu Sastra: Waluyo, Herman J., 1991. Teori dan Apresiasi
Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Puisi. Jakarta: Erlangga.
Pustaka Jaya – Giri Mukti Pasaka. Yunus, Umar, 1981. Puisi Indonesia dan Melayu
Modern. Jakarta: Bhatara Karya Aksara.
CATATAN AKHIR 6
Dikutip dari Sitor Situmorang, “Rindu Kelana:
Pilihan Sajak 1948-1993” Dipilih dan diberi kata
penutup oleh Dr. Riris K. Toha Sarumpaet. Jakarta:
1
Dalam tulisan ini, WS Rendra dimasukkan ke dalam Gramedia Widiasarana, 1994: 11-12.
penyair beragama Katolik (agama yang dianut 7
Dari Kumpulan Puisi Simphoni, 1971. Jakarta:
Rendra sebelum berpindah keyakinan ke agama Pustaka Jaya.
Islam). Selain karena warna khas iman Katolik yang 8
Dikutip dari kumpulan Ada Ratap Ada Nyanyi
ditemukan dalam dua puisi yang mengungkapkan karya Rusli Marzuki Saria Penerbitan kesembilan
Sang Kristus, puisi-puisi ini pun ditulis Rendra Puisi Indonesia, Jakarta, 1976.
ketika masih menganut kepercayaan Katolik. 9
Dikutip dari Kumpulan Puisi Sang Darmanto karya
2
Dikutip dari “Makna Puisi untuk Kehidupan Kita Darmanto Jatman. Penerbitan Kesebelas Puisi
Dewasa Ini” MS Hutagalung, Majalah Bahasa dan Indonesia. Jakarta, 1976.
Sastra, Tahun II Nomor 1, 1976. Jakarta: Pusat 10
Dikutip dari Kumpulan Surat Kertas Hijau, Jakarta:
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, halaman 39. PT Dian Rakyat (h. 35).
3
Dikutip dari Kumpulan Puisi “Sang Darmanto” 11
Dari Kumpulan Puisi Buku Harian, 1979. Jakarta:
karya Darmanto Jatman. Penerbitan Kesebelas PUISI Budaya Jaya.
INDONESIA, Jakarta, 1976. 12
Dikutip dari Sitor Situmorang, “Rindu Kelana:
4
Dikutip dari Kumpulan Puisi “Sang Darmanto” Pilihan Sajak 1948-1993” Dipilih dan diberi kata
karya Darmanto Jatman. Penerbitan Kesebelas PUISI penutup oleh Dr. Riris K. Toha Sarumpaet. Jakarta:
INDONESIA, Jakarta, 1976. Gramedia Widiasarana, 1994: 47
5
Dikutip dari Kumpulan Puisi “Bangsat!” karya
Darmanto Jatman. Penerbitan Ketiga PUISI
INDONESIA, Jakarta, 1974.