Kelompok 5 :
Ruly Maharani (06)
Shafa Eka Andriani (09)
Siwi Anggraini Puspitasari (18)
Yusnita Dwi Astuti (32)
A.REKONSILIASI FISKAL
1) Selisih penyusutan karena penyusutan komersial lebih kecil daripada penyusutan fiskal.
2) Selisih amortisasi karena amortisasi komersial lebih kecil daripada penyusutan fiskal.
3) Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya
Perbedaan antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal dimasukkan sebagai koreksi fiskal negatif apabila :
4) Pendapatan menurut fiskal lebih kecil daripada menurut akuntansi atau suatu penghasilan tidak diakui menurut fiskal (bukan objek
pajak),tetapi diakui menurut akuntansi.
5) Biaya/pengeluaran menurut fiskal lebih besar daripada menurut akuntansi atau suatu biaya/pengeluaran diakui menurut fiskal,tetapi
tidak diakui menurut akuntansi.
6) Suatu pendapatan telah dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) bersifat final.
C.TEKNIK REKONSILIASI FISKAL
Perbedaan penyusunan laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal menyebabkan hasil penghitungan
labanya juga berbeda.Maka dari itu,entitas (wajib pajak) dapat menusun laporan keuangan akuntansi (komersial) dan
laporan keuangan fiskal secara terpisah atau melakukan koreksi fiskal terhadap laporan keuangan
akuntansi(komersial).Laporan keuangan komersial yang direkonsiliasi dengan koreksi fiskal akan menghasilkan laporan
keuangan fiskal.Teknik rekonsiliasi fiskal sebagai berikut :
a.Apabila suatu penghasilan diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui menurut fiskal,maka rekonsiliasi dilakukan
dengan mengurangkan sejumlah penghasilan tersebut dari penghasilan menurut akuntansi.Hal ini akan mengurangi laba
menurut akuntansi.
b.Apabila suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui menurut fiskal,maka rekonsiliasi dilakukan
dengan menambahkan sejumlah penghasilan tersebut pada penghasilan menurut akuntansi.Hal ini akan menambah laba
menurut akuntansi.
c.Apabila suatu biaya/pengeluaran diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui sebagai pengurang penghasilan bruto
menurut fiskal,maka rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah biaya atau pengeluaran tersebut dai biaya
menuru akuntansi.Hal ini akan menambah laba menurut akuntansi
d.Apabila suatu biaya/pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui sebagai pengurang penghasilan bruto
menurut fiskal,rekonsiliasi dilakukan dengan menambah sejumlah biaya/pengeluaran tersebut pada biaya menurut
akuntansi , yang berarti mengurangi laba menurut akuntansi
Contoh 1
PT Nusantara didirikan oleh Tuan Wendy Setiawan pada 1 Januari 2010 dan bergerak di bidang
usaha.Pada tahun 2019,PT Nusantara memperoeleh penghasilan dari dalam negeri dan luar
negeri.Berikut ini laporan laba rugi PT Nusantara yang berakhir pada 31 Desember 2019.
PT Nusantara
Laporan Laba Rugi
untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2019
Penjualan Rp850.000.000,00
Informasi yang digunakan sebagai dasar penyesuaian penghitungan laba (rugi) fiskal :
1. Dalam penjualan tidak memasukkan penjualan kepada karyawan sebesar Rp.15.000.000,00 yang penagihannya melalui
pemotongan gaji setiap bulan
2. Dalam gaji,upah,dan imbalan terdapat pengeluaran untuk pembelian beras yang dibagikan kepada karyawan senilai
Rp.15.500.000,00
3. Dalam biaya pemasaran terdapat sumbangan yang tidak ada hubungannya dengan kegiatannya utama perusahaan sebesar
Rp.5.000.000,00
4. Penghasilan sewa (penghasilan diluar usaha) sebesar Rp.22.000.000,00 terdiri atas sewa bangunan senilai Rp.10.000.000,00
dan sewa perlatan pabrik senilai Rp.12.000.000,00 yang diterima dari PT Purnama.sewa tersebut diterima setiap tahun untuk
jangka waktu bertahun-tahun.
Perintah:
1.Buatlah laporan rekonsiliasi fiskal PT Nusantara tahun 2019
2.Hitunglah besarnya Pajak Penghasilan (PPh) PT Nusantara terutang tahun 2019
Penyelesaian :
Berdasarkan informasi penyesuaian penghitungan laba (rugi) fiskal,dapat dilakukan penyesuaian atau koreksi sebagai berikut
NO PENJELASAN
1 Dalam hal ini,yang termasuk dalam penjualan adalah penjualan kepada semua pembeli dengan cara kredit atau tunai dengan
dasar akrual artinya penjualan diakui tidak pada saat penerimaan kas,tetapi saat penyerahan barang.Penjualan kepada karyawan
yang pembayarannya tidak diakukan pada saat transaksi penyerahan barang tetap diakui sebagai penjualan tahun 2019.Dalam
rekonsiliasi fiskal,penjualan kepada karyawan sebesar Rp.15.000.000,00 akan menambah penghasilan menurut akuntansi dan
selanjutnya berpengaruh menaikkan laba kena pajak (koreksi positif).
2. Imbalan dalam bentuk natura berupa beras Rp.15.500.000,00 dari penghasilab bruto (non deductible expenses) sesuai Pasal 9
Ayat 1 UU PPh.Oleh karena itu,dalam rekonsiliasi fiskal,jumlah biaya tersebut harus dikurangkan dari biaya menurut
akuntansi,yang berarti berpengaruh menaikkan laba kena pajak(koreksi positif)
3 Sumbangan untuk berbagai kepentingan kepada pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan kerja,usaha,kepemilikan,dan
penguasaan merupakan biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.Biaya sumbangan sebesar Rp.5.000.000,00
dalam biaya pemasaran atau promosi harus dikurangkan dari biaya menurut akuntansi,yang berarti berpengaruh menaikkan laba
kena pajak (koreksi positif).
4 Penghasilan berupa sewa tanah dan/bangunan penghasilan yang dikenakan pajak bersifat final.Oleh karena bersifat final,maka
jumlah pajak yang telah dipotong tersebut tidak dapat dikreditkan dari total PPh yang terutang pada akhir tahun,sehingga
penghasilan tersebut juga tidak perlu diperitungkan dalam menentukan laba kena pajak.Dalam koreksi fiskal,penghasilan berupa
sewa atas bangunan sebesar Rp.10.000.000,00 dikurangkan dari penghasilan sewa menurut akuntansi,yang berarti menurunkan
laba kena pajak (kreski negatif).
Setelah melakukan penyesuaian atau rekonsiliasi fiskal positif dan negatif,selanjutnya disusun laporan rekonsiliasi penghitungan laba
rugi.Berikut ini laporan rekonsiliasi fiskal tahun pajak 2019 PT Nusantara.
PT Nusantara
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2019
(dalam Ribuan Rupiah)
Berdasarkan laporan rekonsiliasi fiskal diatas,jumlah penghasilan neto tersebut dijadikan dasar untuk menghitung besarnya PPh yang
terutang bulan 2019.Besarnya tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang dikenakan pada PT Nusantara adalah berdasarkn tarif pasal 17 ayat
(1) huruf b UU PPh.
Berdasarkan pasal 17 ayat (1) huruf b,tarif yang diterapkan bagi Wajib Pajak Badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap,yaitu
sebesar 28 %.Namun demikian,Berdasarkan Pasal 17 ayat (2a),tarif tersebut sejak tahun pajak 2010 menjadi 25 %.PPh terutang
dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP).Penghitungan PPh yang terutang tahun 2019 adalah
sebagai berikut :
PPh yang terutang = Tarif pajak pemotong x Penghasilan Kena Pajak
= 25 % x Rp.108.000.00,00
= Rp.27.000.000,00
Jadi besarnya PPh terutang tahun 2019 PT Nusantara adalah sebesar Rp.27.000.000,00