Anda di halaman 1dari 40

BASIC MACHINE

ELEMENT
Untuk Lingkungan Sendiri

BASIC MECHANIC COURSE


PT UNITED TRACTORS TBK
2004
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sehingga dapat
tersusun buku “ PENGETAHUAN DASAR MESIN “ Buku ini disusun
untuk melengkapi bahan pelatihan di lingkungan PT Pamapersada Nusantara
khususnya Plant Departement.

Buku ini disajikan dalam bentuk yang sederhana, dengan harapan dalam
pemahamannya akan lebih mudah, khususnya bagi Calon Mekanik atau Junior
Mekanik dibidang Alat-alat Berat.

Dengan segala kerendahan hati penyusun menyadari bahwa buku ini masih
jauh dari sempurna, maka dengan keterbatasan yang ada penyusun sangat
mengharap kritik dan saran dari para pembaca untuk meningkatkan
kesempurnaan buku ini sehingga tidak terjadi salah persepsi untuk pemahaman
dari isi dan makna terhadap buku ini.

Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga terselesaikannya buku ini.

Jakarta, Januari 2004

Penyusun
Mechanic Development
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

BAB I. TECHNICAL TERM OF BASIC MACHINE


A. LIQUID………………………………………………….. I - 1 - 5
B. TORQUE………………………………………………… I - 2 - 5
C. ELECTRICAL…………………………………………… I - 2 - 5

BAB II. MECHANICAL ELEMENT


A. FASTENER……………………………………………… II - 1 - 21
B. BEARING……………………………………………….. II - 8 - 21
C. SEALS…………………………………………………… II - 15 - 21
D. BELTS…………………………………………………… II - 19 - 21

BAB III. M A T E R I A L
A. DIESEL FUEL…………………………………………... III - 1 - 9
B. LUBRICANT……………………………………………. III - 3 - 9
TECHNICAL TERM OF BASIC MACHINE BAB I
TECHNICAL TERM OF BASIC MACHINE I-1-5

A. LIQUID

1. Pressure.

Gaya pada satuan luas, salah satu sifat fluida adalah zat cair ( fluida )
menentukan pascal menyatakan zat cair dalam ruangan tertutup dan diam
( tidak mengalir ) mendapat tekanan maka tekanan tersebut akan ditemukan
ke segala arah dengan sama rata dan tegak lurus bidang permukaannya.

Pengukurannya tekana fluida dibagi 2 macam yaitu :


a. Tekanan gauge :
Tekanan yang biasanya tidak dipengaruhi oleh tekanan udara ( Tek.
Atmosphere ). Atau nilai yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada alat
pengukur tekanan.
b. Tekanan absolute :
Tekanan yang dipengaruhi oleh besarnya tekanan udara lain.

Tekanan Absolute = Tekana Gauge + Tekanan Atmosphere

2. Specifis Gravity.

Perbandingan ( ratio ) dan berat jenis ( density ) suatu zat cair


diperbandingkan dengan berat jenis air murni.
Air murni mempunyai specific gravity ι, sedangkan battery electrolyte
mempunyai specificity graffiti 1,26 - 1,28 pads temperature 80°F (26,7°C ).

3. Viscosity.

Viscosity atau viskositas adalah ukuran kemampuan suatu cairan untuk


mengalir, semakin tinggi viskositasnya kemampuan mengalirnya semakin
berkurang
Contoh : Oli memiliki viskositasnya lebih baik dari fuel. Fuel mengalir dengan
sangat mudah dibanding oli yang lebih kental mengalir dengan lebih lambat
OIi mesin dengan viskositas rendah bersifat encer dan mengalir dengan
mudah. Oli dengan viskositas tinggi bersifat lebih kental dan mengalir lebih
lambat Viskositas dipengaruhi oleh temperatur bila oli panas, oli lebih encer
dan mengalir lebih cepat daripada bila tempeatur oli dingin.

B. TORQUE.

1. Torque

Gaya puntir atau gaya putar yang di desakan poros engkol mesin.
Engine torque adalah hasil kali dari gaya total yang dikerahkan pada kepala
piston ( disebabkan oleh tekanan pembakaran ) dan radius engkol, yakni:
TECHNICAL TERM OF BASIC MACHINE I-2-5

T = F x r

Dimana : F = P X A
P = Tekanan pembakaran
A = Area puncak ( Crown ) piston.
r = radius engkol

Engine torque meningkat bersama tekanan – tekanan yang lebih kompresi


yang lebih tinggi tekanan pembakaran sebaliknya tergantung pada
perbandingan kompresi dari mesin, temperature awal, dan jumlah fuel.
Engine, torque mungkin dinyatakan dalam dyne-cm, kgf-m. Sebuah mesin
menghasilkan jumlah torque yang berbeda berdasarkan kecepatan putar dari
poros engkol dan faktor – faktor lain.

2. Leverage

Mechanical lever adalah sebuah batang atau tongkat yang lurus ditunjuk
ditengah – tengah batang tersebut digunakan untuk atau memodifikasi
( merubah ) gerakan, dan besar gaya ( meneruskan ).
Mechanical lever adalah suatu alat yang digunakan untuk meneruskan dan
menambah gerakan dan gaya.

Gbr. 1. Mechanical lever.

C. ELECTRICAL

1. Current ( Arus ).

Ketika 2 konduktor ( A ) dan ( B ) yang bermuatan positif dan negatif


dihubungkan dengan kawat penghantar ( C ), elektron - elektron bebas yang
berada pada konduktor ( B ) akan ditarik oleh konduktor ( A ) melalui
penghantar ( C ). Hal ini akan menyebabkan arus elektron dari konduktor ( B )
yang bermuatan negatif ke konduktor ( A ) yang bermuatan positif.
Pergerakan elektron inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya Arus
Listrik dari konduktor ( A ) yang bermuatan positif ke konduktor ( B ) yang
bermuatan negatif.
TECHNICAL TERM OF BASIC MACHINE I-3-5

Gbr. 2.
Hubungan antara arus listrik dan arus elektron

1. Current ( Arus ).

Ketika 2 konduktor ( A ) dan ( B ) yang bermuatan positif dan negatif


dihubungkan dengan kawat penghantar ( C ), elektron - elektron bebas yang
berada pada konduktor ( B ) akan ditarik oleh konduktor ( A ) melalui
penghantar ( C ). Hal ini akan menyebabkan arus elektron dari konduktor ( B )
yang bermuatan negatif ke konduktor ( A ) yang bermuatan positif.
Pergerakan elektron inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya Arus
Listrik dari konduktor ( A ) yang bermuatan positif ke konduktor ( B ) yang
bermuatan negatif.
Coloumb ( Q ) adalah banyaknya muatan listrik ( elektron ) yang mengalir
melalui suatu titik pada sebuah penghantar yang besarnya adalah :

1 Q = 6.25 x 1018 elektron

Arus listrik adalah jumlah muatan listrik yang mengalir melalui muatan listrik
yang mengalir melalui suatu titik tertentu selama satu detik.

I=Q/t

Dimana : I = Arus ( Ampere )


Q = Muatan listrik ( Coloumb )
t = Waktu ( Detik )

Satuan Arus Listrik adalah Coloumb perdetik atau ampere :

1 A = 1000 MA
1 MA = 1000 MA
1 A = 106 MA
TECHNICAL TERM OF BASIC MACHINE I-4-5

2. Voltage ( Tegangan ).

Gaya yang melibatkan terjadinya arus listrik pada konduktor, Terjadinya gaya
akibat beda / selisih potensial antara dua ujung konduktor. Beda potensial
terjadi karena perbedaan jumlah elektron pada ujung konduktor. Arus listrik
akan mengalir dari tegangan yang tinggi ( + ) ke tegangan yang rendah ( - )
satuan tegnagan listrik disebut VOLTS dan ditimbulkan dengan ( V ).

1 MV = 1000 KV
1 KV = 1000 V
1 V = 1000 MV

Voltage dihasilkan antara 2 ( dua ) titik yaitu satu yang muatan positif dan satu
titik yang muatan negatif.

Gbr. 3. Voltage.

Voltage akan timbul walaupun tidak terjadi aliran arus tetapi tidak akan
mengalir bila tidak ada tegangan atau beda potensial.

3. Hambatan ( Resistance ).

Kawat tembaga pada umumnya digunakan untuk menghantarkan arus listrik


karena kawat tembaga memiliki hambatan terhadap aliran listriknya kecil.

Gbr. 4. Hambatan listrik dan konduktor.

Ketika elektron bebas berjalan melalui sebuah logam, elektron – elektron itu
melambung molekul, yang akan memperlambat kecepatan jalannya.
Perlambatan kecepatan itu merupakan hambatan uamh umumnya disebut
dengan elektrik. Resistance atau Hambatan listrik.
TECHNICAL TERM OF BASIC MACHINE I-5-5

Satuan hambatan listrik adalah ohm dan simbol Ω. Hambatan suatu


penghantar dikatakan 1 Ω bila besarnya hambatan tersebut menyebabkan
mengalirnya arus sebesar 1 A, bila pada kedua ujung penghantar
dihubungkan dengan sumber tegangan sebesar 1 volts ( pada temperatur
konstan ).
Adapun harga hambatan pada sebuah penghantar dipengaruhi oleh bahan
penghantar, luas penampang penghantar, serta temperatur. Biasanya harga
hambatan dapat dihitung dengan rumus :

ρ
R=L
A

Tahanan jenis setiap material berbeda – beda seperti dibawah ini :

ρ ( Ω ) at ρ ( Ω ) at
Material Material
20º C 20º C
Coopper, ( pure soft ) 1.724 x 10-6 Gold 2.2 x 10-6
Coopper, ( hard draw ) 1.777 x 10-6 Lead 20.0 x 10-6
Steel ( low carbon ) 9.96 x 10-6 Mercury 85.1 x 10-6
Cast iron 19.1 x 10-6 Silver 1.59 x 10-6
Aluminium, ( soft ) 2.73 x 10-6 Zine 6.21 x 10-6
Aluminium, ( hard ) 2.83 x 10-6 Nichrome 100.0 x 10-6
Nickel , ( 100 % pure ) 10.4 x 10-6 Manganin 47.8 x 10-6

Table 1. Tahanan jenis beberapa material


MECHANICAL ELEMENT BAB II
MECHANICAL ELEMENT II - 1 - 21

A. FASTENERS.

Fastener atau pengencang digunakan untuk menggabungkan beberapa parts


atau komponen menjadi suatu komponen assembling..Fastener dipergunakan
karena komponen assembling tidak mungkin dibuat utuh dad salu bagian.
Sehingga. dibuat dad beberapa parts atau komponen untuk mempermudah
manufacturing pemasangan, perawatan dan perbaikan Bab ini membabas
beberapa jenis fasteners yang sering dipergunakan pada slat berat

1. Bolt
Bolt adalah fastener yang digunakan sebagai pengikat berpasangan dengan
nut. Bentuk lain bolt adalah cap screw. Disebut cap screw apabila dalam
pemakaian sebagai fasteners berpasangan terhadap lubang ulir. Dengan
demikian bolt dan cap screw dibedakan berdasarkan aplikasi pemakaiannya
sebagai fastener. Berbagai macam bolt dan cap screw ditunjukan pada gbr
berikut :

Gbr. 5. Macam - macam Bentuk bolt

a. Spesifikasi bolt .

Bentuk bolt terdiri atas Head body dan threat Ukuran head berdasarkan
jarak bidang rata pada bagian Head. Ukuran head bolt menentukan
beberapa ukuran kunci atau socket yang dipergunakan. Ukuran bolt
ditentukan oleh diameter puncak threat, sedangkan panjang bolt diukur dan
bagian bawah head ke bagian ujung thread ( bolt ). Beberapa bentuk bolt
memiliki ketentuan penentuan ukuran panjang yang berbeda menunjukkan
penunjukkan ukuran bolt.

Gbr. 6. Dimensi Bolt


MECHANICAL ELEMENT II - 2 - 21

Ukuran bolt ditentukan juga oleh ukuran thread. Berdasakan standarisasi


Unifled Screw Thread Standard, thread diukur dengan menghitung jumlah
puncak ulir setiap inchi. Berdasarkan Unifield screw Thread standard tersebut
dinyatakan ukuran bolt dengan notasi seperti berikut :

½ - 20 - UNC - 24 x 3

Panjang dalam satuan inch


Simbol suaian
C = Coarse ( ulir kasar )
F = Fine ( ulir halus )
Jumlah puncak ukir per inch
Diameter luar puncak ulir

Thread dibedakan atas coarse thread ( kasar ) dan fine thread ( halus ) yang
ditandai dengan notasi UNC untuk coarse thread dan UNF untuk fine thread.
Coarse thread memiliki alur yang lebih dalam dan aplikasinya banyak
digunakan. Fine thread memiliki alur thread kecil aplikasinya pada permukaan
tertentu, misal untuk pengikat parts yang tipis.

Pada Standarisasi Metric, ukuran ulir ditemukan dengan ukuran jarak antara
puncak ulir terdekat. Notasi yang digunakan untuk menyatakan ukuran ulir
metric adalah sebagai berikut :

M 12 x 1.75 – 69 x 80 – 8,8

Class kekuatan baut


Panjang baut
Simbol suaian
Kisar dalam satuan mm
Ukuran Q puncak thread
dalam mm
Ukuran ISO Metric threads

b. Tingkat ( Grade ) kekuatan bolt

Society of Automotive Engineers ( SAE ) menerbitkan standarisasi mrtuk


mengklasifikasikan united ( inch-series ) bolt can capscrew pada beberapa
grade berdasar material, treatment dan tensiIe strength ( kekuatan tariknya ).
Klasifikasi grade ditunjukan dengan tanda pada permukaan atas head bolt
Tabel berikut menunjukan spesifikasi dan tanda bolt berdasarkan standarisasi
SAE.
MECHANICAL ELEMENT II - 3 - 21

Tabel 2. Tabel spesifikasi dan tanda bolt sesuai SAE.

Standarisasi Klasifikasi Grade bolt metric ditetapkan oleh International


Standardization of Organization ( ISO ). Klasifgikasi berdasarkan atas
kekuatan tensile dan yield. Tanda angka pada permukaan atas bolt
menandakan klasifikasi kekuatannnya. Semua bolt dan capscrew berdiameter
diatas 4-mm memiliki tanda angka pada permukaan atas head bolt. Tabel
berikut menunjukkan klasifikasi dan tanda yang digunakan pada bolt metric.

Tabel 3. Tabel spesifikasi dan tanda bolt sesuai ISO.


2. Nuts

Nuts merupakan fastener aplikasi pemakaian sebgaai pengikat berpasangan


dengan bolt. Nut berbentuk segi enam ( Hexagon ) ataua segi empat dengan
lubang berulir kasar atau halus pada bagian tengahnya sesuai dengan bolt
pasangannya. American Society For Testing Material ( ASTM ) dan SAE
memberikan standarisasi untuk kelas kekuatan nuts. Metric nuts yang biasa
digunakan di USA klasifikasikan menjadi 5,9 dan 10. Angka ini ditujukan
kekuatan tarik ( tensile stregth ) tertinggi dari screw atau bolt yang harus
digunakan untuk mencegah kerusakan.

Nut memiliki tiga dimensi penting yaitu ketebalan lebar ( ukuran kunci ) dan
diameter dalam. Gambar berikut menunjukkan berbagai jenis bentuk nuts.
MECHANICAL ELEMENT II - 4 - 21

Gbr.7. Bentuk - bentuk nuts

3. Washer.
Washer merupakan cincin penutup yang dipergunakan antara bolt ataupun
terhadap parts atau component yang diikat. Berdasarkan fungsinya washer
terdapat dalam beberapa bentuk.
a. Plain washer, mendistribusikan beban pengikat dengan permukaan yang
lebih luas dibanding bolt atau nut, juga mencegah permukaan part yang
diikat.
b. Helical spring washer digunakan untuk menjamin agar bolt atau nut
kencang ( tidak mudah kendor ) pada parts atau component yang
menerima getaran atau vibrasi.
c. Toothed lock washer digunakan untuk menjamin agar bolt atau nut tidak
mudah kendor akibat getaran atau vibrasi. Aplikasi penggunaannya mirip
dengan washer spring. Toothed lock washer ini banyak digunakan pada
pemasangan nut pada terminal kabel.
Gambar berikut ini menunjukkan berbagai macam jenis washer :

Gbr.8. Berbagai macam


jenis washer.
MECHANICAL ELEMENT II - 5 - 21

4. Screw.

Screw merupakan salah satu jenis fastener bentuknya hampir sama dengan
bolt atau capscrew, tetap memiliki ukuran kecil sebagai pengencang screw
berpasangan dengan nut atau lubang tread. Driver yang digunakan sebagai
pengencang berupa screw driver, Kunci L atau socket screwdriver. Fig 116
menunjukkan berbagai jenis screw. Tapping screw digunakan untuk pengikat
pada panel cover yang terbuat dari sheet metal, aluminium, perunggu atau
kuningan.

Gbr. 9. Macam – macam screw.

5. Studs.

Studs merupakan salah satu jenis fastener berupa steel rod yang memiliki ulir
atau thread pada kedua bagian ujungnya. Salah satu thread dikencangkan
pada parts atau komponen, sedangkan salah satu ujungnya mengikat part
dengan menggunakan nut. Gambar berikut menunjukkan bentuk stud dan
pemasangannya sebagai pengikat.
MECHANICAL ELEMENT II - 6 - 21

6. Pins.

Secara umum pin digunakan sebagai fastener pada bagian part atau
komponen yang saling bergerak selain itu pin juga digunakan sebagai lock,
sebagai pelurus posisi parts yang saling disambungkan. Berbagai bentuk pin
ditunjukkan pada gambar berikut :

Fungsi masing – masing pin :


a. Cotter pin berfungsi sebagai lock pada elevis pin, stopped nut dan caste
nut.
b. Dowel pin berfungsi sebagai pelurus ( alignment ) terhadap komponen
yang diikat.
c. Clevis pin digunakan sebagai pin engsel untuk u yoke pada linkage dalam
pemasangan dilengkapi cotter pin sebagai lock.
d. Spring pin berfungsi sebagai pengikat yang bersifat self locked pin, sp[ring
pin berbentuk cylinder spring yang berukuran oversize terhadap lubang pin
sehingga pada saat dipasang terhadap gaya tekan dari spring pin terhadap
lubang.
e. Quick lock pin digunakan sebagai lock terhadap pin dengan kemudahan
untuk membuka atau melepas pin.
f. Tapper pin digunakan sebagai lock terhadap dua komponen yang
dipasang tetap.
g. Grooved pin digunakan sebagai fastener seperti spring pin.
h. Spring lock pin merupakan fastener digunakan berpasangan dengan elevis
pin mempermudah melepas dan memasang bagian yang saling
berhubungan..
MECHANICAL ELEMENT II - 7 - 21

7. Snap ring.

Snap ring merupakan pendukung yang berfungsi sebagai lock penempatan


posisi atau penahan ( retainer ), contoh menempatkan dan menahan posisi
shaft pada hole. Macam – macam bentuk snap ring ditunjukkan pada gambar
berikut :

Gbr. 12. Snap ring.

8. Clamps.

Clamp yang digunakan untuk pengikat pada penyambungan hose ke pipa


logam, clamo digunakan sebagai pengikat agar tidak terjadi kebocoran cairan
atau udara, clamp ini disebut hose clamp. Bentuk clamp lain yang digunakan
adalah wire rope clamp yang digunakan sebagai clamp untuk penyambungan
wire rope. Gambar berikut menunjukkkan berbagai jenis clamp.

Gbr. 13. Clamps.


MECHANICAL ELEMENT II - 8 - 21

9. Key.

Key atau pasak digunakan sebgai lock antara roda sisi atau pulley terhadap
shaft. Trehadap dua jenis key yaitu rectangular atau square key dan woodruff
key seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

Gbr. 14. Keys.

B. BEARING.

Bearing berfungsi untuk mengurangi gesekan dan keausan serta hilangnya


tenaga akibat bagian yang saling berputar. Macam – macam type beaing
dibedakan menjadi dua type :

1. Plain Bearing.

Plain bearing mengurangi gesekan dengan adanya sliding contact antara


permukaan yang saling bergesekan plain bearing disebut juga dengan
bushing atau bearing. Antara bearing dan bushing memiliki pengertian sinonim
sehingga untuk segala jenis bisa disebut bearing. Secara umum bisa
dibedakan berdasar kriteria berikut ini :
Plain bearing disebut bushing bila :
a. Berbentuk sleeve satu lingkaran penuh dengan pemasangan di press
terhadap lubang.
b. Memungkinkan proses finishing pada bagian dalam dari bushing untuk
mendapatkan suaian yang tepat.
c. Digunakan untuk putaran lambat dengan tingkat beban ringan sampai
berat atau putaran sedang dengan beban ringan

Plain bearing disebut slit bearing bila :


a. Berbentuk sleeve setengah lingkaran sehingga untuk mendukung
dibutuhkan satu pasang terdiri dari 2 ( dua ) buah sleeve setengah
lingkaran.
b. Digunakan untuk putaran tinggi.
MECHANICAL ELEMENT II - 9 - 21

Gbr. 15. Bushing.

2. Material Plain Bearing.

Plain bearing terbuat dari berbagai macam material tergantung pada


kecepatan putaran shaft, beban yang didukung dan type pelumasan yang
digunakan plain bearing terbuat dari material kayu, karet, plastik, besi tuang,
temabaga, kuningan, perunggu dan babied.
Berdasarkan lubrikasinya plain bearing digolongkan pada type pelumasan
kering ( dryfriction ), pelumas terbatas dan pelumas penuh.
a. Pelumas kering : Tidak terdapat lubrikasi antara permukaan yang
saling bersinggungan.
b. Pelumas terbatas : Pelumas derngan kondisi lapisan film tipis antara
bagian yang saling bergesekan.
c. Pelumas penuh : Keseluruhan permukaan yang bersinggung
dipisahkan oleh lapisan.

Gbr. 16. Type pelumasan.


MECHANICAL ELEMENT II - 10 - 21

3. Anti Friction Bearing.

Anti friction bearing memiliki tiga jenis bentuk dasar bearing yaitu :
a. Ball Bearing.
b. Roller Bearing.
c. Needle Bearing.

Gbr. 17. Tiga bentuk dasar anti friction bearing.

Anti friction bearing terbuat dari baja yang dikeraskan ( hardened steel ).
Bagian – bagian utama anti friction bearing adalah :
a. Race adalah cincin bagian dalam ( inner races ) dan cincin bagian luar
( outer races ) sebagai tempat dudukan elemen gelinding.
b. Ball, rollers atau needle adalah element gelinding untuk mengurangi
gesekan.
c. Separator atau cages adalah pengartur jarak antar element gelinding.

Gbr. 18. Basic parts of anti friction bearings.


MECHANICAL ELEMENT II - 11 - 21

Roller dan needle bearing hanya memiliki dua macam race yaitu split race dan
continuos race bearing.
Ball bearing memiliki 4 macam race yaitu :
a. Control bearing
b. Full type bearing
c. Split race bearing
d. Angular contact bearing

Gbr. 19 Bentuk – bentuk ball bearing race.

Berdasarkan beban yang diterima ball bearing dibedakan atas 4 macam:


a. Radial Load bearing
b. Radial and thrust Load bearing
c. Self Aligning radial Load
d. Thrust Load bearing

Gbr. 20 Type -Type Ball Bearing.


MECHANICAL ELEMENT II - 12 - 21

Roller bearing untuk menumpu beban yang lebih besar dibanding ball bearing
jenis dasar roller bearing digolongkan menjadi:
a. Radial Load, straight roller bearing.
b. Radial and Thrust Load, tapered roller.
c. Self aligning, radial and thrust Load
d Self aligning, radial and thrust Load concave roller bearing.
e. Thrust Load

Gbr. 21. Type -Type roller bearing.

Gbr. 22. Thrust load Gbr. 23. Thrust load


ball bearing. roller bearing.

Needle bearing
Needle bearing memiliki elemen gelinding berdiameter kecil atau berbentuk
jarum, karena bentuknya tersebut maka needle bearing banyak digunakan
untuk tempat dengan ruang terbatas.
Jenis needle bearing meliputi :
~ Radial load bearing
~ Thrust load bearing

Pemasangan Anti – Friction Bearing


Cara pemasangan bearing harus diperhatikan agar tidak terjadi kerusakan
~ Perubahan bentuk bearing
~ Element gelinding lepas atau
~ Terjadi ketidaklurusan antara inner race dan outerrace.
MECHANICAL ELEMENT II - 13 - 21

~ Bearing clearance dan preload yang tidak tepat.


~ Kerusakan seals pada bearing.

Beberapa bearing memiliki seals untuk menahan pelumas dan mencegah


debu. Long life bearing memiliki sedal pada kedua sisi sebagai penahan Long
Life lubricant.
Anti friction bearing dipasang dengan cara press fit dan push fit. Push fit
berarti pemasangan race dengan kekuatan tangan atau memukul ringan.
Press fit berarti pemasangan race menggunakan alat press atau penekan.
Press fit digunakan pada pemasangan bearing race terhadap bagian yang
berputar sedangkan push fit digunakan untuk memasang bearing race
terhadap bagian yang diam. Kedua bearing race diaasng dengan metojde
press fit apabila bearing tersebut menerima beban berat atau kecepatan
tinggi.

Gbr. 24. Basic types of needle bearing

Gbr. 25. Proper installation for anti friction bearings.


MECHANICAL ELEMENT II - 14 - 21

Gbr. 26. Improper installation techniques for anti friction bearings.

Width / Thickness Ratio.


Penurunan kekuatan tekanan terhadap sealing gasket sering dengan
perbandingan lebar sealing gasket terhadap kenaikan ketebalan gasket pada
saat ditekan.
Dengan kata lain semakin kecil perbandingan antara lebar kontak permukaan
sealing terhadap tebal gasket membutuhkan kekuatan tekan yang lebih
tinggi. Oleh karena itu gasket memiliki lubang bolt. Lubang bolt tidak boleh
terlalu dekat terhadap sisi dalam gasket.

Gbr. 27. Berbagai macam cara pemasangan gasket.


MECHANICAL ELEMENT II - 15 - 21

C. SEALS.

Seal digunakan sebagai penyekat atau perapat pada bagian yang saling
disambungkan terhadap kebocoran cairan udara, debu dan menjaga tekanan
terhadap dua jenis dasar bentuk seals yaitu :
1. Dynamic Seals.
Digunakan sebagai perapat pada parts yang bergerak, contoh :
~ Redial lip seal
~ Clearance seal
~ Ring seal
~ Face seal
~ Compression packing
~ Molded packing
~ Diaphragm seal

2. Static Seals.
Digunakan sebagai perapat pada parts statis ( fixed parts ), contoh :
~ Static o - ring
~ Metallic gasket
~ Non Metallic gasket
~ Sealant
a. Radial lip seal ( Oil seal ).
Radial lip seal digunakan sebagai penyekatr untuk menahan pelumas
pada sistem yang memiliki shaft berputar. Radial lip seal ini bisa disebut
juga oil seal. Penyeakatan atau perapatan ( sealing ) berdasarkan
perbedaan ukuran antara elemen seal yang flexible terhadap ukuran shaft.
Interferensi diameter dalam seal dan diameter luar shaft merupakan dasar
prinsip sealing, juga ditambahkan tekanan spring dibelakang lip seal.
Antara lip seal dengan shaft harus terdapat lapisan film sebagai perapat
dan pelumas. Bila lapisan film terlalu tebal, cairan akan bocor tetapi bila
terlalu tipis akan timbulnya gesekan dan keausan pada lip seal. Tebal
tipisnya lapisan film dipengaruhi oleh tekanan lip seal. Gambar berikut
menunjukkan bentuk dasar lip seal atau oil seal.

Gbr. 28. Struktur dasar oil seal.


MECHANICAL ELEMENT II - 16 - 21

Oil Seal dibedakan berdasarkan bentuk lip seal gambar berikut


menunjukkan bentuk oil seal.

Gbr. 29. Oil seal.

Single lip
Lip tidak menggunakan spring loaded. Untuk sealing cairan kental seperti
grease pada shaft kecepatan lambat.
Single lip spring loaded
Spring loaded membantu kerapatan seal, digunakan untuk sealing cairan
dengan viskositas yang rendah pada shaft kecepatan putar tinggi, pada
daerah yang tidak berdebu.
Double lip
Lip seal menghadap berlawanan arah dan memiliki spring loaded pada
kedua sisi atau salah satu sisi saja. Seal ini digunakan sebagai sealing
terhadap cairan lip yang dilengkapi spring loaded, sedangkan sisi lip yang
lain melakukan sealing terhadap debu atau partikel.
Dual lip
Lip seal menghadap berlawanan arah dan memiliki spring loaded pada
kedua sisinya. Digunakan sebagai sealing terhadap pelumas kental pada
salah satu sisi dan sebagai sealing terhadap cairan pada sisi yang lain.
Pemasangan oil seal
Penanganan dan pemasangan oil seal perlu diperhatikan utuk mencegah
kerusakan dini atau kebocoran oli akibatnya rusaknya lip seal. Lip mudah –
mudahan sobek dan rusak. Sebelum dipasang seal harap disimpan secara
aman, jauh dari panas dan debu.

b. Packing.
Packing dibedakan atau digolongkan menjadi dua tipe yaitu compression
packing dan molded packing.
Compression packing membentuk seal ketika packing tersebut dipasang
dan tertekan antara alur poros dan housing. Gaya tekan akan
mengakibatkan packing mengembang sealing terhadap alur dan poros
maupun housing, terdapat tiga jenis compressioon packing yaitu : fabric
( serat ) meatalic dan plastic. Gambar berikut menunjukkan bentuk
compression packing.
MECHANICAL ELEMENT II - 17 - 21

Gbr. 30. Compression packing.

Molded packing merupakan dynamic seals terdiri dari dua tipe yaitu lip
type dan squeeze type. Jenis – jenis lip type yaitu flange, cup, u-cup, u-
ring dan v-ring. Jenis squeeze type adalah o-ring dalam berbagai bentuk.
Lip type packing melakukan sealing karena adanya gaya tekan fluida atau
udara yang menyebabkan lip mengembang. Gambar berikut menunjukkan
contoh pemasangan u-cup packing.

Gbr. 31. Pemasangan u-cup packing.

c. O-ring.
O-ring berfungsi sebagai seal akibat tertekan ( squeezed ) akibat proses
pemasangan dan proses sealing terjadi akibat tekanan cairan menekan o-
ring. Static o-ring memberikan sealing terhadap komponen static ( tidak )
bergerak untuk mencegah kebocoran fluida atau udara.
Dynamic o-ring digunakan sebagai sealing terhadap fluida pada bagian
komponen yang saling bergerak. Terdapat tiga penggunaan dynamic o-
ring yaitu :
~ Reciprocating, bila digunakan sebagai seal piston ring atau sealing pada
sekitar piston rod.
~ Oscilating, bila seal berputar bolak – balik pada derajat yang terbatas
atau seal berputar beberapa kali putaran pada saat proses sealing.
MECHANICAL ELEMENT II - 18 - 21

~ Rotating, apabila o-ring memberikan sealing terhadap shaft yang


berputar pada dynamic dalam o-ring.
Gambar berikut menunjukkan berbagai macam pemasangan o-ring.

Gbr.32. O-ring squeeze Gbr.33. O-ring rolling action

d. Gasket.
Gasket merupakan static, mencegah kebocoran cairan melalui
permukaan bidang kontaknya terhadap komponen yang dirakit. Faktor
utama dalam penggunaan gasket adalah seal material dapat
menyesuaikan bentuk ( conform ) terhadapa ketidak sempurnaan kontak
antara bidang permukaan bentuk gasket terhadap perrmukaan kontak.

Gbr.34. Conformation of gasket to flange.


MECHANICAL ELEMENT II - 19 - 21

Pada pemasangan gasket sebagai penyekat perlku diperhatikan besarnya


tekanan pada saat pemsaangan. Semakin kuat tekanan diberikan pada
gasket tidak berarti akan menghasilkan kemampuan sealing yang
semakin baik.
Tekanan minimum yang diperlukan gasket tergantung pada :
~ Jenis material gasket.
~ Tekanan dalam ( internal pressure )
~ Fluida yang sealing
~ Width / Thickness ratio.
~ Jenis material gasket.
Kemampuan sealing minimum tergantung pda tingkatan jenis material
gasket yang umum digunakan sebagai gasket asbestos cork, rubber,
plastic sand paper atau campuran dari beberapa material tersebut.
~ Internal pressure
Internal pressure cenderung menekan fluida keluar melalui seal
assembly. Hal penting untuk menentukan beberapa besar tekanan
flange diperlukan untuk menekan seal.
~ Sealed fluida.
Viskositas fluida yang terdapat pada tempat dimana gasket berfungsi
sebagai penyekat menentukan tekanan yang diperlukan untuk
mengencangkan gasket.

D. BELTS.

Belt memindahkan power melalui kontak antara belt dengan pulley penggerak
dan pulley yang digerakkan. Belt digerakkan oleh gaya gesek penggerak,
kemampuan bolt untuk memindahkan tenaga tergantung pada :

~ Tegangan belt terhadap pulley.


~ Gesekan antara belt dan pulley.
~ Sudut kontak antara belt dan pulley.
~ Kecepatan belt.

Terdapat tujuh macam bentuk belt yang umum dipergunakan :


~ Round belts
~ Flat belts
~ V-belts
~ Banded V -belts
~ Linked V -belts
~ Timing belts
~ V-ribbed belts
MECHANICAL ELEMENT II - 20 - 21

Gambar berikut menununjukkan berbagai macam type belt :

Gbr. 35. Belts

1. Round Belts
Round belts terbuat dari solid rubber dengan cord. Belt ini hanya digunakan
untuk beban ringan seperti untuk sewing machine projector films.
2. Flat Belts
Penggunaan flat belts semakin berkurang dengan dipergunakan v-belts pada
sistem pemindahan tangan. Flat belts terbuat dari leather ruberized fabric dan
cord. Flat belts semakin tidak dipergunakan karena membutuhkan pulley yang
lebih besar, tempat yang lebih luas dan kurang flexible.
Flat belts juga dipergunakana sebagai pemindahan tenaga high power untuk
mesin penggerak yang terpisah dengan mesin yang dipergerakkan. Contoh :
sawmils.
3. V – Belts.
V-belts banyak dipergunakan sebagai pemindahan beban antara pulley yang
berjarak pendek. Gaya jepit ditimbulkan oleh bentuk alur V.
Gaya tarik atau load yang lebih besar menghasilkan gaya jepit belt yang kuat
keuntungan v-belts adalah :
~ Gaya jepit belt memungkinkan sudut kontakj yang lebih kecil dan
perbandingan kecepatan yang tinggi.
~ Meredam kejutan terhadap motor dan bearing akibat perubahan beban.
~ Memiliki level vibrasi dan noise yang mudah.
~ Mudah dan cepat dalam melakukan penggantian dan perawatan.
~ Efficiency transmissinya tinggi sampai 45 %.
MECHANICAL ELEMENT II - 21 - 21

4. Banded V – Belts.
Banded v – belts adalah multiple v – belts yang dibentuk cetak permanen
dalam tie band. Banded v-belts mengurangi timbul masalahnya pada
penggerak dimana belts bergeser, melintir atau terlepas dari alurnya.
5. Links V - Belts
Link v – belts dibentuk dari multiple belts yang disusun saling menyambung.
Digunakan untuk penggerak – penggerak besar dengan memiliki jarak centre
yang tetap, dimana terdapat kesulitan untuk memastikan ukuran belts yang
tetap. Link dapat ditambah atau dikurangi untuk mendapatkan panjang belt
yang tetap.
6. Timing Belts
Timing belts merupakan aksi gabungan anatar chain dan sprocket pada
bentuk flat belt. Bentuk dasarnya merupakan flat yang memiliki gigi – gigi
berukuran sama pada permukaan kontak denhgan gigi pulley. Sebagaimana
penggerak gear rantai, membutuhkan kelurusan pada perpasangan pulley.
Keuntungan timing belts :
~ Tidak terjadi slip atau variasi kecepatan.
~ Membutuhkan perawatan yang ringan.
~ Mampu dipergunakan pada range beban yang lebar.
~ Memiliki effisiensi mekanis tinggi karena tidak terjadi gesekan / slip, initial
tension berkurang dan memiliki konstruksi yang tipis.
7. V – Ribbed Belts.
V – ribbed belts merupakan gabungan alur luar berbentuk v – belt. Terbuat
dari molded rubber. Lapisan inti penguat terdapat pada bagian datar belt.
Sebagiamana v-belt kemampuan memindahkan power tergantung pada aksi
jepit antara alur dan belt.
MATERIAL III - 1 - 9

A. DIESEL FUEL

Diesel fuel merupakan hasil proses distilasi terhadap crude oil, dengan cara
memanaskan crude oil. Gambar berikut menunjukkan proses distilasi sehingga
diperoleh diesel fuel. Crude oil dituangkan dari bagian atas tower pemisah dan
dipanaskan pada bagian bawah. Akibat proses pemanasan diperoleh berbagai
tingkatan hasil distilasi berdasar boiling point yang berbeda.

Petroleum gas
(Propane, Butane, dll)
Temperatur terendah pada bagian tas

Boiling point ºC

Rendah
Light gasoline

Heavy gasoline 30 s.d 180


Kerosene

Boiling point
170 s.d 250
Light diesel oil
Heavy diesel oil
240 s.d 350
Residual oil

Tinggi
Min 350
Heat

Fuel yang digunakan pada diesel adalah light diesel Oil yang memiliki boiling
Point 240º C – 350º C dan dihasil dari proses distilasi setelah korosene. Field
dari jenis light diesel oil ini sesuai dipergunakan untuk diesel engine kecil
maupun besar kecepatan tinggi. Komatsu merekomendasikan light diesel oil
sebagai untuk engine Komatsu.
Hal – hal penting yang perlu diperhatikan pada spesifikasi fuel adalah :

1. Specific Gravity.
Fuel dengan viskositas dan boiling point tinggi memiliki specific gravity yang
lebih tinggi dari pada fuel dengan viskositas dan boiling point rendah. Pada
temperatur konstan dan panjang langkah injeksi yang sama diperoleh jumlah
bahan yang diijinkan lebih banyak dibanding dengan specific yang tinggi.

2. Flash Point.
Fuel dengan flash point rendah lebih mudah penyalaannya ( ignition ), perlu
penanganan yang hati – hati terhadap fuel dengan point rendah. Falash point
merupakan nilai yang lebih menunjukkan temperatur penyalaan bahan bakar.

3. Kandungan sulfur.
Kandungan sulfur pada fuel akan bereaksi dengan oksigen pakda saat
pembakaran sehingga menghasilkan Asam Sulfat ( Sulfuric Acid ).
MATERIAL III - 2 - 9

Asam sulfat ini aka.n bersifat korosif terhadap engine. Maksimum kandungan
sulfur pada fuel 0.5 % dengan jadwal penggantian oli setiap 250 Hm. Bila
kandungan sulfur pada fuel lebikh tinggi dari 0.5 % jadwal penggantian oli
harus dipercepat.

4. Pour Point.
Pour point menunjukkan temperatur terendah fuel dapat mengalir pour point
tinggi mengakibatkan fuel susah mengalir sehingga mengakibatkan
kemampuan starting pada daerah menjadi buruk

5. Cetane Number.
Cetane number merupakan nilai menunjukkkan kemudahan pembakaran fuel.
Cetane number sangat menentukan kemudahan start dan pembakaran.
Cetane number rendah mengakibatkan kebakaran buruk, terjadinya
pembakaran tunda ( detonasi ), sulit start, pada temperatur rendah
tercampurnya oli oleh fuel yang tidak terbakar. Cetane number tinggi
mengakibatkan pembakaran mudah sehingga terjadi knocking pada ruang
bakar.

6. Ash Content.
Ash pada fuel sebenarnya terdiri dari tiga tipe yaitu particle pada ( solid
particle ), campuran garam inorganic ( in organic salt solution ) dan oli soluble
organic. Rata – rata kandungan ash ( ash content ) pada fuel yang digunakan
pada Diesel oil adalah 0.02 – 0.03 %. Kenaikan kanduingan ash disebabkan
oleh debu dan kotoran dari luar.

Masing – masing produk engine memiliki spoesifikasi fuel yang dipersyaratkan


dalam penggunaan. Gunakan spesifikasi fuel sesuai rekomendasi dalam
mengoperasikan engine.

Penanganan Fuel
Fuel harus ditangani secara hati – hati agar tidak terjadi kontaminasi terhadap
air, debu, kotoran atau minyak tanah.
~ Jangan menggunakan pompa dan hose bergantian untuk diesel fuel kerosene
dan oli.
~ Bila fuel disimpan dalam drum :
• Tempatkan drum terlindung dari sinar matahari atau panas.
• Tumpuk drum pada posisi mendatar dan posisikan tutup drum tertutup oleh
fuel ( tutup fuel pada posisi jam 3 atau jam 9 ).
~ Gunakan fiuel resevoir ( fuel tank ) untuk penyimpanan fuel dalam skala besar
dan pastikan adanya drain cek untuk membuang endapan atau air.
MATERIAL III - 3 - 9

B. LUBRICANT.

Terdapat dua jenis lubricant yang biasa digunakan pada pemakaian sehari –
hari yaitu Solid Lubricant dan Liquid Lubricant . Oli merupakan jenis liquid
lubricant sedangkan grease merupakan salah satu bentuk solid lubricant.

