Anda di halaman 1dari 39

KATA PE N GAN TAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sehingga dapat
tersusun buku “ PENGETAHUAN DASAR MESIN “ Buku ini disusun un-
tuk melengkapi bahan pelatihan di lingkungan PT Pamapersada Nusantara
khususnya Plant Departement.

Buku ini disajikan dalam bentuk yang sederhana, dengan harapan dalam
pemahamannya akan lebih mudah, khususnya bagi Calon Mekanik atau Junior
Mekanik dibidang Alat-alat Berat.

Dengan segala kerendahan hati penyusun menyadari bahwa buku ini masih
jauh dari sempurna, maka dengan keterbatasan yang ada penyusun sangat
mengharap kritik dan saran dari para pembaca untuk meningkatkan kesempur-
naan buku ini sehingga tidak terjadi salah persepsi untuk pemahaman dari isi
dan makna terhadap buku ini.

Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga terselesaikannya buku ini.

Jakarta, Januari 2004

Penyusun
Mechanic Development
DAFTAR I S I

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

BAB I.TECHNICAL TERM OF BASIC MACHINE


A. LIQUID………………………………………………….. I - 1
- 5
B. TORQUE………………………………………………… I - 2
- 5
C. ELECTRICAL…………………………………………… I - 2
- 5

BAB II. MECHANICAL ELEMENT


A. FASTENER……………………………………………… II - 1
- 21 B.
BEARING……………………………………………….. II - 8 - 21
C. SEALS…………………………………………………… II -
15 - 21
D. BELTS…………………………………………………… II - 19
- 21

BAB III. MAT E R IAL


A. DIESEL FUEL…………………………………………... III - 1
- 9
B. LUBRICANT……………………………………………. III - 3
- 9
TECHNICAL TERM OF BASIC MACHINE BAB I
TECHNICAL TERM OF BASIC MACHINE I-1-5

A. LIQUID

1. Pressure.

Gaya pada satuan luas, salah satu sifat fluida adalah zat cair ( fluida )
menentukan pascal menyatakan zat cair dalam ruangan ter-
tutup dan diam
( tidak mengalir ) mendapat tekanan maka tekanan tersebut akan
ditemukan ke segala arah dengan sama rata dan tegak lurus bidang per-
mukaannya.

Pengukurannya tekana fluida dibagi 2 macam yaitu :


a. Tekanan gauge :
Tekanan yang biasanya tidak dipengaruhi oleh tekanan udara (
Tek. Atmosphere ). Atau nilai yang ditunjukkan oleh jarum
penunjuk pada alat pengukur tekanan.
b. Tekanan absolute :
Tekanan yang dipengaruhi oleh besarnya tekanan udara lain.

Tekanan Absolute = Tekana Gauge + Tekanan Atmosphere

2. Specifis Gravity.

Perbandingan ( ratio ) dan berat jenis ( density ) suatu zat cair


diperbandingkan dengan berat jenis air murni.
Air murni mempunyai specific gravity , sedangkan battery electrolyte
mempunyai specificity graffiti 1,26 - 1,28 pads temperature
80°F (26,7°C ).

3. Viscosity.

Viscosity atau viskositas adalah ukuran kemampuan suatu cairan un-


tuk mengalir, semakin tinggi viskositasnya kemampuan men-
galirnya semakin berkurang
Contoh : Oli memiliki viskositasnya lebih baik dari fuel. Fuel men-
galir dengan sangat mudah dibanding oli yang lebih kental mengalir dengan
lebih lambat
OIi mesin dengan viskositas rendah bersifat encer dan mengalir den-
gan mudah. Oli dengan viskositas tinggi bersifat lebih kental dan
mengalir lebih lambat Viskositas dipengaruhi oleh temperatur
bila oli panas, oli lebih encer dan mengalir lebih cepat daripada bila
tempeatur oli dingin.

B. TORQUE.

1. Torque

Gaya puntir atau gaya putar yang di desakan poros engkol mesin.
Engine torque adalah hasil kali dari gaya total yang dikerahkan pada
TECHNICAL TERM OF BASIC MACHINE I-2-5

T = F x r

Dimana : F = P X A
P = Tekanan pembakaran
A = Area puncak ( Crown ) piston.
r = radius engkol

Engine torque meningkat bersama tekanan – tekanan yang lebih


kompresi yang lebih tinggi tekanan pembakaran sebaliknya ter-
gantung pada perbandingan kompresi dari mesin, temperature
awal, dan jumlah fuel. Engine, torque mungkin dinyatakan dalam
dyne-cm, kgf-m. Sebuah mesin menghasilkan jumlah torque yang
berbeda berdasarkan kecepatan putar dari poros engkol dan faktor – fak-
tor lain.

2. Leverage

Mechanical lever adalah sebuah batang atau tongkat yang lurus ditun-
juk ditengah – tengah batang tersebut digunakan untuk atau mem-
odifikasi
( merubah ) gerakan, dan besar gaya ( meneruskan ).
Mechanical lever adalah suatu alat yang digunakan untuk
meneruskan dan menambah gerakan dan gaya.

Gbr. 1. Mechanical lever.

C. ELECTRICAL

1. Current ( Arus ).

Ketika 2 konduktor ( A ) dan ( B ) yang bermuatan positif dan negatif


dihubungkan dengan kawat penghantar ( C ), elektron - elek-
tron bebas yang berada pada konduktor ( B ) akan ditarik oleh konduktor
( A ) melalui penghantar ( C ). Hal ini akan menyebabkan arus elek-
tron dari konduktor ( B ) yang bermuatan negatif ke konduktor ( A ) yang
bermuatan positif. Pergerakan elektron inilah yang kemudian
menyebabkan terjadinya Arus Listrik dari konduktor ( A ) yang
bermuatan positif ke konduktor ( B ) yang bermuatan negatif.
TECHNICAL TERM OF BASIC MACHINE I-3-5

Gbr. 2.
Hubungan antara arus listrik dan arus elektron

1. Current ( Arus ).

Ketika 2 konduktor ( A ) dan ( B ) yang bermuatan positif dan negatif


dihubungkan dengan kawat penghantar ( C ), elektron - elek-
tron bebas yang berada pada konduktor ( B ) akan ditarik oleh konduktor
( A ) melalui penghantar ( C ). Hal ini akan menyebabkan arus elek-
tron dari konduktor ( B ) yang bermuatan negatif ke konduktor ( A ) yang
bermuatan positif. Pergerakan elektron inilah yang kemudian
menyebabkan terjadinya Arus Listrik dari konduktor ( A ) yang
bermuatan positif ke konduktor ( B ) yang bermuatan negatif.
Coloumb ( Q ) adalah banyaknya muatan listrik ( elektron ) yang men-
galir melalui suatu titik pada sebuah penghantar yang besarnya
adalah :

1 Q = 6.25 x 1018 elektron

Arus listrik adalah jumlah muatan listrik yang mengalir melalui muatan
listrik yang mengalir melalui suatu titik tertentu selama satu detik.

I=Q/t

Dimana : I = Arus ( Ampere )


Q = Muatan listrik ( Coloumb )
t = Waktu ( Detik )

Satuan Arus Listrik adalah Coloumb perdetik atau ampere :

1 A = 1000 MA
1 MA = 1000 MA
1 A = 106 MA
TECHNICAL TERM OF BASIC MACHINE I-4-5

2. Voltage ( Tegangan ).

Gaya yang melibatkan terjadinya arus listrik pada konduktor, Ter-


jadinya gaya akibat beda / selisih potensial antara dua ujung konduktor.
Beda potensial terjadi karena perbedaan jumlah elektron pada
ujung konduktor. Arus listrik akan mengalir dari tegangan yang tinggi
( + ) ke tegangan yang rendah ( - ) satuan tegnagan listrik disebut
VOLTS dan ditimbulkan dengan ( V ).

1 MV = 1000 KV
1 KV = 1000 V
1 V = 1000 MV

Voltage dihasilkan antara 2 ( dua ) titik yaitu satu yang muatan positif
dan satu titik yang muatan negatif.

Gbr. 3. Voltage.

Voltage akan timbul walaupun tidak terjadi aliran arus tetapi tidak
akan mengalir bila tidak ada tegangan atau beda potensial.

3. Hambatan ( Resistance ).

Kawat tembaga pada umumnya digunakan untuk menghantarkan


arus listrik karena kawat tembaga memiliki hambatan terhadap aliran
listriknya kecil.

Gbr. 4. Hambatan listrik dan konduktor.

Ketika elektron bebas berjalan melalui sebuah logam, elektron – elek-


tron itu melambung molekul, yang akan memperlambat kecepatan
jalannya. Perlambatan kecepatan itu merupakan hambatan uamh
umumnya disebut dengan elektrik. Resistance atau Hambatan
listrik.
TECHNICAL TERM OF BASIC MACHINE I-5-5

Satuan hambatan listrik adalah ohm dan simbol . Hambatan suatu


penghantar dikatakan 1  bila besarnya hambatan tersebut
menyebabkan mengalirnya arus sebesar 1 A, bila pada kedua
ujung penghantar dihubungkan dengan sumber tegangan sebesar 1
volts ( pada temperatur konstan ).
Adapun harga hambatan pada sebuah penghantar dipengaruhi oleh
bahan penghantar, luas penampang penghantar, serta temper-
atur. Biasanya harga hambatan dapat dihitung dengan rumus :


R=L
A

Tahanan jenis setiap material berbeda – beda seperti dibawah ini :

 (  at  (  at
Material Material
20º C 20º C
Coopper, ( pure soft ) 1.724 x 10-6 Gold 2.2 x 10-6
Coopper, ( hard draw ) 1.777 x 10-6 Lead 20.0 x 10-6
Steel ( low carbon ) 9.96 x 10-6 Mercury 85.1 x 10-6
Cast iron 19.1 x 10-6 Silver 1.59 x 10-6
Aluminium, ( soft ) 2.73 x 10-6 Zine 6.21 x 10-6
Aluminium, ( hard ) 2.83 x 10-6 Nichrome 100.0 x 10-6
Nickel , ( 100 % pure ) 10.4 x 10-6 Manganin 47.8 x 10-6

Table 1. Tahanan jenis beberapa material


MECHANICAL ELEMENT BAB II
MECHANICAL ELEMENT II - 1 - 21

A. FASTENERS.

Fastener atau pengencang digunakan untuk menggabungkan beberapa


parts
atau komponen menjadi suatu komponen assembling..Fastener dipergu-
nakan
karena komponen assembling tidak mungkin dibuat utuh dad salu bagian.
Sehingga. dibuat dad beberapa parts atau komponen untuk mempermudah
manufacturing pemasangan, perawatan dan perbaikan Bab ini membabas
beberapa jenis fasteners yang sering dipergunakan pada slat berat

1. Bolt
Bolt adalah fastener yang digunakan sebagai pengikat berpasangan
dengan nut. Bentuk lain bolt adalah cap screw. Disebut cap screw apa-
bila dalam pemakaian sebagai fasteners berpasangan terhadap
lubang ulir. Dengan demikian bolt dan cap screw dibedakan
berdasarkan aplikasi pemakaiannya sebagai fastener. Berbagai macam
bolt dan cap screw ditunjukan pada gbr berikut :

Gbr. 5. Macam - macam Bentuk bolt

a. Spesifikasi bolt .

Bentuk bolt terdiri atas Head body dan threat Ukuran head
berdasarkan jarak bidang rata pada bagian Head. Ukuran head
bolt menentukan beberapa ukuran kunci atau socket yang
dipergunakan. Ukuran bolt ditentukan oleh diameter
puncak threat, sedangkan panjang bolt diukur dan bagian bawah
head ke bagian ujung thread ( bolt ). Beberapa bentuk bolt memiliki
ketentuan penentuan ukuran panjang yang berbeda menunjukkan
penunjukkan ukuran bolt.

Gbr. 6. Dimensi Bolt


MECHANICAL ELEMENT II - 2 - 21

Ukuran bolt ditentukan juga oleh ukuran thread. Berdasakan stan-


darisasi
Unifled Screw Thread Standard, thread diukur dengan menghitung
jumlah puncak ulir setiap inchi. Berdasarkan Unifield screw
Thread standard tersebut dinyatakan ukuran bolt dengan notasi seperti
berikut :

½ - 20 - UNC - 24 x3

Panjang
dalam satuan inch
Simbol
suaian
C=
Coarse ( ulir kasar )
F = Fine
( ulir halus )
Jumlah
puncak ukir per inch
Diameter
luar puncak ulir

Thread dibedakan atas coarse thread ( kasar ) dan fine thread


( halus ) yang ditandai dengan notasi UNC untuk coarse thread dan
UNF untuk fine thread. Coarse thread memiliki alur yang lebih dalam dan
aplikasinya banyak digunakan. Fine thread memiliki alur thread kecil
aplikasinya pada permukaan
tertentu, misal untuk pengikat parts yang tipis.

Pada Standarisasi Metric, ukuran ulir ditemukan dengan ukuran jarak


antara puncak ulir terdekat. Notasi yang digunakan untuk menyatakan
ukuran ulir metric adalah sebagai berikut :

M 12 x 1.75 – 69 x 80 – 8,8

Class kekuatan baut

Panjang baut

Simbol suaian

Kisar dalam satuan mm

Ukuran Q puncak thread


dalam mm

Ukuran ISO Metric threads


MECHANICAL ELEMENT II - 3 - 21

Tabel 2. Tabel spesifikasi dan tanda bolt sesuai SAE.

Standarisasi Klasifikasi Grade bolt metric ditetapkan oleh International


Standardization of Organization ( ISO ). Klasifgikasi
berdasarkan atas kekuatan tensile dan yield. Tanda angka pada
permukaan atas bolt menandakan klasifikasi kekuatannnya.
Semua bolt dan capscrew berdiameter diatas 4-mm memiliki tanda angka
pada permukaan atas head bolt. Tabel berikut menunjukkan klasi-
fikasi dan tanda yang digunakan pada bolt metric.

Tabel 3. Tabel spesifikasi dan tanda bolt sesuai ISO.


2. Nuts

Nuts merupakan fastener aplikasi pemakaian sebgaai pengikat


berpasangan dengan bolt. Nut berbentuk segi enam ( Hexagon )
ataua segi empat dengan lubang berulir kasar atau halus pada bagian ten-
gahnya sesuai dengan bolt pasangannya. American Society For
Testing Material ( ASTM ) dan SAE memberikan standarisasi un-
tuk kelas kekuatan nuts. Metric nuts yang biasa digunakan di USA
klasifikasikan menjadi 5,9 dan 10. Angka ini ditujukan kekuatan tarik
( tensile stregth ) tertinggi dari screw atau bolt yang harus digu-
nakan untuk mencegah kerusakan.

Nut memiliki tiga dimensi penting yaitu ketebalan lebar ( ukuran


kunci ) dan diameter dalam. Gambar berikut menunjukkan berbagai jenis
bentuk nuts.
MECHANICAL ELEMENT II - 4 - 21

Gbr.7. Bentuk - bentuk nuts

3. Washer.
Washer merupakan cincin penutup yang dipergunakan antara bolt
ataupun terhadap parts atau component yang diikat. Berdasarkan
fungsinya washer terdapat dalam beberapa bentuk.
a. Plain washer, mendistribusikan beban pengikat dengan per-
mukaan yang lebih luas dibanding bolt atau nut, juga mencegah
permukaan part yang diikat.
b. Helical spring washer digunakan untuk menjamin agar bolt atau
nut kencang ( tidak mudah kendor ) pada parts atau compo-
nent yang menerima getaran atau vibrasi.
c. Toothed lock washer digunakan untuk menjamin agar bolt atau
nut tidak mudah kendor akibat getaran atau vibrasi. Aplikasi
penggunaannya mirip dengan washer spring. Toothed lock
washer ini banyak digunakan pada pemasangan nut pada termi-
nal kabel.
Gambar berikut ini menunjukkan berbagai macam jenis washer
:

Gbr.8. Berbagai macam


jenis washer.
MECHANICAL ELEMENT II - 5 - 21

4. Screw.

Screw merupakan salah satu jenis fastener bentuknya hampir sama


dengan bolt atau capscrew, tetap memiliki ukuran kecil sebagai pen-
gencang screw berpasangan dengan nut atau lubang tread.
Driver yang digunakan sebagai pengencang berupa screw driver, Kunci L
atau socket screwdriver. Fig 116 menunjukkan berbagai jenis screw.
Tapping screw digunakan untuk pengikat pada panel cover yang ter-
buat dari sheet metal, aluminium, perunggu atau kuningan.

Gbr. 9. Macam – macam screw.

5. Studs.

Studs merupakan salah satu jenis fastener berupa steel rod yang
memiliki ulir atau thread pada kedua bagian ujungnya. Salah satu thread
dikencangkan pada parts atau komponen, sedangkan salah satu
ujungnya mengikat part dengan menggunakan nut. Gambar berikut
menunjukkan bentuk stud dan pemasangannya sebagai pengikat.
MECHANICAL ELEMENT II - 6 - 21

6. Pins.

Secara umum pin digunakan sebagai fastener pada bagian part atau
komponen yang saling bergerak selain itu pin juga digunakan
sebagai lock, sebagai pelurus posisi parts yang saling disambungkan.
Berbagai bentuk pin ditunjukkan pada gambar berikut :

Fungsi masing – masing pin :


a. Cotter pin berfungsi sebagai lock pada elevis pin, stopped nut
dan caste nut.
b. Dowel pin berfungsi sebagai pelurus ( alignment ) terhadap
komponen yang diikat.
c. Clevis pin digunakan sebagai pin engsel untuk u yoke pada
linkage dalam pemasangan dilengkapi cotter pin sebagai lock.
d. Spring pin berfungsi sebagai pengikat yang bersifat self locked
pin, sp[ring pin berbentuk cylinder spring yang berukuran oversize
terhadap lubang pin sehingga pada saat dipasang terhadap
gaya tekan dari spring pin terhadap lubang.
e. Quick lock pin digunakan sebagai lock terhadap pin dengan
kemudahan untuk membuka atau melepas pin.
f. Tapper pin digunakan sebagai lock terhadap dua komponen
yang dipasang tetap.
g. Grooved pin digunakan sebagai fastener seperti spring pin.
h. Spring lock pin merupakan fastener digunakan berpasangan
dengan elevis pin mempermudah melepas dan memasang
bagian yang saling berhubungan..
MECHANICAL ELEMENT II - 7 - 21

7. Snap ring.

Snap ring merupakan pendukung yang berfungsi sebagai lock pen-


empatan posisi atau penahan ( retainer ), contoh menempatkan dan
menahan posisi shaft pada hole. Macam – macam bentuk snap ring di-
tunjukkan pada gambar berikut :

Gbr. 12. Snap ring.

8. Clamps.

Clamp yang digunakan untuk pengikat pada penyambungan hose ke


pipa logam, clamo digunakan sebagai pengikat agar tidak terjadi
kebocoran cairan atau udara, clamp ini disebut hose clamp. Bentuk clamp
lain yang digunakan adalah wire rope clamp yang digunakan sebagai
clamp untuk penyambungan wire rope. Gambar berikut menunjukkkan
berbagai jenis clamp.

Gbr. 13. Clamps.


MECHANICAL ELEMENT II - 8 - 21

9. Key.

Key atau pasak digunakan sebgai lock antara roda sisi atau pulley
terhadap shaft. Trehadap dua jenis key yaitu rectangular atau square key
dan woodruff key seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

Gbr. 14. Keys.

B. BEARING.

Bearing berfungsi untuk mengurangi gesekan dan keausan serta hilangnya


tenaga akibat bagian yang saling berputar. Macam – macam type beaing
dibedakan menjadi dua type :

1. Plain Bearing.

Plain bearing mengurangi gesekan dengan adanya sliding contact


antara permukaan yang saling bergesekan plain bearing dise-
but juga dengan bushing atau bearing. Antara bearing dan bushing
memiliki pengertian sinonim sehingga untuk segala jenis bisa disebut
bearing. Secara umum bisa dibedakan berdasar kriteria berikut
ini :
Plain bearing disebut bushing bila :
a. Berbentuk sleeve satu lingkaran penuh dengan pemasangan di
press terhadap lubang.
b. Memungkinkan proses finishing pada bagian dalam dari bush-
ing untuk mendapatkan suaian yang tepat.
c. Digunakan untuk putaran lambat dengan tingkat beban ringan
sampai berat atau putaran sedang dengan beban ringan

Plain bearing disebut slit bearing bila :


a. Berbentuk sleeve setengah lingkaran sehingga untuk men-
dukung dibutuhkan satu pasang terdiri dari 2 ( dua ) buah
sleeve setengah lingkaran.
b. Digunakan untuk putaran tinggi.
MECHANICAL ELEMENT II - 9 - 21

Gbr. 15. Bushing.

2. Material Plain Bearing.

Plain bearing terbuat dari berbagai macam material tergantung pada


kecepatan putaran shaft, beban yang didukung dan type
pelumasan yang digunakan plain bearing terbuat dari material
kayu, karet, plastik, besi tuang, temabaga, kuningan, perunggu dan ba-
bied.
Berdasarkan lubrikasinya plain bearing digolongkan pada type
pelumasan kering ( dryfriction ), pelumas terbatas dan pelumas
penuh.
a. Pelumas kering : Tidak terdapat lubrikasi antara per-
mukaan yang
saling bersinggungan.
b. Pelumas terbatas : Pelumas derngan kondisi lapisan
film tipis antara bagian
yang saling bergesekan.
c. Pelumas penuh : Keseluruhan permukaan
yang bersinggung
dipisahkan oleh lapisan.
MECHANICAL ELEMENT II - 10 - 21

3. Anti Friction Bearing.

Anti friction bearing memiliki tiga jenis bentuk dasar bearing yaitu :
a. Ball Bearing.
b. Roller Bearing.
c. Needle Bearing.

Gbr. 17. Tiga bentuk dasar anti friction bearing.

Anti friction bearing terbuat dari baja yang dikeraskan ( hardened


steel ).
Bagian – bagian utama anti friction bearing adalah :
a. Race adalah cincin bagian dalam ( inner races ) dan cincin
bagian luar
( outer races ) sebagai tempat dudukan elemen gelinding.
b. Ball, rollers atau needle adalah element gelinding untuk men-
gurangi gesekan.
c. Separator atau cages adalah pengartur jarak antar element
gelinding.

Gbr. 18. Basic parts of anti friction bearings.


MECHANICAL ELEMENT II - 11 - 21

Roller dan needle bearing hanya memiliki dua macam race yaitu split
race dan continuos race bearing.
Ball bearing memiliki 4 macam race yaitu :
a. Control bearing
b. Full type bearing
c. Split race bearing
d. Angular contact bearing

Gbr. 19 Bentuk – bentuk ball bearing race.

Berdasarkan beban yang diterima ball bearing dibedakan atas 4


macam:
a. Radial Load bearing
b. Radial and thrust Load bearing
c. Self Aligning radial Load
d. Thrust Load bearing

Gbr. 20 Type -Type Ball Bearing.


MECHANICAL ELEMENT II - 12 - 21

Roller bearing untuk menumpu beban yang lebih besar dibanding ball bear-
ing jenis dasar roller bearing digolongkan menjadi:
a. Radial Load, straight roller bearing.
b. Radial and Thrust Load, tapered roller.
c. Self aligning, radial and thrust Load
d Self aligning, radial and thrust Load concave roller bearing.
e. Thrust Load

Gbr. 21. Type -Type roller bearing.

Gbr. 22. Thrust load Gbr. 23. Thrust load


ball bearing. roller bear-
ing.

Needle bearing
Needle bearing memiliki elemen gelinding berdiameter kecil atau
berbentuk jarum, karena bentuknya tersebut maka needle bearing banyak
digunakan untuk tempat dengan ruang terbatas.
Jenis needle bearing meliputi :
~ Radial load bearing
~ Thrust load bearing

Pemasangan Anti – Friction Bearing


Cara pemasangan bearing harus diperhatikan agar tidak terjadi
kerusakan
~ Perubahan bentuk bearing
~ Element gelinding lepas atau
~ Terjadi ketidaklurusan antara inner race dan outerrace.
MECHANICAL ELEMENT II - 13 - 21

~ Bearing clearance dan preload yang tidak tepat.


~ Kerusakan seals pada bearing.

Beberapa bearing memiliki seals untuk menahan pelumas dan


mencegah debu. Long life bearing memiliki sedal pada kedua sisi
sebagai penahan Long Life lubricant.
Anti friction bearing dipasang dengan cara press fit dan push fit. Push
fit berarti pemasangan race dengan kekuatan tangan atau
memukul ringan.
Press fit berarti pemasangan race menggunakan alat press atau
penekan. Press fit digunakan pada pemasangan bearing race ter-
hadap bagian yang berputar sedangkan push fit digunakan untuk
memasang bearing race terhadap bagian yang diam. Kedua bearing
race diaasng dengan metojde press fit apabila bearing tersebut
menerima beban berat atau kecepatan tinggi.

Gbr. 24. Basic types of needle bearing

Gbr. 25. Proper installation for anti friction bearings.


MECHANICAL ELEMENT II - 14 - 21

Gbr. 26. Improper installation techniques for anti friction bearings.

Width / Thickness Ratio.


Penurunan kekuatan tekanan terhadap sealing gasket sering dengan
perbandingan lebar sealing gasket terhadap kenaikan kete-
balan gasket pada saat ditekan.
Dengan kata lain semakin kecil perbandingan antara lebar kontak
permukaan sealing terhadap tebal gasket membutuhkan kekuatan tekan
yang lebih tinggi. Oleh karena itu gasket memiliki lubang bolt.
Lubang bolt tidak boleh terlalu dekat terhadap sisi dalam gasket.

Gbr. 27. Berbagai macam cara pemasangan gasket.


MECHANICAL ELEMENT II - 15 - 21

C. SEALS.

Seal digunakan sebagai penyekat atau perapat pada bagian yang saling
disambungkan terhadap kebocoran cairan udara, debu dan menjaga tekanan
terhadap dua jenis dasar bentuk seals yaitu :
1. Dynamic Seals.
Digunakan sebagai perapat pada parts yang bergerak, contoh :
~ Redial lip seal
~ Clearance seal
~ Ring seal
~ Face seal
~ Compression packing
~ Molded packing
~ Diaphragm seal

2. Static Seals.
Digunakan sebagai perapat pada parts statis ( fixed parts ), contoh :
~ Static o - ring
~ Metallic gasket
~ Non Metallic gasket
~ Sealant
a. Radial lip seal ( Oil seal ).
Radial lip seal digunakan sebagai penyekatr untuk menahan
pelumas pada sistem yang memiliki shaft berputar. Radial
lip seal ini bisa disebut juga oil seal. Penyeakatan atau perapatan
( sealing ) berdasarkan perbedaan ukuran antara elemen
seal yang flexible terhadap ukuran shaft. Interferensi diameter
dalam seal dan diameter luar shaft merupakan dasar prinsip sealing,
juga ditambahkan tekanan spring dibelakang lip seal. Antara lip
seal dengan shaft harus terdapat lapisan film sebagai perapat
dan pelumas. Bila lapisan film terlalu tebal, cairan akan bocor tetapi bila
terlalu tipis akan timbulnya gesekan dan keausan pada lip seal. Tebal
tipisnya lapisan film dipengaruhi oleh tekanan lip seal. Gambar
berikut menunjukkan bentuk dasar lip seal atau oil seal.

Gbr. 28. Struktur dasar oil seal.


MECHANICAL ELEMENT II - 16 - 21

Oil Seal dibedakan berdasarkan bentuk lip seal gambar berikut


menunjukkan bentuk oil seal.

Gbr. 29. Oil seal.

Single lip
Lip tidak menggunakan spring loaded. Untuk sealing cairan
kental seperti grease pada shaft kecepatan lambat.
Single lip spring loaded
Spring loaded membantu kerapatan seal, digunakan untuk
sealing cairan dengan viskositas yang rendah pada shaft ke-
cepatan putar tinggi, pada daerah yang tidak berdebu.
Double lip
Lip seal menghadap berlawanan arah dan memiliki spring
loaded pada kedua sisi atau salah satu sisi saja. Seal ini digu-
nakan sebagai sealing terhadap cairan lip yang dilengkapi
spring loaded, sedangkan sisi lip yang lain melakukan sealing ter-
hadap debu atau partikel.
Dual lip
Lip seal menghadap berlawanan arah dan memiliki spring
loaded pada kedua sisinya. Digunakan sebagai sealing ter-
hadap pelumas kental pada salah satu sisi dan sebagai sealing
terhadap cairan pada sisi yang lain. Pemasangan oil seal
Penanganan dan pemasangan oil seal perlu diperhatikan utuk
mencegah kerusakan dini atau kebocoran oli akibatnya rusaknya lip
seal. Lip mudah – mudahan sobek dan rusak. Sebelum dipasang
seal harap disimpan secara aman, jauh dari panas dan debu.

b. Packing.
Packing dibedakan atau digolongkan menjadi dua tipe yaitu
compression packing dan molded packing.
Compression packing membentuk seal ketika packing tersebut
dipasang dan tertekan antara alur poros dan housing. Gaya tekan
akan mengakibatkan packing mengembang sealing terhadap
alur dan poros maupun housing, terdapat tiga jenis com-
pressioon packing yaitu : fabric
( serat ) meatalic dan plastic. Gambar berikut menunjukkan
bentuk compression packing.
MECHANICAL ELEMENT II - 17 - 21

Gbr. 30. Compression packing.

Molded packing merupakan dynamic seals terdiri dari dua tipe


yaitu lip type dan squeeze type. Jenis – jenis lip type yaitu
flange, cup, u-cup, u- ring dan v-ring. Jenis squeeze type
adalah o-ring dalam berbagai bentuk. Lip type packing melakukan
sealing karena adanya gaya tekan fluida atau udara yang menye-
babkan lip mengembang. Gambar berikut menunjukkan contoh
pemasangan u-cup packing.

Gbr. 31.
Pemasangan u-cup packing.

c. O-ring.
O-ring berfungsi sebagai seal akibat tertekan ( squeezed ) aki-
bat proses pemasangan dan proses sealing terjadi akibat tekanan
cairan menekan o- ring. Static o-ring memberikan sealing terhadap
komponen static ( tidak ) bergerak untuk mencegah kebocoran flu-
ida atau udara.
Dynamic o-ring digunakan sebagai sealing terhadap fluida
pada bagian komponen yang saling bergerak. Terdapat tiga
penggunaan dynamic o- ring yaitu :
~ Reciprocating, bila digunakan sebagai seal piston ring
atau sealing pada sekitar piston rod.
~ Oscilating, bila seal berputar bolak – balik pada derajat
yang terbatas atau seal berputar beberapa kali putaran
MECHANICAL ELEMENT II - 18 - 21

~ Rotating, apabila o-ring memberikan sealing terhadap


shaft yang berputar pada dynamic dalam o-ring.
Gambar berikut menunjukkan berbagai macam pemasangan o-
ring.

Gbr.32. O-ring squeeze Gbr.33. O-ring rolling


action

d. Gasket.
Gasket merupakan static, mencegah kebocoran cairan melalui
permukaan bidang kontaknya terhadap komponen yang
dirakit. Faktor utama dalam penggunaan gasket adalah
seal material dapat menyesuaikan bentuk ( conform ) ter-
hadapa ketidak sempurnaan kontak antara bidang permukaan
bentuk gasket terhadap perrmukaan kontak.

Gbr.34. Conformation of gasket to flange.


MECHANICAL ELEMENT II - 19 - 21

Pada pemasangan gasket sebagai penyekat perlku diper-


hatikan besarnya tekanan pada saat pemsaangan. Semakin kuat
tekanan diberikan pada gasket tidak berarti akan meng-
hasilkan kemampuan sealing yang semakin baik.
Tekanan minimum yang diperlukan gasket tergantung pada :
~ Jenis material gasket.
~ Tekanan dalam ( internal pressure )
~ Fluida yang sealing
~ Width / Thickness ratio.
~ Jenis material gasket.
Kemampuan sealing minimum tergantung pda tingkatan
jenis material gasket yang umum digunakan sebagai
gasket asbestos cork, rubber, plastic sand paper
atau campuran dari beberapa material tersebut.
~ Internal pressure
Internal pressure cenderung menekan fluida keluar
melalui seal assembly. Hal penting untuk menentukan
beberapa besar tekanan flange diperlukan untuk
menekan seal.
~ Sealed fluida.
Viskositas fluida yang terdapat pada tempat dimana
gasket berfungsi sebagai penyekat menentukan tekanan
yang diperlukan untuk mengencangkan gasket.

D. BELTS.

Belt memindahkan power melalui kontak antara belt dengan pulley peng-
gerak dan pulley yang digerakkan. Belt digerakkan oleh gaya gesek penggerak,
kemampuan bolt untuk memindahkan tenaga tergantung pada :

~ Tegangan belt terhadap pulley.


~ Gesekan antara belt dan pulley.
~ Sudut kontak antara belt dan pulley.
~ Kecepatan belt.

Terdapat tujuh macam bentuk belt yang umum dipergunakan :


~ Round belts
~ Flat belts
~ V-belts
~ Banded V -belts
~ Linked V -belts
~ Timing belts
~ V-ribbed belts
MECHANICAL ELEMENT II - 20 - 21

Gambar berikut menununjukkan berbagai macam type belt :

Gbr. 35. Belts

1. Round Belts
Round belts terbuat dari solid rubber dengan cord. Belt ini hanya di-
gunakan untuk beban ringan seperti untuk sewing machine projector
films.
2. Flat Belts
Penggunaan flat belts semakin berkurang dengan dipergunakan v-
belts pada sistem pemindahan tangan. Flat belts terbuat dari leather ruber-
ized fabric dan cord. Flat belts semakin tidak dipergunakan karena
membutuhkan pulley yang lebih besar, tempat yang lebih luas dan ku-
rang flexible.
Flat belts juga dipergunakana sebagai pemindahan tenaga high
power untuk mesin penggerak yang terpisah dengan mesin yang diperger-
akkan. Contoh : sawmils.
3. V – Belts.
V-belts banyak dipergunakan sebagai pemindahan beban antara pul-
ley yang berjarak pendek. Gaya jepit ditimbulkan oleh bentuk alur V.
Gaya tarik atau load yang lebih besar menghasilkan gaya jepit belt
yang kuat keuntungan v-belts adalah :
~ Gaya jepit belt memungkinkan sudut kontakj yang lebih kecil
dan perbandingan kecepatan yang tinggi.
~ Meredam kejutan terhadap motor dan bearing akibat peruba-
han beban.
~ Memiliki level vibrasi dan noise yang mudah.
~ Mudah dan cepat dalam melakukan penggantian dan per-
awatan.
~ Efficiency transmissinya tinggi sampai 45 %.
MECHANICAL ELEMENT II - 21 - 21

4. Banded V – Belts.
Banded v – belts adalah multiple v – belts yang dibentuk cetak per-
manen dalam tie band. Banded v-belts mengurangi timbul
masalahnya pada penggerak dimana belts bergeser, melintir atau
terlepas dari alurnya.
5. Links V - Belts
Link v – belts dibentuk dari multiple belts yang disusun saling
menyambung. Digunakan untuk penggerak – penggerak besar dengan
memiliki jarak centre yang tetap, dimana terdapat kesulitan untuk
memastikan ukuran belts yang tetap. Link dapat ditambah atau dikurangi
untuk mendapatkan panjang belt yang tetap.
6. Timing Belts
Timing belts merupakan aksi gabungan anatar chain dan sprocket
pada bentuk flat belt. Bentuk dasarnya merupakan flat yang memiliki
gigi – gigi berukuran sama pada permukaan kontak denhgan gigi
pulley. Sebagaimana penggerak gear rantai, membutuhkan kelurusan
pada perpasangan pulley.
Keuntungan timing belts :
~ Tidak terjadi slip atau variasi kecepatan.
~ Membutuhkan perawatan yang ringan.
~ Mampu dipergunakan pada range beban yang lebar.
~ Memiliki effisiensi mekanis tinggi karena tidak terjadi gesekan /
slip, initial tension berkurang dan memiliki konstruksi yang tipis.
7. V – Ribbed Belts.
V – ribbed belts merupakan gabungan alur luar berbentuk v – belt.
Terbuat dari molded rubber. Lapisan inti penguat terdapat pada
bagian datar belt. Sebagiamana v-belt kemampuan memindahkan
power tergantung pada aksi jepit antara alur dan belt.
MATE R IAL III - 1 - 9

A. DIESEL FUEL

Diesel fuel merupakan hasil proses distilasi terhadap crude oil, dengan
cara memanaskan crude oil. Gambar berikut menunjukkan proses distilasi se-
hingga diperoleh diesel fuel. Crude oil dituangkan dari bagian atas tower
pemisah dan dipanaskan pada bagian bawah. Akibat proses pemanasan
diperoleh berbagai tingkatan hasil distilasi berdasar boiling point yang berbeda.

Petroleum gas
(Propane, Butane, dll)
Temperatur terendah pada bagian tas

Boiling point ºC

Rendah
Light gasoline

Heavy gasoline 30 s.d 180


Kerosene

Boiling point
170 s.d 250
Light diesel oil
Heavy diesel oil
240 s.d 350
Residual oil

Tinggi
Min 350
Heat

Fuel yang digunakan pada diesel adalah light diesel Oil yang memiliki boiling
Point 240º C – 350º C dan dihasil dari proses distilasi setelah korosene.
Field dari jenis light diesel oil ini sesuai dipergunakan untuk diesel engine kecil
maupun besar kecepatan tinggi. Komatsu merekomendasikan light diesel oil
sebagai untuk engine Komatsu.
Hal – hal penting yang perlu diperhatikan pada spesifikasi fuel adalah :

1. Specific Gravity.
Fuel dengan viskositas dan boiling point tinggi memiliki specific gravity
yang lebih tinggi dari pada fuel dengan viskositas dan boiling point rendah.
Pada temperatur konstan dan panjang langkah injeksi yang sama
diperoleh jumlah bahan yang diijinkan lebih banyak dibanding dengan
specific yang tinggi.

2. Flash Point.
Fuel dengan flash point rendah lebih mudah penyalaannya ( ignition ),
perlu penanganan yang hati – hati terhadap fuel dengan point rendah.
Falash point merupakan nilai yang lebih menunjukkan temperatur penyalaan
bahan bakar.

3. Kandungan sulfur.
Kandungan sulfur pada fuel akan bereaksi dengan oksigen pakda
saat pembakaran sehingga menghasilkan Asam Sulfat ( Sulfuric
Acid ).
MATE R IAL III - 2 - 9

Asam sulfat ini aka.n bersifat korosif terhadap engine. Maksimum


kandungan sulfur pada fuel 0.5 % dengan jadwal penggantian oli setiap
250 Hm. Bila kandungan sulfur pada fuel lebikh tinggi dari 0.5
% jadwal penggantian oli harus dipercepat.

4. Pour Point.
Pour point menunjukkan temperatur terendah fuel dapat mengalir
pour point tinggi mengakibatkan fuel susah mengalir sehingga mengaki-
batkan kemampuan starting pada daerah menjadi buruk

5. Cetane Number.
Cetane number merupakan nilai menunjukkkan kemudahan pem-
bakaran fuel. Cetane number sangat menentukan kemudahan start
dan pembakaran. Cetane number rendah mengakibatkan ke-
bakaran buruk, terjadinya pembakaran tunda ( detonasi ), sulit start,
pada temperatur rendah tercampurnya oli oleh fuel yang tidak ter-
bakar. Cetane number tinggi mengakibatkan pembakaran mudah
sehingga terjadi knocking pada ruang bakar.

6. Ash Content.
Ash pada fuel sebenarnya terdiri dari tiga tipe yaitu particle pada (
solid particle ), campuran garam inorganic ( in organic salt solution )
dan oli soluble organic. Rata – rata kandungan ash ( ash content ) pada
fuel yang digunakan pada Diesel oil adalah 0.02 – 0.03 %. Kenaikan
kanduingan ash disebabkan oleh debu dan kotoran dari luar.

Masing – masing produk engine memiliki spoesifikasi fuel yang diper-


syaratkan dalam penggunaan. Gunakan spesifikasi fuel sesuai rekomen-
dasi dalam mengoperasikan engine.

Penanganan Fuel
Fuel harus ditangani secara hati – hati agar tidak terjadi kontaminasi ter-
hadap air, debu, kotoran atau minyak tanah.
~ Jangan menggunakan pompa dan hose bergantian untuk diesel fuel
kerosene dan oli.
~ Bila fuel disimpan dalam drum :
• Tempatkan drum terlindung dari sinar matahari atau panas.
• Tumpuk drum pada posisi mendatar dan posisikan tutup drum
tertutup oleh fuel ( tutup fuel pada posisi jam 3 atau jam 9 ).
~ Gunakan fiuel resevoir ( fuel tank ) untuk penyimpanan fuel dalam
skala besar dan pastikan adanya drain cek untuk membuang endapan atau
air.
MATE R IAL III - 3 - 9

B. LUBRICANT.

Terdapat dua jenis lubricant yang biasa digunakan pada pemakaian sehari –
hari yaitu Solid Lubricant dan Liquid Lubricant . Oli merupakan jenis liquid
lubricant sedangkan grease merupakan salah satu bentuk solid lubricant.

1. Oil
Oli ( Oil ) dibuat dari “ base oil “ dan “ aditive “ ( bahan tambahan ).
Terdapat tiga jenis base oil yang digunakan :
~ Crude oil ( minyak bumi ) : • Parrafinis base oil
• Naptanic base oil
• Aromatic base oil
~ Natural oil ( Minyak nabati )
~ Syntetic oil ( Bahan Kimia )

2. Additive
Additive adalah bahan tambahan yang berfungsi untuk memperbaiki
sifat – sifat mutu oil seperti :
~ Extreme pressure – memperbaiki ketahanan oil terhadap
tekanan.
~ Viskositas Index ( VI ) improves memperbaiki nilai viskositas oli.
~ Anti wear memperbaiki sifat oli utnuk me ncegah keausan.
~ Anti Rust / cojrrosion mmeperbaiki sifat oli memisahkan debu
dan mencegah korosin.
~ Oxidation inhibitor memperbaiki sifat oli terhadap peristiwa ok-
sidasi
~ Dipersant
~ Anti foam memperbaiki sifat oli agar oli tidak mudah berbusa,
dll.

Oli terbuat dari 80 – 85 % bases oil dan 15 – 20 % additive. Mutu oli


tidak dapat dengan melihat bentuk fisik maupun merasakannya den-
gan panca indra
Oli diklasifikasikan ke dalam 5 macam jenis oli :
~ Engine oil.
~ Hydraulic oil.
~ Gear oil.
~ Brake oil.
~ Automotatic Transmission Fluida ( ATF ).

Semua jenis oli tersebut memiliki sifat kekentalan, yang diukur


berdasar atas angka kekentalan kinematisnya. Kekentalan kinematis
pelumas diuji menggunakan beberapa metode uji. Salah sat-
unya menggunakan metode uji dengan stnadard viskositas kinematis yang
dinyatakan dalam centi stoke
( cST ).
Berdasarkan pada nilai viskositas kinemating tersebut oli dikelom-
pokkan pada grade – grade tertentu dalam viskositas grade.
Viskositas grade adalah angka yang menunjukkan tingkat kekentalan
MATE R IAL III - 4 - 9

~ SAE ( Society Of Automatic Engineers ) dengan skala SAE10,


SAE20, SAE30, SAE40, SAE20W-50, SAE90 dst,
~ AGMA ( American Gear Manufaturer Association ) dengan
skala AGMA1, AGMA2, AGMA3, AGMA4,5,6,7,8,8A.
~ ISO ( International Standardization Organization ) dengan skala
32 – 1500.
~ API ( American Petroleum Institute )
• Oli untuk Gasoline Engine : SA, SB, SC, SD, and SESF
• Oli untuk Diesel Engine : CA, CB, CC, CD, and CF.

3. Viskositas Index.
Viskositas Index adalah bilangan atau angaka yang menunjukkan
kestabilan kekentalan oil terhadap perubahahn temperatur. Oli berubah
kekentalannya akibat pengaruh panas atau temperatur oli akan menjadi
encer akibat panas.
Oli berdasar viskositas indexnya dikelompokkan menjadi empat go-
longan :
~ Rendah bila nilai viskositas indexnya 1 – 29.
~ Sedang bila nilai viskositas indexnya 30 – 79.
~ Tinggi bila nilai viskositas indexnya 80 – 100.

Contoh berikut menunjukkan oli dengan viskositas grade yang sama


tetapi viskositas indexnya berbeda. Perbedaannya ada dibawah tabel
ini :

Nama Oli No SAE Viskostas Index Visc Cinematic 40ºC


Visc kin 1000 ºC
Mesran B-30 30 103 91 cST 10.79 cST
Mesran 30 30 107 98 cST 11.63
cST

• No SAE menunjukkan viskositas grade yang dikeluarkan SAE.

Mesran 30 memiliki viskosiats index yang lebih tinggi dibanding mes-


ran B-30 karena memiliki ketahanan temperatur yang lebih baik.

Pelumas yang digunakan pada mesin harus sesuai dengan spesifikasi


yang direkomendasikan oleh pembuat mesin. Contoh berikut menjelaskan
jenis produk dan spesifikasi pemakaian yang berbeda.

Jenis Produk Pelumas Spesefikasi pemakaian


1. Mesran Dianjurkan untuk melumasi
kendaraan dengan bahan
bakar bensin dengan
menghendaki pelumasan yang sempurna.
2. Mesran B Dianjurkan untuk melumasi mesin
diesel putaran tinggi beban
ringan dengan
turbocharge dan mesin bensin yang
MATE R IAL III - 5 - 9

Jenis Produk Pelumas Spesefikasi pemakaian


4. Meditran S D Dianjurkan untuk pelumas mesin
diesel yang dilengkapi
dengan supercharge dan
menggunakan bahan bakar solar.

4. Grease.
Grease merupakan pelumas berbentuk padat. Terbuat dari minyak
pelumas yang didapatkan dengan campuran sabun metalic atau non
sabun metalic dan additive. Berikut schematic beban yang digunakan pada
pembuatan grease.

Base Oil + Additive + Thickening


Agent + Filter
• Extreme Pressure
• Calcium Soap (Ca) Graphite
• Anti wear
• Lithium Soap (Li) MSO2
• Anti Corrosion
• Sodium Soap (Sa) Copper
Hake,dll
• Oxidation inhibit
• Aluminum Soap (Al)
• Pour point
• Silica Gel
• VI improver’s
• Bentane
• Anti foam

Liquid Lubricant (Oil)

Semi Solid Lubricant ( Grease


)

Klasifikasi Grease.
Pelumas diklasifikasikan berdasar tingkat kekentalan, sedangkan
grease diklasifikasikan berdasarkan tingkat kekerasaan ( consis-
tency ). Klasifikasi tingkat kekerasan grease ditentukan oleh National
Lubricating Institute (NLGI), yang membagi tingkat kekerasan grease
menjadi 9 tingkat kekerasaan ( 000 ~ 6 ). Penetuan kekerasan ini diuji
berdasar persyaratan uji ASTM D217
( American Standard Too Testing and Material ) dengan mengukur
jarak penetrasi grease ( 1/10 mm ). Pada temperatur 25ºC dengan
alat one quarter scale cone equipment. Table berikut menunjukkan klasi-
MATE R IAL III - 6 - 9

NLGI No Penetration at 25ºC ( ASTM


D (1/10 mm))

000
445/475
00
400/430
0
355/385
1
310/340
2
265/295
3
220/250
4
175/205
5
130/160
6
85/115

Spesifiaksi Grease.
Spesifiaksi grease dipengaruhi oleh ciri fisik grease yang menetukan
kemampuan grease sebagai pelumas.
~ Penetration atau penetarsi adalah kemampuan grease
melakukan penetrasi dipengaruhi oleh kekentalan
grease. Semakin kental / keras grease angka penetrasinya
semakin kecil. Grease dengan kemampuan penetrasi tinggi
akan mamapu memberikan pelumasan pada celah yang
kecil dengan baik.
~ Drop point atau titik leleh adalah titik suhu pada saat grease
mulai mencair akibat panas. Drop point menentukan suhu kerja
maksimum grease yang
biasanya ditentukan dibawah drop point.

Pokok – pokok pelumasan yang benar.


~ Pastikan bahwa jenis pelumas yang digunakan sesuai untuk
setiap titik / bagian pelumasan sesuai rekomendasi pembuat
mesin.
~ Berikan pelumasan atau penggantian pada selang waktu yang
tetap sesuai rekomendasi pembuat mesin.
~ Berikan pelumasan atau penggantian pelumas dengan cara
yang tepat dan sesuai petunjuk OMM.
~ Berikan pelumasan dalam jumlah yang tepat sesuai petunjuk
perawatan dan pengoperasian.
~ Jaga agar pelumas tetap bersih dengan cara menutup tempat-
MATE R IAL III - 7 - 9

~ Drum sebaiknya disimpan dengan posisi tidur, dengan posisi


tutup membentuk garis horizontal ( jam tiga atau sembi-
lan ).
~ Bila oleh suatu sebab drum harus disimpan berdiri, drum harus
terlepas dari tanah dan dilepaskan dengan posisi terbalik ( tutup
dibawah ). Bila tidak mungkin posisikan drum miring agar
air hujan tidak mengenai tutup.
~ Gunakan lap untuk membersihkan hose, pipa atau peralatan
lain, tetapi jangan gunakan lap dari bahan katun wool lepas
yang cenderung meninggalkan serat pada saat digu-
nakan lap.

5. Coolant.
Coolant adalah zat cair yang digunakana pada circuit pendingin en-
gine. Fungsi utama coolant adalah sebagai penyerap panas, pada
bagian – bagian engine seperti cylinder block & cylinder head.
~ Memiliki sifat penyerap panas / sebagai media pemindah
panas.
~ Mencegah terjadinya / timbulnya endapan pada sirkuit sistem
pendingin.
~ Tidak berakibat korosif logam besi tembaga ataupun aluminum.

Air merupakan media praktis sebagai penyerap panas walaupun


demikian lambat laun air dapat menyebabkan korosi dan karena
kandungan mineral dalam air dapat mengakibatkan timbulnya enda-
pan pada permukaan saluran pendingin.
Clorida, sulfat, magnesium dan calsium pada air dapat menyebabkan
scale deposit dan sludge deposit atau korosi.
Air yang telah mengalami distilasi atau detonisasi direkomendasikan
penggunaannya untuk mengurangi efek yang dibutuhkan oleh
kandungan mineral pada air. Kandungan maksimum mineral dalam
air pendingin ditunjukkan dalam tabel berikut :

Nilai maksimum yang diijinkan

Minerals Parts per million Grains


per galon

Chloride 40
2.5
Sulfates 100
5.8
Total Dissolved 340 20

Magnesium & Calsium 170 10

Selain batas maksimum kandungan mineral air tidak boleh bersifat


asam atau bersifat basa atau memiliki pH 7, selain air itu harus bersih,
MATE R IAL III - 8 - 9

6. Battery electrolite.
Battery mengahsilkan arus berdasarkan reaksi kimia anbtara material
aktif seperti plate dan aasam sulfat ( sulfuric acid ) dari lariat elec-
trolyte. Larutan electrolyte tersebut dari campuran antara air suling ( H 2O
) dan asam sulfat
( H2SO4 ) dengan konsentarsi larutan H2O 64 % dan H2SO4 36 %.
Skema berikut menggambarkan komposisi larutan electrolyte.

+ =
64 % WATER 36 % ACID
ELECTROLYTE SP.GR = 1.00 SP.GR =
1.835 SP.GR = 1.270

Electrolyte pada saat kondisi battery fuel charge merupakan campu-


ran dari concentrate asam sulfat pada air seperti pada skema diatas
yang memiliki specific gravity 1.270 pada 27ºC.
Tegangan pada cell battery terganting pada perbedaan kimia antara
plate
( aktif material ) dan konsentrasi atau kandungan electrolyte. Battery
terdiri dari plate positif yang terbuat dari peroksida timbal ( PbO 2 ),
plate negatif yang terbuat dari timbal ( Pb ) dan larutan electrolyte
( H2SO4 ). Pada saat discharge arus battery dihasilkan dan peri-
stiwa reaksi kimia sbb :
Plate positif ( PbO2 ) terbuat dari campuran antara timbal ( Pb ) dan
Oksigen ( O2 ). Sedangkan asam sulfat ( S ) dan oksigen.
Oksigen pada plat positif dan Hydrogen pada asam sulfat bereaksi
membentuk air ( H2 ). Pada saat yang sama timbal ( Pb ). Pada plate
positif maupun negatif beraksi dengan SO 4 sehingga menjadi PbSO4.

PbSO4 + 2H2SO4 + Pb PbSO4 + 2H2O +


PbSO4

Discharge
MATE R IAL III - 9 - 9

Pada saat proses charging terjadi reverse proses kimia pada larutan
electrolyte battery. Timbal sulfat ( PbSO 4 ) terurai menjadi Pb
dan SO4. Sedangkan air ( H2O ) teruari menjadi hydrogen dan
bereaksi dengan SO4 menjadi asam sulfat ( H2SO4 ).Pada saat
yang sama oksigen ( O2 ) dari terurainya H2O , diikat oleh timbal
( Pb ). Plate positif membentuk timbal
( PbO2 ).

PbSO4 + 2H2O + PbSO4 PbO2 + 2H2SO4 + Pb


charge

Pada saat proses dischariging specific gravity electrolyte battery men-


galami penurunan karena padfa saat tersebut sulfuric acid ( asam sul-
fat ) diikat oleh timbal sehingga menjadi timbalk sulfat ( PbSO 4 ) se-
hingga yang tersisa dari electrolyte adalah air. Pada peristiwa charging
specific gravity larutan electrolyte akan naiknya karena pada saat
tersebut terbentuk larutan asam sulfat ( H2SO4 ). Specific gravity dan
tegangan battery.

Kondisi Charge ( % ) 100 95 0,75 0,5 0,25

Specific Gravity 1,265 1,230 1,230 1,2 1,175

Voltage ( V ) 12,6 12,5 12,5 12,4 12,2

Anda mungkin juga menyukai