Anda di halaman 1dari 23

PAJAK

EKONOMI
XI MIPA 4
ANGGOTA
KELOMPOK 6

o Zulfiani Aisah
o Adrian Rasyeed
A
o Alya Fahira
o Defha Cassayyan
o Fathiyanazifa

SMA NEGERI 8 PEKANBARU Devita


o M Charel Wardi
JL. Abdul Muis No.14
Pekanbaru
T.P 2020/2021
PAJAK
F
MAIN
G MENU
H
Sumber : http://
sportschuheherren2.blogspot.com/2017/01/dodge-car-indonesia.html
BAB
VVI
F PAJ
G AK
F. Objek Pajak

H G. Alur Administrasi Perpajakan di Indonesia

H. Tantangan Pemungutan Pajak


F. OBJEK PAJAK
1. Objek Pajak Penghasilan (PPh)
F 2. Objek Pajak Pertambahan Nilai
(PPN)
3. Objek Pajak Penjualan atas Barang
G Mewah (PPnBM)
4. Objek Pajak Bumi dan Bangunan
5. Objek Pajak Bea Perolehan Hak
H Atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB)
6. Objek Pajak Bea Meterai
Sumber : https://
www.goriau.com/berita/baca/mulai-hari-ini-pelayanan-pembayaran-pajak-kendaraan-dan-bbnkb-di-samsat-seluru
h-riau-diperpanjang-hingga-sore-berikut-info-lengkapnya.html
F. OBJEK PAJAK
1.Objek Pajak Penghasilan (PPh)
F Objek pajak penghasilan adalah setiap
Menurut ketentuan UU NO. 7 Tahun
1983 yang telah di perbarui oleh UU
tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak.
NO. 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat (1) yang

G
termasuk dalam penghasilan.
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
Penghasilan ini bisa berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam

H untuk menambah kekayaan Wajib Pajak bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-
yang bersangkutan, dengan nama dan undang.
dalam bentuk apa pun.
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan
penghargaan
3. Laba usaha.
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan
harta.
F. OBJEK PAJAK
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah 12. Keuntungan selisih kurs mata.
dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan

F pengembalian pajak.

6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena


13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

14. Premi asuransi, termasuk premi reasuransi.


jaminan pengembalian utang.
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari

G
7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang
dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
pembagian sisa hasil usaha koperasi.
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan
8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak. yang belum dikenakan pajak.

H
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta. 17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah. 18. Imbalan
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala. bunga.

11. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai 19. Surplus Bank Indonesia.
dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan.
F. OBJEK PAJAK
2. Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
F Pajak Pertambahan Nilai atau PPN
Dengan pasal 4 UU No. 8 Tahun 1984,
sebagaimana telah diubah terakhir
adalah pungutan yang dibebankan dengan UU No. 18 tahun 2000.
atas transaksi jual-beli barang dan

G
1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena
jasa yang dilakukan oleh wajib Pajak (JKP) di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pajak pribadi atau wajib pajak pengusaha.
badan yang telah menjadi
Pengusaha Kena Pajak (PKP). 2. Impor Barang Kena Pajak.

H
3. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari
luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

4. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean


di dalam Daerah Pabean.

5. Ekspor Barang Kena Pajak berwujud atau tidak


berwujud dan Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha
Kena Pajak (PKP).
F. OBJEK PAJAK
3. Objek Pajak penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
F Pajak Penjualan Atas Barang Pasal 5 UU No. 8 tahun 1984
Mewah (PPnBM) merupakan sebagaimana diubah dengan UU No.
pajak yang dikenakan pada barang 18 Tahun 2000

G yang tergolong mewah yang PPnBM sangatlah penting untuk diterapkan, karena :
1. Agar tercipta keseimbangan pembebanan pajak antara
dilakukan oleh produsen konsumen yang berpenghasilan rendah dan konsumen
(pengusaha) untuk menghasilkan yang berpenghasilan tinggi.
atau mengimpor barang tersebut

H
dalam kegiatan usaha atau 2. Untuk mengendalikan pola konsumsi atas Barang Kena
pekerjaannya. Pajak yang tergolong mewah.

3. Perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional.

4. Mengamankan penerimanaan negara.


F. OBJEK PAJAK

F Prinsip Pemungutan Pajak Penjualan atas Barang Mewah ialah hanya 1 (satu) kali saja, yaitu pada saat:

1. Penyerahan oleh pabrikan atau produsen Barang Kena Pajak yang tergolong mewah.

2. Impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah.

G Barang-barang yang tergolong mewah dan harus dikenai PPnBM ialah:

H 1. Barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok.

2. Barang yang hanya dikonsumsi oleh masyarakat tertentu.

3. Barang yang hanya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi.

4. Barang yang dikonsumsi hanya untuk menunjukkan status atau kelas sosial.
F. OBJEK PAJAK
4. Objek Pajak Bumi dan Bangunan
F Pajak Bumi dan Bangunan adalah
Dengan pasal 4 UU No. 8 Tahun 1984,
sebagaimana telah diubah terakhir
pungutan atas tanah dan bangunan yang
muncul karena adanya keuntungan atau
dengan UU No. 18 tahun 2000.

G
kedudukan sosial ekonomi bagi seseorang
atau badan yang memiliki suatu hak Contoh objek bangunan:
Contoh objek
atasnya, atau memperoleh manfaat dari
padanya. bumi:
a) Rumah tinggal.
Pajak Bumi dan Bangunan b) Bangunan usaha.

H
bersifat kebendaan. Artinya, besaran a) Sawah.
c) Gedung bertingkat.
pajak terutang ditentukan dari keadaan b) Ladang. d) Pusat perbelanjaan.
objek yaitu bumi dan/atau bangunan. c) Kebun. e) Pagar mewah.
Sedangkan keadaan subjeknya tidak ikut d) Tanah. f) Kolam renang.
menentukan besarnya barang. e) Pekarangan. g) Jalan tol.
f) Tambang.
F. OBJEK PAJAK
Objek pajak tersebut harus memiliki kriteria tertentu yang tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Yaitu :

F  Objek pajak tersebut digunakan semata-mata untuk kepentingan umum dibidang ibadah, sosial,
kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan.

G
 Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan hal tersebut.

 Objek pajak merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggemkbalaan yang dikuasai suatu desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.

H  Objek pajak digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsultan berdasarkan asas perlakuan
timbal balik.

 Objek pajak digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh
menteri keuangan.
F. OBJEK PAJAK
5. Objek Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
F Bangunan (BPHTB)
BPHTB adalah pungutan atas
perolehan hak atas tanah dan atau

G bangunan.

Pungutan ini ditanggung oleh


Objek pajak bea perolehan hak atas
tanah dan/atau bangunan , meliputi
pembeli dan hampir mirip dengan hal berikut.

H Pajak Penghasilan (PPh) bagi


penjual. A. Pemindahan hak.
B. Pemberian hak baru.
Dengan begitu, pihak penjual dan
pembeli sama-sama memiliki
tanggung jawab untuk membayar
pajak.
A. Pemindahan hak karena :
F. OBJEK PAJAK
1) jual beli. B. Pemberian hak baru karena :

F
2) tukar – menukar.
3) hibah. 1) kelanjutan pelepasan hak , dan

4) hibah wasiat. 2) di luar pelepasan hak Adapun yang dimaksud


5) waris.

G 6) pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya.


7) pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan. hak atas tanah di antaranya :

8) penunjukan pembeli dalam lelang. a) hak milik.

H
9) pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan
b) Hak guna usaha.
hukum tetap.
10) penggabungan usaha. c) Hak guna bangunan.

11) peleburan usaha. d) Hak pakai .


12) pemekaran usaha.dan.
e) hak milik atas satuan rumah susun. Dan.
13) Hadiah.
f)Hak pengelolaan.
F. OBJEK PAJAK
objek pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah objek pajak yang

F diperoleh:

a. Perwakilan diplomatik , konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik.


b. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan /atau untuk pelaksanaan pembangunan guna kepentingan

G umum .
c. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan keputusan menteri dengan syarat
tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan

H organisasi tersebut.
d. Dorang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan hukum lain dengan tidak adanya
perubahan nama.
e. Orang pribadi atau badan karena wakaf.
f. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.
F. OBJEK PAJAK
6. Objek Pajak Bea Materai
F Dokumen yang dikenakan bea meterai adalah,

a. Surat perjanjian dan surat lainnya yang dibuat

G
dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat d. Surat yang memuat jumlah uang.
pembuktian mengenal perbuatan , kenyataan , atau
keadaan yang bersifat perdata. e. Surat berharga seperti weselpromes, aksep, dan cek

b. Akta-akta notaris termasuk salinannya f. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat

H c. Akta-akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta


tanah,termasuk rangkap-rangkapnya.
pembuktian di mula pengadilan, yaitu surat-surat
biasa dan suratsurat kerumah tanggaan, dan surat-
surat yang semula tidak dikenakan bea meterai
berdasarkan tujuannya jika digunakan untuk tujuan
lain atau digunakan oleh orang lain, selain dari
maksud semula.
LUR ADMINISTRASI PERPAJAKAN DI INDO
Administrasi Perpajakan perlu diadakannya perbaikan, guna dalam rangka peningkatan pelayanan kepada

F masyarakat wajib pajak. Reformasi administrasi perpajakan juga dibutuhkan untuk meningkatkan
kemampuan Direktorat Jenderal Pajak dalam mengawasi pelaksanaan ketenuan perpajakan yang berlaku
dengan prinsip prinsip Good Governance. Good Corporate Governance dilandasi sifat transparan,
akuntabel, responsive, independen, dan adil.

G Sistem baru ini, dimana organisasi dirancang berdasarkan


fungsinya sehingga akan memungkinkan pemberian pelayanan
prima karena adanya Staf Pendukung Pelayanan Khusus atau
Account Representative (AR) yang dipilih dan bekerja secara

H professional, dengan kompetensi tinggi dan memadai. Hal ini akan


membuat semua kegiatan pelayanan, mulai dari penyuluhan,
pembinaan, hingga pengawasan wajib pajak lebih terarah dan
terukur.
LUR ADMINISTRASI PERPAJAKAN DI INDO
Account Representative (AR) berfungsi untuk menjembatani antara KKP dengan wajib pajak serta

F mengoptimalkan fungsi bimbingan, konsultasi, dan pembinaan kepada wajib pajak . Dengan kata lain, AR
adalah pegawai yang ditunjuk sebagai liaison officer antara KKP dengan wajib pajak, yang bertanggung
jawab dan berwenang untuk memberikan pelayanan secara langsung, edukasi , asistenti, serta mendorong
dan mengawasi pemenuhan hak dan kewajiban wajib pajak.

G Sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menjalankan pemerintahan yang bersih dan berwibawa,
Direktorat Jenderal Pajak berikut unit-unit di bawahnya akan menerapkan perangkat dan sistem untuk
menciptakan Good Corporate Governance. Perangkat yang tersedia yaitu kode etik pegawai DJP, Komite
kode etik untuk mengawasi pelaksanaan kode etik, kerja sama dengan Inspektorat Jenderal Departemen

H Keuangan untuk meningkatkan intensitas, dan efektivitas pengawasan konsolidasi internal secara
berkesinambungan. Pegawai yang ditempatkan di lingkungan KKP madya telah memenuhi standar atau
kualifikasi tertentu berdasarkan beberapa tahapan seleksi yang dilakukan secara ketat.
LUR ADMINISTRASI PERPAJAKAN DI INDO
F Dengan reformasi administrasi perpajakan, wajib pajak memperoleh manfaat antara lain, seperti berikut :

Wajib Pajak akan memperoleh pelayanan yang lebih baik karena didukung oleh pegawai yang
professional. Permasalahan perpajakan yang dihadapi wajib pajak dapat diselesaikan secara lebih cepat

G sehingga kepastian hukum lebih terjamin. Hak dan kewajiban perpajakan wajib pajak dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Kantor Pelayanan pajak madya dilengkapi sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan system
dan prosedur yang modern. Dengan dikembangkannya praktik-praktik Good Corporate Governance

H
secara sungguh-sungguh, diharapkan dapat meningkatkan citra Direktorat Jenderal Pajak serta
menghindarkan terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh aparat perpajakan.
H. TANTANGAN PEMUNGUTAN PAJAK 2. Banyaknya metode dalam melakukan bisnis yang
mampu menghindarkan aktivitas perusahaan dari

F
pajak.
Pajak adalah kewajiban dari masyarakat
suatu negara untuk mengisi sisa Tidak sedikit pula perusahaan yang berusaha untuk
kekosongan kas negara dengan menghindari pajak dengan melakukan metode tertentu
membayar iuran. Kas negara ini nantinya dalam berbisnis. Hal ini tidak sepatutnya dilakukan

G
karena hasil pajak adalah untuk kepentingan bersama.
akan dipakai untuk keperluan rakyat yang
berupa pemerataan pembangunan melalui 3. Rumitnya aturan-aturan dalam pajak sehingga sulit
dana APBN. pajak yang sesuai dengan keadaan
1. Menetapkan untuk ditetapkan nominal sepantasnya.

H
sebenarnya.
Rumitnya aturan-aturan dalam pajak mengakibatkan
Penetapan pajak haruslah disesuaikan oleh kebutuhan sulitnya mematok nominal pajak. Di sisi lain aturan
negara yang berbeda-beda termasuk pula memberikan ini juga dipergunakan untuk meminimalisir bahkan
pendanaan pada setiap daerah. Daerah juga harus paham menghilangkan praktik KKN dalam pajak itu sendiri.
benar dan memprakirakan hal terburuk sekalipun untuk
mencegah pemberian dana berlebihan ke satu daerah
saja.
H. TANTANGAN PEMUNGUTAN PAJAK

F 4. Banyaknya mafia-mafia pajak


yang melakukan KKN dalam
pemungutan pajak.
Selain hal tersebut, beberapa faktor lainnya yang
dapat menyebabkan tidak tercapainya target pajak
adalah:

G
KKN (Korupsi, Kolusi, dan 1. Lemahnya Kepatuhan Wajib Pajak.
Nepotisme) merupakan praktik
berbahayabyang memiliki dampak Salah satu faktor yang paling dominan
buruk bagi negara. Hal ini mempengaruhi tingkat penerimaan pajak adalah
disebabkan setiap orang dapat saja kepatuhan Wajib Pajak (WP). Pertumbuhan

H melakukan KKN termasuk mafia


pajak yang sangat merugikan
negara.
ekonomi tanpa kepatuhan WP belum dapat
menjamin peningkatan penerimaan perpajakan.
H. TANTANGAN PEMUNGUTAN PAJAK
3. Struktur Penerimaan Pajak yang Tidak

F
2. Tingginya Shadow Economy.
Berimbang.
Dari sudut pandang perpajakan, shadow economy
dikatakan hard-to-tax sectors, baik dari usaha legal Struktur penerimaan pajak Indonesia yang tidak
dari sektor informal (contohnya sektor pertanian berimbang menjadi salah satu penyebab tidak

G
dan perikanan) maupun usaha ilegal yang sengaja tercapainya penerimaan pajak. Struktur penerimaan
dilakukan untuk menghindari kewajiban pajak Indonesia didominasi oleh pajak tidak
administratif dan perpajakan. langsung, terutama PPh Badan, dengan persentase
Beberapa penelitian menyatakan bahwa besaran 25%-28% terhadap pendapatan pajak dalam negeri,
shadow economy di negara berkembang seperti sedangkan di negara maju, PPh badan hanya

H Indonesia bisa mencapai 30%-40% terhadap PDB.


Besaran angka tersebut mencerminkan potensi
kerugian negara dari sektor pajak yang diakibatkan
menyumbang 11 persen pada penerimaan
perpajakan. Hal ini memberikan kerentanan
terhadap penerimaan pajak karena berkorelasi
aktivitas shadow economy. langsung dengan kinerja sektor tertentu.
H. TANTANGAN PEMUNGUTAN PAJAK
4. Rendahnya Tax Buoyancy. 5. Rumitnya Administrasi dan Perubahan

F Idealnya, pertumbuhan ekonomi dengan


penerimaan perpajakan memiliki hubungan yang
Kebijakan Perpajakan yang Dinamis.

Salah satu penyebab tidak tercapainya target penerimaan


kuat. Korelasi ini ditunjukkan melalui indikator pajak adalah sistem administrasi pajak yang dianggap
rumit oleh WP dan kebijakan perpajakan yang sering

G
tax bouyancy, yang mana bila pertumbuhan
berubah menimbulkan ketidakpastian dan meningkatkan
nominal ekonomi sama dengan pertumbuhan sengketa pajak. Hal tersebut menyebabkan tingkat
nominal pajak, maka tax bouyancy=1. Namun kepatuhan sukarela masyarakat untuk membayar pajak
berdasarkan data historis, pertumbuhan ekonomi melemah.
Indonesia tidak diikuti oleh penerimaan

H perpajakan yang setara dengan tax buoyancy. Dengan kondisi tersebut, maka reformasi pajak di
Indonesia perlu didorong untuk mampu bersaing dalam
kompetisi global dalam menghadirkan iklim bisnis yang
mendukung. Selain reformasi perpajakan, Pemerintah
perlu menghadirkan kepastian hukum untuk memberikan
iklim investasi yang baik.
H. TANTANGAN PEMUNGUTAN PAJAK

F Cara mengatasi hambatan pajak dapat kita lakukan dengan :

•Memberikan koordinasi terhadap lembaga terkait agar kondisi harta wajib pajak/penanggung
pajak terdata dengan baik.

G •Lebih tegas dalam pemungutannya seperti pemblokiran rekening penanggung pajak yang
memiliki tunggakan pajak berlebih.

•Meningkatkan penggalangan jaringan kerja baik dari desa sampai pusat.

H •Memberikan peningkatan pada penyuluhan kepada wajib pajak mengenai hak dan kewajiban
yang mereka dapat.

•Keteraturan dari pelaksanaan dan pengorganisasian lebih terjaga dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai