Anda di halaman 1dari 25

PARADIGMA BARU PENILAIAN

PEMBELAJARAN
Oleh
R. Komarudin Shaleh, M.Pd.
REGULASI TERKAIT PENILAIAN KURIKULUM MERDEKA
1. UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 sebagaimana telah diiubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 Tentang Standar Nasional Pendidikan
3. Permendikbudristek No. 5 Tahun 2022 Tentang Standar Kompetensi Lulusan
4. Permendikbudristek No. 7 Tahun 2022 Tentang Standar Isi
5. Permendikbudristek No. 16 Tahun 2022 Tentang Standar Proses
6. Permendikbudristek No. 21 Tahun 2022 Tentang Standar Penilaian
7. Kepmendikbudristek No. 56 Tahun 2022 sebagaimana telah diubah dengan
Kepmendikbudristek No. 262 Tahun 2022 Tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam
Rangka Pemulihan Pembelajaran
8. Keputusan Kepala BSKAP Kemdikbudristek No. 008/H/KR/2022 sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Kepala BSKAP Kemdikbudristek No. 033/H/KR/2022 Tentang
Capaian Pembelajaran Kurikulum Merdeka
9. Keputusan Kepala BSKAP Kemdikbudristek No. 009/H/KR/ 2022 Tentang Dimensi,
Elemen, dan Subelemen Profil Pelajaran Pancasila pada Kurikulum Merdeka
TIDAK ADA UJIAN NASIONAL DAN UJIAN SEKOLAH
Penilaian hasil belajar Peserta Didik dilakukan oleh
pendidik. (Pasal 16 ayat 4 PP No. 57 Tahun 2021)

Berdasarkan hal tersebut tidak ada penilaian hasil


belajar peserta didik oleh pemerintah (UN) dan
penilaian hasil belajar peserta didik oleh satuan
pendidikan (US).
PROSEDUR PENILAIAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Berdasarkan Permendikbudristek No. 21 Tahun 2022
BENTUK PENILAIAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Berdasarkan Permendikbudristek No. 21 Tahun 2022
TUJUAN PENILAIAN FORMATIF

Penilaian formatif bertujuan untuk memantau dan


memperbaiki proses pembelajaran serta
mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran.
(Pasal 9 Ayat 4 Permendikbudristek No. 21 Tahun 2022)
JENIS PENILAIAN FORMATIF
Asesmen formatif dapat berupa asesmen pada awal pembelajaran
dan asesmen pada saat pembelajaran. Asesmen pada awal
pembelajaran digunakan untuk mendukung pembelajaran
terdiferensiasi sehingga peserta didik dapat memperoleh
pembelajaran sesuai dengan yang mereka butuhkan. Sementara,
asesmen formatif pada saat pembelajaran dapat dijadikan sebagai
dasar dalam melakukan refleksi terhadap keseluruhan proses
belajar yang dapat dijadikan acuan untuk perencanaan
pembelajaran dan melakukan revisi apabila diperlukan. (PPA,
2022:3-4)
TUJUAN PENILAIAN SUMATIF

Penilaian sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan


jenjang pendidikan menengah bertujuan untuk menilai
pencapaian hasil belajar Peserta Didik sebagai dasar
penentuan:
a. kenaikan kelas; dan
b. kelulusan dari Satuan Pendidikan.
(Pasal 9 Ayat 7 Permendikbudristek No. 21 Tahun 2022)
KEWENANGAN SEKOLAH DALAM SUMATIF

Penilaian hasil belajar Peserta Didik untuk penentuan


kelulusan dari Satuan Pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dilakukan melalui mekanisme yang
ditentukan oleh Satuan Pendidikan dengan mengacu pada
standar kompetensi lulusan.
(Pasal 18 Ayat 2 PP No. 57 Tahun 2021)
PENENTUAN KENAIKAN KELAS DAN KELULUSAN
Berdasarkan Permendikbudristek No. 21 Tahun 2022 Pasal 10

1. Penentuan kenaikan kelas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (7) huruf a
dilakukan dengan mempertimbangkan laporan kemajuan belajar yang
mencerminkan pencapaian Peserta Didik pada semua mata pelajaran dan
ekstrakurikuler serta prestasi lain selama 1 (satu) tahun ajaran.
2. Penentuan kelulusan dari Satuan Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (7) huruf b dilakukan dengan mempertimbangkan laporan kemajuan belajar
yang mencerminkan pencapaian Peserta Didik pada semua mata pelajaran dan
ekstrakurikuler serta prestasi lain pada:
a. kelas V dan kelas VI untuk sekolah dasar atau bentuk lain yang sederajat; dan
b. setiap tingkatan kelas untuk sekolah menengah pertama atau bentuk lain yang
sederajat dan sekolah menengah atas atau bentuk lain yang sederajat.
KRITERIA KENAIKAN KELAS

 Satuan pendidikan memiliki keleluasaan untuk menentukan mekanisme dan format pelaporan hasil
belajar kepada orang tua/wali.
 Pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, satuan pendidikan dan
pendidik memiliki keleluasaan untuk menentukan deskripsi dalam menjelaskan makna nilai yang
diperoleh peserta didik.
 Pelaporan hasil belajar disampaikan sekurang-kurangnya pada setiap akhir semester.
 Satuan pendidikan menyampaikan rapor peserta didik secara berkala melalui e rapor/dapodik
 Pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat, satuan pendidikan memiliki
keleluasaan untuk menentukan kriteria kenaikan kelas dengan mempertimbangkan:
a. laporan kemajuan belajar;
b. laporan pencapaian projek penguatan profil pelajar Pancasila;
c. portofolio peserta didik;
d. paspor keterampilan (skill passport) dan rekognisi pembelajaran lampau peserta didik untuk
SMK/MAK;
e. prestasi akademik dan non-akademik;
f. ekstrakurikuler;
g. penghargaan peserta didik; dan
h. tingkat kehadiran.

Sumber: Kepmendikbudristek No. 262 Tahun 2022


TIDAK NAIK KELAS OPSI TERAKHIR
Dalam proses penentuan peserta didik tidak naik kelas, perlu dilakukan musyawarah dan
pertimbangan yang matang sehingga opsi tidak naik kelas menjadi pilihan paling akhir apabila
seluruh pertimbangan dan perlakuan telah dilaksanakan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa
tinggal kelas tidak memberikan manfaat signifikan untuk peserta didik, bahkan cenderung
memberikan dampak buruk terhadap persepsi diri peserta didik (Jacobs & Mantiri, 2022; OECD,
2020; Powell, 2010). Di berbagai negara, kebijakan tinggal kelas secara empiris tidak
meningkatkan prestasi akademik peserta didik, terutama yang mengalami kesulitan belajar.
Dalam survei PISA 2018, skor capaian kognitif peserta didik yang pernah tinggal kelas secara
statistik lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak pernah tinggal kelas (OECD, 2021). Hal ini
menunjukkan bahwa mengulang pelajaran yang sama selama satu tahun tidak membuat peserta
didik memiliki kemampuan akademik yang setara dengan teman-temannya, melainkan tetap lebih
rendah. Hal ini dimungkinkan karena yang dibutuhkan oleh peserta didik tersebut adalah
pendekatan atau strategi belajar yang berbeda, bantuan belajar yang lebih intensif, waktu yang
sedikit lebih panjang, namun bukan mengulang seluruh pelajaran selama setahun. (PPA,
2022:61-62)
PENILAIAN SUMATIF
Asesmen sumatif, yaitu asesmen yang dilakukan untuk memastikan
ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran. Asesmen ini
dilakukan pada akhir proses pembelajaran atau dapat juga dilakukan
sekaligus untuk dua atau lebih tujuan pembelajaran, sesuai dengan
pertimbangan pendidik dan kebijakan satuan pendidikan. Berbeda
dengan asesmen formatif, asesmen sumatif menjadi bagian dari
perhitungan penilaian di akhir semester, akhir tahun ajaran, dan/atau
akhir jenjang.
(PPA, 2022:27)
PENILAIAN FORMATIF & SUMATIF

1. Penilaian Formatif berupa Penilaian Harian (PH)


2. Penilaian Sumatif:
a. Penilaian Sumatif Tengah Semester (PSTS)
b. Penilaian Sumatif Akhir Semester (PSAS)
c. Penilaian Sumatif Akhir Tahun (PSAT) untuk Kelas VII
dan VIII
d. Penilaian Sumatif Akhir Jenjang (PSAJ) untuk Kelas IX
MENENTUKAN NILAI AKHIR (PPA, 2022:43)
TEKNIK DAN INSTRUMEN PENILAIAN SUMATIF
Jika pendidik merasa bahwa data hasil asesmen yang
diperoleh selama 1 semester telah mencukupi, maka tidak
perlu melakukan asesmen pada akhir semester. Hal yang
perlu ditekankan, untuk asesmen sumatif, pendidik dapat
menggunakan teknik dan instrumen yang beragam, tidak
hanya berupa tes, namun dapat menggunakan observasi
dan performa (praktik, menghasilkan produk, melakukan
projek, dan membuat portofolio).(PPA, 2022:29)
MENENTUKAN KETERCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN
Untuk mengetahui apakah peserta didik telah berhasil mencapai tujuan
pembelajaran, pendidik perlu menetapkan kriteria atau indikator ketercapaian
tujuan pembelajaran. Kriteria ini dikembangkan saat pendidik merencanakan
asesmen, yang dilakukan saat pendidik menyusun perencanaan pembelajaran,
ini merupakan penjelasan (deskripsi) tentang kemampuan apa yang perlu
ditunjukkan/ didemonstrasikan peserta didik sebagai bukti bahwa ia telah
mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, pendidik tidak disarankan
untuk menggunakan angka mutlak (misalnya, 75, 80, dan sebagainya) sebagai
kriteria. Yang paling disarankan adalah menggunakan deskripsi, namun jika
dibutuhkan, maka pendidik diperkenankan untuk menggunakan interval nilai
(misalnya 70 - 85, 85 - 100, dan sebagainya). (PPA, 2022:32-33)
PENDEKATAN DALAM MENENTUKAN KETERCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN

Kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah peserta didik


telah mencapai tujuan pembelajaran dapat dikembangkan pendidik
dengan menggunakan beberapa pendekatan, di antaranya: (1)
menggunakan deskripsi sehingga apabila peserta didik tidak
mencapai kriteria tersebut maka dianggap belum mencapai tujuan
pembelajaran, (2) menggunakan rubrik yang dapat mengidentifikasi
sejauh mana peserta didik mencapai tujuan pembelajaran, (3)
menggunakan skala atau interval nilai, atau pendekatan lainnya
sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan pendidik dalam
mengembangkannya. (PPA, 2022:33)
CONTOH DESKRIPSI KRITERIA
CONTOH MENGGUNAKAN RUBRIK
CONTOH MENGGUNAKAN INTERVAL NILAI
Peraturan Kepala BSKAP Kemdikbudristek No. 004/H/EP/2023
Tentang
Pedoman Pengelolaan Blanko Ijazah Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun Pelajaran 2022/2023
Peraturan Kepala BSKAP Kemdikbudristek No. 004/H/EP/2023
Tentang
Pedoman Pengelolaan Blanko Ijazah Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun Pelajaran 2022/2023

PENERBITAN IJAZAH
Bahan Refleksi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai