Anda di halaman 1dari 22

Peran perawat

dalam Patient
safety
by : Rany Yulianie, S.ST.,M.Kes
PART 01
Peran perawat dalam
melaksanakan patient safety

Enter text here.Enter text here.Enter text here.Enter text here.


Enter your title here

Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam mewujudkan

Patient safety di RS/faskes yaitu sebagai pemberi pelayanan keperawatan,

perawat harus mematuhi semua standar pelayanan dan SOP yang telah dibuat

dan ditetapkan oleh RS/faskes serta tidak luput pula dalam menerapkan

prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan keperawatan.


Peran perawat dalam melaksanakan patient safety di FasKes

Sebagai pemberi pelayanan keperawatan,


perawat mematuhi standar Menerapkan prinsip-prinsip etik dalam
pelayanan dan SOP yang telah ditetapkan. pemberian pelayanan keperawatan

Peka, proaktif dan melakukan penyelesaian Menerapkan komunikasi


Memberikan pendidikan kepada paien dan
masalah terhadap kejadian tidak diharapkan yang baik terhadap
keluarga tentang asuhan yang diberikan
(KTD) pasien dan keluarganya

Mendokumentasikan dengan benar semua Menerapkan kerjasama tim kesehatan yang


asuhan keperawatan yang diberikan kepada handal dalam pemberian pelayanan kesehatan
pasien dan keluarga
PART 02
Komunikasi antar anggota
team kesehatan

Enter text here.Enter text here.Enter text here.Enter text here.


Komunikasi Antar Petugas Kesehatan

• Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal


dan nonverbal dari informasi dan ide.
• Komunikasi terapeutik adalah proses dimana perawat yang menggunakan
pendekatan terencana mempelajari klien. proses memfokuskan pada klien
namun direncanakan dan dipimpin oleh seorang profesional. (Potter &
Perry, 2009). Stuart,G.W., & Laraia, (2005) mengatakan bahwa dalam
hubungan komunikasi terapeutik perawat dan klien menjadi penting dalam
mengeksplorasi kebutuhan klien.
Dan cara komunikasi ada Verbal dan Non Verbal.
Jenis Komunikasi Antar Petugas Kesehatan

(1) Komunikasi antara Perawat dengan Dokter


Perawat diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang telah
ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri. Perawat dapat bekerja
dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.

(2) Komunikasi antara Perawat dgn Perawat


Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang
dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik. Dan dapat diklasifikasikan menjadi :
a) Hubungan professional : Hubungan yg terjadi krn adanya hubungan kerja &
tanggung jawab yg sama dlm memberikan pelayanan keperawatan
b) Hubungan structural : Hubungan yg terjadi berdasarkan jabatan atau struktur masing-
masing perawat dlm menjalankan tugas berdasarkan wewenang &
tanggungjawabnya dlm memberikan pelayanan keperawatan.
c) Hubungan interpersonal : Hubungan perawat dengan perawat yg lazim & terjadi
secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi tidak terkait dengan pekerjaan & tidak
membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya
Jenis Komunikasi Antar Petugas Kesehatan

(3) Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi


Perawat membantu klien membangun pengertian yg benar dan jelas
tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan
turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan
bersama tenaga kesehatan lainnya.

(4) Komunikasi Perawat dengan Tim Kesehatan Lain


Didalam lingkungan kerja, perawat dan tim kesehatan membutuhkan
interaksi sosial dan terapeutik untuk membangun kepercayaan dan
meperkuat hubungan. Perawat membutuhkan persahabatan, dukungan,
bimbingan, dan dorongan dari pihak lain untuk mengatasi tekanan akibat
stress pekerjaan dan harus dapat menerapkan komunikasi yang baik dengan
klien, sejawat dan rekan kerja.
Penyebab Miss Comunication

1) Instruksi yang diberikan 4) Masih adanya petugas


kesehatan yang tidak
kurang jelas dan petugas yg
menganggap tenaga
diberikan instruksi tidak kesehatan yang lain sebagai
meminta klarifikasi mitra

5) Masih lemahnya aturan


2) Tidak terjadi interaksi mengenai hak &
verbal sama sekali tanggungjawab masing-
masing petugas kesehatan

3) Pemberi instruksi tidak


meyakinkan bahwa
instruksinya dimengerti
oleh petugas yang lain
PART 03
Kebijakan yang mendukung
keselamatan pasien

Enter text here.Enter text here.Enter text here.Enter text here.


Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien

1. Kebijakan Permenkes 1691 / VIII / 2011 Tentang “Keselamatan Pasien Rumah Sakit”
(Pasal 5, 6, Pasal 7 ; Standar Keselamatan Pasien, Pasal 8 ; Sasaran Keselamatan Pasien,
Pasal 9 ; Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit)
2. Pasal 43 UU No.44/2009 Tentang “Rumah sakit”
• RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien
• Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan
menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan
• RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi
keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri
• Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan untuk
mengoreksi system dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien
• Pemerintah bertanggung jawab mengeluarkan kebijakan tentang keselamatan pasien.
Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien

3. Kebijakan Departemen Kesehatan tentang “Keselamatan pasien rumah sakit”


• Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit.
• Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
• Menurunnya Kejadian Tak Diharapkan (KTD)
• Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD
Aspek Hukum Terhadap Keselamatan Pasien

• Pasal 53 (3) UU NO.36/2009


“Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan harus Mendahulukan
Keselamatan Nyawa Pasien.”

• Pasal 32 UU NO.44/2009
“Pasien Berhak Memperoleh Keamanan dan Keselamatan Dirinya
Selama dalam Perawatan di Rumah Sakit.

• Pasal 32D UU NO.44/2009


“Setiap Pasien Mempunyai Hak Memperoleh Layanan Kesehatan
yang Bermutu Sesuai dengan Standar Profesi dan Standar Prosedur
Operasional”

• Pasal 32Q UU NO.44/2009


“Setiap Pasien MEmpunyai Hak Menggugat dan/atau MEnuntut Rumah Sakit
Apabila Rumah Sakit Diduga Memberikan Pelayanan yang Tidak Sesuai
dengan Standar, Baik secara Perdata atau Pidana”
Tujuan Kebijakan

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS


2. Meningkatnya akuntabilitas RS terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunnya kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di RS
4. Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan KTD
PART 04
Monitoring dan evaluasi
“Patient safety”

Enter text here.Enter text here.Enter text here.Enter text here.


Enter your title here

Mobitoring Evaluasi
Tujuan Monev
Suatu kegiatan mengamati
Proses penentuan nilai
secara seksama suatu keadaan atau
kondisi, termasuk juga perilaku atau
Untuk memberikan gambaran suatu kegiatan, kebijakan,
lengkap tentang implementasi program
kegiatan tertentu dengan tujuan agar atau program. (Yumari,
terutama untuk mengetahui ketercapaian dan
semua data masukan atau informasi
pelaksanaan program dan mengetahui
2017)
yang diperoleh dari hasil pengamatan
kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan
tersebut dapat menjadi landasan dalam
yang terjadi sehingga informasi ini berguna
mengambil keputusan tindakan
bagi pengambil keputusan untuk melakukan
selanjutnya yang diperlukan.
menyesuaian dan perbaikan guna mencapai
(Yumari, 2017)
target yang telah ditetapkan secara efektif
dan efisien.
Pelaksanaan Monev

Pelaksana monitoring dan evaluasi management patient safety yaitu:


1. RS : pimpinan rumah sakit
2. Provinsi : dinas kesehatan
3. Pusat : KKPRS-PERSI

Hal-hal yang menjadi tolak ukur yang dikaji saat pelaksanaan monitoring
dan evaluasi management patient safety adalah sebagai berikut:
4. Budaya keselamatan pasient
5. Pendidikan dan latihan
6. Leadership
7. Pelaporan
8. Standar
9. Implementasi sasaran keselamatan pasien
THANK
YOU !

Anda mungkin juga menyukai