Anda di halaman 1dari 63

Peranan Bidan dalam Mengurangi

Resiko Stunting
dr. Erik Jaka Triyadi Aloewie Sp.OG
dua
Penyebab kematian ibu di Indonesia
Sumber: Depkes

Welladatika (2014) di RSCM : Penyebab tersering kematian ibu adalah indirect causes
(44%) yang sebagian besar (40%) disebabkan oleh penyakit jantung.
Welladatika A, Ocviyanti D, Suastika AV. Telaah penyebab kematian maternal selama 5 tahun (2008-2012) di RSUPN Dr. Cipto Mangkusumo Jakarta.
PIT HOGSI Makassar 2014.

4
Safe Motherhood
• Keluarga berencana
• Asuhan Antenatal yang
berkualitas
• Persalinan yang bersih dan
AMAN
• Pelayanan Obstetri dan
Neonatal Emergensi

5
Paradigma Pembangunan Anak Indonesia
(1.000 hari pertama kehidupan)

270 hari Pra 730 hari pasca


persalinan persalinan

Pengetahuan Pengetahuan
• Keluarga Berencana • Keluarga Berencana
• Faktor penyulit persalinan • Pengetahuan ASI
• Sarana akses kesehatan • Kesehatan Anak
• Gizi anak dalam kandungan • Pengetahuan imunisasi
• Jaminan Kesehatan • Psikomotorik anak
• Lingkungan bersih & sehat
7
Program ‘2000’ Hari Gizi
Generasi sehat
dan cerdas
Usia wajib
belajar
Gen sehat dan
gen cerdas

Masa tumbuh kembang


balita
Masa menyusui
1000 hari
730 hari
Masa kehamilan Mencegah
270 hari stunting 8
Global Nutrition Report menunjukkan
Indonesia termasuk di dalam 17
negara, diantara 117 negara yang
mempunyai ketiga masalah stunting,
wasting dan overweight pada balilta
STATUS GIZI DI INDONESIA
1:
Pendek
(Stunting):
Terjadi pada
hampir seluruh
wilayah

40 30- 20- <20 37,2%


+ 39 29

Permasalahan gizi di Indonesia:


pendek (stunting), kurus(wasting),BBLR,Anemia,Gizi lebih
252 juta penduduk, 27 juta Balita,(SDKI 2012)
4: Gizi lebih
(Over
5: BAYI DENGAN BERAT weight)11.2%
2: BADAN LAHIR RENDAH
3: ANEMIA PADA
(BBLR)
WASTING IBU HAMIL
(KURUS) Disparit Prevalensi
as
12,1
Sebanyak Tertinggi Sulteng : 37,1
Sebanyak
Balita
15,4%tergolong
gizi 16,9%
%
kurang
Kurus
%
Ibu hamil di Indonesia
Terenda Sumut : 7,2% mengalami anemia
5,4% gizi h Riskesdas 2013
RPJMN 2015 - 2019
No Indikator Status Awal Target 2019

Meningkatnya Status Gizi Masyarakat


1 Prevalensi anemia pada ibu hamil (%) 37.1 (2013) 28
 

2 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah 10.2 (2013) 8


 
(BBLR) (%)
3 Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan 38.0 (2013) 50
 
yang mendapat ASI Eksklusif
4 Prevalensi kekurangan gizi 19.6 (2013) 17  
(underweight) pada balita (%)
5 Prevalensi wasting (kurus) anak balita 12 (2013) 9.5
 
(%)
6 Prevalensi stunting (pendek dan 32.9 (2013) 28
 
sangat pendek) anak baduta (%)
DAMPAK STUNTING
Fokus pada Stunting
 bukan semata pada ukuran fisik pendek,
tetapi lebih pada konsep bahwa proses
terjadinya stunting bersamaan dengan
proses terjadinya hambatan
pertumbuhan dan perkembangan organ
lainnya, termasuk otak:
Artinya seorang anak yang menderita
stunting, kemungkinan besar juga telah
mengalami hambatan pertumbuhan dan
perkembangan organ lainnya
Stunting dijadikan indikator karena lebih
mudah dan lebih dini dikenal dibandingkan
dengan ekspresi hambatan organ tubuh
lainnya.
• Bukti dari India: anak yg gizi
kurang, cenderung menjadi
Pertumbu dewasa pendek,
han dan selanjutnya cenderung
Fungsi melahirkan bayi kecil , yg
Kognitif berisiko mempunyai risiko
prestasi pendidikan yg
rendah, dan pada akhirnya
mempunyai status ekonomi
yg rendah.
• Stunting pada usia dini
Chandrakant L. The Lancet Series and Indian Perspective. Indian Pediatrics, Volume 45, April
dapat memprediksi kinerja
17, 2008.
FAKTOR PENYEBAB

Rendahnya
Makronutrien
(Protein)
FAKTOR PENYEBAB
APA SAJA PENYAKIT YANG SUDAH HARUS DIDETEKSI
SEBELUM HAMIL ?
1. Penyakit infeksi kronik (TBC, dll)
2. Penyakit autoimun -> SLE, rheumatoid arthritis, HIV atau AIDS
3. Kelainan darah
4. Kanker
5. Depresi Pentingnya
6. Diabetes Pemeriksaan Kesehatan
7. Epilepsi Sebelum Hamil
8. Penyakit jantung
9. Hipertensi
10.Penyakit ginjal
11.Gangguan tiroid,
12.Asma,dsb Semua ibu yang memiliki
salah satu penyakit di
atas membutuhkan
pengawasan yang
lebih ketat.
Asuhan Antenatal yang
Berfokus pada Tujuan

Akan Memberikan Asuhan Antenatal


yang Berkualitas
• Deteksi Penyakit
• Konseling dan Promosi Kesehatan
• Persiapan Persalinan
• Kesiapan Menghadapi Komplikasi
53
SIMPULAN

 Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan sebelum hamil

 Semua kehamilan harus direncanakan

 ANC yang berkualitas serta Persalinan yang AMAN dapat


menurunkan jumlah kematian ibu hingga lebih dari 50 persen

 ANC yang berkualitas akan berperan dalam menurunkan


Kematian Ibu dan Kelahiran Prematur dan Kejadian BBLR
Perencanaan kehamilan
yang baik akan meningkatkan
Kualitas Bangsa
Kegawatdaruratan Maternal

Hipertensi dalam Perdarahan


kehamilan antepartum
Kegawatdaruratan
Maternal
Perdarahan Infeksi nifas
pasca salin
Kegawatdaruratan Maternal

Preterm Aterm Post term


(20-37 minggu) (38-41 minggu) (>42 minggu)

Kehamilan Awal Kehamilan Lanjut

20 minggu
Perdarahan

Tekanan Darah tinggi

Infeksi
Kegawatdaruratan Maternal

Hipertensi Dalam Kehamilan


Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya
140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali
pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang
sebelumnya normotensi.

Bila ditemukan tekanan darah tinggi (≥140/90 mmHg)


pada ibu hamil, lakukan pemeriksaan kadar protein urin
dengan tes celup urin atau protein urin 24 jam dan
tentukan diagnosis.
Kegawatdaruratan Maternal

Hipertensi Dalam Kehamilan


Faktor predisposisi
• Kehamilan kembar
• Penyakit trofoblas
• Hidramnion
• Diabetes melitus
• Gangguan vaskuler plasenta
• Faktor herediter
• Riwayat preeklamsia sebelumnya
• Obesitas sebelum hamil
Pre-eklampsia
Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu dengan
tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan protein
kuantitatif menunjukkan hasil >300 mg/24 jam
Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu tanpa
melihat proteinuria dan/atau tanpa disertai keterlibatan organ lain:
• Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati
• Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
• Sakit kepala, skotoma penglihatan
• Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
• Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
• Oliguria (< 500ml/24jam), kreatinin > 1,2 mg/dl
Jenis Hipertensi selama Hamil
Muncul sebelum 20 minggu
atau sejak sebelum hamil
Muncul setelah 20 minggu

Hipertensi Eklampsia
Hipertensi Superimposed
dalam Pre-eklampsia
Kronik Pre-eklampsia
Kehamilan

Proteinuria Proteinuria (+) Tensi Tinggi


Proteinuria (-) Proteinuria (+)
(-) Kejang (+)
Peran Peserta
Bidan Perawat Dokter

Melakukan pemeriksaan tekanan


Anamnesis :
darah setiap pasien datang untuk Edukasi :
Adanya riwayat penyakit
kontrol kehamilan
sebelumnya
• Tanda bahaya dan
Jika meningkat (diatas atau sama gejala preeklampsia
Pemeriksaan :
dengan 140/90 mmHg), ulang dan eklampsia 
Adanya komplikasi
pemeriksaan kejang, komplikasi
keterlibatan organ lain –
gangguan hati dan
ginjal, mata, liver
Pemeriksaan protein urin pembekuan darah,
gawat janin, bayi
Tatalaksana :
RUJUK meninggal
Jika Pre-eklampsia
Cegah kejang  MgSO4
MgSO4 diberikan secara intravena • Anjurkan istirahat
Turunkan tensi 
kepada ibu dengan eklampsia lebih banyak
antihipertensi
(tatalaksana kejang) dan
Rujuk ke RS dengan
preeklampsia berat (pencegahan • Batasi cairan
fasilitas lengkap
kejang).
Terminasi Kehamilan
Muncul sebelum 20 minggu
atau sebelum hamil
Muncul setelah 20 minggu

Hipertensi
Hipertensi Superimposed
dalam Pre-eklampsia Eklampsia
Kronik Pre-eklampsia
Kehamilan

Pengawasan
Ketat dan
Pengawasan Pengawasan Bayi harus
ekspektan
Ketat (belum Ketat (belum segera
(belum cukup
Pengawasan cukup bulan) cukup bulan) dilahirkan
bulan)
Ketat dalam 12
Induksi (cukup Induksi (cukup jam sejak
Induksi /
bulan) bulan) kejang
operasi Sesar
(cukup bulan)
Kegawatdaruratan Maternal

Tatalaksana
Ibu hamil dengan preeklampsia harus segera
dirujuk ke rumah sakit.

Pencegahan dan tatalaksana kejang


• Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan
(oksigen), dan sirkulasi (cairan intravena).
• MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan
eklampsia (sebagai tatalaksana kejang) dan
preeklampsia berat (sebagai pencegahan kejang).
• Pada kondisi dimana MgSO4 tidak dapat diberikan
seluruhnya,berikan dosis awal (loading dose) lalu rujuk
ibu segera ke fasilitas kesehatan yang memadai.
Kegawatdaruratan Maternal

Cara Pemberian MgSO4


• Berikan dosis awal 4 g MgSO4 sesuai prosedur
untuk mencegah kejang atau kejang berulang.
• Sambil menunggu rujukan, mulai dosis
rumatan 6 g MgSO4 dalam 6 jam sesuai
prosedur.
Syarat pemberian MgSO4 :
•Tersedia Ca Glukonas 10%,
• Ada refleks patella,
• Jumlah urin minimal 0,5ml/kg BB/jam
Kegawatdaruratan Maternal

Cara Pemberian MgSO4


CARA PEMBERIAN DOSIS AWAL

• Ambil 4 g larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4


40%) dan larutkan dengan 10 ml akuades
• Berikan larutan tersebut secara perlahan IV
selama 20 menit
• Jika akses intravena sulit, berikan masing-masing
5gMgSO4 (12,5 ml larutan MgSO4 40%) IM di
bokong kiri dan kanan
Kegawatdaruratan Maternal

Cara Pemberian MgSO4


CARA PEMBERIAN DOSIS RUMATAN

Ambil 6 g MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%)


dan larutkan dalam 500 ml larutan Ringer
Laktat/Ringer Asetat, lalu berikan secara IV
dengan kecepatan 28 tetes/menit selama 6 jam,
dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan
atau kejang berakhir (bila eklampsia)
Kegawatdaruratan Maternal

Cara Pemberian MgSO4


• Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi
tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi
pernapasan, refleks patella, dan jumlah urin.
• Bila frekuensi pernapasan < 16 x/menit, dan/atau
tidak didapatkan refleks tendon patella, dan/atau
terdapat oliguria (produksi urin <0,5 ml/kg
BB/jam), segera hentikan pemberian MgSO4.
• Jika terjadi depresi napas, berikan Ca Glukonas
1g IV (10 ml larutan 10%) bolus dalam 10 menit.
Kegawatdaruratan Maternal

Cara Pemberian MgSO4


• Selama ibu dengan preeklampsia dan
eklampsia dirujuk, pantau dan nilai adanya
perburukan preeklampsia.
• Apabila terjadi eklampsia, lakukan penilaian
awal dan tatalaksana kegawatdaruratan.
Berikan kembali MgSO4 2 g IV perlahan (15-20
menit). Bila setelah pemberian MgSO4 ulangan
masih terdapat kejang, dapat dipertimbangkan
pemberian diazepam 10 mg IV selama 2 menit.
Kegawatdaruratan Maternal

Antihipertensi
• Ibu dengan hipertensi berat selama kehamilan perlu
mendapat terapi antihipertensi.
• Pilihan antihipertensi didasarkan terutama pada
pengalaman dokter dan ketersediaan obat. Beberapa
jenis antihipertensi yang dapat digunakan misalnya:
Nama Obat Dosis Keterangan

Nifedipin 4 x 10-30 mg per oral (short acting) Dapat menyebabkan hipoperfusi


1 x 20-30 mg per oral (long pada ibu dan janin bla diberikan
acting/Adalat OROS) sublingual
Metildopa 2 x 250-500 mg per oral
(dosis maksimal 2000 mg/hari)
Kegawatdaruratan Maternal

Tidak ada bukti yang menunjukkan manfaat dari


pembatasan aktivitas (istirahat di rumah),
pembatasan asupan garam, dan pemberian
vitamin C dan E dosis tinggi
Kegawatdaruratan Maternal

Preterm Aterm Post term


(20-37 minggu) (38-41 minggu) (>42 minggu)

Kehamilan Awal Kehamilan Lanjut

20 minggu
Perdarahan

Kehamilan Mola Plasenta Solusio Vasa


Abortus previa
Ektopik Hidatidosa previa plasenta
Kegawatdaruratan Maternal

Plasenta Previa (perdarahan antepartum)


Faktor Predisposisi
• Kehamilan dengan ibu berusia lanjut
• Multiparitas
• Riwayat seksio sesarea sebelumnya

William’s Obstetrics 24th Ed


Kegawatdaruratan Maternal

Plasenta Previa (perdarahan antepartum)


Diagnosis
• Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan>22 minggu
• Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia
• Syok
• Tidak ada kontraksi uterus
• Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul
• Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin

Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG


Kegawatdaruratan Maternal

Plasenta Previa (perdarahan antepartum)


Tatalaksana Umum
• PERHATIAN! Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan
dalam sebelum tersedia kesiapan untuk seksio sesarea.
Pemeriksaan inspekulo dilakukan secara hati-hati, untuk
menentukan sumber perdarahan.
• Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan
intravena (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat).
• Lakukan penilaian jumlah perdarahan.
• Jika perdarahan banyak dan berlangsung, persiapkan
seksio sesarea tanpa memperhitungkan usia kehamilan.
• Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin hidup
tetapi prematur, pertimbangkan terapi ekspektatif.
Kegawatdaruratan Maternal

Solusio Plasenta (perdarahan antepartum)


Definisi
Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya

Diagnosis
• Perdarahan dengan nyeri intermiten atau menetap
• Warna darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada bekuan jika
solusio relatif baru
• Syok tidak sesuai dengan jumlah darah keluar (tersembunyi)
• Anemia berat
• Gawat janin atau hilangnya denyut jantung janin
• Uterus tegang terus menerus dan nyeri
Kegawatdaruratan Maternal

Solusio Plasenta (perdarahan antepartum)


Faktor Predisposisi
• Hipertensi
• Versi luar
• Trauma abdomen
• Hidramnion
• Gemelli
• Defisiensi besi

William’s Obstetrics 24th Ed


Kegawatdaruratan Maternal

Solusio Plasenta (perdarahan antepartum)


Tatalaksana Umum
• Perhatian! Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas kesehatan
dasar, harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Tatalaksana
berikut ini hanya boleh dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.
• Jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) dengan tanda- tanda
awal syok pada ibu, lakukan persalinan segera:
• Jika pembukaan serviks lengkap, lakukanpersalinan dengan ekstraksi Vakum.
• Jika pembukaan serviks belum lengkap, lakukan persalinan dengan seksio
sesarea.
• Waspadalah terhadap kemungkinan perdarahan pascasalin.
• Jika perdarahan ringan atau sedang dan belum terdapat tanda-tanda syok,
tindakan bergantung pada denyut jantung janin (DJJ).
Kegawatdaruratan Maternal

Preterm Aterm Post term


(20-37 minggu) (38-41 minggu) (>42 minggu)

Kehamilan Awal Kehamilan Lanjut

20 minggu
Perdarahan

Perdarahan pasca salin


Kegawatdaruratan Maternal

Perdarahan Pascasalin
Definisi
Perdarahan pascasalin primer terjadi dalam 24 jam pertama
setelah persalinan.
Perdarahan pascasalin sekunder adalah perdarahan
pervaginam yang lebih banyak dari normal antara 24 jam
hingga 12 minggu setelah persalinan.

Diagnosis
Perdarahan pascasalin adalah perdarahan >500 ml setelah bayi
lahir atau yang berpotensi mempengaruhi hemodinamik ibu.
Kegawatdaruratan Maternal

Perdarahan Pascasalin
• Perdarahan pascasalin masih menjadi
penyebab tersering kematian ibu di Indonesia.

• Ibu yang mengalami perdarahan pascasalin


akan meninggal dalam waktu 2 jam bila tidak
ditangani dengan adekuat.
Kegawatdaruratan Maternal

Mengapa Kematian Maternal Akibat


Perdarahan Masih Tinggi?

1. Keterlambatan mengenali adanya


hipovolemia.

2. Kegagalan untuk melakukan resusitasi yang


adekuat.

Rush D. 2000. Nutrition and maternal mortality in the developing world. Am J Clin Nutr 72 (suppl): 212S-240S.
Hermawan LC, Depkes RI 2006
Kegawatdaruratan Maternal

Mengapa???
• Penilaian jumlah perdarahan secara visual sama sekali
tidak akurat.

• Klinisi cenderung memperkirakan jumlah perdarahan lebih


sedikit daripada kenyataannya (30 – 50% lebih sedikit).

• Ketidakakuratan makin tinggi seiring dengan makin


banyaknya jumlah perdarahan.

• Pemahaman mengenai resusitasi belum optimal.


Rush D. 2000. Nutrition and maternal mortality in the developing world. Am J Clin Nutr 72 (suppl): 212S-240S.
Hermawan LC, Depkes RI 2006
Kegawatdaruratan Maternal

SOLUSI ?
• Pengenalan dini adanya perubahan fisiologis
yang mengancam jiwa (misalnya syok karena
perdarahan).

• Berdasarkan pada pencatatan tanda vital yang


sederhana membantu mengidentifikasi
pasien dengan kondisi yang mengancam jiwa
 tatalaksana adekuat.
Kegawatdaruratan Maternal

Perdarahan Pasca Salin


(perdarahan post partum)

Menilai 4 T
Tonus : Atonia uteri, inversio uteri
Kompresi bimanual
Uterotonika (oksitosin, misoprostol, metergin)
Kondom intrauterin
Ligasi arteri uterina, B-lynch, Histerektomi
Tissue : Sisa plasenta, retensio plasenta
Eksplorasi, plasenta manual
Tear : Robekan jalan lahir
Jahitan hemostasis, perbaikan robekan
Trombin : Gangguan pembekuan darah
Transfusi trombosit dan FFP
Kegawatdaruratan Maternal

Prinsip Tatalaksana HPP (Atonia)

Medikamentosa Uterotonika

Konservatif KBI, KBE,


(tanpa pembedahan) kondom kateter

Konservatif B-lynch
(pembedahan) Devaskularisasi

OK
Pembedahan non
Histerektomi
Konservatif
Kegawatdaruratan Maternal

Kompresi Bimanual Interna

William’s Obstetrics 24th Ed


Kegawatdaruratan Maternal

Kondom Intrauterin
Kegawatdaruratan Maternal

Kondom Intrauterin
Kegawatdaruratan Maternal

Reposisi Uterus

William’s Obstetrics 24th Ed


Kegawatdaruratan Maternal

Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan


Obstetri

Mengenal kasus gawat


darurat obstetri secara dini
untuk pertolongan yang
cepat dan tepat yang
dilakukan secara simultan.

Foley MR, Strong TH, Garite TJ, Obstetric Intensive Care Manual, 3rd edition
Kegawatdaruratan Maternal

Prinsip Umum Penanganan Kasus Gawat


Darurat
• Pastikan jalan nafas bebas
• Pemberian oksigen (6-8 Liter/menit)
• Pemberian cairan intravena
• Pemberian transfusi darah
• Pasang kateter kandung kemih (kateter Foley)
• Pemberian antibiotika
• Obat pengurang rasa sakit
• Rujukan (penanganan masalah utama)
Kegawatdaruratan Maternal

Penanganan Gawat Darurat


Prinsip dasar penanganan kegawatdaruratan (ABC) harus segera dikirim ke
rumah sakit

HELP !! (Berteriak minta tolong)

Primary Survey :
Airway (Jalan nafas)
Breathing (Pernafasan) Simultan
Circulation (Sirkulasi darah)

Mulai resusitasi

Membuat akses intravena


Kegawatdaruratan Maternal

Penanganan Awal
• Bebaskan jalan nafas dan berikan oksigen melalui
slang atau masker dengan kecepatan 6-8 liter per
menit.

• Cegah hipotermia dan miringkan kepala/tubuh


pasien untuk mencegah aspirasi muntahan.
– Jangan berikan sesuatu melalui mulut untuk
mencegah aspirasi.

• Tinggikan tungkai untuk membantu beban kerja


jantung.
Kegawatdaruratan Maternal

Terapi Definitif
• Tentukan penyebab syok dan tentukan tindakan
segera untuk mengatasi hal tersebut
– Perdarahan  hipovolemik
• Infus/restorasi cairan
• Oksigen
• Antibiotika
• Agen Vasoaktif
• Siapkan rujukan yang cepat dan tepat!!
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai