Anda di halaman 1dari 8

JOURNAL READING

Imaging of Pneumonia: An Overview

Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh Program
Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Radiologi
di RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO KOTA SEMARANG

Disusun Oleh :

Novia Karina
30101307029

Pembimbing :

dr. Lia Sasdesi Mangiri, Sp. Rad

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU RADIOLOGI

RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO KOTA SEMARANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

PERIODE 30 April 2018 – 26 Mei 2018


Gambaran Umum Pencitraan Pneumonia

Abstrak

Pneumonia adalah salah satu yang penyebab umum morbiditas dan mortalitas di

penduduk. Pencitraan memainkan peran penting dalam pengelolaan pneumonia.

Sekarang ini, terjadi peningkatan pasien dengan usia ekstrem, status defisiensi

imun, patologi paru yang mendasari, status post-transplantasi, dan infeksi atipikal. Hal

ini memerlukan modalitas pencitraan cross-sectional seperti Computed Tomografi (CT)

untuk mnegevaluasi temuan radiografi tersebut, baik atipikal ataupun non-spesifik. CT

dapat membantu mengerucutkan diagnosis banding, dan mengetahui agen penyebab.

Selain itu, membantu mengidentifikasi penyebab pneumonia yang belum diketahui,

komplikasi pneumonia pulmonal dan non-pulmonar. Pneumonia dikelompokkan

menjadi tiga jenis yakni, pneumonia yang didapat dari komunitas, dari infeksi

nosokomial dan aspirasi. Penting untuk membedakan ketiga tipe ini, karena dengan

faktor host dan organisme etiologi yang berbeda, membutuhkan manajemen pengelolaan

yang berbeda pula.

Mengetahui latar belakang dan korelasi klinis melalui temuan pencitraan dapat

membantu dalam deteksi dini kuman patogen dan membantu dokter dalam melakukan

pengelolaan yang tepat. Pencitraan juga membantu tindak lanjut pasien untuk mengamati

respon terapi. Pencitraan cross-sectional bisa membantu menyingkirkan diagnosis

banding yang mirip dengan pneumonia.


Pendahuluan

Pneumonia adalah salah satu penyebab umum dari morbiditas dan mortalitas pada

penduduk. Pencitraan memainkan peran penting dalam pengelolaan pneumonia. Pada

pasien yang menderita demam, batuk dan berdahak, pencitraan membantu dalam

mengkonfirmasikan diagnosis Pneumonia. Namun, identifikasi agen penyebab dengan

pencitraan tidak selalu dapat diketahui, karena hasil pencitraan mungkin non-spesifik.

Respon paru-paru terhadap radang atau infeksi memang terbatas, sebagian besar

menunjukan opasitas alveolar, dan sebagian penyakit yang tidak infeksius mungkin

memiliki gambaran menyerupai pneumonia. Radiografi dada memegang peran penting

dalam investigasi radiologi pada pasien dengan pneumonia begitupun dalam

penatalaksanaannya. Namun, karena adanya peningkatan pasien dengan umur yang

ekstrem, status kekebalan tubuh yang buruk, diserrtai adanya patologi pada paru-paru,

atau pada pasien pasca transplantasi, dan juga infeksi akibat organisme atipikal, perlu

menggunakan modalitas pencitraan yang lebih, seperti computed tomography (CT) untuk

menemukan radiografi dada atipikal ataupun non-spesifik. CT juga membantu dalam

menentukan penyebab pneumonia, komplikasi pneumonia pulmonar ataupun non-

pulmonar dan membantu dalam pemilihan biopsi paru transbronchial atau biopsi

perkutan dan drainase abses atau koleksi pleura. Artikel ini menjelaskan berbagai jenis

pneumonia dengan penekanan khusus pada pneumonia dengan defisiensi imun.

Klasifikasi Pneumonia

Pneumonia diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yakni : pneumonia ringan,

pneumonia berat dan pneumonia aspirasi. Penting membedakan ketiga jenis pneumonia

ini karena dengan faktor host dan etiologi yang berbeda memerlukan penanganan yang
berbeda pula. Berdasarkan gambaran radiologi, pneumonia dapat diklasifikasikan

menjadi: pneumonia lobaris, lobularis dan interstitial. Pengklasifikasian ini kadang

berguna untuk menentukan mikroorganisme penyebabnya. Bagaimanapun gambaran

radiologi harus dikorelasikan dengan penemuan klinis yang dapat digunakan untuk

mendiagnosis. Sebagai contohnya, mikroorganisme tunggal dapat bermanifestasi

menjadi banyak gambaran, seperti mycobacterium tuberculosis yang menunjukan adanya

konsolidasi, nodul, corakan milier dan lain-lain. Namun, pasien defisiensi imun dengan

kelainan di paru-paru mungkin tidak memiliki gambaran klinis yang jelas. Kecurigaan

klinis dan pengkorelasian dengan gambaraan radiologi dapat membantu mengidentifikasi

jenis organisme yang menjadi penyebab penyakit pasien.

Gambaran Morfologi Pneumonia

Airspace Consolidation/ Pneumonia Lobaris

Dalam konsolidasi, Rusaknya alveoli akibat mikroorganisme menyebabkan

peningkatan sekresi cairan ke dalam alveoli yang selanjutnya menyebar melalui terminal

kolateral (pori-pori Kohn) dan tersebar ke seluruh segmen atau lobus. Konsolidasi paru

disebabkan oleh cairan, seluler Infiltrasi, dan eksudat fibrinous. Pneumonia Lobar

ditandai dengan konsolidasi homogen dengan bentuk relatif bermargin pada parenkim

paru dengan nafas yang paten sehingga menghasilkan tanda bronkogram. Penyebab

paling umum pneumonia lobar antara lain: Streptococcus pneumonia, Chlamydia

pneumophila, Mycoplasma pneumonia dan Klebsiella pneumonia.

Bronkopneumonia / Pneumonia lobularis

Pada pneumonia lobularis, organisme penyebab secara langsung menyerang

saluran udara periferal dan merusa bronkiolus terminalis dan respiratorius menyebabkan

nekrosis dinding yang menyebabkan terjadinya bronchiolitis dan bronkitis yang


selanjutnya menyebabkan sekresi cairan dan sel-sel inflamasi dan kemudian melibatan

parenkim paru. Secara radiologis, terlihat sebagai nodul sentrilobular atau peribronchial

ringan yang kemudian menjadi konsolidasi padat. Penyebab paling umum

bronchopneumonia adalah Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.

Terkadang dapat disebbakan oleh Hemophilus influenzae, Mycoplasma pneumonia, dan

Mycobacterium tuberculosis.

Pneumonia interstisial

Pneumonia interstisial adalah akibat sekunder agen infeksius yang merusak sel

epitel bersilia dan sel-sel kelenjar mukosa bronkial karena edema dan limfositik. Infiltrasi

seluler terjadi. Hal ini menyebabkan infiltrasi alveolar dan penebalan septum interstisial.

Temuan pencitraan antara lain adanya gambaran: opasitas ground glass, retikuler linier

atau retikulonodular, dan nodul acak atau bercak konsolidasi. Selain pneumonia karena

virus, Mycoplasma Pneumonia dan Chlamydia adalah yang patogen paling umum yang

menyebabkan pneumonia interstisial, bersama-sama mereka disebut sebagai pneumonia

atipikal.

Gambaran Nodular Predominan

Pola unik ini merupakan akibat sekunder penyebaran patogen secara hematogen

atau pembentukan granuloma. Sebagian besar nodul yang sering ditemui adalah akibat

sekunder embolisme septik, tuberkulosis, atau infeksi jamur dan jarang Infeksi virus

(misalnya, pneumonia Varicella zoster). Nodul acak terlihat yang tidak terbatas

segmental atau corakan bronkovaskular.

Klasifikasi Klinik Radiologi Pneumonia

Pneumonia didapat dari komunitas

Organisme penyebab yang paling sering pneumonia pada pasien yang sebelumnya

sehat adalah bakteri gram positif seperti Streptococcus pneumonia dan bakteri atipikal
seperti itu Mycoplasma pneumoniae dan Legionella pneumophila. Pada pasien lanjut usia

dengan status kekebalan tubuh yang buruk, Staphylococcus, Bakteri gram negatif dan

Streptococcus adalah patogen penyebab mayoritas kasus. Streptococcus Pneumonia

adalah penyebab paling umum dari 40% kasus. Pneumonia ini, sebagian besar

berhubungan dengan efusi parapneumonik ringan.

Pneumonia nosokomial / pneumonia yang didapat di Rumah Sakit

Pneumonia nosokomial (NP) atau pneumonia yang didapat di rumah sakit

didefinisikan sebagai pneumonia yang terjadi 48 jam setelahnya masuk rumah sakit,

tidak termasuk infeksi yang pada saat masuk rumah sakit. NP juga Termasuk pneumonia

yang terjadi dalam 48 jam setelah keluar dari rumah sakit. Hal ini dibagi menjadi dua

jenis yakni, Pneumonia terkait ventilator (VAP) dan pneumonia yang tidak terkait

ventilator. Penderita pengguna ventilator memiliki risiko lebih tinggi terkena pneumonia

dan juga memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi. Status kekebalan pasien, usia

ekstrim, tingkat keparahan kondisi komorbiditas, dan masa tinggal di rumah sakit yang

lebih lama adalah faktor resiko untuk NP. Bakteri Gram negatif aerob, seperti:

Escherichia coli dan P. aeruginosa, Staphylococcus aureus, Dan Streptococcus

pneumonia adalah organisme etiologi umum. Infeksi polimikroba sering terjadi. Dalam

VAP, Jika periode awal dalam 5 hari agen etiologi ventilasi adalah Streptococcus

pneumonia, Hemophilus Influenza, dan Moraxella catarrhalis. Onset terlambat VAP

(setelah 5 hari) biasanya akibat Gram-negatif aerobik batang dan staphylococcus aureus

yang resisten methicillin. Peran radiologi di NP adalah untuk diagnosa dan tindak lanjut.

Sulit secara radiologis untuk mengidentifikasi agen etiologi yang menunjukkan

konsolidasi multilobar sebagai penemuan yang dominan. Temuan pencitraan mungkin

juga mirip dengan sindrom distres pernafasan akut.


Pneumonia Aspirasi

Aspirasi didefinisikan sebagai asupan bahan padat atau cair ke saluran udara dan

paru-paru. Pneumonia aspirasi terjadi karena mikroorganisme atau karena bahan kimia

misalnya asam lambung. Penyebab patogen yang umum adalah organisme yang

menyerang oropharynx dan lambung. Organisme penyebab paling umum adalah bakteri

gram-negatif anaerob. Pneumonia aspirasi juga bisa akut atau kronis. Pada aspirasi akut,

lobar atau segmental Pneumonia, bronchopneumonia, abses paru, dan Empiema.

Pneumonia aspirasi kronis Biasanya karena aspirasi berulang dan dipandang sebagai

fokal nodul sentrilobular atau penebalan peribronkial. Segmen posterior lobus atas dan

atasan Segmen lobus bawah biasanya terpengaruh.

Infeksi pada Pasien defisiensi imun

Meningkatnya prevalensi pasien dengan diabetes mellitus, imunosupresi pasca

transplantasi dan pasien dengan kelainan defisiensi imun yang didapat atau bawaan,

terjadi peningkatan infeksi oleh organisme atipikal. Patogen yang paling umum

menyebabkan infeksi meliputi jamur (Pneumocystis jiroveci, Aspergillus,

Mucormycosis, Histoplasmosis, Candida, dan Cryptococcus), bakteri (Pseudomonas,

Pneumonia Streptococcal, Staphylococcal, Nocardiosis, Legionella, Rhodococcus dll),

dan virus (Cytomegalovirus, Herpes simpleks, dan influenza).

Komplikasi Pneumonia

Komplikasi setelah infeksi paru sering terjadi pada pasien defisiensi imun.

Komplikasi yang paling sering ditemui adalah efusi pleura, empiema, kavitasi, fistula

bronkopleural, hidropneumotoraks, dan keterlibatan dinding dada efusi pleura reaktif

biasanya terjadi terkait dengan streptococcal dan Gram-negative Pneumonia. Empyema

biasanya terlihat pada pneumonia sekunder organisme gram negatif dan pneumonia

aspirasi. Kavitasi biasanya terlihat pada infeksi anaerobik, TB, dan infeksi jamur.
Keterlibatan dinding dada berupa erosi tulang rusuk dan pembentukan abses terlihat pada

TB, Nocardiosis, dan Actinomycosis. Pneumatoceles yang mengarah ke pneumotoraks

biasanya terjadi pada pneumonia staphylococcal. Gangren paru dapat terjadi pada kasus

yang parah Staphylococcal dan Klebsiella pneumonia namun sangat jarang.

Kesimpulan

Pencitraan memainkan peran penting dalam pengelolaan pneumonia. Mengetahui

latar belakang dan korelasi klinis dengan penemuan pencitraan dapat membantu dalam

deteksi dini patogen dan membantu dokter memberikan pengelolaan yang tepat.

Pencitraan juga membantu dalam tindak lanjut pasien untuk menilai respon terhadap

terapi. Pencitraan dapat mengidentifikasi komplikasi pneumonia. Selain itu, pencitraan

khususnya Cross-sectional, membantu menyingkirkan penyakit paru-paru lainnya yang

mirip dengan pneumonia.

Anda mungkin juga menyukai