1. Oil
Oli ( Oil ) dibuat dari “ base oil “ dan “ aditive “ ( bahan tambahan ). Terdapat
tiga jenis base oil yang digunakan :
~ Crude oil ( minyak bumi ) : • Parrafinis base oil
• Naptanic base oil
• Aromatic base oil
~ Natural oil ( Minyak nabati )
~ Syntetic oil ( Bahan Kimia )

2. Additive
Additive adalah bahan tambahan yang berfungsi untuk memperbaiki sifat –
sifat mutu oil seperti :
~ Extreme pressure – memperbaiki ketahanan oil terhadap tekanan.
~ Viskositas Index ( VI ) improves memperbaiki nilai viskositas oli.
~ Anti wear memperbaiki sifat oli utnuk me ncegah keausan.
~ Anti Rust / cojrrosion mmeperbaiki sifat oli memisahkan debu dan
mencegah korosin.
~ Oxidation inhibitor memperbaiki sifat oli terhadap peristiwa oksidasi
~ Dipersant
~ Anti foam memperbaiki sifat oli agar oli tidak mudah berbusa, dll.

Oli terbuat dari 80 – 85 % bases oil dan 15 – 20 % additive. Mutu oli tidak
dapat dengan melihat bentuk fisik maupun merasakannya dengan panca indra
Oli diklasifikasikan ke dalam 5 macam jenis oli :
~ Engine oil.
~ Hydraulic oil.
~ Gear oil.
~ Brake oil.
~ Automotatic Transmission Fluida ( ATF ).

Semua jenis oli tersebut memiliki sifat kekentalan, yang diukur berdasar atas
angka kekentalan kinematisnya. Kekentalan kinematis pelumas diuji
menggunakan beberapa metode uji. Salah satunya menggunakan metode uji
dengan stnadard viskositas kinematis yang dinyatakan dalam centi stoke
( cST ).
Berdasarkan pada nilai viskositas kinemating tersebut oli dikelompokkan pada
grade – grade tertentu dalam viskositas grade.
Viskositas grade adalah angka yang menunjukkan tingkat kekentalan
pelumas. Terhadap beberapa standard kekentalan oil yang dikeluarkan
beberapa badan sebagai pedoman standard kekentalan pelumas.
MATERIAL III - 4 - 9

~ SAE ( Society Of Automatic Engineers ) dengan skala SAE10, SAE20,


SAE30, SAE40, SAE20W-50, SAE90 dst,
~ AGMA ( American Gear Manufaturer Association ) dengan skala AGMA1,
AGMA2, AGMA3, AGMA4,5,6,7,8,8A.
~ ISO ( International Standardization Organization ) dengan skala 32 – 1500.
~ API ( American Petroleum Institute )
• Oli untuk Gasoline Engine : SA, SB, SC, SD, and SESF
• Oli untuk Diesel Engine : CA, CB, CC, CD, and CF.

3. Viskositas Index.
Viskositas Index adalah bilangan atau angaka yang menunjukkan kestabilan
kekentalan oil terhadap perubahahn temperatur. Oli berubah kekentalannya
akibat pengaruh panas atau temperatur oli akan menjadi encer akibat panas.
Oli berdasar viskositas indexnya dikelompokkan menjadi empat golongan :
~ Rendah bila nilai viskositas indexnya 1 – 29.
~ Sedang bila nilai viskositas indexnya 30 – 79.
~ Tinggi bila nilai viskositas indexnya 80 – 100.

Contoh berikut menunjukkan oli dengan viskositas grade yang sama tetapi
viskositas indexnya berbeda. Perbedaannya ada dibawah tabel ini :

Nama Oli No SAE Viskostas Index Visc Cinematic 40ºC Visc kin 1000 ºC
Mesran B-30 30 103 91 cST 10.79 cST
Mesran 30 30 107 98 cST 11.63 cST

• No SAE menunjukkan viskositas grade yang dikeluarkan SAE.

Mesran 30 memiliki viskosiats index yang lebih tinggi dibanding mesran B-30
karena memiliki ketahanan temperatur yang lebih baik.

Pelumas yang digunakan pada mesin harus sesuai dengan spesifikasi yang
direkomendasikan oleh pembuat mesin. Contoh berikut menjelaskan jenis
produk dan spesifikasi pemakaian yang berbeda.

Jenis Produk Pelumas Spesefikasi pemakaian


1. Mesran Dianjurkan untuk melumasi kendaraan
dengan bahan bakar bensin dengan
menghendaki pelumasan yang sempurna.
2. Mesran B Dianjurkan untuk melumasi mesin diesel
putaran tinggi beban ringan dengan
turbocharge dan mesin bensin yang
memerlukan pelumas jenis ini.
3. Meditran Dianjurkan untuk pelumas mesin diesel
non turbocharge yang memakai bahan
bakar solar dan mesin bensin yang
memerlukan pelumas jenis ini.
MATERIAL III - 5 - 9

Jenis Produk Pelumas Spesefikasi pemakaian


4. Meditran S D Dianjurkan untuk pelumas mesin diesel
yang dilengkapi dengan supercharge dan
menggunakan bahan bakar solar.

4. Grease.
Grease merupakan pelumas berbentuk padat. Terbuat dari minyak pelumas
yang didapatkan dengan campuran sabun metalic atau non sabun metalic dan
additive. Berikut schematic beban yang digunakan pada pembuatan grease.

Base Oil + Additive + Thickening Agent + Filter


• Extreme Pressure • Calcium Soap (Ca) Graphite
• Anti wear • Lithium Soap (Li) MSO2
• Anti Corrosion • Sodium Soap (Sa) Copper
Hake,dll
• Oxidation inhibit • Aluminum Soap (Al)
• Pour point • Silica Gel
• VI improver’s • Bentane
• Anti foam

Liquid Lubricant (Oil)

Semi Solid Lubricant ( Grease )

Klasifikasi Grease.
Pelumas diklasifikasikan berdasar tingkat kekentalan, sedangkan grease
diklasifikasikan berdasarkan tingkat kekerasaan ( consistency ). Klasifikasi
tingkat kekerasan grease ditentukan oleh National Lubricating Institute (NLGI),
yang membagi tingkat kekerasan grease menjadi 9 tingkat kekerasaan ( 000 ~
6 ). Penetuan kekerasan ini diuji berdasar persyaratan uji ASTM D217
( American Standard Too Testing and Material ) dengan mengukur jarak
penetrasi grease ( 1/10 mm ). Pada temperatur 25ºC dengan alat one quarter
scale cone equipment. Table berikut menunjukkan klasifikasi tingkat
kekentalan grease yang ditetapkan oleh NLGI.
MATERIAL III - 6 - 9

NLGI No Penetration at 25ºC ( ASTM D (1/10 mm))

000 445/475
00 400/430
0 355/385
1 310/340
2 265/295
3 220/250
4 175/205
5 130/160
6 85/115

Spesifiaksi Grease.
Spesifiaksi grease dipengaruhi oleh ciri fisik grease yang menetukan
kemampuan grease sebagai pelumas.
~ Penetration atau penetarsi adalah kemampuan grease melakukan
penetrasi dipengaruhi oleh kekentalan grease. Semakin kental / keras
grease angka penetrasinya semakin kecil. Grease dengan kemampuan
penetrasi tinggi akan mamapu memberikan pelumasan pada celah yang
kecil dengan baik.
~ Drop point atau titik leleh adalah titik suhu pada saat grease mulai mencair
akibat panas. Drop point menentukan suhu kerja maksimum grease yang
biasanya ditentukan dibawah drop point.

Pokok – pokok pelumasan yang benar.


~ Pastikan bahwa jenis pelumas yang digunakan sesuai untuk setiap titik /
bagian pelumasan sesuai rekomendasi pembuat mesin.
~ Berikan pelumasan atau penggantian pada selang waktu yang tetap sesuai
rekomendasi pembuat mesin.
~ Berikan pelumasan atau penggantian pelumas dengan cara yang tepat dan
sesuai petunjuk OMM.
~ Berikan pelumasan dalam jumlah yang tepat sesuai petunjuk perawatan
dan pengoperasian.
~ Jaga agar pelumas tetap bersih dengan cara menutup tempatnya dan
menjaga kebersihan ruang penyimpanannya.
~ Berikan pelumasan dengan peralatan yang bersih dan cegah terjadinya
kontaminasi pelumas.

Penyimpanan dan penanganan pelumas.


Pelumas sedapat mungkin di bawah atap sehingga tidak terpengaruh cuaca.
Apapun bentuk kemasan / tempat pelumaa bila sudah pernah dibuka dan
isinya sudah dipakai haruslah ditutup kembali. Bila penyimpanan drum yang
belum dibuka diluar tidak dapat dihindarkan maka beberapa tindakan
pencegahan harus dilakukan.
MATERIAL III - 7 - 9

~ Drum sebaiknya disimpan dengan posisi tidur, dengan posisi tutup


membentuk garis horizontal ( jam tiga atau sembilan ).
~ Bila oleh suatu sebab drum harus disimpan berdiri, drum harus terlepas dari
tanah dan dilepaskan dengan posisi terbalik ( tutup dibawah ). Bila tidak
mungkin posisikan drum miring agar air hujan tidak mengenai tutup.
~ Gunakan lap untuk membersihkan hose, pipa atau peralatan lain, tetapi
jangan gunakan lap dari bahan katun wool lepas yang cenderung
meninggalkan serat pada saat digunakan lap.

5. Coolant.
Coolant adalah zat cair yang digunakana pada circuit pendingin engine.
Fungsi utama coolant adalah sebagai penyerap panas, pada bagian – bagian
engine seperti cylinder block & cylinder head.
~ Memiliki sifat penyerap panas / sebagai media pemindah panas.
~ Mencegah terjadinya / timbulnya endapan pada sirkuit sistem pendingin.
~ Tidak berakibat korosif logam besi tembaga ataupun aluminum.

Air merupakan media praktis sebagai penyerap panas walaupun demikian


lambat laun air dapat menyebabkan korosi dan karena kandungan mineral
dalam air dapat mengakibatkan timbulnya endapan pada permukaan saluran
pendingin.
Clorida, sulfat, magnesium dan calsium pada air dapat menyebabkan scale
deposit dan sludge deposit atau korosi.
Air yang telah mengalami distilasi atau detonisasi direkomendasikan
penggunaannya untuk mengurangi efek yang dibutuhkan oleh kandungan
mineral pada air. Kandungan maksimum mineral dalam air pendingin
ditunjukkan dalam tabel berikut :

Nilai maksimum yang diijinkan

Minerals Parts per million Grains per galon

Chloride 40 2.5
Sulfates 100 5.8
Total Dissolved 340 20
Magnesium & Calsium 170 10

Selain batas maksimum kandungan mineral air tidak boleh bersifat asam atau
bersifat basa atau memiliki pH 7, selain air itu harus bersih, tidak berwarna
dan tidak berasa.
MATERIAL III - 8 - 9

6. Battery electrolite.
Battery mengahsilkan arus berdasarkan reaksi kimia anbtara material aktif
seperti plate dan aasam sulfat ( sulfuric acid ) dari lariat electrolyte. Larutan
electrolyte tersebut dari campuran antara air suling ( H2O ) dan asam sulfat
( H2SO4 ) dengan konsentarsi larutan H2O 64 % dan H2SO4 36 %. Skema
berikut menggambarkan komposisi larutan electrolyte.

+ =
64 % WATER 36 % ACID ELECTROLYTE
SP.GR = 1.00 SP.GR = 1.835 SP.GR = 1.270

Electrolyte pada saat kondisi battery fuel charge merupakan campuran dari
concentrate asam sulfat pada air seperti pada skema diatas yang memiliki
specific gravity 1.270 pada 27ºC.
Tegangan pada cell battery terganting pada perbedaan kimia antara plate
( aktif material ) dan konsentrasi atau kandungan electrolyte. Battery terdiri
dari plate positif yang terbuat dari peroksida timbal ( PbO2 ), plate negatif yang
terbuat dari timbal ( Pb ) dan larutan electrolyte ( H2SO4 ). Pada saat
discharge arus battery dihasilkan dan peristiwa reaksi kimia sbb :
Plate positif ( PbO2 ) terbuat dari campuran antara timbal ( Pb ) dan Oksigen
( O2 ). Sedangkan asam sulfat ( S ) dan oksigen.
Oksigen pada plat positif dan Hydrogen pada asam sulfat bereaksi
membentuk air ( H2 ). Pada saat yang sama timbal ( Pb ). Pada plate positif
maupun negatif beraksi dengan SO4 sehingga menjadi PbSO4.

PbSO4 + 2H2SO4 + Pb PbSO4 + 2H2O + PbSO4

Discharge
MATERIAL III - 9 - 9

Pada saat proses charging terjadi reverse proses kimia pada larutan
electrolyte battery. Timbal sulfat ( PbSO4 ) terurai menjadi Pb dan SO4.
Sedangkan air ( H2O ) teruari menjadi hydrogen dan bereaksi dengan SO4
menjadi asam sulfat ( H2SO4 ).Pada saat yang sama oksigen ( O2 ) dari
terurainya H2O , diikat oleh timbal ( Pb ). Plate positif membentuk timbal
( PbO2 ).

PbSO4 + 2H2O + PbSO4 PbO2 + 2H2SO4 + Pb


charge

Pada saat proses dischariging specific gravity electrolyte battery mengalami


penurunan karena padfa saat tersebut sulfuric acid ( asam sulfat ) diikat oleh
timbal sehingga menjadi timbalk sulfat ( PbSO4 ) sehingga yang tersisa dari
electrolyte adalah air. Pada peristiwa charging specific gravity larutan
electrolyte akan naiknya karena pada saat tersebut terbentuk larutan asam
sulfat ( H2SO4 ). Specific gravity dan tegangan battery.

Kondisi Charge ( % ) 100 95 0,75 0,5 0,25

Specific Gravity 1,265 1,230 1,230 1,2 1,175

Voltage ( V ) 12,6 12,5 12,5 12,4 12,2

Pada proses charging H2O terurai H2 dan O2 untuk bereaksi dengan Pb dan
SO4. Gas H2 bersifat mudah terbakar dan explosive sehingga perlu terdapat
ventilasi yang cukup dan dari api., Bila melakukan charging dengan charger,
tutup battery harus dibuka dan pastikan lubang ventilasi tutup battery selalu
bersih, battery yang mengalami over charging ditandai dengan penambahan
air battery yang berlebihan, karena H2O menguap pada saat reaksi charging
yang berlebihan sehingga temperatur mengalami kenaikan yang berlebih
pula. Untuk menambah level electrolyte battery gunakan air suling ( H2O ).

Anda mungkin juga menyukai