Anda di halaman 1dari 13

Welcome

KELOMPOK 3
Presentation

MENGANALISIS KAIDAH
KEBAHASAAN DAN KIASAN
OUR TEAM Andi Ariqah
Nabilah
Dzakiyyah

A.Nadiah
Raina Sari

Gina Ghaliah
Lawang Sewu
Lawang Sewu
Orientasi :
Bangunan bersejarah Lawang Sewu Semarang, Jawa Tengah, tentunya sudah akrab di telinga masyarakat, khususnya
warga semarang dan sekitarnya. Namun tak banyak yang tahu, jika simbol seribu pintu gedung peninggalan pemerintah
kolonial Belanda itu menyimpan banyak cerita tersembunyi.

Lawang Sewu bila diartikan ke dalam Bahasa Indonesia memiliki arti “seribu pintu”. Sebutan sewu (seribu dalam
bahasa Jawa), merupakan penggambaran masyarakat Semarang tentang banyaknya jumlah pintu yang dimiliki Lawang
Sewu, meski dalam kenyataannya jumlah pintu yang ada tidak mencapai seribu, namun lebih tepatnya 429 buah lubang
pintu. Namun Lawang Sewu memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar yang membuat jendela tersebut nampak
seperti pintu.

Peristiwa :
Sebagai gedung yang merupakan pusat pemerintah Belanda waktu itu, Lawang Sewu merupakan ikon penting Kota
Semarang. Berdasarkan sejarahnya, gedung megah ala Eropa ini adalah bekas kantor pusat Nederlands-Indische
Spoorweg Maatschappij atau NIS, jawatan kereta api Belanda yang beroperasi di Semarang. Prof Jacob F Klinkhamer
(TH Delft) dan BJ Ouendag adalah sang arsitek yang berdomisili di Amsterdam pada tahun 1903 silam.
Lawang Sewu
Gedung yang memiliki keunikan bentuk arsitektur ini, pembangunannya bahkan memakan cukup waktu lama.
Dimulai pada 27 Februari 1904 sampai pada 01 Juli 1907. Nama Lawang Sewu karena gedung ini dibuat dengan
bangunan 1000 pintu, terbagi dalam empat gedung, A sampai D.

Bangunan yang menjadi saksi bisu kelamnya masa penjajahan masyarakat Indonesia saat itu, membuat Lawang Sewu
menjadi tempat yang penuh misteri di Jawa Tengah.

Berdasarkan pengakuan warga sekitar Lawang Sewu, ribuan makhluk gaib bermukim di gedung empat lokal tersebut.
Bahkan, di titik-titik tertentu, mulai dari bagian sumur tua, pintu utama, lorong-lorong, lokasi penjara berdiri, penjara
jongkok, ruang utama serta di bagian ruang penyiksaan. Bukan rahasia lagi jika Cerita Misteri Hantu seperti kuntilanak,
genderuwo, hantu berwujud para tentara Belanda, serdadu Jepang dan hantu wanita nonik Belanda sangat kental
terdengar di sejumlah lokasi 1000 pintu itu.

"Yang paling horor itu di lokasi pembantaian, baik pada masa penjajahan Belanda maupun Jepang, " kata Soeranto,
warga Semarang yang mengaku pernah tinggal bertahun-tahun di pelataran gedung Lawang Sewu sebelum dipugar.

Menurutnya, penjara bawah tanah dan ruang penyiksaan adalah hal yang masih kerap menjadi misteri para
pengunjung.
Lawang Sewu
Selain penjara berdiri, kata dia, ada pula penjara jongkok yang menghiasi sisi mistis gedung Lawang Sewu. Menilik
sejarahnya, di penjara berdiameter 1,5 meter persegi dan tinggi sekitar 60 cm menjadi saksi bisu sadisnya serdadu
Jepang membantai para tahanan. "Konon, ratusan tahanan yang dimasukkan harus berjongkok dan berdesakan. Lalau
penjara akan di isi dengan air sampai sebatas leher dan di tutup dengan jeruji besi, " kata Soeranto. Tak hanya memiliki
penjara bediri dan jongkok, gedung ini juga punya sebuah ruang penyiksaan.

Reorientasi :
Kisah-kisah misteri di sejumlah lokasi itu banyak diakui membuat Gedung Lawang Sewu banyak dikunjungi wisatawan
dalam maupun luar negeri. Kini, ikon Kota Semarang itu terus dilakukan pemugaran oleh PT KAI daop IV Semarang
selaku pihak pengelola. Sehingga sejumlah fasilitas, seperti kereta asli peninggalan Belanda dan fasilitas zaman dulu itu
kembali direvitalisasi.

Menurut Manajer Museum PT KAI Sapto Hartoyo, meski Lawang Sewu terus dilakukan renovasi, akan tetapi renovasi
itu tidak menghilangkan nuansa asli gedung seribu pintu dengan berbagai cerita mistis yang melatarinya itu. Jadi
pemugaran yang terus dilakukan dengan pengecatan dan perbaikan, tidak membuat keaslian warna dan bentuk
bangunan Lawang Sewu berubah.
Lawang Sewu

Gedung yang saat ini telah dikelola dengan rapi oleh pemerintah itu tidak lagi dikesankan angker. Meski hal itu
menjadi ikon tersendiri kota Semarang. Sebab, lokasi itu telah disulap menjadi obyek wisata kota yang paling diminati.
Jadi, kalau Lawang Sewu Angker itu dulu. Itu cerita dulu. Sekarang, Lawang Sewu sangat bagus dan lebih terawat
dengan baik semua bangunannya.
Kaidah Kebahasaan

1. Menggunakan banyak kalimat bermakna lampau


Contohnya : Ada sebuah penjara berdiri yang terletak di bawah tanah. Konon, di penjara bawah tanah itu
adalah tempat para tahanan yang di masukkan dan berdesak-desakan hingga meninggal dunia.
2. Menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu
Contohnya : - (tidak ada dalam teks)
3. Menggunakan banyak kata yang menggambarkan suatu tindakan
Contohnya : a. Yang paling horor itu di lokasi pembantaian, baik pada masa penjajahan Belanda maupun
Jepang
b. Selain penjara berdiri, ada pula penjara jongkok menghiasi sisi mistis gedung lawang sewu
c. Konon, ratusan tahanan yang dimasukkan harus berjongkok dan berdesakan
4. Menggunakan banyak kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung
Contohnya : a. Menurutnya, penjara bawah tanah dan ruang penyiksaan adalah hal yang masih
Kerap menjadi misteri para pengunjung
b. Menurut cerita adalah ruang pemasungan kepala para tahanan di masa penjajahan
Kaidah Kebahasaan

5. Menggunakan banyak kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan tokoh
Contohnya : Para pengunjung yang datang bisa merasakan suasana yang sangat mencekam di lokasi ini,
tutur sang juru kunci.
6. Menggunakan kata dialog
Contohnya :
a. "Konon, ratusan tahanan yang dimasukkan harus berjongkok dan berdesakan. Lalau penjara akan di
isi dengan air sampai sebatas leher dan di tutup dengan jeruji besi, " kata Soeranto.
b. "Yang paling horor itu di lokasi pembantaian, baik pada masa penjajahan Belanda maupun Jepang, "
c. “Seribu Pintu”
7. Menggunakan kata sifat yang menggambarkan tokoh, tempat, suasana
Contohnya : Ruang penyiksaan ini, menurut cerita, adalah ruang pemasungan kepala para tahanan di
masa penjajahan. Jika pengunjung memasuki area ini, tentunya akan melihat alat pemasung dan rantai
yang masih tersisa. Para pengunjung yang datang bisa merasakan suasana yang sangat mencekam di
lokasi ini, tutur sang juru kunci.
KIASAN
1. Terlebih, bangunan itu juga saksi sejarah tempat bertempurnya para pahlawan
tanah air untuk mengusir para serdadu Jepang yang terakhir berkuasa. Termasuk
saksi bisu ribuan pejuang Indonesia yang disiksa di lokasi itu
Serdadu = Prajurit
2. . Lalau penjara akan di isi dengan air sampai sebatas leher dan di tutup dengan
jeruji besi.
Jeruji besi = Penjara
3. Bangunan yang menjadi saksi bisu kelamnya masa penjajahan masyarakat
Indonesia saat itu, membuat Lawang Sewu menjadi tempat yang penuh misteri di
Jawa Tengah
Saksi Bisu : orang yang melihat peristiwa secara langsung tetapi tidak bisa
mengungkapkan.
NILAI-NILAI
1. Nilai Budaya : Di penjara bawah tanah itu adalah tempat para tahanan yang
dimasukkan dan berdesak-desakan hingga meninggal dunia.
2. Nilai Agama : tidak terdapat nilai agama
3. Nilai Estetis : Lawang Sewu bila diartikan ke dalam Bahasa Indonesia memiliki
arti “seribu pintu”. Sebutan sewu (seribu dalam bahasa Jawa), merupakan
penggambaran masyarakat Semarang tentang banyaknya jumlah pintu yang
dimiliki Lawang Sewu, meski dalam kenyataannya jumlah pintu yang ada
tidak mencapai seribu, namun lebih tepatnya 429 buah lubang pintu. Namun
Lawang Sewu memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar yang membuat
jendela tersebut nampak seperti pintu
4. Nilai Sosial : Bangunan bersejarah Lawang Sewu Semarang, Jawa Tengah,
tentunya sudah akrab ditelinga masyarakat, khususnya warga Semarang dan
sekitarnya
Selesai
Any question?
Tidak usah banyak tanya kayak dora_-

Anda mungkin juga menyukai