Anda di halaman 1dari 14

Arah Kebijakan Pemberdayaan

UMK dan Penggunaan PDN


dalam
Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah
Latar
Belakan
g
Dasar
Pertimbangan
Hukum Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 Huruf b

“bahwa untuk mewujudkan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah perlu


pengaturan Pengadaan Barang/Jasa yang memberikan
pemenuhan nilai manfaat yang sebesar-besarnya (value
for money)
dan kontribusi dalam peningkatan penggunaan produk dalam negeri,
peningkatan peran
Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah serta pembangunan berkelanjutan”
... Value for Money

PBJ
 menghasilkan barang/jasa yang tepat dari

TUJUAN
setiap uang yang dibelanjakan, diukur dari
aspek kualitas, kuantitas, waktu, biaya,
lokasi, dan Penyedia;
 meningkatkan penggunaan
produk dalam negeri;
 meningkatkan peran serta Usaha
Mikro, Usaha Kecil, dan
Koperasi;
 meningkatkan peran pelaku usaha
EFEKTIF EFISIEN
PRINSIP

nasional;
 mendukung pelaksanaan penelitian
TRANSPARAN TERBUKA dan
pemanfaatan barang/jasa hasil
BERSAING ADIL penelitian;
 meningkatkan keikutsertaan industri
AKUNTABEL kreatif;
 mewujudkan pemerataan ekonomi dan
memberikan perluasan kesempatan
Kebijaka
n Peningkatan PDN
dan Pemberdayaan
UMK
PROFIL PENGADAAN
NASIONAL
2021 2022
Belanja Belanja
Pengadaan Rp. 1.106,4 T Pengadaa Rp. 1.057,4T
n
Rencana Rencana
Pengadaan Rp. 1.141,8 T Rp. 1.205,0T
Pengadaa
n
3%4% 5% 4%
10%
Swakelola
12%
Tender 34,1%
7% 39,5%
e-Purchasing Pengadaan
Langsung Penunjukan 9%
Langsung
Dikecualikan/Kontes

36,4% 35,8%
Kewajiban
Penggunaan Produk
Dalam Negeri
1. Kementerian/ Lembaga/Perangkat Daerah wajib
menggunakan produk dalam negeri, termasuk
rancang bangun dan perekayasaan nasional.
2. Kewajiban penggunaan produk dalam negeri dilakukan
apabila terdapat produk dalam negeri yang
memiliki penjumlahan nilai TKDN ditambah nilai
BMP paling sedikit 40%.
3. Pemberian Preferensi Harga kepada produk Dalam
negeri yang memiliki nilai TKDN lebih besar dari 25%,
bagi Pengadaan di atas Rp1Miliar. Preferensi harga
adalah insentif kelebihan harga yang dapat diterima.
Inpres Nomor 2 Tahun
2022
Strategi Peningkatan PDN
pada Tahap Perencanaan
Pengadaan
Kewajiban Produk Dalam Negeri, Kompetisi, dan Preferensi
URUTAN PEMBELIAN PRODUK DALAM
NEGERI
TKDN ≥40% Jika barang dimaksud
Nilai TKDN atau TKDN+BMP minimal 40% adalah barang wajib, maka
WAJIB yang boleh dibeli adalah
PDN yang memiliki nilai
TKDN 25 - <40%
Memiliki nilai TKDN di bawah 40% TKDN minimal 25%

Jika barang dimaksud


PRODUK TKDN <25%
Memiliki nilai TKDN di bawah 25% adalah belum wajib, maka
BELUM
DALAM diutamakan PDN yang
memiliki nilai TKDN,
NEGERI PDN NON-TKDN
PDN yang belum teridentifikasi nilai TKDN
WAJIB sebelum PDN non-TKDN

Impor adalah pilihan


PRODUK IMPOR terakhir jika benar-benar
tidak ada PDN sejenis
PERKEMBANGAN KATALOG
ELEKTRONIK
Per 28 Februari 2023
122,715 1.220.938 46,801
Katalog
Nasional 1.390.454 8,83% 87,81% 3,37%

Jumlah Produk 79,460 289,807 59,388

Tayang 18,54% 67,61% 13,85%

46,941 1.161.635 197,597


Katalog
3.225.282 Sektora 428.041 3,34% 82,61% 14,05%
l Produk Impor Produk Lokal Tanpa TKDN
Produk Lokal TKDN
Katalog
Lokal 1.406.167

*Data diambil dari redash e-


katalog
Mikro Kecil Menengah Non-UMKM
Jumlah
107.646 41.078 37.422 5.955 23.990
Penyedi
PRIORITAS PENGGUNAAN PDN PADA PROSES E-
PURCHASING

Apabila terdapat PDN dengan nilai Jika tidak Pilih PDN dengan
TKDN + BMP minimal 40% PPK/PP dapat dipenuhi nilai TKDN <25%
pilih PDN dengan nilai TKDN ≥ 25%

Keputusan Kepala LKPP No 122/2022 Pilih PDN tanpa


tentang Tata Cara Penyelenggaraan TKDN
Katalog Elektronik

Pilih produk impor


MULTIPLIER EFFECT BELANJA PRODUK DALAM
NEGERI
Subtitusi Impor Rp400 T Belanja PDN
meningkatkan pertumbuhan Rp1 menghasilkan Rp2,2
ekonomi nasional sebesar terhadap perekonomian
1,71% nasional
Hasil simulasi “full substitusi” Dengan simulasi model CGE,
menunjukkan dampak output belanja produk dalam negeri
sebesar tahun 2021 sebesar Rp72,6
Rp627,58 Triliun. Di sisi lain, dampak Triliun (data LKPP)
NTB ADHB sebesar Rp307,65 memberikan dampak sebesar
Triliun dan NTB ADHK sebesar 0,94%
Rp190,13 Triliun. Hasil Simulasi BPS, terhadap PDB Nasional, atau
18 Februari 2022
setara
Rp159,52 Triliun (ADHB)
Kajian Peneliti Ekonomi,
Pengadaan
Kredibel,
Sejahterakan
Bangsa
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai