Anda di halaman 1dari 12

Kritik Poskolonial dan Social Scientific Terhadap Matius 28:19

Christo Antusias Davarto Siahaan


Hermeneutika Perjanjian Baru
Siahaanchristo4@gmail.com

Abstraksi: Matius 28:19 merupakan teks yang amat terkenal. Teks ini lebih sering dipahami
sebagai perintah untuk memobilisasi orang-orang dan juga institusi untuk mempertobatkan
orang-orang non-Kristen di daerah-daerah lain. Namun demikian, pemahaman seperti ini
dengan menganalisanya dengan Poskolonial adalah sebuah pembacaan yang Kolonialis dan
Imperialise. Penulis di dalam tulisan ini berupaya untuk melakukan pembacaan yang terlepas
dari Imperialisme dan Kolonialisme, serta pembacaan yang lebih dekat dengan konteks
Indonesia di masa kini.

Kata Kunci: Poskolonial, Social Science, Imperialisme, Kolonialisme, Era Reformasi,


Konteks Sosial. Agama.

PENDAHULUAN terabaikan.
Matius 28:19 merupakan teks yang Dalam melakukan dan
sangat terkenal di kalangan Kekristenan, mengaplikasikan teks Matius 28:19,
bahkan di luar Kekristenan. Teks ini tentunya seseorang perlu untuk memahami
biasanya disebut sebagai Amanat Agung. dan terlebih dahulu menafsirkan teks
Teks ini biasanya dianggap sebagai hal yang Matius 28:19. Oleh karena itu, penafsiran
paling penting di dalam kehidupan bergerja dan pemahaman terhadap teks ini, menjadi
dan menjadi seorang yang Kristen. dasar bagi usaha-usaha, kegiatan-kegiatan,
Misalnya, Harianto GP menyatakan bahwa dan berbagai upaya yang telah disebutkan
Amanat Agung merupakan tugas yang contohnya di paragraf pertama. Pemahaman
harus dilakukan oleh gereja, bahkan hal dan penafsiran yang umum menafsirkan dan
yang mendesak sehingga tidak boleh memahami teks ini sebagai perintah untuk
ditunda-tunda.1 Oleh karena itu, banyak pergi ke tempat lain untuk memberitakan
kegiatan atau upaya dari gereja untuk injil tentang kematian dan kebangkitan
melakukan dan mengaplikasikan teks ini di Yesus Kristus. Hal ini diwujudkan dalam
dalam kehidupan bergereja maupun kegiatan penginjilan atau yang biasa disebut
kehidupan pribadi masing-masing orang sebagai Evangelikanisme, dan juga kegiatan
Kristen. Kegiatan-kegiatan dan upaya- misioner.
upaya tersebut dapat terlihat di dalam usaha Pemahaman dan penafsiran
penginjilan ke penjuru dunia, dan suku-suku terhadap Matius 28:19 yang berfokus pada

1
Harianto GP, Pengantar Misiologi: Misiologi Penerbit Andi, 2012), 41.
Sebagai Jalan Menuju Pertumbuhan, (Yogyakarta:
1
pemberitaan injil dan pergi untuk menyatakan bahwa pembacaan teks yang
memberitakan karya Kristus cukup marak menekankan mobilisasi orang-orang
di Indonesia. Richard Baulay di dalam Kristen untuk mempertobatkan orang-orang
bukunya yang berjudul Kristenisasi dan non-Kristen merupakan sebuah penafsiran
Islamisasi menyatakan bahwa usaha-usaha yang jauh dari komunitas Matius sendiri.6
penginjilan diidentikkan dengan proses atau Penjelasan Sugirtharajah menurut
usaha Kristenisasi, Kristenisasi sendiri penulis menimbulkan sebuah pertanyaan
merupakan sebuah usaha untuk menjadikan tentang bagaimana pemahaman dan
seseorang yang non-Kristen menjadi penafsiran yang lain terhadap Matius
seorang Kristen.2 Di tempat lain, hasil riset 28:19? Pengaruh Kolonial seperti apa yang
yang dilakukan oleh Rudy Pramono seperti mengkontrol penafsiran seperti ini?
yang dikutip oleh Harianto GP bahwa Hipotesa penulis di dalam tulisan ini
sebagian gereja-gereja Protestan ialah terdapat pemahaman dan penafsiran
menekankan aspek kehidupan, budaya selain penafsiran dan pemahaman yang
orang-orang yang menjadi sasaran misi umum atau marak di Indonesia, dan juga
hidup berdasarkan nilai-nilai Kristen.3 hegemoni Barat yang mengontrol orang
Selain itu, gereja-gereja yang Indonesia dalam membaca teks Matius
berlatarbelakang Injili, Pentakosta, dan 28:19. Lebih lanjut, hipotesa penulis juga
Advent menyatakan keberhasilan misi mencakup contoh pemahaman atau
adalah jumlah anggota gereja yang penafsiran yang lain terhadap Matius 28:19
bertambah, gereja yang bertambah dan lain yang lebih dekat dengan kondisi Indonesia.
sebagainya.4 METODE PENELITIAN
Penafsiran dan pemahaman yang Dalam tulisan ini, penulis
seperti ini yang marak di Indonesia dapat menggunakan dua pendekatan. Dua
dikatakan sebagai hegemoni Barat pendekatan tersebut ialah Postcolonial
Kolonial. Sugithaharajah menyatakan Criticism dan Social Scientific.
bahwa sejak zaman kolonialisme Kritik Poskolonial merupakan
pemahaman dan penafsiran terhadap teks sebuah pendekatan yang mencoba
Matius 28:19 sangat dipengaruhi oleh menginterogasi pembacaan-pembacaan
Kolonialisme.5 Lebih lanjut, Sugirtharajah kolonialis atau hegemoni Barat.7 Lebih

2
Richard Baulay, Kristenisasi Dan Islamisasi, 5
Robertus Wijanarko, “Poskolonial Dan Studi
(Yogyakarta: BPK Gunung Mulia, 2014), 27-28. Teologi Sebuah Pengantar”, Studia Philosophica Et
3
Harianto GP, Pengantar Misiologi: Misiologi Theologica 8 (2008): 130-.
Sebagai Jalan Menuju Pertumbuhan, 16. 6
Robertus Wijanarko, “Poskolonial”, 131.
4
Harianto GP, Pengantar Misiologi: Misiologi 7
Robertus Wijanarko, “Poskolonial”, 131.
Sebagai Jalan Menuju Pertumbuhan, 16.
2
lanjut, pendekatan Poskolonial Oleh karena itu, dalam pendekatan
membandingkan pembacaan Kolonialis Poskolonial yang seperti ini, maka hal yang
dengan pembacaan di masa Kekristenan pertlu diketahui dari teks ialah letak teks
sebelum zaman Imperialisme, dan atau komunitas teks di dalam konteks
pembacaan masa kini.8 Di dalam tulisan ini, sosialnya, seperti yang dilakukan oleh
pendekatan Poskolonial yang dipakai ialah Yusak B. Setyawan.
dengan membandingkan pembacaan Dalam mencari tahu letak teks dan
Kolonialis dengan perspektif orang-orang komunitas teks di dalam konteks sosialnya .
yagn bukan Imperialis dan Kolonialis, Pendekatan yang penulis pakai adalah
khususnya Indonesia. Dengan ini, Social Scientific. Social Scientific sendiri
pembacaan terhadap suatu teks diharapkan didefinisikan sebagai mengkategorikan
terbebas dari hegemoni Barat, dan lebih letak teks di dalam konteks sosialnya
mendekati Indonesia. berdasarkan model-model dari ilmu
Poskolonial yang membandingkan sosial.11 Dengan menggunakan metode ini,
pembacaan Barat dengan yang sesuai teks dapat membumi baik di dalam konteks
dengan keadaan Indonesia, telah dilakukan sosialnya secara historis, dan juga konteks
oleh banyak orang, salah satunya adalah sosial masa kini. Pendekatan ini memiliki
Yusak B. Setyawan. Di dalam tulisannya ia setidaknya empat tahapan. Tahapan yang
menganalisa surat Efesus dengan perspektif pertama adalah menentukan deskripsi sosial
poskolonial dengan politik di Indonesia.9 yang ada di dalam teks. Tahapan yang
Dari karya tersebut dapat diketahui kedua ialah mengeksplorasi model yang ada
bahwa membandingkan pembacaan Barat atau mengkategorikan deskripsi sosial ke
dengan pembacaan masa kini dilakukan dalam model. Tahapan yang ketiga ialah
pertama-tama dengan mengerti situasi dan peran teks di dalam model yang ada.
konteks pembaca. Setelah mengerti situasi Tahapan yang keempat adalah
dan konteks pembaca, maka hal berikutnya membandingkannya dengan keadaan masa
ialah konteks pembaca tersebut dipakai kini.
untuk melihat teks. Dalam hal ini, Yusak HASIL DAN PEMBAHASAN
Setyawan melihat teks Efesus dari politik Dalam bagian hasil dan
Indonesia, sehingga ia membahas situasi pembahasan, penulis membahas topik
politik di dalam Surat Efesus.10 dengan menganalisa pembacaan yang

8
Robertus Wijanarko, “Poskolonial”, 131-132. Kitab Efesus,” Waskita Jurnal Studi Agama Dan
9
Yusak B. Setyawan, “Tuhan Yesus Kristus Sebagai Masyarakat IV no. 1¸ (2012): 1-16.
Diskursus Politik: Suatu Perspektif Poskolonial 10
Yusak B. Setyawan, “Tuhan Yesus,” 13.
11
Terhadap Penyataan Tuhan Yesus Kristus Dalam David A. DeSilva, Embodying The Word
3
Kolonialis dan terkontrol oleh hegemoni Barat terhadap Matius 28:19. Hal yang
Barat. Setelah itu, pembahasan mengenai mendasari asumsi ini adalah pandangan dari
kondisi sosial Indonesia sebagai situasi dan Sugirtharajah yang menyatakan bahwa di
kondisi pembaca. Kedua pembahasan ini penekanan misi yaitu mobilisasi dan
merupakan pendekatan Poskolonial. institusionalisasi misi yang berdasarka
Kemudian, pembahasan selanjutnaya ialah pemahaman Matius 28:19 oleh orang-orang
pembahasan mengenai Matius 28:19 Barat dengan pergi ke wilayah-wilayah
dengan Social Scientific yang dibahas yang jauh untuk mempertobatkan orang-
dengan tahp-tahap yang telah dijelaskan di orang non-Kristen menjadi Kristen,
dalam metode penelitian. berbarengan dengan Imperialisme dan
Poskolonial Kolonialisme.12
Pembacaan Hegemoni Barat Di Indonesia catatan mengenai
Seperti yang telah dijelaskan di orang-orang Barat yang membawa agama
dalam bab pendahuluan, pembacaan yang Kekristenan atau sebuah usaha misiologi
Kolonial menekankan tentang kegiatan dimulai pada abad ke-16 dan ke-17 oleh
pergi untuk menginjili, dan menjadi orang- orang-orang Portugis dan Belanda. Proses
orang yang non-Kristen menjadi orang- misiologi pertama-tama dilakukan oleh
orang Kristen. orang-orang yang beragama Katolik dari
Pembacaan yang Kolonialis ini Abad Pertengahan. Agama Katolik Abad
ditemukan dalam berbagai hal ketika Pertengahan yang dibawa oleh orang-orang
melihat teks Matius 28:19. Pembacaan yang Portugis bersifat hirarkis dan monolitik.
kolonialis dapat dilihat dari pembacaan Van Den End menyatakan bahwa hirarkis
Barat yang dimulai pada zaman ini membuat orang-orang awam tidak
Imperialisme Barat, dan juga Kolonialisme memiliki perang penting dan suara di dalam
Barat. Penulis di dalam tulisan ini membatsi kegiatan bergereja, sehingga para
pembacaan Imperialisme Barat, dan juga rohaniawan atau uskup dipandang lebih
Kolonialisme dalam kaitannya dengan tinggi daripada orang-orang awam.13 Dari
Indonesia. Penulis mengasumsikan bahwa sini dapat diketahui bahwa usaha –usaha
kegiatan dan usaha misiologi yang misiologi menyebabkan terbengkalainya
dilakukan oleh orang-orang Barat ke bumi orang-orang awam.
Indonesia di dalam nuansa Imperialisme Selain itu, Agama Katolik abad
dan Kolonialisme merupakan praktik dari pertengahan juga menekankan keseragaman
pemahamn dan penafsiran orang-orang dan monolitisme, sehingga tidak membuka

12
Robertus Wijanarko Mulia, 1996), 22.
13
Van Den End, Ragi Carita, (Jakarta: BPK Gunung
4
ruang terhadap perbedaan-perbedaan dan melakukan misi di dalam gereja membuang
keunikan-keunikan. Hal ini dapat terlihat di sifat-sifat hirarkis, dan juga mencoba
dalam catatan di dalam buku Ragi Carita menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa-
yang menyatakan bahwa di dalam bahasa lokal di Indonesia. Namun
kehidupan bergereja, bahasa yang demikian, seperti yang dijelaskan oleh Van
digunakan hanya satu bahasa yaitu bahasa Den End bahwa kecenderungan untuk
Latin, sehingga bahasa-bahasa lain tidak memiliki sistem dan budaya yang hirarkis
memiliki tempat di dalam kehidupan tidaklah mudah untuk hilang di dalam
beragama. kehidupan bergereja.
Kemudian, agama Katolik abad Selain itu, bangsa-bangsa Protestan
pertengahan juga memiliki pandangan yang juga masih menganggap bahwa kebudayaan
buruk terhadap budaya-budaya lokal dan kebiasaan dari orang-orang lokal
Indonesia. Orang-orang Barat menyebut merupakan sesuatu yang buruk. Van Den
bahwa budaya-budaya lokal Indonesia End menyatakan bahwa orang-orang
adalah budaya dari Iblis.14 Hal ini Belanda Protestan menganggap bahwa
dikarenakan terdapat ideologi yang budaya orang-orang lokal Indonesia berasal
mendasari orang-orang Barat yagn dari Iblis.16 Lebih lanjut, orang-orang Barat
membawa agama Katolik abad pertengahan atau Eropa sendiri ketika melihat budaya-
ke dalam Indonesia. Orang-orang Barat dari budaya dan masyarakat Indonesia,
Portugis dan Spanyol menganggap bahwa menganggapnya sebagai budaya dan
agama Katolik adalah budaya mereka, masyarakat yang belum beradab.17
sehingga dalam menyebarkan Agama Selain dari bangsa Kolonial dan
Katolik, maka budaya lokal harus diubah Imperialis, di dalam bangsa Indonesia
menjadi budaya mereka.15 sendiri pembacaan secara Kolonialis dan
Dari agama Protestan sendiri misi Imperialis yang terkontrol oleh hegemoni
yang didasarkan Matius 28:19 juga Barat terdukung dengan terjemahan Alkitab
memiliki sifat yang Imperialis dan juga dalam Bahasa Indonesia. Terjemahan Baru
Kolonialis. Agama Protestan dibawa ke dari Lembaga Alkitab Indonesia sendiri
Indonesia oleh orang-orang Belanda. dalam menerjemahkan Matius 28:19
Orang-orang Belanda yang membawa dengan berfokus kepada frasa “pergi”,
Kristen Protestan memiliki perbedaan yang sehingga cukup dapat mendukung
cukup mencolok dari agama Katolik abad pembacaan Kolonial dan Imperialis.
pertengahan. Orang-orang Belanda yang Dari pembahasan ini, hal yang

14 16
Van Den End, Ragi Carita, 24. Van Den End,
15 17
Van Den End, Ragi Carita, 24. John R. Hale
5
penting yang didapatkan tentang beragama di Indonesia.
pembacaan yang Kolonial dan Imperialis Sebelum Kolonial
adalah sebagai berikut: Pada masa sebelum Kolonialisme
1. Pembacaan poskolonial berfokus dan Imperialisme agama-agama di
kepada kata “pergi” yang Indonsia cukup majemuk. Di Indonesia
menekankan elemen mobilisiasi terdapat banyak kerajaan Hindu dan
dengan mempertobatkan orang- Buddha, Islam, dan juga agama-agama
orang non-Kristen. suku. Kehidupan beragama di Indonesia
2. Penginjilan dan mobilisasi yang sendiri sebelum masa Kolonialisme dan
berdasarkan Matius 28:19 bersifat Imperialisme sampa di Indonseia,
hirarkis dan monolitik, sehingga kehidupan agama di Indosia cukup
mobilisasi yang dilakukan juga kompleks. Van Den End menyatakan
berorientasi untuk membangun bahwa sebelum agama Kristen mulai
masyarakat yang hirarkis dan juga masuk ke dalam bumi Indonesia, sejarah
monolitik yang tidak membuka agama di Indonesia dapat dikatakan
ruang bagi perbedaan. Oleh karena berbelit-belit.18 Namun demikian,
itu, pemaknaan terhadap Matius penulis membahas lebih banyak tentang
28:19 menekankan mobilisiasi yang agama-agama suku di Indonesia.
mencoba mengubah masyarakat Agama-agama suku di Indonesia
menjadi hirarkis dan monolitk. disebut sebagai agama suku, karena
3. Pemaknaan Matius 28:19 bergantung erat kepada suatu suku
mendorong untuk mengubah tertentu. Dalam hal ini ada kewajiban
budaya-budayaa orang lokal yang dari setiap anggota suku untuk
menjadi sasaran dari pelaksanaan mengikuti agama suku tersebut yang
Matius 28:19. ada di dalam sukunya. Lebih lanjut, Van
Pembacaan Poskolonial Masa Kini Den End menyatakan bahwa setiap suku
Pada bagian ini, penulis mencoba yang ada di Indonesia menciptakan atau
membahas konteks pembaca non- membuat cerita-cerita tentang dewa-
Kolonial dan non-Imperialis untuk dewa, silsilah dan lain sebagainya. 19
mendapatkan pembacaan masa yang Oleh karena itu, setiap suku memiliki
non-Kolonial dan non-Imperialis. pandangan yang berbeda-beda, karena
Penulis membahas keadaan Indonesia. setiap cerita dibuat oleh suatu suku. Hal
keadaan agama dan kehidupan ini menyebabkan praktik agama suku

18 19
Van Den End, Ragi Carita, 13. Van Den End, Ragi Carita, 13.
6
tersebut tidak dilakukan di luar suku “perang dingin” yang tidak mendukung
yang menjadi sumber dari suatu agama integrasi sosial antara umat beragama di
suku. Indonesia. Persoalan yang ketiga
Setelah Kolonial berkaitan erat dnegan klaim Muslim
Masa setelah kolonial di sini sebagai agama mayoritas. Hal ini
mencakup masa Reformasi di mengakibatkan suatu tekanan terhadap
Indonesia. Indonesia di masa Reformasi orang-orang beragama yang lain
sendiri sangat majemiuk dan termasuk agama Kriisten. Hal ini juga
multikultural. Di Indonesia sendir mengakibatkan suatu upaya
masyarakatnya terdiri dari Kristen, mengislamkan Indonesia dengan
Katolik, Hindu, Buddha, dan Islam. berusaha mendirikan suatu negara
Dalam hal ini Gerrit Singgih Islam.22
menyatakan bahwa agama-agama di Dalam pembahasan ini, maka dapat
Indonesia seharusnya membuka diri dan diketahui bahwa keadaan agama
mengakui keberagaman di Indonesia Indonesia adalah sebagai berikut:
yang sangat majemuk agamanya.20 1. Keaganaan Indonesia berkaitan erat
Keadaan di Indonesia sendiri dengan identitas orang-orang
menunjukkan bahwa Indonesia Indonesia. Hal ini didasarkan pada
mengalami krisis keagamaan.21 Lebih pernyataan bahwa agama-agama
lanjut, menurut Stevri Indra Lumintang suku di Indonesia bergantung pada
ada tiga persoalan utama mengenai suatu suku tertentu.
keadaan agama di Indonesia yang 2. Agama di era Reformasi
majemuk. Menurut penulis, hal yang membutuhkan dan harus berupaya
penting dari pendapat Stevri Indra untuk memberikan peran bagi
Lumintang pesoalan kedua dan ketiga. pembangunan bangsa Indonesia.
Persoalan kedua berkaitan erat dengan Hal ini dapat dilakukan dengan cara
kemajemukan agama yang mengakui realitas keberagamaan
menghasilkan konflik di dalam yang ada di Indonesia.
masyarakat di Indonesia. Hal ini 3. Agama di era Reformasi berada di
dikarenakan klaim keunikan dari setiap dalam konflik, yang dikarenakan
agama masing-masing, sehingga terjadi sikap mengagung-agungkan agama

20
Emmanuel Gerrit Singgih, Iman & Politik Dalam Bangsa, (Batu: Petrus Octavianus Institute, 2009),
Era Reformasi Indonesia, (Jakarta: BPK Gunung 89.
22
Mulia, 2000), 57. Lumindang, Re-Indonesianisasi Bangsa, 90-91.
21
Stevri Indra Lumintang, Re-Indonesianisasi
7
sendiri dengan berkonflik dengan sosiologis untuk menilai dinamika sosial
agama lain. Selain itu, agama di era yang terjadi di dalam teks, yang pada tulisan
Refornasi Indoneisa berada di dalam ini adalah teks Matius 28:19.
sebuah represi dari agama yang Agama di dalam sosiologi sendiri
mengklaim diri sebagai agama dipahami dengan berbeda-beda oleh para
mayoritas. ahli. Penulis di dalam tulisan ini mengikuti
Dari pembahasan tentang kondisi definisi dari Geertz seperti yang dikutip
agama di Indonesia, maka ada beberapa oleh Hamzah Tualeka menyatakan agama
hal penting mengenai pembacaan adalah sistem lambang yang berfungsi
Poskolonal terahadap Matius 28:19. untuk menegakkan berbagai perasaan dan
Hal-hal penting tersebut ialah sebagai motivasi dengan merumuskan konsep-
berikut: konsep mengenai eksistensi yang
1. Pembacaan Matius 28:19 berusaha dinyatakan di dalam faktualitas, sehingga
untuk mencari jawaban atau motivasi-motivasi ini tampak realistik.23
pemahaman untuk mengaktualisasi Injil Matius dipandang dari sisi
agama sebagai identitas diri. Social Scientific merupakan sebuah tulisan
2. Pembacaan Matius 28:19 berusaha bagi orang-orang dari kelompok Yesus
untuk mencari jawaban bagaimana untuk menyikapi keadaan lingkungan di
menjadi umat beragama atau sekitar mereka. Dari hal ini terdapat
menjadi seorang Kristen yang beberapa hala yang dapat diketahui. Hal
mengakui kemajemukan sehingga yang pertama adalah sikap yang harus
pembangunan di era Reformasi dimilik oleh orang-orang dari kelompok
semakin baik lagi. Yesus. Kedua adalah sikap orang-orang di
3. Pembacaan Matius 28:19 berrusaha dalam kelompok Yesus dalam menghadapi
untuk mencari jawaban dalam isu di lingkungan sekitarnya. Ketiga tulisan
menghadapi konflik beragama dan injil bukanlah suatu ulasan teologis.
juga represi dari agama lain. Keempat adalah injil berusaha
Social Scientific menunjukkan bahwa Yesus adalah Pribadi
Social Scientific yang menjadi jawaban bagi Israel. Kelima
Social Scientific di dalam tulisan ini adalah tujuan dari injil untuk memberikan
berfokus kepada agama. Agama di dalam informasi bagi generasi ketiga dari
tulisan ini dilihat sebagai model. Model kelompok Yesus tentang generasi pertama
sendiri didefinisikan sebagai framework dari kelompok Yesus.24 Oleh karena itu,

23 24
Hamzah Tualeka, Sosiologi Agama, (Surabaya: Bruce J. Malina & Richard L. Rohrbaugh, Social
IAIN SA Press, 2011), 46. Science Commentary On The Synoptic Gospels,
8
Social Scientific di sini berusaha melihat adalah suatu bentuk dari suatu agama juga.
bagaimana kelompok Yesus menyikapi Agama di masa Imperialisme
agama-agama di luar kelompok mereka di Romawi yang dekat dengan injil Matius
dalam Matius 28:19. adalah Yudaisme, baik yang berasal dari
Matius 28:19 sendiri berada di golongan Farisi, Saduki, maupun Zelot.
dalam konteks Imperialisme Romawi. Lebih lanjut, agama Yudaisme yang paling
Warren Carter menyatakan bahwa injil dekat dengan injil Matius adalah Farisi.
Matius berada di dalam konteks struktur Farisi sendiri adalah kelompok yang
sosial dan juga relasi kekuasaan memfokuskan diri untuk melakukan segala
Imperialisme Romawi.25 Di dalam tuntutan hukum Taurat secara legal. Hal ini
Imperialisme Romawi terdapat beberapa menyebabkan kelompok Farisi cukup
kelompok yang dapat dikategorikan sebagai eksklusif terhadap kelompok-kelompok di
agama. luar kelompok Farisi. Hal ini dapat dilihat di
Agama di dalam Imperialisme dalam injil Matius sendiri bagaimana Yesus
Romawi cukup beragam. Agama-agama di sering berkonflik dengan orang-orang
masa Imperialisme Romawi cukup bebas Farisi. Di dalam istilah sosiologi orang-
dipraktikkan pada periode Pax Romana. orang Farisi ini membuat batasan dengan
Agama di masa Imperialisme Romawi orang-orang dari out-group kelompok
sendiri memiliki suatu ciri khas. Di masa mereka.28 Oleh karena itu, orang-orang
Imperialisme Romawi agama tidak Farisi di sini sangatlah eksklusif.
dipisahkan dari kegiatan ekonomi, agma Injil Matius yang ditujukan kepada
sendiri erat kaitannya dengan kekerabatan orang-orang in-group sendiri pastilah
dan juga politik.26 Lebih lanjut, agama di memiliki kriteria-kriteria orang-orang di
zaman Imperialisme Romawi menjadi dasar dalam in-group. Setidaknya di dalam injil
dari kekerabatan dan juga politik untuk Matius orang-orang yang masuk ke dalam
dilakukan di dalam kehidupan sehari-hari.27 In-Group adalah orang-orang di dalam
Oleh karena itu, agama di dalam zaman daerah tempat tinggal orang Israel yaitu
Imperialisme Romawi memiliki peran yang tanah Yudea dan Galilea. Lebih lanjut,
besar di dalam kehidupan bermasyarakat, orang-orang yang masuk ke dalam anggota
sehingga dapat dikatakan suatu bentuk in-group di dalam batasan geografis ini
kekerabatan adalah bentuk dari suatu adalah orang-orang yang tinggal di daerah
agama. Kemudian, suatu bentuk politik yang memiliki keterkaitan dengan Bait

(Minneapolis: Fortress Press, 2003), 300.


25
Warren Carter, “Matthew, t&t clark 27
Bruce J. Malina
26 28
Bruce J. Malina Malina
9
Allah.29 Di dalam in-group sendiri terdapat Ajaran Yesus Kristus dapat diketahui dari
berbagai golongan yaitu Farisi dan lain ciri khas dari gerekan Yesus. Gerakan
sebagainya. Oleh karena itu, orang-orang Yesus sendiri didefiniskans ebagai gerakan
Farisi termasuk di dalam in-group. Di dari sekelompok orang yang memiliki
dalam in-group sendiri terdapat aspek- harapan dan tujuan untuk memperbaiki
aspek penting yaitu orang-orang di dalam dunia dan juga sistemnya. 31 Lebih lanjut,
in-group haruslah menjadi saudara bagi perubahan tersebut menuju arah nilai-nilai
yang lain. Orang-orang di dalam in-group keadilan, inklusif, dan kasih. Oleh karena
juga harus saling membantu sesama orang- itu, pengubahan sistem in-group hendak
orang di dalam in-group. dilakukan dengan mengarah ke sistem in-
Matius 28:19 sebagai sikap untuk group yang memiliki nilai mengasihi, adil,
in-group dan agama memberikan konsep dan inklusif. Selain itu, pemahaman seperti
tentang memuridkan. Jika dilihat dari tata ini yang ditujukan kepada agama-agama
bahasa di dalam bahasa Yunaninya, seperti Farisi yang eksklusif berusaha untuk
perintah utama dari ayat ini adalah untuk diberikan masukan untuk menjadi agama
memuridkan orang-orang, karena kata yang lebih eksklusif dan sesuai dengan
pergi, dan juga kata baptis merpakan bentuk nilai-nilai keadilan, kasih, dan sikap
partisip adverbial yang menjelaskan kata inklusif. Lebih lanjut, agama yang
memuridkan. Objek sasaran dari merupakan sebuah identitas dan dasar dari
memuridkan sendiri dipandang berbeda- politik dan juga kekerabatan juga berusaha
beda di kalangan para ahli. Penulis diarahkan kepada nilai-nilai keadilan, kasih,
mengikuti pendapat Malin yang dan inklusivitas. Implikasinya ialah
menyatakan bahwa “semua bangsa” lebih kekerabatan dan politik menjadi sistem
baik diterjemahkan sebagai “among the yang sesuai dengan nilai-nilai keadilan,
nations”. Dari perspektif in group maka kasih, dan juga inklusif. Dengan ini, in-
orang-orang yang “among the nations” group yaitu kelompok-kelompok yang di
adalah orang-orang yang tinggal di daerah daaerah yang berkaitan erat dengan Bait
yang berhubungan dengan Bait Allah di Allah di Yerusalem menjadi in-group yang
tengah-tengah bangsa. Hal ini dapat menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan,
dikatakan sebagai Israel. Memuridkan kasih, dan inklusivitas.
sendiri dapat dipahami sebagai membuat Di sisi lain, agama yang sesuai
orang menghidupi ajaran Yesus Kristus.30 dengan definisi sosiologis yang telah

29
Malina Setting And Character of The Most Important
30
Carter Messianic Sect of Judaism-Second Edition, (London:
31
Christopher Rowland, Christian Origins: The SKPC, 2002), 3.
10
dijelaskan di halaman sebelumnya, juga dapat berupaya seperit membangun
diubah dan diarahkan ke agama yang dialog, persaudaraan dan lain
motivasi-motivasi dasarnya adalah nilai- sebagainya dengan orang Islam
nilai keadilan, kasih, dan inklusivitas. untuk memberikan masukan tentang
Dari perspektif Indonesia sebagai agama yang menjunjung nilai-nilai
pembacaan yang Poskolonial yang memiliki inklusivitas, sehingga mereka tidak
kondisi-kondisi khusus yang telah memaksakan agamanya.
dijelaskan di beberapa halaman 4. Sama seperti gerakan Yesus di injil
sebelumnya. Social Scientific terhadap Matius yang memiliki in-group
Matius 28:19 memberikan pemahaman yang cukup luas. Orang-orang
terhadap kondisi Indonesia. Pemahaman- Kristen juga memiliki in-group yang
pemahaman tersebut ialah: cukup luas yaitu Indonesia. Oleh
1. Orang-orang Kristen di Indonesia karena itu, orang-orang Kristen di
berusaha memberikan peran Indonesia juga harus berperan di
terhadap orang-orang agama lain dalam membangun Indonesia yang
dan juga agama sendiri untuk sesuai dengan nilai-nilai keadilan,
mengaktualisasi pemahaman agama kasih, dan inklusivitas.
sebagai identitas yang sesuai dengan 5. Orang-orang Kristen di Indonesia
nilai-nilai keadilan, kasih, dan haruslah mengakui keberagaman
inklusivitas. dalam rangka membangun bangsa
2. Orang-orang Kristen di Indonesia Indonesia yang menjunjung tinggi
harus memiliki upaya untuk menjadi nilai-nilai keadilan, kasih, dan
umat Kristen yang memberikan inklusivitas.
nilai-nilai keadilan, kasih, dan Hal-hal yang telah dijelaskan di atas
inklusivitas bagi lingkungan adalah sebuah pembacaan Poskolonial
sekitarnya. Hal ini dapat dilakukan sesuai dengan keadaan Indonesia masa kini
di dalam kehidupan bergereja, dengan menganalisa Matius 28:19 dengan
kehidupan ekonomi, kehidupan Social Scientific.
sosial, dan juga kehidupan politik. Kesimpulan
3. Orang-orang Kristen di Indonesia Dari hasil dan pembahasan dapat
juga memiliki sikap tertentu diketahui bahwa hipotesa yang diajukan
terhadap orang-orang Islam yang penulis di dalam bagian pendahuluan.
cukup represif terhadap orang-orang Hipotesa yang diajukan adalah terdapt
non-Islam termasuk terhadap orang- pembacaan yang Kolonialis, hal ini terbukti
orang Kristen. Orang-orang Kristen di dalam bagian pendekatan Poskolonial
11
tentang pembacaan Kolonialis terhadap Andi, 2012.
Matius 28:19 yang menekankan mobilisasi 2. Richard Baulay, Kristenisasi Dan
untuk mempertobatkan orang-orang non- Islamisasi, Yogyakarta: BPK
Kristen ke dalam Kekristenan. Selain itu, Gunung Mulia, 2014.
hasil dan pembahasan menunjukkan bahwa 3. Yusak B. Setyawan, “Tuhan Yesus
terdapat pemahaman lain yang juga Kristus Sebagai Diskursus Politik:
terjawab di dalam bagian hasil dan Suatu Perspektif Poskolonial
pembahasan. Lebih lanjut, dalam hasil dan Terhadap Penyataan Tuhan Yesus
pembahasan juga termuat contoh penafsiran Kristus Dalam Kitab Efesus,”
dan pemahaman yang lebih dekat dengan Waskita Jurnal Studi Agama Dan
kondisi sosial Indonesia. Masyarakat IV no. 1¸ (2012): 1-16.
Rekomendasi 4. Christopher Rowland, Christian
1. Pembacaan dan penafsiran terhadap Origins: The Setting And Character
ayat-ayat Alkitab harus lebih banyak of The Most Important Messianic
dikritisi, apakah pembacaan dan Sect of Judaism-Second Edition,
penafsiran terhadap Alkitab bersifat London: SKPC, 2002.
Kolonialis dan Imperialis. 5. Hamzah Tualeka, Sosiologi Agama,
2. Pembacaan dan penafsiran terhadap Surabaya: IAIN SA Press, 201.
Alkitab yang berdasarkan keadaan 6. Bruce J. Malina & Richard L.
lokal perlu ditingkatkan lagi. Rohrbaugh, Social Science
3. Orang-orang Kristen perlu selalu Commentary On The Synoptic
terbuka terhadap pemikiran- Gospels
pemikiran yang baru untuk 7. Warren Carter, “Matthew, t&t clark
mengebangkan gereja agar semakin 8. Minneapolis: Fortress Press, 2003
menyenangkan hati Allah dan juga
semakin mengerti kekurangan dan
kelebihan.
Daftar Pustaka
1. Harianto GP, Pengantar Misiologi:
Misiologi Sebagai Jalan Menuju
Pertumbuhan, Yogyakarta: Penerbit

12

Anda mungkin juga menyukai