Anda di halaman 1dari 27

Advokasi Kebijakan Publik

Studi Kasus RUU KUHP

Kelompok 9
Kelompok 9
• Nada Khairunnisa • Karina Meiriza Ayu Erlita
185030100111114 185030107111072
Pengertian Advokasi Kebijakan
• Advokasi adalah mekanisme kontrol terhadap kekuasaan.
• Advokasi juga dapat dipahami sebagai proses check and balances.
• Advokasi kebijakan publik adalah proses di mana individu atau
kelompok dan organisasi berusaha mempengaruhi kebijakan publik
• Advokasi kebijakan merupakan tindakan mempengaruhi/ mendukung
sesuatu atau seseorang yang berkaitan dengan kebijakan publik
seperti regulasi dan kebijakan pemerintah
Tujuan Advokasi
Adanya
ketertarikan Adanya
untuk tindaknya solusi
mengatasi dari masalah
masalah

Adanya
pemahaman Adanya tindak
kesadaran Adanya Komitmen lanjut kegiatan
terhadap isu dan dukungan
pada kebijakan,
sumber daya. Atau
dalam brntuk
keikutsertaan
Langkah Advokasi
1. Analisis
• Analisis Masalah
• Analisis Khalayak/Sasaran
• Analisis Program
2. Strategi
• Penetapan Tujuan
• Pemilihan bentuk Aksi
• Perumusan Isi Pesan
• Pemilihan Media
• Pengaturan Daya
3. Mobilisasi
• Penggunaan media massa
• Peningkatan peran jejaring
• Pengangkatan issu (memblow up)
4. Tindakan/Aksi
• Makin banyak yang “terlibat”, makin baik
• Tindakan “bersama”
• Dilakukan terus menerus dan konsisten
5. Evaluasi
Aspek yang dievaluasi:
• Penetapan Sasaran
• Perumusan Tujuan
• Perumusan Isi Pesan
• Pemilihan Saluran
• Peran jejaring
• Pencapaian hasil
Permasalahan yang sedang terjadi di Indonesia saat ini adalah masalah tentang
pembaharuan/pergantian Undang-undang KUHP Perdata yang diduga
memiliki pasal-pasal yang menyeleweng dari dasar negara kita yaitu Pancasila.
Terdapat banyak pasal-pasal yang tdak masuk akal yang dimasukkan ke dalam
Rancangan Undang-Undang ataupun sebagai pengganti dari Undang-undang
yang lama.

Beberapa pasal yang memiliki kontroversi di masyarakat :


1. Pasal Penghinaan Presiden dan Wakil Presiden

• Ketentuan ini ada di KUHP lama dan dinilai merupakan warisan


kolonial. Pasal ini ditakutkan dapat bersifat 'pasal karet' dan menjadi
alat untuk mengkriminalisasi warga.
2. Pasal Perzinaan (Kumpul Kebo)

• Kriminalisasi perzinaan dan kohabitasi (yang dilakukan orang dewasa


secara konsensual dan tanpa paksaan) dinilai mengancam privasi
warga. Dikhawatirkan delik aduan terkait kohabitasi yang
memasukkan kepala desa sebagai pihak pelapor bisa memicu
kesewenang-wenangan dan praktik kriminalisasi berlebihan. Pasal
tersebut juga dianggap mengabaikan fakta jutaan masyarakat adat
dan warga miskin yang masih kesulitan mengakses dokumen
perkawinan resmi.
3. Pasal tentang Menujukan Alat
Kontrasepsi
• Aturan ini dianggap kontradiktif dengan upaya penanggulangan HIV.
Aliansi juga menganggap pasal ini dapat menghambat penyebaran
info soal alat kontrasepsi dan kesehatan reproduksi. Pasal ini pun
bertentangan dengan program KB pemerintah. Apalagi, pasal ini bisa
menjerat pengusaha retail yang memajang alat kontrasepsi di toko.
Jurnalis yang menulis konten soal alat kontrasepsi pun bisa terkena
pidana.
4. Pasal Pembiaran Unggas

• Aliansi mencatat pasal ini dikutip dari KUHP lama tanpa evaluasi
terkait relevansinya. Pidana ini dinilai lebih tepat menjadi pelanggaran
administratif yang diatur Perda, jika memang dibutuhkan.
5. Pasal Tentang Gelandangan

• Hal ini dianggap berseberangan dengan UUD 1945 yang menyatakan


fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.
6. Pasal Tentang Arbosi

• Pasal ini dinilai dapat mengkriminalisasi perempuan korban


pemerkosaan. Isi pasal-pasal itu pun tidak sesuai dengan UU
Kesehatan pasal 75 ayat 2 yang mengecualikan tindakan aborsi jika
dalam keadaan darurat medis atau mengalami kehamilan sebab
perkosaan. Pasal ini juga dinilai mengabaikan fakta tingginya angka
kematian ibu akibat aborsi.
7. Pasal Tentang Korupsi

• Pasal tersebut menuai kontroversi bagi masyarakat dikarenakan


hukuman bagi para koruptor turun menjadi 2 tahun paling sedikit.
Hukuman tersebut lebih ringan daripada KUHP yang lama, yakni
hukuman bagi para koruptor paling sedikit adalah 6 tahun penjara.
8. Pasal Tentang Santet
9. Pasal Penistaan Agama
10. Pasal Tentang Kebebasan Pers dan Berpendapat
11. Hukum Adat

• Hukum adat menjadi salah satu pasal RUU KUHP yang kontroversi
karena pelanggaran hukum adat di masyarakat bisa mendapatkan
hukuman pidana.
Bentuk advokasi yang terjadi ialah demonstrasi penolakan RUU KUHP.
Advokasi sendiri merupakan aksi-aksi social, politik dan kultural yang
dilakukan secara sistematis dan terencana, dilakukan secara kolektif
untuk mengubah kebijakan public dalam rangka melindungi hak-hak
rakyat dan menghindari bencana buatan manusia. Demontrasi masuk
kedalam bentuk advokasi dikarenakan demonstrasi mengacu pada
kegiatan mengorganisasikan kelompok korban dan menciptakan
tekanan massa, termasuk di dalamnya adalah melakukan tuntutan dan
protes terhadap kebijakan public
Aliansi masyarakat berserta perkumpulan seluruh mahasiswa se-Indonesia
menyerukan aksi menolak pengesahan RUU KUHP. Demonstrasi yang dilakukan
mahasiswa di seluruh tanah air dilakukan atas respons terhadap isu-isu terkini
yang dinilai akan merugikan masyarakat dan kehidupan demokrasi di
Indonesia dikarenakan pengesahan RUU KUHP bakal membawa mundur
demokrasi di Indonesia. Sebab, sejumlah pasal di RUU KUHP dinilai mereka
bertentangan dengan kebebasan berpendapat dan demokrasi. Demonstrasi
yang digelar hampir di seluruh wilayah Indonesia itu masif terjadi hingga kini.
Para mahasiswa memiliki beberapa tuntutan kepada DPR selaku badan
pemerintahan negara yang bertugas untuk membuat ataupun memperbaharui
undang-undang. Tuntutan ini juga ditujukan kepada presiden selaku kepala
negara yang akan mengesahkan RUU tersebut.
Ada tujuh poin tuntutan mahasiswa kepada
pemerintah dan DPR. Tujuh tuntutan itu antara lain:
• Mendesak penundaan dan pembahasan ulang pasal-pasal yang bermasalah dalam RUU KUHP.
• Mendesak pemerintah dan DPR untuk merevisi UU KPK yang baru saja disahkan dan menolak
segala bentuk pelemahan terhadap upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
• Menuntut negara untuk mengusut dan mengadili elite-elite yang bertanggungjawab atas
kerusakan lingkungan di Indonesia.
• Menolak pasal-pasal bermasalah dalam RUU Ketenagakerjaan yang tidak berpihak pada
pekerja.
• Menolak pasal-pasal problematis dalam RUU Pertanahan yang merupakan bentuk
penghianatan terhadap semangat reforma agraria.
• Mendesak pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS).
• Mendorong proses demokratisasi di Indonesia dan menghentikan penangkapan aktivis di
berbagai sektor.
Para mahasiswa menuntut sebuah keadilan dalam negeri ini. Dengan
perubahan pasal-pasal dalam RUU KUHP yang dinilai melemahkan
hukum di negara. Mahasiswa yang di bantu oleh masyarakat
mendorong pemerintah untuk tidak mengesahkan RUU tersebut.
Pemerintah wajib meninjau ulang seluruh pasal-pasal yang terdapat
dalam RUU KUHP
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai