Anda di halaman 1dari 16

Paper

EMPIEMA

Paper ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mengikuti

Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Penyakit Paru


Dosen Pembimbing: RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN
dr. Ahmad Azwar Siregar Sp.P
SMF ILMU PENYAKIT PARU Vahira Nissha Matovani Ray 71210891020
RUMAH SAKIT UMUM
Dr. PIRNGADI Dewi Wulandari Siregar 71210891058
MEDAN
2021
Rezki Marito Pandiangan 71210891030

Riky Fharhan Manurung 71210891061

Putri Silvira 71210891038

Wahyu Gusti Pradha 71210891057


EMPIEMA
Agenda Layout
A PATOGENESIS

B MANIFESTASI KLINIS

C RADIOLOGI

D PENATALAKSANAAN
Empiema
Empiema adalah suatu keadaan di-
mana nanah dan cairan dari jaringan yang
terinfeksi terkumpul di suatu rongga tubuh.
Kata ini berasal dari bahasa Yunani “
empyein “ yang artinya menghasilkan
nanah (supurasi). Empiema paling sering
digunakan sebagai pengumpulan nanah di
dalam rongga di sekitar paru-paru (rongga
pleura).
Hampir 90 % kasus empiema thoraks
disebabkan oleh Stapylococus au-
reus, dan kurang sering akibat
Pneumokokus (terutama tipe 1 dan 3)
dan Haemophilus influenza. Insidens
relative H. influenza telah menurun
sejak pengenalan vaksinasi HiB. Di
negara yang sudah maju insidensi 90%
empiema thoraks pada saat ini sudah
sangat menurun, berkat pengobatan
penyakit pneumonia/ bronchopneu-
monia dengan antibiotik secara
adekuat. Namun di negara yang
sedang berkembang seperti Indone-
sia, insidens masih tinggi. .
Klasifikasi

1. Empiema akut 1. Empiema kronis

Terjadi sekunder akibat Batas tegas antara em-

infeksi di tempat lain. Ter- piema akut dan kronis


Your Picture Here
jadinya peradangan akut sukar ditentukan. Em-

yang diikuti pembentukan piema disebut kronis, bila

eksudat prosesnya berlangsung


lebih dari 3 bulan
Patogenesis

Empiema yang sering terjadi adalah


empyema yang di sebabkan oleh hasil
penetrasi luka di dinding dada. Penyakit
yang berkaitan dengan empyema adalah
D

pneumonia, TB Paru, abses paru,


D

bronkiektasis dan komplikasi Tindakan


bedah.
Patogenesis

Fase Eksudatif Fase Fibrinolitik Fase Organisasi


Cairan efusi kaya Cairan pleura Terjadi perlengke-
akan protein tetapi bertambah kental, tan sehingga
masih belum ken- dijumpai banyak cairan pleura (pus)
tal sel neutrophil fibroblast, kadar terperangkap (lo-
meningkat, tetapi glukosa dan pH cated pus)
kadar glukosa dan menurun.
pH masih normal.
Manifestasi Klinis
Kebanyakan penderita menderita de-
mam. demamnya remitten. takikardi, dysp-
neu, sianosis, batuk-batuk. Pada pemerik-
saan fisik ditemukan tanda-tanda seperti
pleural effusion umumnya. Bentuk thoraks
asimetrik, bagian yang sakit tampak lebih
menonjol, pergerakan nafas pada sisi yang
sakit tertinggal, perkusi pekak, jantung dan
mediastinum terdorong kearah yang sehat,
bila nanahnya cukup banyak sel iga pada
sisi yang sakit melebar, bising nafas pada
bagian yang sakit melemah sampai hilang.
Pemeriksaan darah tepi menunjukkan
leukositosis
Diagnostik
Diagnosis empiema ditegakkan dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Hal penting yang perlu diketahui dari
riwayat klinis pasien di antaranya, adanya faktor
resiko yang harus diketahui ketika pasien masuk,
yaitu riwayat penyakit kronis, abnormalitas kon-
genital atau kromosom, immunocompromised,
penyakit pneumococcal invasif sebelumnya.
Pengetahuan mengenai wilayah geografi dan sta-
tus sosial ekonomi, asal pasien tinggal ialah pent-

D
ing untuk menuntun terapi antibiotik pada beber-

D
apa bakteri, misalnya MRSA merupakan penye-
bab paling umum dari community acquired
pneumonia pada komunitas tertentu.
Gambaran Radiologis

Foto Thorax AP Foto Thorax Lateral CT Scan


Diagnosis Banding
Schwarte
Pleural effusion
Adanya cairan patalogis dalam Gumpalan fibrin yang
rongga pleura. biasanya dise- melekatkan pleura visceralis
babkan oleh mycobacterium dan pleura parietalis setem-
tuberculosis. biasanya pasien pat. schwarte ini tentunya
dating dengan nyeri dada pada akan menurunkan kemam-
sisi yang sakit, bila sudah puan nafas penderita
berlanjut, karena nyeri ini karena gangguan retraksi,
pasien tak dapat miring lagi ke maka akan timbul deformi-
sisi yang sakit. pada pemerik- tas dan kemunduran faal
saan radiologis tampak suatu paru.
kesuraman yang menutupi
gambaran paru normal yang
dimulai dari diaphragma.
Penatalaksanaan
Pada tingkat eksudatif atau efusi pleura parapneumonic,
pemberian obat antibiotik saja masih dapat memberikan
penyebuhan. Jika pengeobatan dengan antibiotika tidak
memberikan hasil, segera lakukan drainase pus dengan
menggunakan torakosentesis atau WSD. Sering diper-
lukan pembilasan rongga pleura melalui irigasi dengan
menggunakan cairan garam fisiologik. Jika Tindakan ini
juga belum menolong, dapat dilakukan torakoskopi,
bahkan torakotomi.
Komplikasi
Sebagai komplikasi dapat terjadi perluasan secara per kon-
tinuitatum, pada infeksi Stapiloccocus, sering timbul fis-
tula broncopleura dan piopneumothoraks. Komplikasi
lokal lainnya, meliputi perikarditis purulen, abses paru,
peritoinitis akibat robekan melalui diafragma, dan os-
teomielitis iga. Komplikasi sepsis seperti meningitis ,
arthritis, dan osteomielitis dapat juga terjadi secara
hematogen. Pada empiema Stapiloccocus, septikimia
jarang terjadi; komplikasi ini sering ditemukan pada in-
feksi H. influenza dan Pneumococus.
Prognosis Mortalitas bergantung pada umur , penyakit penyerta,
penyakit dasarnya dan pengobatan yang adekuat. Angka ke-
matin meningkat pada usia tua atau penyakit dasar yang berat
dank arena terlambat dalam pemberian obat. Empiema memi-
liki prognosis yang buruk apabila tidak dilakukan penan-
ganan awal dan bersifat agresif sejak ditegakkannya diagno-
sis. Meskipun umumnya pasien dapat sembuh, outcome kli-
nis tetap buruk pada pada satu dari lima pasien yang membu-
tuhkan tindakan operasi dan 20% pasien memiliki klinis yang
buruk pada satu tahun pertama sejak penegakan diagnosis.
Terdapat kenaikan sebanyak 1,5 kali dari outocome yang bu-
ruk pada pasien berusia di atas 65 tahun dan populasi im-
munocomprimised.
D
D
Thank you

Anda mungkin juga menyukai