0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
3 tayangan38 halaman
1. Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya berdasarkan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen.
2. Terdapat beberapa jenis kromatografi seperti kromatografi kertas, kolom, dan lapis tipis.
3. Kromatografi lapis tipis (KLT) digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobik dengan menggunakan fase
1. Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya berdasarkan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen.
2. Terdapat beberapa jenis kromatografi seperti kromatografi kertas, kolom, dan lapis tipis.
3. Kromatografi lapis tipis (KLT) digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobik dengan menggunakan fase
1. Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya berdasarkan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen.
2. Terdapat beberapa jenis kromatografi seperti kromatografi kertas, kolom, dan lapis tipis.
3. Kromatografi lapis tipis (KLT) digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobik dengan menggunakan fase
PENDAHULUAN • Teknik analisis yang paling sering digunakan dalam analisis farmasi. • Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen. PENDAHULUAN • Berdasarkan teknik kerja dan jenis bahan yang digunakan, kromatografi dibedakan antara lain menjadi: Kromatografi Kertas Kromatografi Kolom Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi Gas 1. Kromatografi Kertas • Kromatografi Kertas adalah kromatografi yang menggunakan kertas selulosa murni yang mempunyai afinitas besar terhadap air atau pelarut polar lainnya. • Kromatografi kertas digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-komponen penyusun campuran tersebut. Prinsip Kerja Pelarut bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen bergerak pada laju yang berbeda, dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna. Cara Kerja • Kertas yang digunakan adalah Kertas Whatman No. 1. Cara Kerja • Sampel ditetaskan pada garis dasar kromatografi kertas. • Kertas digantungkan pada wadah yang berisi pelarut dan terjenuhkan oleh uap pelarut. • Penjenuhan udara dengan uap, menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut pada kertas. a) Sampel ditetaskan pada garis dasar kromatografi kertas. Kertas digantungkan pada wadah yang berisi pelarut dan terjenuhkan oleh uap pelarut. b) Penjenuhan udara dengan uap, menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut pada kertas. c) Pelarut akan bergerak lambat pada kertas, dan komponen-komponen penyusun sampel/campuran juga akan bergerak pada laju yang berbeda. Campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna. 2. Kromatografi Kolom • Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan media kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Prinsip Kerja • Berdasarkan perbedaan absorbsi dan afinitas komponen-komponen penyusun campuran terhadap permukaan fase diam. • Absorben bertindak sebagai fase diam dan fase geraknya adalah cairan yang mengalir membawa komponen campuran sepanjang kolom. • Sampel yang mempunyai afinitas besar terhadap absorben (fase diam), akan secara selektif tertahan dan afinitasnya paling kecil terhadap cairan (fase gerak). Cara Kerja
1. Sampel yang dilarutkan dalam sedikit pelarut, dituangkan melalui atas
kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam adsorben/bahan penyerap (fase diam). 2. Komponen dalam sampel diadsorbsi dari larutan secara kuantitatif oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada permukaan atas kolom. 3. Dengan penambahan pelarut secara terus menerus, masing-masing komponen akan bergerak turun melalui kolom dan akan terbentuk pita yang setiap zona berisi satu macam komponen. 4. Setiap zona yang keluar kolom, dapat ditampung dengan sempurna sebelum zona yang lain keluar kolom. 3. Kromatografi Lapis Tipis • Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang digunakan. • Kromatografi Lapis Tipis dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. • Proses pengembangan KLT sama seperti kromatografi kertas dengan kelebihan: aliran lebih cepat, pemisahan lebih baik, dan banyak pilihan fasa diam. Prinsip Kerja • KLT menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. • Gel silika/ alumina merupakan fase diam. • Fase gerak/eluen merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. • Prinsip kerjanya → memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya biasanya berupa campuran pelarut yang disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Pelaksanaan KLT A. Fase Diam B. Fase Gerak C. Aplikasi (Penotolan) Sampel D. Pengembangan E. Deteksi Bercak F. Perhitungan Nilai Rf A. Fase Diam • Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penyerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 μm. • Biasanya yang digunakan sebagai fase diam adalah plat tipis yang dilapisi adsorben seperti silika gel, alumina, ataupun selulosa • Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya. B. Fase Gerak • Fase gerak atau sering disebut eluen, biasanya merupakan campuran yang berbeda polaritasnya. • Kepolaran dari fase gerak (eluen) sangat berpengaruh terhadap nilai Rf (faktor retensi) yang diperoleh • Sistem atau fase gerak yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. B. Fase Gerak • Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak: Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sensitif. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga/nilai Rf terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silica gel, polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solute yang berarti juga menentukan nilai Rf. C. Aplikasi (Penotolan) Sampel • Untuk memperoleh hasil optimal, volume sampel yang ditotolkan paling sedikit 0,5 μl. • Jika volume sampel yang akan ditotolkan lebih besar dari 2-10 μl, maka penotolan harus dilakukan secara bertahap dengan dilakukan pengeringan antar totolan. D. Pengembangan • Bila sampel telah ditotolkan maka tahap selanjutnya adalah mengembangkan sampel dalam bejana kromatografi yang sebelumnya telah dijenuhi dengan uap fase gerak. • Tepi bagian bawah lempeng tipis yang telah ditotoli sampel dicelupkan kedalam fase gerak kurang lebih 0,5-1 cm. • Tinggi fase gerak dalam bejana harus dibawah lempeng yang telah berisi totolan sampel. E. Deteksi Bercak • Deteksi bercak pada KLT dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara kimia maupun fisika. • Cara kimia yang biasa digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Contoh; Penyemprotan dengan larutan ninhidrin • Cara fisika yang dapat digunakan untuk menampakkan bercak adalah dengan cara pencacahan radioaktif dan fluorosensi sinar ultraviolet. Fluorosensi sinar ultraviolet terutama untuk senyawa yang dapat berfluorosensi, membuat bercak akan terlihat jelas. F. Perhitungan Nilai Rf • Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif. Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun ukuran jarak plat nya berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai ini digunakan sebagai nilai perbandingan relatif antar sampel. • Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam, sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi. • Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. • Bila identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki karakteristik yang sama atau mirip. Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda, senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda. Perhitungan Nilai Rf
• Untuk identifikasi dari senyawa-senyawa yang
terpisah dari lapisan tipis menggunakan harga Rf (Racing factor / Faktor Retensi). • Rf merupakan jarak yang ditempuh oleh komponen, dibagi dengan jarak yang ditempuh eluen. • Perhitungan nilai Rf didasarkan atas rumus : Cara Kerja Cara kerja pada KLT hampir sama dengan penggunaan kromatografi kertas, hanya saja pada KLT fase diamnya menggunakan plat tipis berupa gelas/ logam/alumunium foil, sedangkan pada kromatografi kertas menggunakan kertas saring. Prosedur yang sering dilakukan pada saat KLT : • Sejumlah kecil spot larutan yang mengandung sampel diaplikasikan/ditotolkan pada pelat, sekitar 1,5 cm dari dasar pelat. Pelarut sampel diuapkan hingga habis, karena dapat mengganggu pemisahan. Jika digunakan pelarut yang tidak volatil untuk melarutkan sampel, pelat harus dikeringkan dalam bejana vakum. • Pelarut/eluen yang sesuai dituangkan ke dalam gelas piala atau wadah transparan yang sesuai dengan kedalaman paling tinggi 1 cm. Kemudian setelah itu biasanya dilakukan penjenuhan bejana dengan cara selembar kertas saring diletakkan ke dalam bejana sehingga dasarnya menyentuh pelarut dan kertas bersandar pada dinding bejana. Bejana ditutup dengan penutup kaca atau lainnya dan biarkan selama beberapa menit untuk menaiki kertas saring dan menjenuhi ruang udara bejana. Kegagalan dalam penjenuhan bejana akan menghasilkan pemisahan yang buruk dan hasil yang tidak optimal. • Pelat KLT kemudian diletakkan di dalam bejana sedemikian rupa sehingga spot sampel tidak mengenai permukaan eluen di dalam bejana, kemudian bejana ditutup. Pelarut akan mendaki pelat berdasarkan gaya kapilaritas, bertemu dengan campuran sampel dan membawanya naik mendaki pelat (mengelusi sampel). Pelat harus dikeluarkan dari dalam bejana sebelum pelarut menyentuh bagian atas dari fasa diam, kemudian dikeringkan. Pemisahan senyawa terjadi berdasarkan kompetisi pengikatan solut dan solven pada fasa diam. Misalnya, jika digunakan silika gel sebagai fasa diam, maka fasa diam bersifat polar. Jika dua senyawa yang berbeda kepolarannya melintas, maka senyawa yang lebih polar akan memiliki interaksi dengan silika gel lebih kuat daripada senyawa penyusun campuran lainnya, sehingga senyawa tersebut akan tertahan di fase diam dan sedikit bergerak oleh fase gerak (nilai Rf nya kecil). Sedangkan senyawa yang kurang polar akan bergerak lebih tinggi pada pelat (menghasilkan nilai Rf yang lebih besar). 4. Kromatografi Gas • Kromatografi Gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen-komponennya dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati suatu lapisan serapan (sorben) yang diam. Prinsip Kerja • Gas pembawa (biasanya menggunakan helium, argon/ nitrogen) dengan tekanan tertentu dialirkan secara konstan melalui kolom yang berisi fase diam. • Komponen sampel akan terabsorbsi oleh fase diam dengan kecepatan berbeda. Cara Kerja • Sampel diinjeksikan ke injektor yang suhunya telah diatur. • Setelah sampel menjadi uap, akan dibawa oleh aliran gas pembawa menuju kolom. • Kemudian didalam kolom, komponen akan terabsorbsi oleh fase diam sampai terjadi pemisahan. • Komponen yang terpisah menuju detektor akan menghasilkan sinyal listrik yang besarnya proporsional. • Sinyal listrik akan diperkuat oleh amplifier. • Kromatogram akan dicatat oleh recorder berupa puncak. Prinsip Kromatografi Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini. Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan (kapilaritas) komponen dalam medium tertentu Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat Semua kromatografi memiliki fase diam dan fase gerak. Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda