Anda di halaman 1dari 40

Upaya Peningkatan Cakupan Deteksi Dini Kesehatan

Jiwa
November 2022

Direktorat Kesehatan Jiwa


Kementerian Kesehatan RI
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 Tenteng Kesehatan Jiwa

Inpres No. 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

Permenkes No. 71 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Penyakit Tidak


Menular

Dasar Permenkes No. 74 Tahun 2015 tentang Upaya Peningkatan Kesehatan dan
Pencegahan Penyakit
Kebijakan
Permenkes No. 8 Tahun 2019 Tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang
Kesehatan

Permenkes No. 43 Tahun 2019 Tentang Puskesmas

Permenkes No. 21 Tahun 2020 tentang Renstra Kementerian Kesehatan


2
Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Kesehatan Jiwa
Tahun 2022 - 2024

TARGET
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
2022 2023 2024

30%
Persentase penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko
masalah kesehatan jiwa yang mendapatkan skrining
60% 90%

Persentase penyandang gangguan jiwa yang 30%


2
memperoleh layanan di Fasyankes
60% 90%

Jumlah penyalahguna napza yang mendapatkan


10500 11000 11500
pelayanan rehabiltasi medis

4
Indikator 1
TARGET
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
2022 2023 2024

Persentase penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko 30%


masalah kesehatan jiwa yang mendapatkan skrining
60% 90%

Definisi Operasional
Persentase penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa yang dilakukan skrining
dengan menggunakan instrumen SDQ (untuk usia 15-18 tahun) atau SRQ-20 (usia di atas 18 tahun)
dan/atau ASSIST, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan/atau kader kesehatan dan/atau guru terlatih

Cara Penghitungan

Jumlah penduduk usia ≥15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa yang
mendapatkan skrining
x 100%
Jumlah estimasi penduduk ≥15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa

5
Capaian Indikator per Oktober 2022

Jumlah penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah kesehatan Jumlah Hasil Skrining
Persentase
Estimasi Jumlah jiwa yang mendapatkan skrining (yang Bermasalah Kesehatan Jiwa*)
penduduk usia ≥ 15
Penduduk Usia ≥ SDQ
tahun dengan
NO Provinsi 15 tahun dengan Target ASSIST**
SDQ SRQ-20 ASSIST** risiko masalah (Borderline- SRQ-20 (skor ≥6)
risiko masalah (Risiko Sedang & Tinggi)
(15-18 TOTAL kesehatan jiwa Abnormal) TOTAL
keswa
th) yang mendapatkan
19-59 th ≥60 th 15-18 th 19-59 th ≥60 th 15-18 tahun 19-59 th ≥60 th
skrining 15-18 19-59 ≥60 th
1 Aceh 1.002.327 300.698 2.244 12.048 284 14.576 1,45 0
2 Sumatera Utara 2.751.710 825.513 6.108 23.380 90 29.578 1,07 0
3 Sumatera Barat 1.032.191 309.657 1.577 17.514 1518 20.609 2,00 0
4 Riau 1.293.178 387.953 303 1.154 35 10 1.502 0,12 37 37
5 Kepulauan Riau 454.437 136.331 1.556 2.676 98 4.330 0,95 0
6 Jambi 692.902 207.871 211 1.837 160 2.208 0,32 14 59 14 5 0 0 92
7 Bengkulu 384.627 115.388 1.972 3.201 759 49 5.981 1,56 437 376 205 1018
8 Sumatera Selatan 1.618.538 485.561 15.237 8.540 9.260 1838 34.875 2,15 270 128 29 462 889
9 Bangka Belitung 284.073 85.222 464 19.472 2.927 30 22.893 8,06 0
10 Lampung 1.636.905 491.072 1.133 4.951 8 6.092 0,37 0
11 Banten 2.489.997 746.999 947 4.608 721 199 6.475 0,26 69 847 86 1002
12 DKI Jakarta 2.078.677 623.603 564 564 0,03 0
13 Jawa Barat 9.644.852 2.893.456 29.414 169.571 17.850 6663 165.158 1,71 6309 7011 1337 378 15692 1366 9114
14 Jawa Tengah 6.863.197 2.058.959 9.192 1.321.743 728.271 783 2.059.989 30,02 0
15 DI Yogyakarta 802.321 240.696 1.202 1.746 40 2.988 0,37 0
16 Jawa Timur 8.016.049 2.404.815 685 1.251 935 3883 6.754 0,08 948 948
17 Bali 888.627 266.588 680 29.315 2.957 122 33.074 3,72 37 536 114 15 702
18 NTB 983.900 295.170 3.821 7.637 3.197 7 14.662 1,49 1409 2221 660 4290
19 NTT 1.001.544 300.463 3.147 11.872 180 15.199 1,52 0
20 Kalimantan Barat 974.577 292.373 - 0,00 0

6
Capaian Indikator per Oktober 2022

Jumlah penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah kesehatan Jumlah Hasil Skrining
Persentase
Estimasi Jumlah jiwa yang mendapatkan skrining (yang Bermasalah Kesehatan Jiwa*)
penduduk usia ≥ 15
Penduduk Usia ≥ SDQ
tahun dengan
NO Provinsi 15 tahun dengan Target ASSIST**
SDQ SRQ-20 ASSIST** risiko masalah (Borderline- SRQ-20 (skor ≥6)
risiko masalah (Risiko Sedang & Tinggi)
(15-18 TOTAL kesehatan jiwa Abnormal) TOTAL
keswa
th) yang mendapatkan
19-59 th ≥60 th 15-18 th 19-59 th ≥60 th 15-18 tahun 19-59 th ≥60 th
skrining 15-18 19-59 ≥60 th
21 Kalimantan Tengah 520.836 156.251 521 3.936 949 5.406 1,04 0
22 Kalimantan Timur 713.866 214.160 406 4.020 5 4.431 0,62 0
23 Kalimantan Selatan 810.786 243.236 5.042 50.487 7.951 603 64.045 7,90 3349 3681 553 0 0 0 7583
24 Kalimantan Utara 136.319 40.896 861 6.751 1.533 26 123 1 9.295 6,82 64 382 3 449
25 Sulawesi Utara 491.407 147.422 64 4 68 0,01 0
26 Gorontalo 228.311 68.493 - 0,00 0
27 Sulawesi Barat 255.959 76.788 51 306 11 368 0,14 0
28 Sulawesi Tengah 582.647 174.794 100 701 1.842 123 2.766 0,47 135 35 66 236
29 Sulawesi Selatan 1.719.321 515.796 61.102 509.511 38468 609.081 35,43
30 Sulawesi Tenggara 500.700 150.210 4.711 9.661 3.314 418 18.104 3,62 0
31 Maluku 330.965 99.290 250 1.281 394 27 1.952 0,59 87 19 106
32 Maluku Utara 234.121 70.236 - 0,00 0
33 Papua Barat 187.153 56.146 3 3 0,00 0
34 Papua 638.460 191.538 - 0,00 0
Indonesia 52.245.476 15.673.643 3.163.026 6,05

7
Permasalahan Masih Rendahnya Cakupan Deteksi Dini
Kesehatan Jiwa yang teridentifikasi
 Masih kurangnya Komitmen dari Pemegang Kebijakan di daerah mulai dari Provinsi, Kab./Kota sampai
dengan tingkat Desa
 Belum optimalnya dukungan atau peran mitra potensial (dunia usaha, organisasi kemasyarakatan,
akademisi, media massa, organisasi profesi, dll
 Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan jiwanya serta
melakukan upaya pencegahan melalui deteksi dini kesehatan jiwa
 Belum optimalnya fungsi UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) di Puskesmas yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif dalam upaya kesehatan jiwa
 Masih adanya persepsi di Puskesmas, deteksi dini hanya dilakukan pada sasaran penduduk yang
bermasalah kesehatan jiwa
 Belum optimalnya upaya pemberdayaan masyarakat (baik di masyarakat maupun di kelompok
masyarakat)
 Pelaksanaan Deteksi Dini Kesehatan Jiwa masih dilakukan secara manual, mempersulit dalam
melakukan interpretasi hasil deteksi dini

8
Upaya yang dilakukan dalam Meningkatkan Cakupan
Deteksi Dini Kesehatan Jiwa
 Mendorong komitmen pemegang kebijakan di daerah baik di tingkat provinsi/kab./kota maupun tingkat
desa/kelurahan melalui kebijakan yang dikeluarkan baik berupa Perda/ Pergub/ Perbup/ Perwali/ Perdes/
Perkel/Surat Edaran ataupun Instruksi
 Mendorong pengelola program keswa di dinas kesehatan prov/kab./kota serta Puskesmas untuk
meningkatkan peran serta mitra potensial melalui MoU/PKS
 Melakukan integrasi pelaksanaan deteksi dini kesehatan jiwa dengan program lainnya seperti integrasi
dalam pelaksanaan penjaringan kesehatan anak usia sekolah, penerapan SDIDTK, penerapan Buku KIA,
skrining kesehatan di tempat kerja, skrining kesehatan di LAPAS, skrining kesehatan di Posbindu, dll
 Optimalisasi fungsi UKM di Puskesmas yang mengutamakan Upaya Promotif dan Preventif melalui
peningkatan kapasitas petugas kesehatan jiwa di Puskesmas
 Mendorong upaya pemberdayaan keluarga, masyarakat dan kelompok masyarakat melalui peningkatan
literasi kesehatan jiwa
 Memanfaatkan google form deteksi dini kesehatan jiwa yang dapat mempermudah Petugas dalam
melakukan interpretasi hasil

9
1. Sasaran
2. Tempat dan Sasaran Kelompok
Berisiko
3. Pelaksanaan Skrining di
Masyarakat dan Kelompok
Masyarakat
Pelaksanaan
4. Langkah Pelaksanaan Skrining Skrining
5. Jenis Instrumen Skrining
6. Tindak Lanjut Skrining

10
1. Sasaran Penyelenggaraan Deteksi Dini Kesehatan Jiwa

TERSIER komitmen memfasilitasi


sumberdaya
Pemegang Kebijakan penyelenggaraan skrining

SEKUNDER Pihak yang mendukung


penyelenggaraan skrining spt
Mitra Potensial tenaga kesehatan

PRIMER Individu berisiko masalah


jiwa
Sasaran Utama

11
2. Tempat Dan Sasaran Kelompok Berisiko
Penyelenggaraan Skrining

TEMPAT KELOMPOK BERISIKO


Fasyankes • Pasien penyakit kronis: Hipertensi (stroke, gagal ginjal, penyakit jantung) TBC,
DM, Kanker, HIV-AIDS, dll
• Pasien dengan penyakit fisik yang tidak membaik setelah diobati dengan
adekuat.
• Ibu hamil dan post partum
Lembaga Pendidikan • Siswa baru dan tingkat akhir dari PAUD hingga perguruan tinggi
• Siswa korban, saksi dan pelaku perundungan
• Santri
Tempat Kerja • Pekerja dengan sistem shift
• Pekerja di tempat kerja yang berisiko
Lapas/Rutan/LPKA Warga binaan pemasyarakatan di Lapas/Rutan/ LPKA dan keluarganya
Panti Sosial Penghuni panti (warga binaan)
Petugas panti
Lembaga Rehabilitasi Klien/pasien di lembaga rehabilitasi penyalahgunaan Napza dan keluarganya
Penyalahgunaan NAPZA
12
TEMPAT KELOMPOK BERISIKO
Masyarakat • Masyarakat pra sejahtera atau rawan sosial ekonomi
(UKBM) • Pekerja migran
• Pengungsi
• Orang tua tunggal
• Keluarga (pendamping) pasien ODGJ dan penyakit kronis
• Orang dengan disabilitas dan keluarganya
• Korban tindak kekerasan
• Pekerja seks komersial (Tuna Susila)
• Anak dengan gangguan pertumbuhan
• Anak jalanan/anak & balita terlantar/gelandangan dan pengemis usia remaja
• Anak yang memerlukan perlindungan khusus (Anak Berhadapan dengan Hukum/ABH,
pengungsi, pencari suaka dsb)
• Kelompok minoritas
• Korban trafficking
• Korban dan penyintas bencana alam/non alam dan bencana sosial
• Masyarakat terpencil
• Orang dengan variasi preferensi seksual
• Lansia yang tinggal sendiri/hanya dengan pasangannya
• Lansia yang membutuhkan perawatan jangka panjang dan keluarganya
• Pendamping lansia (caregiver)
13
3. Pelaksanaan Skrining di Kelompok Masyarakat dan
Masyarakat
UKBM: Posyandu, Posbindu, Pos UKK
UKBM/LKD Sasaran Instrumen Pelaksana
Posyandu Anak Balita SDQ 4-10 Kader terlatih didampingi
Tenaga kesehatan
• Ibu yang memiliki anak balita SRQ 20 Kader terlatih didampingi
• Ibu hamil HRV Tenaga kesehatan
• Ibu nifas

Remaja SDQ 11- 18 Kader terlatih didampingi


HRV Tenaga kesehatan
Lansia GDS Kader terlatih didampingi
HVLT Tenaga kesehatan
MMSE
HRV

14
UKBM/LKD Sasaran Instrumen Pelaksana
Posbindu Usia15-18 th SDQ 11-18 Kader terlatih didampingi
Tenaga kesehatan
Usia > 18 th SRQ 20 Kader terlatih didampingi
HRV Tenaga kesehatan
Pos UKK (Upaya Pekerja informal mulai SRQ 20 Kader terlatih didampingi
Kesehatan Kerja) kelompok usia >18 tahun HRV Tenaga kesehatan

15
Pelaksanaan di Tatanan (Kelompok Masyarakat)
a. Lembaga Pendidikan; PAUD, Sekolah (TK, SD, SMP, SMA sederajat) dan
Perguruan Tinggi
Tatanan Sasaran Instrumen Pelaksana

Lembaga PAUD Anak usia dini M CHAT R Guru PAUD/ Tenaga


ACTRS Pendidik didampingi
KMPE Tenaga kesehatan dibantu
kader terlatih
TK & sederajat Siswa SDQ 4-10 Kader terlatih didampingi
Tenaga kesehatan
SD & sederajat Siswa/ Santri SDQ 4-10 Pendidik/ tenaga
SDQ 11-18 kependidikan didampingi
tenaga kesehatan
SMP & sederajat (minimal 1 kali SDQ 11-18
skrining)
SMA & sederajat (minimal 2 kali SDQ 11-18
skrining - pre dan post)
Perguruan Tinggi Mahasiswa SRQ 20 Pendidik/ tenaga
HRV kependidikan didampingi
tenaga kesehatan
16
b. Tempat Kerja
Sasaran Instrumen Pelaksana
Pekerja • SRQ 20 Kader terlatih didampingi
• HRV Tenaga kesehatan
• Maslach Burnout Inventory
• DASS 21

c. Panti Sosial/ Lembaga Rehabilitasi Sosial


Sasaran Instrumen Pelaksana
Penghuni panti usia • SDQ 4-10 Tenaga kesehatan/ pekerja
anak-remaja • SDQ 11 – 18 sosial terlatih
Penghuni panti usia • SRQ 20 Tenaga kesehatan/ pekerja
dewasa • HRV sosial terlatih
Penghuni panti usia • GDS Tenaga kesehatan/ pekerja
lansia • HVLT sosial terlatih
• MMSE
• HRV
Petugas panti • SRQ 20 Tenaga kesehatan/ pekerja
• HRV sosial terlatih
17
d. Lapas/ Rutan/ LPKA
Sasaran Instrumen Pelaksana
LPKA Warga binaan LPKA • SDQ 11 – 18 Tenaga kesehatan/
Petugas LPKA terlatih
Lapas/ Rutan Warga binaan • SRQ 20 Tenaga kesehatan/
Lapas/Rutan • HRV Petugas Lapas terlatih

e. Fasyankes

Sasaran Usia Instrumen Pelaksana


Anak 0 – 5 thn MCHAT-R Tenaga kesehatan
ACTRS
KMPE

18
e. Fasyankes
Sasaran Usia Instrumen Pelaksana
 Pasien penyakit kronis 4 – 10 SDQ 4-10 Tenaga kesehatan
 Pasien penyakit endemik
 Pasien dengan penyakit 10 – 18 SDQ 11 – 18
psikosomatik 19 – 59 SRQ 20
 Pasien dengan penyakit HRV
fisik yang tidak membaik
>59 GDS
setelah diobati dengan
HVLT
adekuat.
MMSE
 Ibu hamil dan post
partum
 Calon pengantin
 Calon jemaah haji

19
Pelaksanaan Skrining Kesehatan Jiwa

Pelaksanaan Skrining dapat dilakukan secata manual ataun digital


Skrining Digital dapat dilakukan dengan:
 Menggunakan Google Form
 Menggunakan Aplikasi, seperti:
• SEHAT JIWA  pilih menu deteksi dini  pilih menu deteksi dini  pilih metode SRQ 20 untuk usia > 18
tahun
• SINAPZA  skrining keterlibatan penggunaan NAPZA menggunakan ASSIST
• KDAI  aplikasi untuk skrining adiksi internet
• swaperiksa bunuh diri, cemas, depresi, trauma di website pdskji https://pdskji.org/

20
4. LANGKAH PENYELENGGARAAN SKRINING

1 2 3 4 Memberikan
Memastikan Mengedukasi penjelasan tujuan,
Menyiapkan
asas kerahasiaan dan
Kuesioner individu siap Individu

5
begaimana mengisi
kuesioner

pengisian
7 6
Melakukan tindak Interpretasi hasil
lanjut

21
b. Jenis Instrumen Skrinng
5. JENIS INSTRUMEN SKRINING KESEHATAN JIWA

1) Instrumen Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ)

• Sasaran : anak dan remaja usia 4 – 18 tahun


• Menggambarkan kondisi 6 bulan terakhir
• Berisi 25 pertanyaan (emosi/E, perilaku/C, hiperaktivitas/H, masalah hubungan teman
sebaya/P, perilaku pro sosial yang mendukung)
SDQ • SDQ (4-10 thn) diisi orang tua/pengasuh/guru, SDQ (11-18 th) dapat diisi sendiri oleh
remaja atau melalui wawancara oleh nakes atau non naskes terlatih
• Cara memberikan penilaian, untuk jawaban “Tidak Benar” skor 0, “Agak Benar” skor 1
dan “Selalu Benar” skor 2 kecuali untuk pertanyaan no 7, 11, 21 dan 25 kebalikannya

22
SKOR KESULITAN

• Menghitung Total Skor Kesulitan = Skor E + C + H + P

Usia < 11 Tahun Usia 11 – 18 Tahun


0 – 13 : Normal 0 – 15 : Normal
14 – 15 : Ambang/Boderline 16 – 19 : Ambang/Boderline
16 – 40 : Abnormal 20 – 40 : Abnormal
INTERPRTASI
HASIL
SDQ
(SKOR
KESULITAN)
1 GEJALA EMOSIONAL (E)
 Sering mengeluh sakit pada badan (seperti sakit kepala, perut dll.)
 Banyak kekhawatiran
 Sering tidak bahagia, menangis
 Gugup atau mudah hilang percaya diri
 Mudah takut

Usia < 11 Tahun Usia 11 – 18 Tahun


0 – 3 : Normal 0 – 5 : Normal
INTERPRTASI 4 : Ambang/Boderline 6 : Ambang/Boderline
HASIL 5 – 10 : Abnormal 7 – 10 : Abnormal
SDQ
(SKOR MASALAH PERILAKU (C)
KESULITAN) 2
 Sering marah meledak-ledak.
 Umumnya berperilaku tidak baik, tidak melakukan apa yang diminta orang dewasa.
 Sering berkelahi.
 Sering berbohong, curang.
 Mencuri.

Usia < 11 Tahun Usia 11 – 18 Tahun


0 – 2 : Normal 0–3 : Normal
3 : Ambang/Boderline 4 : Ambang/Boderline 24
4 – 10 : Abnormal 10 : Abnormal
3 HIPERAKTIVITAS (H)
 Gelisah, terlalu aktif, tidak dapat diam lama.
 Terus bergerak dengan resah.
 Mudah teralih, konsentrasi buyar.
 Tidak berpikir sebelum bertindak
 Tidak mampu menyelesaikan tugas sampai selesai.

Usia < 11 Tahun Usia 11 – 18 Tahun


0 – 5 : Normal 0 – 5 : Normal
INTERPRTASI 6 : Ambang/Boderline 6 : Ambang/Boderline
HASIL 7 – 10 : Abnormal 7 – 10 : Abnormal
SDQ
(SKOR MASALAH TEMAN SEBAYA (P)
KESULITAN) 2
 Cenderung menyendiri, lebih senang main sendiri.
 Tidak punya 1 teman baik.
 Tidak disukai anak-anak lain.
 Diganggu/digerak oleh anak lain.
 Bergaul lebih baik dengan orang dewasa dari pada anak-anak.

Usia < 11 Tahun Usia 11 – 18 Tahun


0 – 2 : Normal 0–3 : Normal
3 : Ambang/Boderline 4 : Ambang/Boderline 25
4 – 10 : Abnormal 10 : Abnormal
Perilaku Pro Sosial :
 Mampu mempertimbangkan perasaan orang lain.
 Bersedia berbagi dengan anak lain.
 Suka menolong.
 Bersikap baik pada anak yang lebih muda.
INTERPRTASI  Sering menawarkan diri membantu orang lain
HASIL
SDQ
(SKOR Usia < 11 Tahun Usia 11 – 18 Tahun
KEKUATAN) 6 – 10 : Normal 6 – 10 : Normal
5 : Ambang/Boderline 5 : Ambang/Boderline
0 – 4 : Abnormal 0–4 : Abnormal
Instrumen SDQ (4-11 thn)

https://bit.ly/SDQ4-11thn_KAB_ASAHAN

27
Instrumen SDQ (11-18 thn)

https://bit.ly/SDQ11-18thn_KAB_ASAHAN

28
2) Instrumen Self Reporting Questionnaire (SRQ-20)

• Untuk mengetahui adanya gangguan mental emosional seperti gejala depresi, gejala
ansietas, gejala kognitif, gejala somatic dan gejala penurunan energi
SRQ • Validitas yang cukup baik dalam hal sensitivitas dan spesifitasnya
• Terdiri dari 20 pertanyaan yang diisi langsung atau melalui wawancara
• Dapat diidentifkasi gejala-gejala gangguan mental emosional seperti gejala depresi,
gejala ansietas, gejala kognitif, gejala somatik dan gejala penurunan energi.

Interpretasi Hasil:
• Bila terdapat > 6 jawaban Ya maka ada indikasi mengalami masalah kesehatan jiwa
sehingga memerlukan pemeriksaan lanjutan wawancara psikitrik untuk mengetahui ada
atau tidaknya gangguan jiwa
• Pertanyaan no 17, jika pertanyaan dijawab “YA” meskipun skor total < 6, maka ada indikasi
mengalami masalah kesehatan jiwa sehingga memerlukan pemeriksaan lebih lanjut

29
Instrumen SRQ 20

https://bit.ly/SRQ_KAB_ASAHAN

30
JENIS INSTRUMEN SKRINING

• Terdiri dari 8 pertanyaan untuk mendeteksi penggunaan alcohol, produk tembakau,


narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya seumur hidup dan dalam tiga bulan
terakhir.
• Dilakukan di fasyankes oleh nakes
ASSIST • Sasaran:
o Pasien yang keluhannya ada indikasi penyalagunaan Napza
o Pasien dengan kondisi yang diperburuk oleh penyalahgunaan Napza
o Prempuan hamil
o Remaja

Alkohol Semua Zat selain Alkohol


0 – 10 : Risiko Rendah 0 – 3 : Risiko Rendah
11 – 26 : Risiko Sedang 4 – 26 : Risiko Sedang
27 + : Risiko Tinggi 27 + : Risiko Tinggi

31
Risiko Rendah
Mereka menggunakan napza tersebut sekali-sekali, sehingga saat ini mereka tidak
mengalami masalah apapun yang berkaitan dengan pemakaian napza tersebut dan berada
pada risiko rendah terjadinya masalah kesehatan yang berhubungan dengan pemakaian
napza di masa mendatang asalkan mereka tetap pada pola yang sama dalam penggunaan
napza tersebut.

Risiko Sedang
INTERPRTASI
Penggunaan yang berkelanjutan akan mempengaruhi kesehatan dimasa mendatang dan
HASIL
masalah lain, termasuk kemungkinan menjadi ketergantungan. Risiko akan meningkat pada
ASSIST
pasien dengan masalah terkait riwayat penggunaan napza sebelumnya dan
ketergantungan.

Risiko Tinggi
Penggunaan memiliki masalah kesehatan, sosial, keuangan, hukum dan hubungan sosial
sebagai akibat dari penyalahgunaan napza yang mereka lakukan. Terlebih lagi, pada pasien
yang selama 3 bulan terakhir menyuntik napza rata-rata 4 kali tiap bulan cenderung
memiliki risiko tinggi.
JENIS INSTRUMEN SKRINING LAINNYA

Instrumen Kelompok Usia Balita:


 Modified Checklist for Autism in Toddlers, Revised (M CHAT R) untuk skrining gangguan spektrum
autisme
 Abbreviated Conners' Teacher Rating Scale (ACTRS) untuk skrining gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktifitas (GPPH)
 Kuesioner Masalah Perilaku Emosional (KMPE) usia 36 – 72 bulan

Instrumen Lainnya
 Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI)
 Patient Health Questionnaire 9 (PHQ-9) merupakan instrumen psikometri yang paling sering
digunakan untuk skrining deteksi dini depresi di fasilitas kesehatan primer.
 Hopkins Verbal Learning Test (HVLT), Mini Mental State Examination (MMSE) dan Abbreviated
Mental States (AMS) untuk skrining demensia
 Geriatric Depression Scale (GDS) untuk skrining depresi pada lansia
 Maslach Burnout Inventory (MBI) untuk skrining burn out pada pekerja
 Depression Anxiety Stress Scale (DASS) 21
 Drug Abuse Screening Test 10 (DAST 10)
33
6. TINDAK LANJUT SKRINING

Normal • Edukasi untuk memelihara dan meningkatkan


kesehatannya

• KIP-K oleh Nakes

Masalah • Prevensi gangguan jiwa dengan mengurangi faktor risiko


dan mengatasi gejala serta tanda masalah kesehatan jiwa

Kesehatan Jiwa
oleh nakes
• Rujuk ke fasyankes untuk pemeriksaan lanjutan
wawancara psikiatrik (multi disiplin) agar diketahui ada
atau tidaknya gangguan jiwa.

34
1. PERENCANAAN
2. PENGORGANISASIAN/
PELAKSANAAN TATA KELOLA
3. PENCATATAN DAN
PELAPORAN
4. MONITORING DAN EVALUASI

35
1. PERENCANAAN

Merupakan proses untuk Tahapan:


menentukan kegiatan yang akan  Pertemuan dengan pemangku
dilaksanakan dengan kepentingan terkait
mempertimbangkan sumberdaya
yang dimiliki oleh Puskesmas,  Pembekalan pemangku
UKBM maupun Lembaga atau kepentingan yang terlibat
institusi dalam pelaksanaan dalam pelaksanaan skrining
skrining  Penggerakan kader untuk
meningkatkan cakupan
sasaran pelaksanaan skrining

36
2. PENGORGANISASIAN

Alur Tanggungjawab dan Pengorganisasian Pelaksanaan


koordinasi sektoral Skrining
 Membentuk Pokja sesuai kebutuhan yang
disepakati bersama
 Pokja berisikan unsur dari berbagai lintas
program dan lintas sektor terkait
 Struktur pokja bisa terdiri dari ketua,
sekretaris, bendahara dan anggota
 Menetapkan tugas dan tanggungjawab dari
setiap struktur

37
3. PENCATATAN DAN PELAPORAN

Format Pencatatan Format Pelaporan


PELAPORAN INDIKATOR PERSENTASE PENDUDUK USIA > 15 TAHUN DENGAN RISIKO MASALAH KESEHATAN JIWA
Petugas Pelaksana
Nama : Puskesmas :
Kab./Kota :
Jabatan : Provinsi :
Peserta
Nama :
Jumlah Penduduk Usia > 15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa yang mendapatkan skrining Jumlah Hasil Skrining % Penduduk usia > 15 tahun % Penduduk usia > 15 tahun
NIK : Sasaran penduduk usia > 15 dengan risiko masalah dengan risiko masalah
tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa yang kesehatan jiwa yang
Jenis Kelamin : (L/P)
kesehatan jiwa ASSIST mendapatkan skrining mendapatkan skrining
ASSIST Risiko Sedang dan Tinggi HRV/ TOTAL (SDQ, SDQ HRV/ TOTAL (SDQ,
Umur : thn SDQ
SRQ 20 Instrumen SRQ 20 dan TOTAL (Borderline/
SRQ-20 (Resiko Sedang dan Tinggi)
Instrumen SRQ 20 dan TOTAL
(SDQ, SRQ 20 dan ASSIST) (HRV/Instrumen Lainnya)
(15 - 18 thn) (skor > 6)
Instrumen yang 15 - 18 thn 19 - 59 thn > 60 thn lainnya ASSIST) Abnormal) 15 - 18 thn 19 - 59 thn > 60 thn Lainnya ASSIST)

digunakan : (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)

Intepretasi Hasil :

Tindak Lanjut Intepretasi


Hasil :
Untuk penggunaan instrument selain SDQ, SRQ 20 dan ASSIST diatas, maka matriks
Edukasi yang diberikan : diatas dapat ditambahkan.

38
4. MONITORING DAN EVALUASI

Pemantauan Evaluasi
• Dilakukan periodik (3 bulanan)
• Tujuan : • Dilakukan minimal 1 tahun setelah
o pelaksanaan sesuai dengan rencana pelaksanaan skrining dan tindak lanjut
intepretasi hasil
atau tidak
o Hambatan/masalah dan upaya yang • Mengetahui hasil pelaksanaan skrining
dilakukan untuk mengatasi (sejauh mana pelaksanaan skrining dapat
o Perencanaan yang dibuat dapat memberikan kontribusi terhadap
peningkatan kesehatan jiwa atau
dilaksanakan atau tidak menurunkan prevalensi gangguan jiwa)
o Penggunaan alokasi sumberdaya
o Peran pemangku kepentingan
o Optimalisasi alokasi waktu dan
permasalahannya
• Dilakukan oleh Pusat, Dinkes Prov dan
Kab./Kota serta lintas sektor terkait secara
berjenjang
39
C
Cerdas intelektual
E
Empati dalam berkomunikasi
R
Rajin beribadah
I
Interaksi yang
A
Asah, asih, asuh
tumbuh kembang
emosional dan spiritual efektif sesuai agama & bermanfaat bagi
keyakinan kehidupan dalam keluarga &
masyarakat

40

Anda mungkin juga menyukai