Anda di halaman 1dari 17

SEMINAR

DILEMATIS ANTARA PELAYANAN


ADMINISTRASI PERTANAHAN
DAN PERLINDUNGAN HUKUM
KAMIS, 6 APRIL 2023
AULA KANTOR CAMAT ARUT SELATAN

Disampaikan oleh : INDRA WARDANA, S.STP MAP (CAMAT ARUT SELATAN)


PENDAHULUAN

• Hubungan antara manusia dengan tanah adalah sebuah hubungan yang


bersifat abadi dan saling terkait, baik secara personal maupun sosial. Posisi
Pemerintah harus dapat menegaskan kepatian hukum terkait hubungan
tersebut dengan membuka seluasluasnya pelayanan terhadap pertanahan.
• Aspek pelayanan pertanahan sebagai pelaksanaan dari hak menguasai
Negara adalah mengatur dan menentukan hubungan hukum antara orang-
orang dengan tanah
UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960
TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK
AGRARIA
• Produk akhir dari kegiatan pelayanan pendaftaran tanah adalah pernerbitan sertifikat
hak milik tanah. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (UU No.5 Tahun 1960) merupakan landasan dasar untuk
mengatur penguasaan dan kepemilikan tanah, untuk mengaktualisasi kepemilikan
tanah maka National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 413
berdasarkan pasal 19 ayat (1) UU No.5 Tahun 1960 mengatur ketentuan tentang
Pendaftaran Tanah yang berbunyi “untuk menjamin kepastian hukum, oleh
pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia”.
PELAYANAN PEMERINTAHAN PADA LEVEL
PEJABAT ADMINISTRASI

• Hal yang paling mendasar dalam proses pendaftaran tanah adalah


pengumpulan, pengolahan hingga pembukuan bukti-bukti lama
sehingga nantinya akan terbit sertifikat tanah sebagai pembuktian yang
sah terhadap kepemilikan tanah, sebagaimana pengertian sertifikat tanah
adalah surat tanda bukti hak atas suatu tanah. Tentunya pengumpulan
bukti administrasi tersebut membutuhkan pelayanan pemerintahan pada
level pejabat administrasi yang dapat menjangkau masyarakat.
PERAN CAMAT

• Camat adalah pejabat yang paling dekat dengan masyarakat dan dianggap tau
atas sisi bidang tanah milik masyarakat, dengan demikian tentunya peran
kecamatan dalam pelayanan pertanahan akan semakin bertambah, karena dengan
adanya pelimpahan sebagian kewenangan kepada kecamatan diharapkan akan
berdampak kepada kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan hak dan
kewajiban sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku sehingga
akan menjadikan pemerintahan menjadi lebih baik, Khususnya dalam bidang
tertib pelayanan administrasi pertanahan.
SKGR

• Dalam tatanan praktik, Camat dapat mengeluarkan SKGR (Surat Keterangan


Ganti Rugi Tanah). ataupun mengeluarkan surat keterangan tanah (SKT) yang
telah diketahui oleh Lurah. SKGR pada dasarnya merupakan bentuk
penguasaan fisik atas tanah, bukan penguasaan secara hak. Timbulnya SKGR
ini berdasarkan pihak-pihak yang berkepentingan atas kepemilikan tanah yang
diatasnya terdapat transaksi jual beli atau perpindahan penguasaan tanah
namun dari itu harus tetap juga menempuh proseder administrasi yang lazim
dilakukan dalam instansi pemerintahan kecamatan.
TIDAK MEMPUNYAI DASAR HUKUM YANG
JELAS
• Cara kerja Camat dalam mengeluarkan SKGR yang berlangsung selama ini tidak
mempunyai dasar hukum yang jelas. Misalnya bagaimana tata cara pengajuan
permohonan SKGR, bagaimana syarat-syarat yang harus dipenuhi pemohon
SKGR, lalu upaya hukum apa yang harus ditempuh oleh Camat jika belakangan
hari setelah mengeluarkan SKGR tiba-tiba ada pihak yang mengakui ada tanah
miliknya diatas SKGR yang sudah dikeluarkan Camat tersbut. Bahkan Camat
sangat berpotensi dilaporkan secara pidana karena telah mengeluarkan SKGR
diatas milik tanah orang lain.
CAMAT BUKANLAH PEJABAT YANG DIWAJIBKAN
UNTUK MENGETAHUI SEJARAH TANAH

• Padahal patut diketahui Camat bukanlah pejabat yang diwajibkan untuk


mengetahui sejarah tanah yang dimiliki oleh setiap masyarakat. Karena tidak
adanya perlindungan hukum dari peraturan perundang-undangan berdampak
Camat diseret pada setiap persengketaan pertanahan. Jika memang SKGR tersbut
merupakan sebuah kebijakan yang bersifat keputusan dalam hukum administrasi
negara maka sebaiknya jugalah ada produk hukum yang melindungi Camat dari
segala tuntutan perdata maupun pidana sepanjang mempunyai itikad baik dalam
menjalankan kewenangannya.
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN
2021 TENTANG HAK PENGELOLAAN ATAS TANAH
DAN PENDAFTARAN TANAH
• Pada tahun 2021 pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021
tentang. Kenyataan hukum yang terjadi bahwa PP No.18 tahun 2021 justru tidak
menggambarkan bagaimana pola pertanggung jawaban hukum Camat dalam
mengeluarkan SKGR. Didalam PP No.18 Tahun 2021 menegaskan pengakuan SKGR
sebagai produk hukum yang dikeluarkana Camat, tepatnya pada pasal 97 bahwa SKGR
yang dimaksudkan sebagai keterangan atas penguasaan dan kepemilikan tanah yang
dikelaurkan oleh Camat hanya dapat digunakan sebagai petunjuk dalam rangka
pendaftaran tanah. Dengan demikian setidaknya ada kepastian terkait kedudukan hukum
produk SKGR tersebut.
BAGAIMANA CAMAT MEMPERTANGGUNG
JAWABKAN PENERBITAN SKGR
• Saat ini SKGR baru diakui kedudukannya berdasarkan PP 18 Tahun 2021
mempunyai fungsi bukti petunjuk asal-usul tanah naman tidak melihat pada
aspek bagaimana camat mempertanggung jawabkan penerbitan SKGR tersebut.
Bahkan seharusnya camat mendapatkan perlingungan hukum dalam penerbitan
SKGR sepanjamg dapat dibuktikan itikad baiknya. Namun saat ini camat
menjalani keadaan dilematis hukum. Satu sisi harus melayani administrasi
pertanahan dan sisi lainnya peran camat tidak begitu tegas mendapatkan
perlingungan hukum yang diatur didalam peraturan perundang-undangan.
KEWENANGAN

•prinsip dalam negara hukum demokratis adaiah


bahwa setiap tindakan hukum pemerintah atau
administrasi negara harus didasarkan pada
kewenangan yang berikan oleh undang-undang
INSTRUMEN YURIDIS

• Pemberian kewenangan ini dapat terjadi secara atribusi maupun delegasi. Lebih lanjut,
tindakan-tindakan hukum dari pemerintah ini, yang secara garis besar bertindak dalam
bidang pengaturan dan pelayanan, selanjutnya dituangkan dalam bentuk instrumen
yuridis seperti peraturan-peraturan (regeling), keputusan-keputusan (besluiten),
ketetapan-ketetapan (beschikkingen), dan peraturan kebijaksanaan (beleidsregef). Oleh
karena tindakan pemerintah itu tertuang pada instrumen yuridis, maka
pertanggungjawaban publik pemerintah akan berkaitan dengan bagaimana pembuatan
dan penggunaan instrumen-instrumen tersebut, serta apa akibat-akibat hukum yang
muncul darinya.
PERTANGGUNGJAWABAN

• Dalam negara hukum demokratis, pertanggungjawaban muncul dalam


dua dimensi; dimensi hukum dan dimensi politik. Pertanggungjawaban
dalam dimensi hukum mengandung arti bentuk pertanggungjawaban
dalam penggunaan kewenangan apakah sesuai atau tidak dengan
hukum yang dibuktikan melalui proses peradilan di hadapan hakim,
sedangkan pertanggungjawaban dalam dimensi politik dilakukan
dalam bentuk "laporan" penggunaan kewenangan di hadapan rakyat.
TANPA KEWENANGAN TIDAK ADA
PERTANGGUNGJAWABAN

• Dalam menjalankan tuganya pemerintah idelanya menjalankan prinsip


“Tiada kewenangan tanpa peraturan perundang-undangan yang
mendahuluinya”, begitu juga dalan konsep negara hukum yang memiliki
asas setiap tindakan organ pemerintah harus berdasarkan kewenangan,
dengan demikian terkait erat dengan asas “tidak ada kewenangan tanpa
pertanggungjawaban” atau “zonder bevoegdheid geen
verantwoordelijkheid” (tanpa kewenangan tidak ada pertanggungjawaban).
KESIMPULAN

• Dari hasi riset diatas maka dapat diberi kesimpulan bahwa pertanggungjawaban hukum camat atas
penerbitan surat keterangan ganti rugi tanah masih sangat belum jelas bahkan belum ada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur detail terkait kewenangan camat dalam menerbitkan
SKGR. Konsep ideal pertanggungjawaban hukum camat atas penerbitan surat keterangan ganti
kerugian sudah dipastikan belum tercermin dalam peraturan perundang-undangan. Semestinya
peran Presiden bersama Menteri yang membidangi Agraria dan Pemerintah Daerah benar-benar
dapat menerbitkan produk perundang-undangan yang baru yang mengatur secara detail fungsi dan
peran camat dalam menerbitkan SKGR. Idealnya pengaturan itu diatur berdasarkan aturan setingkat
Undang-Undang dan diberi pendelegasian penuh kepada Presiden untuk mengatur secara teknis
peran dan fungsi camat dalam menerbitkan SKGR.
ISU STRATEGIS SEMINAR

• pertanggungjawaban hukum camat atas penerbitan surat tanah

• perlingungan hukum dalam penerbitan

• camat menjalani keadaan dilematis hukum. Satu sisi harus melayani administrasi pertanahan dan sisi lainnya peran camat
tidak begitu tegas mendapatkan perlingungan hukum yang diatur didalam peraturan perundang-undangan.

• patut diketahui Camat bukanlah pejabat yang diwajibkan untuk mengetahui sejarah tanah yang dimiliki oleh setiap
masyarakat.

• prinsip dalam negara hukum demokratis adaiah bahwa setiap tindakan hukum pemerintah atau administrasi negara harus
didasarkan pada kewenangan yang berikan oleh undang-undang

• prinsip “Tiada kewenangan tanpa peraturan perundang-undangan yang mendahuluinya”,

• asas “tidak ada kewenangan tanpa pertanggungjawaban” atau “zonder bevoegdheid geen verantwoordelijkheid”
SEKIAN & TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai