Anda di halaman 1dari 30

HUKUM KEONSTITUSI

Pertemuan ke 3

SEJARAH KONTITUSI
Dr. Dra. Dyah listyarini, SH.MHum.MM

30/04/23 @DLC-UNISBANK
A. Kedudukan Sejarah Konstitusi
Sesungguhnya, apa yang terjadi di dalam tatanan sosial kehidupan manusia
sekarang ini merupakan rangkaian sebab akibat yang bersumber dan masa
lalu.
Pengembangan ilmu pengetahuan selalu seiring dengan tingkat pemikiran
manusianya (peradaban) manusianya.
Apabila pada era masa lalu, ilmu pengetahuan dikembangkan berbasis
pemikiran Keillahian, namun dalam perkembangannya, ilmu pengetahuan
dikembangkan berbasis pikiran manusia (rasio) dan melepaskan diri dan
pengaruh keillahian.
Sejarah pemikiran masa lalu tidak bisa dilepaskan bahkan disalahkan, akan
tetapi, rasionalitas juga tidak bisa dipersalahkan. Keduanya, langsung atau
tidak langsung, memiliki andil dalam pengembangan ilmu-ilmu pengetahuan
termasuk di dalamnya ilmu hukum.
30/04/23 @DLC-UNISBANK
Hukum tidak akan mungkin terbentuk tanpa proses sejarah yang dijalankan
dan aplikasikan sedemikian rupa sehingga wujudnya akan menjadi hukum
yang lebih baik pada masanya.
Dalam konstitusi juga tidak jauh berbeda. Adanya akar sejarah sebuah
konstitusi dalam pembentukan hukum menjadi salah satu Negara yang terus
berkembang dan bergerak.
Konsepsi Negara menjadi salah satu bentuk terjalinnya element-element yang
senantiasa berpeluang untuk dipadukan yang pada akhirnya menciptakan
sebuah cita hukum yang tetap dan konstans dapat digunakan alat ukur
keadilan dan ketertiban selalu hadir dan selalu ada dalam masyarakat untuk
digunakan baik oleh element pemerintah maupun element masyarakat itu
sendiri.
30/04/23 @DLC-UNISBANK
Peran sejarah terhadap konstitusi ini sangat mempengaruhi betul adanya
keberadaan Negara dalam tertib hukum.
Desain Negara yang baik tetap menjadi pola yang secara ideal
mengembangkan Negara pada arah yang responsive terhadap pembentukan
pola pikir Negara yang selalu ideal terhadap tantangan zaman, dengan istilah
dari ius constitutum menuju ius constituendum.
Testimoninya tersebut tidak jauh berbeda seperti halnya dalam kondisi baik
sejarah civil law maupun common law.
Di dalam perkembangan sejarah, tradisi hukum civil law menguat di Perancis,
kemudian diikuti Belanda, Jerman, dan berkembang di negara-negara Eropa
Kontinental.

30/04/23 @DLC-UNISBANK
Ketika Belanda menjalankan imperialisme dan kolonialisme di Indonesia, maka
tradisi hukum civil law mendominasi cara berhukum di Indonesia.
Hingga kini, dominasi cara berhukum civil law menjadi kultur berhukum di
Indonesia.
Konsekuensinya, dalam sistem hukum di Indonesia, kepastian hukum sangat
mengandalkan pada ketentuan hukum tertulis.
Di sisi lain, tradisi hukum common law, yang mengandalkan pada peran hakim,
kurang dikembangkan di Indonesia.

30/04/23 @DLC-UNISBANK
Peran hakim dalam penemuan hukum sangat kecil. Padahal, karakter kasus
terus-menerus berkembang dan sesungguhnya tidak bisa didekati secara
deduktif saja.
Sesungguhnya, tradisi hukum common law sangat memberi ruang terciptanya
keadilan yang kontekstual.
Lebih lanjut, cara berhukum yang memadukan tradisi hukum civil law dan
common law secara seimbang akan memberi manfaat bagi terciptanya
keadilan substantif.
Oleh karena itu, bagi tujuan keadilan, upaya-upaya pemaduan tradisi hukum
civil law dan common law dalam tradisi hukum di Indonesia seharusnya mulai
dilakukan.

30/04/23 @DLC-UNISBANK
Praktik tardisi dalam sejarah hukum yang demikian inilah yang kemudian
menjadi embrio hukum dan konstitusi di Indonesia yang dengan bentuknya
diiringi perjuangan bangsa mewujudkan adanya tatana Negara yang dicita-
citakan adil dan sejarahtera lepas dari proses penjajahan sebagaimana
diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945.
Karakterisktik yang ada di Negara Indonesia tentunya dalam sejarahnya
berbeda dengan Negara lain yang bentuk Negara lain bisa jadi Negara tersebut
terbentuk tidak melalui proses penjajahan panjang akan sebagaimana
Indonesia.

30/04/23 @DLC-UNISBANK
Pancasila sebagai dasar Negara dan konstitusi jelas dikehendaki oleh seluruh
rakyat Indonesia karena ia sebenarnya telah tertanam dalam kalbunya rakyat,
oleh karena itu ia juga merupakan dasar Negara yang mampu mempersatukan
seluruh rakyat Indonesia.
Demikianlah, maka Pancasila yang kita gali dan bumi Indonesia sendiri
merupakan:
a. Dasar Negara kita, Republik Indonesia, yang merupakan sumber dan
segala sumber hukum yang berlaku di Negara kita.
b. Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan kita,
serta memberi petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan
lahir dan batin dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya.

30/04/23 @DLC-UNISBANK
c. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila memberikan
corak yang khas kepada bangsa Indonesia, dan tak dapat dipisahkan dan
bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang membedakan bangsa
Indonesia dan bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan, bahwa tiap-tiap
Sila - secara terlepas dan yang lain bersifat universal, yang juga dimiiki
oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi kelima Sila yang
merupakan satu kesatuan yang tidak berpisah-pisah itulah yang menjadi
ciri khas bangsa Indonesia.
d. Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yakni suatu masyarakat
adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan
Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
merdeka. berdaulat, bersatu. dan berkedaulatan rakyat dalam suasana
perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta
dalam lingkungan pergaulan dunia Yang merdeka, bersahabat, tertib dan
30/04/23 damai. @DLC-UNISBANK
e. Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat
Indonesia menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita
junjung tinggi, bukan sekedar karena ia ditemukan kembali dan
kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang terpendam
sejak berabad-abad yang lain. melainkan karena Pancasila itu telah
mampu membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh sejarah
perjuangan bangsa.

30/04/23 @DLC-UNISBANK
B. Permulaan Dianggapnya Konstitusi Sebagai Hukum
Sejarah konstitusi dianggap sebagai hukum dasar sangat sulit untuk
memastikannya.
Hal ini mengingat bahwa konstitusi dianggap kesepakatan politik yang harus
ditetapkan dan berbagai pilihan yang berdasar perspektifnya sendiri sama-
sama baik.
K.C. Wheare ketika mengatakan bahwa konstitusi itu adalah resultante alias
kesepakatan bangsa melalui para pembuatnya (misalnya konstituante badan
legislasi) sesuai dengan situasi tempat dan waktu tertentu.

30/04/23 @DLC-UNISBANK
Mutu sebuah konstitusi justru menjadi tinggi jika pembuatannya melalui
perdebatan-perdebatan yang tajam.
Hanya saja yang perlu ditekankan di sini, kita harus mempunyai konstitusional,
yakni sikap untuk tunduk dan melaksanakan konstitusi dengan sebaik-baiknya
jika sebuah resultante atau ikatan politik telah disepakati melalui prosedur
yang sah.
Hal di atas dapat kita tegaskan bahwa sebuah Negara ketika menganggap
konstitusi sebagai hukum dasar harus diawali dengan permulaan wujud
komitment.
Meskipun perdebatan-perdebatan keras telah menjadi cirri khas proses
pembuatan konstitusi, nampaknya hal tersebut hanya sekedar metamorphosis
dari sebuah iklim proses berkonstitusi.
30/04/23 @DLC-UNISBANK
Dalam hal ini yang paling penting bukan soal beda pendapatnya, pada tahap
akhir yang paling penting adalah komitmentnya dibangun.
Akan tetapi wujud komitment tersebut tidak selamanya harus diwujudkan
tertulis semua.
Dalam praktik ketatanegaraan konstitusi dibuat dalam bentuk tertulis.
Namun, jika dikatakan sebagai konstitusi tidak dikodifikasi, tentu ada benarnya
karena Konstitusi Indonesia yang dikodifikasi adalah UUD 1945.
Sedangkan menurut Wheare, dipandang dan aspek bentuknya, konstitusi
dapat dibagi menjadi konstitusi tertulis (written) dan konstitusi tidak tertulis
(unwritten).

30/04/23 @DLC-UNISBANK
Oleh karena kebanyakan negara, termasuk Inggris, tidak memiliki sistem
ketata negaraan yang diwujudkan semata-mata dalam peraturan-peraturan
tertulis atau semata-mata dalam peraturan-peraturan tidak tertulis.
Peraturan hukum maupun non-hukum dan tertulis maupun tidak tertulis,
semuanya dipadukan untuk membentuk suatu sistem ketata negaraan.
Model baik bentuk tertulis maupun tidak tertulis acapkali menimbulkan
polemic perdebatan baik tafsir maupun gagasan konstitusional.
Hal ini tentunya wajar. Sudah seperlunya memang yang disoroti adalah
bagaimana konstitusi dibentuk secara ideal dalam sebuah dengan melihat
dalam norma tekstual dan norma-norma yang hidup di masyarakat.

30/04/23 @DLC-UNISBANK
Perdebatan dalam kelahiran konstitusi menjadi suatu hal yang sangat
memungkinkan terjadi. Kenyataan tersebut tidak dapat disangkal lagi, karena
memang konstitusi dipakai dalam dua pengertian, yaitu pengertian sosiologis
atau politis dan pengertian yuridis.
Dalam pengertian sosiologis atau politis, konstitusi merupakan sintesis faktor-
faktor kekuatan yang ada dalam masyarakat.
Pada pengertian ini, konstitusi akan menggambarkan hubungan antara
kekuasaan-kekuasaan tersebut, seperti raja, parlemen, kabinet, pressure
groups, partai politik, dan sebagainya.
Kedua unsur tersebut yang kemudian yang menjadi permulaan dianggapnya
konstitusi sebagai hukum.

30/04/23 @DLC-UNISBANK
Hal yang mendasari dari itu semua adalah kedudukan konstitusi secara tidak
langsung akan menjadi sumber bagi hukum yang lain karena konstitusi yang
telah terbentuk secara subtansi merupakan jalinan kekuatas yang terlahir
secara abstrak dan kongkrit perwujudan dari keteraturan masyarakat yang
menjadi akar penyesuaian pertama kali.
Pada sisi lain kedua unsur dalam mempraktikkan perannya dalam membantuk
konstitusi sebenarnya tidak bisa mandiri. Adanya pengaruh pada pihak lain
yaitu unsure letak kekuasaan menjadi cirri khas yang tidak bisa dihindari dari
keberadaan konstitusi.

30/04/23 @DLC-UNISBANK
Konstitusi permulaanya dianggap sebagai hukum bergantung pada
manusianya, sejauh mana manusia mampu menerjemahkan dan menjadi
karakter keadilan, kepastian dan kemanfaatan dalam masyarakat, maka sejauh
itupula hukum akan menjadi unsur yang mengakar secara baik.
Ide tentang permulaan konstitusi tentunya akan menjadi perdebatan yang
panjang jika hanya mengedepankan akar sosiologis pemikiran personal.
Disinilah perlu dan pentingnya memahami permulaan konstitusi bedasarkan
akar filosofis yaitu ajaran konstitusi dimana konstitusi memiliki ajaran pokok
dan baku dalam keberlakuannya.
Pengertian dari Konstitusionalisme atau ajaran konstitusi sendiri adalah,
Konstitusionalisme merupakan pemikiran yang telah lama berkembang.
Pemikiran ini menghendaki pembatasan kekuasaan.
Pembatasan kekuasaan itu terutama dilakukan melalui hukum lebih khusus
lagi melalui konstitusi. Karena konstitusionalisme adalah proses hukum.
30/04/23 @DLC-UNISBANK
Pengertian konstitusionalisme harus dipenuhi persyaratan :
1) bahwa pengakuan dan deklarasi hak-hak asasi manusia merupakan
persyaratan mutlak bagi setiap deklaraasi kemerdekaan suatu negara;
2) kekuasaan rakyat atau kedaulatan harus diselaraskan dengan keadilan;
3) kedaulatan rakyat dan kesejahteraan rakyat tidak hanya perlu dicatat
dalam istilah yang jelas, tetapi harus diwujudkan pula dalam pasal-pasal
yang jelas di dalam undang-undang dasar.

30/04/23 @DLC-UNISBANK
Prinsip yang ada di atas merupakan sebagai indikator dalam ajaran konstitusi
yang menegaskan keberlakuan konstitusi melihat dari aspek berlakunya hak
asasi manusia dalam norma konstitusi, adanya kekuasaan rakyat dan system
kedaulatan rakyat yang dibuat secara tegas dan jelas.
Kaidah hak asasi manusia sendiri paling tidak menjadi indikator utama dalam
keberlakuan konstitusi.

30/04/23 @DLC-UNISBANK
Ajaran konstitusi sangat erat kaitannya dengan “hak asasi” atau human right,
terutama dengan hak asasi yang paling fundamental antara lain :
a) Kebebasan untuk bergerak atau berpindah
b) Kebebasan untuk berkumpul atau berorganisasi
c) Kebebasan berbicara secara lisan atau tertulis
d) Kebebasan beragama dan beribadah
e) Kebebasan berkontrak dalam bidang perdata
f) Kebebasan mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan.

30/04/23 @DLC-UNISBANK
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 juga
menegaskan prinsip-prinsip dasar konstitusi, dalam pasal 28 Undang-Undang
Dasar Negara sebagai berikut :
1. Pasal 28A Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya
2. Pasal 28B.
a. Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah.
b. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
30/04/23 @DLC-UNISBANK
3. Pasal 28C
a. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia.
b. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa, dan negaranya.

30/04/23 @DLC-UNISBANK
4. Pasal 28D
a. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum.
b. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
c. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama
dalam pemerintahan.
d. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.

30/04/23 @DLC-UNISBANK
5. Pasal 28E
a. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara
dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
b. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini keper-cayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
c. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.

30/04/23 @DLC-UNISBANK
6. Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia.

30/04/23 @DLC-UNISBANK
7. Pasal 28G
a. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi.
b. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan
yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak
memperoleh suaka politik dari negara lain.

30/04/23 @DLC-UNISBANK
8. Pasal 28H
1. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
2. Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus
untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan.
3. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat.
4. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa
pun.
30/04/23 @DLC-UNISBANK
9. Pasal 28I
a. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemer-dekaan pikiran
dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak
untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
b. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif
atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
c. Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban.

30/04/23 @DLC-UNISBANK
d. Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi
manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
e. Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan
prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi
manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan.

30/04/23 @DLC-UNISBANK
10. 10 Pasal 28J
a. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
b. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang
dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.

30/04/23 @DLC-UNISBANK

Anda mungkin juga menyukai