Anda di halaman 1dari 24

Urgensi dan Manfaat

Evidenbased Medicine dalam


Asuhan Kefarmasian

RENY ANGGRIANY HAKIM, S.FARM., M.FARM


Meskipun apoteker rumah sakit dan komunitas memiliki tanggung
jawab yang berbeda dalam hal pengaturan di mana mereka
mempraktikkan profesi mereka, mereka masih berbagi peran bersama
dalam mempertahankan praktik EBM untuk pasien mereka. EBM
adalah cara untuk mempromosikan penggunaan obat secara rasional,
yaitu memastikan bahwa pasien menerima “obat yang sesuai dengan
kebutuhan klinis mereka, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan
individu mereka sendiri, untuk jangka waktu yang memadai, dan
dengan biaya terendah untuk mereka dan mereka masyarakat". Untuk
konsumsi obat yang rasional, kerja sama apoteker sama pentingnya
dengan resep yang diberikan oleh dokter.(Toklu, 2015)
Pilar EBM
Manfaat EBM pada asuhan kefarmasian
1. Implementasi EBM dapat meningkatkan kualitas layanan perawatan farmasi
dan mendorong apoteker untuk terlibat dalam sistem perawatan kesehatan
baik sebagai praktisi maupun peneliti. Hambatan dalam penerapan penggunaan
bukti dalam pengambilan keputusan klinis umumnya dapat diringkas sebagai
masalah dalam mengidentifikasi, menilai, menafsirkan, dan menerapkan bukti
terbaik untuk praktik.(Al-Quteimat & Amer, 2016)
2. Mempraktikkan farmasi dengan cara berbasis bukti akan meningkatkan
keterampilan profesional apoteker dengan perawatan pasien yang lebih baik.
Kelebihan Praktek asuhan Kefarmasian EBM vs Praktek asuhan Kefarmasian non EBM

KELEBIHAN PRAKTEK ASUHAN KEFARMASIAN DENGAN EBM


1. Konsep pengobatan lebih terarah karena berdasarkan fakta yang di dukung oleh jurnal jurnal
2. menghasilkan keputusan klinis yang tepat
3. memberikan kualitas pelayanan yang baik dan merata
4. pemilihan terapi di dasarkan atas diagnosa penyakit dan dan didukung bukti ilmiah

KELEBIHAN PRAKTEK ASUHAN KEFARMASIAN NON EBM


5. Konsep pengobatan hanya di dasarkan atas diagnosa dokter
6. lebih praktis karena tidak membutuhkan studi jurnal
7. pelayanan/terapi dapat segera dilakukan setelah dokter menentukan diagnosa
8. waktu terapi biasanya lebih sedikit
Contoh Penerapan EBM di Farmasi
Kasus : seorang datang keapotek untuk membeli obat demam untuk anaknya berumur 3 tahun,
kemudian ia bertanya obat demam paracetamol atau ibuprofen, mana yang lebih efektif untuk
menurunkan demam anaknya? Kemudian apoteker melakukan langkah untuk dapat membuat
keputusan sebagai berikut :
1. Membuat PICO
P : Demam, anak umur 3 tahun PICO merupakan akronim dari :
P = prroblem atau patients,
I : ibuprofen
I = intervention,
C : paracetamol C = comparison dan
O : efektif untuk menurunkan demam O = outcome.
Penjelasan terkait PICO
• P adalah singkatan dari problem yaitu masalah kesehatan atau penyakit yang dialami penderita.
Biasanya yang perlu dituliskan pada komponen P adalah permasalahan kesehatan dengan
ditambahkan gambaran karakteristik penderitanya, misalnya masalah kesehatannya adalah
demam tinggi 7 hari kemudian ditambahkan karakteristik demografi misalnya pasien anak-anak,
dewasa atau geriatric, contoh yang lain misalnya demam pada balita, nyeri pinggang pada lansia
alergi NSAID dsb.
• I adalah intervention yaitu tindakan baru sebagai alternative dari intervensi lama yang telah
berjalan atau yang telah ditetapkan sebagai gold standar. Intervention dapat berupa (i) intervensi
untuk terapi penyakit yang diderita pasien berupa terapi obat (farmakoterapi), pembedahan,
terapi fisik, psikhiatri atau edukasi; (ii) intervensi untuk diagnosis berupa pemeriksaan klinik fisik
atau dengan alat tertentu untuk menegakkan diagnosis, misalnya pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium, radiologi, ekg atau pemeriksaan untuk diagnostic yang lain; (iii). Intervensi untuk
prognosis, berupa tindakan atau kebijakan untuk pencegahan atau untuk penghambatan proses
penyakit sehingga suatu proses penyakit dalam kurun waktu yang lama dapat berhenti atau
dikurangai derajat keparahannya.
Penjelasan terkait PICO

• C adalah comparrison atau comparator yaitu tindakan pembanding.


Comparrison dapat berupa (i) comparrison untuk terapi yang biasanya
berupa terapi yang sudah lazim berjalan dapat berarti tindakan yang
merupakan standar emas atau pilihan pertama (drug of choice) atau
tindakan placebo dan (ii) comparrison untuk diagnosis atau
pemeriksaan diagnosis, biasanya berupa pemeriksaan diagnosis gold
standar.
• O adalah outcome yaitu keluaran atau tujuan akhir yang diharapkan
dari intervensi atau tindakan yang dilakukan apakah sembuh dalam
artian hilangnya keluhan, musnahnya mikrorganisme penyebab,
normalnya fungsi organ atau peningkatan kualitas hidup dsb.
Contoh Penerapan EBM di Farmasi

2. Key word atau kata kunci pencarian


effectiveness, treat fever, 3 year olds, paracetamol, ibuprofen
3. Pencarian jurnal
 Ketik kata kunci pada search engine di google scholar
 Saya memilih jurnal dengan judul “Randomized comparative
trial of efficacy of paracetamol, ibuprofen and paracetamol‐
ibuprofen combination for treatment of febrile children”
 Publikasi tahun 2014
Pembahasan Ringkas
Untuk menyimpulkan, studi perbandingan acak ini telah menunjukkan bahwa kombinasi parasetamol-
ibuprofen secara statistik lebih unggul daripada parasetamol sebagai antipiretik pada anak-anak, tetapi tidak
dibandingkan dengan ibuprofen. Namun, perbedaan suhu lebih dari 4 jam antara kombinasi dan kelompok
parasetamol meskipun secara statistik signifikan, tidak dapat dianggap signifikan secara klinis (<1 ° C).
Kombinasi parasetamol-ibuprofen dapat memiliki manfaat klinis marjinal dibandingkan ibuprofen atau
parasetamol saja dalam praktik klinis rutin hanya ketika pengurangan suhu tubuh yang lebih cepat menjadi
tujuan terapi.
Pengurangan suhu tubuh pada 4 jam dari baseline adalah 1,48 ° C untuk parasetamol, 1,87 ° C untuk ibuprofen
dan 2,19 ° C untuk kombinasi ibuprofen + parasetamol. Ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara
kelompok parasetamol dan kelompok kombinasi (P = 0,003), tetapi tidak antara kelompok parasetamol dan
ibuprofen (P = 0,102) atau antara ibuprofen dan kelompok kombinasi (P = 0,167). Penurunan suhu tertinggi
tercatat pada jam ke-1 pemberian obat di semua kelompok; dalam ketiga kelompok lebih dari 50% dari total
penurunan suhu terjadi pada jam ke-1 setelah pemberian obat. (Rana et al., 2014)
Dari sini dapat dipahami bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara pengobatan menggunakan ibuprofen
ataupun paracetamol keduany sama baiknya, kombinasi keduanya digunakan apabila menginginkan penurunan
panas/demam dengan cepat untuk kondisi medis tertentu
Tahap-tahap melakukan EBM
1. Menyusun rumusan permasalahan yang sesuai masalah yg sedang dihadapi atau yang akan
diselesaikan (Asking answerable clinical questions) dalam susunan PICO. PICO merupakan
akronim dari P=prroblem atau patients, I=intervention, C=comparison dan O=outcome. Rumusan
masalah klinis diungkapkan dengan struktur problem, intervention, comparison dan outcome.
2. Mencari bukti-bukti ilmiah/scientific sesuai permasalahan (Searching for the evidence).
3. Melakukan kajian kritis terhadap bukti-bukti ilmiah yang telah diperoleh (Critically appraising the
evidence for its validity and relevance).
4. Membuat keputusan berdasarkan bukti – bukti ilmiah yg telah didapat disesuaikan dengan
karakteristik indifidual permasalahan/ pasien (Making a decision, by integrating the evidence
with your clinical expertise and the patient’s values).
5. Melakukan evaluasi terhadap hasil penerapan dari keputusan dilangkah 4 (Evaluating your
performance).
Langkah dalam proses EBM adalah
sebagai berikut : (Mansoor, 2001)
1. Diawali dengan pemecahan masalah dari pasien atau yang timbul selama proses tatalaksana
penyakit pasien
2. Dilanjutkan dengan membuat formulasi pertanyaan dari masalah klinis tersebut
3. Pilihlah sumber yang tepat untuk mencari jawaban yang benar untuk pertanyaan tersebut dari
literatur ilmiah
4. Lakukan telaah kritis terhadap literatur yang diperoleh untuk mendapatkan validitas
(pembicaraan kebenaran), hasil penelitian yang penting untuk kepentingan penerapan pada
pasien
5. Setelah mendapatkan hasil telaah kritis, integrasikan bukti tersebut denga kemampuan klinis
Anda dan preferensi pasien yang perlu mendapat pemecahan masalah pelayanan pasien yang
lebih baik.
6. Evaluasi proses penatalaksanaan penyakit / pasien Anda .. Apakah berhasil atau masih
memerlukan tindakan lain.
Langkah dalam proses EBM (Alan R tumbelaka)

1. diawali dengan identifikasi masalah dari pasien atau yang timbul selama proses tatalaksana
penyakit pasien
2. dilanjutkan dengan membuat formulasi pertanyaan dari masalah klinis tersebut
3. Pilihlah sumber yang tepat untuk mencari jawaban yang benar bagi pertanyaan tersebut dari
iteratur ilmiah
4. Lakukan telaah kritis terhadap literatur yang didapatkan untuk menilai validitas (mendekati
kebenaran), pentingnya hasil penelitian itu serta kemungkinan penerapannya pada pasien
5. Setelah mendapatkan hasil telaah kritis, integrasikan bukti tersebut dengan kemampuan klinis
anda dan preferensi pasien yang seharusnya mendapatkan probabilitas pemecahan masalah
pelayanan pasien yang lebih baik.
6. Evaluasi proses penatalaksanaan penyakit / masalah pasien anda, Apakah berhasil atau masih
memerlukan tindakan lain?
Praktek EBM adalah suatu proses yang panjang dan berkelanjutan,
melakukan pembelajaran/analisis berdasarkan masalah yang timbul
dari pasien dan karenanya bisa menemukan informasi yang penting
dalam aspek diagnosis, terapi, prognosis atau aspek lainnya dari
pelayanan kesehatan, antara lain pedoman pengobatan dan
sebagainya. Melalui proses ini diharapkan juga dokter akan
memfokuskan topik bacaannya pada masalah yang terkait dengan
masalah pasien.
(Bordley DR, 1997)
Menjelaskan tujuan, fungsi, manfaat dan jenis
PICO
Tujuan :
1. Pertama, itu memaksa penanya untuk fokus pada apa yang pasien atau
klien yakini sebagai satu-satunya masalah dan hasil paling penting.
2. Kedua, ini memfasilitasi langkah selanjutnya dalam proses — pencarian
terkomputerisasi — dengan mendorong si penanya untuk memilih bahasa
atau istilah kunci yang akan digunakan dalam pencarian.
3. Ketiga, mengarahkan penanya untuk secara jelas mengidentifikasi masalah,
intervensi, dan hasil yang terkait dengan perawatan khusus yang diberikan
kepada pasien. (Brandt Eriksen & Faber Frandsen, 2018)
Menjelaskan tujuan, fungsi, manfaat
dan jenis PICO

Fungsi :
Pendekatan berbasis akronim, disebut PICO, dapat digunakan untuk
membantu dalam mendefinisikan pertanyaan klinis. Pendekatan PICO
memberikan pertanyaan klinis yang jelas. Pertanyaan klinis ini membantu
dalam mengidentifikasi istilah pencarian untuk pengambilan informasi
terkait dan dalam menentukan relevansi hasil pencarian. Selain itu,
memfokuskan pencarian informasi, memfokuskan upaya evaluasi kritis,
dan memaksimalkan efisiensi dan efektivitas pengembangan
rekomendasi diselesaikan dengan pertanyaan klinis yang jelas. Jelas,
mendefinisikan pertanyaan klinis secara akurat adalah fondasi bagi
seluruh proses pengobatan berbasis bukti. (Litaker, 2009)
Menjelaskan tujuan, fungsi, manfaat
dan jenis PICO

Manfaat PICO (Akrom, 2015) :


1. meningkatkan keberhasilan pencarian pustaka yang sesuai dengan kebutuhan
2. membantu petunjuk (menjadi panduan) pada satu bukti / pustaka sesuai
dengan kebutuhan spesifik pengetahuan
3. langsung menggunakan strategi pencarian yang memiliki dukungan tinggi yaitu
sesaui alamat dimana bukti tersebut tersedia
4. meningkatkan kemampuan komunikasi dengan kolega (apoteker, apoteker-
perawat dll) dalam membahas masalah, memfasilitasi pasien atau menerima
pasien baru
5. meningkatkan kepuasan atas pertanyaan yang dirumuskan dapat terjawab,
sehingga meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam EBM.
Menjelaskan tujuan, fungsi, manfaat dan jenis PICO

Manfaat PICO (Litaker, 2009) :


1. Identifikasi Istilah Pencarian
2.  Tentukan Relevansi Hasil Pencarian
3.  Fokus Pengambilan Informasi
4.  Fokus Evaluasi Kritis
5.  Kembangkan Rekomendasi
6.  dengan Pembenaran Efisien dan Efektif
Menjelaskan tujuan, fungsi, manfaat dan jenis PICO
Manfaat PICO serta formulasi Permasalahan
dalam EBM
Straus et al. (2005), menyebutkan alas an-alasan mengapa perlu menyusun rumusan permasalahan
dalam bentuk PICO ketika akan mencari pustaka:
1. meningkatkan keberhasilan pencarian pustaka yg sesuai dengan kebutuhan
2. membantu mengarahkan (menjadi panduan) pada satu evidence/pustaka sesuai dengan
kebutuhan spesifik pengetahuan langsung menggunakan strategi searching yang memiliki
3. keberhasilan tinggi yaitu sesuai alamat dimana evidence tersebut ersedia
4. meningkatkan kemampuan komunikasi dengan kolega (dokter- apoteker, apoteker-perawat dan
lain-lain) dalam mendiskusikan kasus, merujuk pasien atau menerima pasien baru
5. meningkatkan kepuasan ketika pertanyaan yang dirumuskan dapat terjawab, sehingga
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam EBM.
Jenis Rumusan/Formulasi permasalahan
klinis dalam EBM
Berdasarkan tujuan atau objektifnya, penelitian Kesehatan dapat
dibedakan menjadi
1. Uji kemanjuran/efikasi,
2. Uji keamanan/safety,
3. Uji prognosis,
4. Uji diagnosis/skrining,
5. Uji aktivitas biologis/farmakodinamik,
6. Uji /penelitian farmakoekonomi/out come klinik dan
7. Uji/penelitian decision making/pengambilan keputusan.
Contoh Permasalahan Klinis menggunakan
komponen Pico
Pustaka
1. Akrom, 2014. Dasar-dasar evidence based medicine bagi mahasiswa farmasi, Pustaka Imany, Yogyakarta.
2. Al-Quteimat, O. M., & Amer, A. M. (2016). Evidence-based pharmaceutical care: The next chapter in pharmacy practice. Saudi Pharmaceutical
Journal, 24(4), 447–451. https://doi.org/10.1016/j.jsps.2014.07.010
3. Brandt Eriksen, M., & Faber Frandsen, T. (2018). The impact of patient, intervention, comparison, outcome (PICO) as a search strategy tool on
literature search quality: a systematic review. Journal of the Medical Library Association, 106(4), 420–431.
https://doi.org/dx.doi.org/10.5195/jmla.2018.345
4. Bordley DR. Evidence-based medicine: a powerful edu- cational tool for clerkship education. American Journal of Medicine. 102(5):427-32,
May1997.
5. Litaker, J. R. (2009). Book Review: The Pharmacist’s Guide to Evidence-Based Medicine for Clinical Decision Making. In Annals of
Pharmacotherapy (Vol. 43, Issue 6). https://doi.org/10.1345/aph.1l681
6. Mansoor, I. (2001). Evidence-Based Medicine. Saudi Medical Journal, 22(6), 481–485.
7. Rana, D., Vyas, F., Bhavsar, R., Patel, P., & Patel, V. (2014). Randomized comparative trial of efficacy of paracetamol, ibuprofen and paracetamol-
ibuprofen combination for treatment of febrile children. Perspectives in Clinical Research, 5(1), 25. https://doi.org/10.4103/2229-3485.124567
8. Toklu, H. (2015). Promoting evidence-based practice in pharmacies. Integrated Pharmacy Research and Practice, 127.
https://doi.org/10.2147/iprp.s70406
9. Alan R Tumbelaka dalam ‘’Evidenbased medicine’’ Sari Pediatri, Vol. 3, No. 4, Maret 2002: 247 - 248
10. Bordley DR. Evidence-based medicine: a powerful edu cational tool for clerkship education. American Journal of Medicine. 102(5):427-32,
May1997.
11. Cook, R.J., Sackett, D.L., 1995. The number needed to treat: a clinically useful measure of treatment effect. British Medical Journal, 310:425-4.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH :)

Anda mungkin juga menyukai