vm
A
B
Hydroulic
water
D
silika
0,0074 0.0652 D
1. Trial vm
vm D
2. Hitung Re
3. Baca fD = .........
4. Hitung vm
5. Diulang sampai nilainya sama dengan trial
vm Re fD
3 2 1
b. Dicari D dimana vm galena = v
galena B 7,53 g/cm3
air 1 g/cm3
air 0,01 g/cm dt
fD vs Re (grafik)
D Re fD
3 2 1
1. Trial D = ..........
2. Hitung Re = ..........
3. Baca fD = ..........
4. Hitung D = ..........
5. Trial diulang sampai Dterhitung = Dtrial
6. Diperoleh D = ......
interval = .......... - 0,0652 cm
Contoh :
Campuran bahan padat yang berupa butiran
terdiri atas bahan kwarsa dan galena. Campuran
ini akan dipisahkan dengan prinsip Hydraulic
Classification , sehingga didapat bahan galena
murni. Ukuran butiran dari bahan tersebut
berkisar antara 0,025 - 0,215 cm. Butiran
berbentuk bola dan asumsi bahwa gerak
partikelnya Free Settling
4 s L gD p
vmax
3 L fD
4 s L gD p
f D 2
3 L vm
4 s L
log f D log gD p 2 log vmax .........(1)
3 L
vD p
Re
D p
log Re log log vmax ..........(2)
dari persamaan (1) dan (2) didapat :
4 s L 3
log f D 2 log Re log 2
L gD p
3
4 2,5 1
2
980 0,2153
1 194792,15
3 0,01
log f D 2 log Re log 194792,15
merupakan garis lurus dengan tg 2
log fD = -2 log Re + log 194792,15
fD
skala
log
=1
Re (skala log)
=1
Re (skala log)
I II III IV
B
A A B
C C
D D
D
keadaan
kritis
A
A
A A
B B
B
D D
D D
critical point
Critical point
(waktu)
2
3
3
2
1
Konsentrasi
• Jika diamati, konsentrasi di suatu titik pada
ketinggian tertentu (compressing zone), maka
konsentrasi di tempat tersebut makin lama makin
tinggi. Demikian juga bila diamati posisi
(ketinggian) tempat yang mempunyai konsentrasi
tertentu, maka posisi tersebut makin lama makin
tinggi (naik)
• Tempat yang mempunyai konsentrasi tertentu
(CL) berpindah ke atas dengan kecepatan vL
• Teori-teori Kynch : ( vL => ?)
vL ke atas
C - dC
Z + dZ dz Z Ke atas
v Ke bawah
v + dv = Luas penampang
Z C
v
v f (C )
dZ
vL
dzC C dC
v dv C dC vC
vL
v dv C dC vC
dc
vC Cdv vdC dvdC vC dv
vL
dC vL c v
Cdv vdC
dC
vL
dC
df (C )
vL C f (C )
dC
C f ' (C ) f (C )
vL F (C )
• posisi tempat yang konsentrasinya tertentu bergerak
ke atas dengan kecepatan tetap yang besarnya
tergantung pada konsentrasinya.
• Dalam praktek
Z batas A-B
waktu
Zn
CL
Z0
ZL ZL
L
• Ditinjau suatu titik pada bagian lengkung, kecepatan
turun bidang = kecepatan sedimentasi = v
dZ Zn Z L
v tg
• Pada saat L , konsentrasi dlapisan teratas LCL berarti
tempat dengan konsentrasi CL dalam waktu L telah
berpindah ke atas sejauh ZL (dari dasar sampai
bidang batas). Perpindahan ini berjalan dengan
kecepatan vL , akibatnya :
ZL
vL
L
• Pada saat L , semua butir telah melewati lapisan
dengan konsentrasi CL (karena mula-mula tempat
dengan konsentrasi CL ada di paling bawah, sedang
pada saat L berada di paling atas).
A(v vL )C L L AZ 0C0
C0 Z 0
CL
L (v vL )
C0 Z 0
L v L vL
C0 Z 0
• Dengan mengambil
beberapa titik pada kurva
Zn Z L Z vs dapat dilihat data
L Z L
L hubungan v vs CL.
C0 Z 0
Zn Z L Z L v
C0 Z 0 v CL
CL
Zn
CL
ALAT-ALAT SEDIMENTASI
KONTINYU (THICKENER)
• Skema alat :
Umpan F, CF
F CF = L C L + U C U
Under flow U, CU
F CF = U C U
massa padatan massa padatan
C= ; X=
volume campuran massa campuran
Alat klarifikasi
air +
koloid
partikel coagulant +
kaporit
ke tangki
penampung
Mixing Tank
flocculation
(rapid mix)
settling
Sludge
clarifier
Proses klarifikasi ini pada dasarnya adalah proses mixing, flocculation,
dan settling yang tujuannya adalah untuk mengurangi kekeruhan
(turbiditas) dan material tersuspensi. Langkah pada proses klarifikasi
adalah penambahan bahan coagulant atau bahan kimia penyesuai pH
yang bereaksi membentuk gumpalan, kemudian gumpalan-gumpalan
yang terbentuk diendapkan dalam tangki.
Mixing, flocculation, dan settling dapat dilakukan dalam satu unit alat
seperti berikut:
coagulant
air keluar
air masuk
sedimentasi
sludge
clarifier
clarifier
Dasar hitungan 1.
• vcairan v ( kecepatan sedimentasi)
L/A v
• jadi luas tampang A L/v
v diperoleh dari kurva v versus CL
• L dihitung dari neraca massa
Dasar hitungan 2
• A (v + U/A) C F CF
• Campuran bergerak kebawah (relatif
terhadap bumi) dengan kecepatann U/A.
• Partikel padatan bergerak kebawah (relatif
terhadap bumi) dengan kecepatan (U/A +
v)
AvC UC FCF
AvC FCF UC
FCF U
A
vC v
• F, CF , U bisa dihitung langsung dari soal.
Hubungan v dan C diperoleh dari data.
• Dibuat kurva A vs C (C dari CF /CC sampai
CU) dengan pertolongan grafik v versus C.
v
C v A
CF
A
CU
A
Cc C
CC CU C
Kedalaman Thickener
(Thickening Zone)
• Dasar hitungan :
– Untuk mendapatkan konsentrasi under flow
sebesar CU , maka waktu tinggal rata-rata
padatan dalam thickening zone sama dengan
waktu sedimentasi batch dengan konsentrasi
awal CC (kritis) untuk mendapatkan
konsentrasi rata-rata bagian keruh sebesar CU.
AZ 0CC AZC
Z 0CC
Z0
C
CC
Z
C Z Z 0CC
Z
CU
atau
= waktu tinggal rata-rata
= L / v = L / (Q/A) = LA/Q
waktu tinggal rata-rata = volum/debit.
F, CF
L, CL
U, CU
Menentukan Luas Tampang
Thickener.
• Luas tampang thickener akan menentukan
kebeningan over flow. Dalam alat thickener
diusahakan CL = 0. Untuk itu perlu diusahakan
(dicari) luas penampang (tampang) yang
diperlukan.
• Dasar hitungan :
– Untuk mendapatkan CL = 0, maka kecepatan cairan
ke atas pada clarification zone harus lebih kecil
daripada kecepatan sedimentasi dari partikel pada
konsentrasi Thickening zone teratas ( CF)
– Mass flowrate padatan disetiap tempat pada
thickening zone harus lebih besar atau sama dengan
mass flowrate padatan dalam feed
• V = volume padatan + volum cairan
= .debit padatan + volum cairan
FC F FC F debit cairan
v . .
s s debit padatan av
FC F FC F U UC . 1 / s
. .
s s UC 1 s av
FC F FC F s C
. .
s s C av
FC F FC F s C
v d
s s 0 C
s C
Luas d
0
C
Z
(s-C)/C
Z C
(s-C)/C
C = (Z0CC)/Z
H, cm 90 76 62 50 38 33 28 24
t , min 0 10 20 30 40 45 50 55
H, cm 21 20 18 16 15 14 13 12
t (men) 0 4 10 14 21 24 30 40 60 100
------------------------------------------------------------------
z (cm) 50 44 35 29 19 16 14 11 7,5 5,3