Anda di halaman 1dari 62

PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL

DAN OTONOMI DAERAH


(Kuliah 4)
Prof.Dr.Made Antara, MS.
(Diadaptasi dari Slamet Sugiharto-Widyaiswara Utama, Pusdiklat
Depdagri Regional Yogyakarta dan Berbagai Sumber lain)

Bahan Kuliah
EKONOMI REGIONAL
Program Studi Sarjana Agribisnis
Fakultas Pertanian, Universitas Udayana

DENPASAR, BALI
Februari 2023 1
TIU
Mampu memahami, menjelaskan makna, konsep,
prinsip, permasalahan dan kebijakan pembangunan
ekonomi regional dan otonomi daerah dalam sistem
NKRI
TIK
Memahami dan menjelaskan:
• Tujuan, prinsip pelaksanaan dan pokok-pokok
pembangunan ekonomi regional dan kebijakan otonomi
• Keterkaitan otonomi daerah dengan pembangunan
• Keterkaitan antara otonomi daerah dan pembangunan
daerah

2
MATERI POKOK
• Pembangunan
• Pembangunan Sektoral
• Pembangunan Ekonomi Regional (Daerah)
• Pembangunan Ekonomi Lokal
• Pengertian Otonomi Daerah
• Perkembangan Otonomi Daerah
• Prinsip Otonomi Daerah
• Perencanaan Pembangunan Daerah (Regional)
• Alur Perencanaan dan Penganggaran
• Lima Pendekatan Proses Perencanaan
• Pendekatan Top-Down dan Bottom-Up

3
Pembangunan
• Pembangunan (development): suatu proses dinamis
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang lebih
baik dari sebelumnya secara terencana.
• Perkembangan paradigma orientasi pembangunan:
– Berorientasi pada manusia (People oriented)
– Berorientasui Partisipatif (Participatory)
– Pemberdayaan (empowerment)
– Berkelanjutan (sustainable)

4
• Pembangunan dan pengembangan (development)
usaha memberdayakan rakyat setempat, terutama
dalam hal peningkatan skill dan penguasaan teknologi
uintuk meningkatkan produktivitas kerja.
• Sasaran utama pembangunan dan pengembangan
wilayah pada dasarnya adalah untuk menghasilkan
pemanfaatan sumberdaya wilayah untuk penggunaan
terbaik.
• Terdapat 3 (tiga) sasaran umum yang ingin dicapai
dalam pengembangan suatu wilayah, yaitu:
– Efisiensi
– Keadilan dan ekseptabilitas masyarakat
– Keberlanjutan
5
Pembangunan Sektoral
• Salah satu kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pemb
ekonm regional adalah memberikan otonomi kpd
pemerintah daerah (OTDA) untuk menyelenggarakan
program-program pembangunan regional, shg seluruh
pertanggungjawaban, pengelolaan dan pembiayaannya
dilakukan oleh pemerintah daerah (provinsi atau kabupaten).
• Namun meskipun ada Otda, pemba ekonm di daerah tidak
hanya berasal dari program pemb regional (sbg manifestasi
dari azas desentralisasi), tapi juga berasal dari program
sektoral (sbg perwujudan azas dekonsentrasi).
• Kedua program desentralisasi dan dekonsentrasi dijalankan
secara bersama-sama oleh pemerintah dalam rangka
menjembatani kesenjangan kemajuan pembangunan
ekonomi antar daerah.
6
• Sampai saat ini program sektoral masih
mendominasi program regional, shg otonomi
daerah yang nyata, dinamis, dan bertanggung jawab
belum terwujud sepenuhnya.
• Pendekatan sektoral dilakukan melalui kegiatan usaha
yang dikelompokkan ke dalam sektor-sektor dan sub-
sub sektor ekonomi.

7
• Sektor-sektor ekonomi pembangunan:
– Pertanian
– Pertambangan
– Kontruksi (bangunan)
– Perindustrian
– Perdagangan
– Perhubungan
– Keuangan
– Jasa-Jasa
• Diharapkan masing-masing sektor dapat berfungsi
dengan sebaik-baiknya, shg daerah yg bersangkutan akan
berkembang dengan baik
8
Pembangunan Ekonomi Regional
• Pendekatan regional seharusnya bertolak pada
kenyataan bahwa setiap usaha selalu memanfaatkan
ruang wilayah tertentu
• Aspek ruang dalam pemanfaatan wilayah mencakup
aspek lokasi dan dimensi wilayah
• Dimensi regional (wilayah=daerah): daerah tingkat I
(provinsi) dan daerah tingkat II (kabupaten/kota)
• Aspek lokasi terkait masalah pilihan atas lokasi bagi
tempat permukiman ataupun kegiatan usaha

9
• Pelibatan aspek ruang dalam pemanfaatan
wilayah menunjukkan bahwa perlunya sumber
dorongan bagi pengembangan kegiatan usaha
masyarakat
• Sumber dorongan tersebut berada pada lokasi
yang pasti dan memberikan pengaruh sentral
(memiliki banyak kemudahan)

10
• Pembangunan wilayah dilancarkan melalui
pusat-pusat pertumbuhan masing-masing
• Pusat-pusat pertumbuhan umumnya
merupakan kota-kota besar
• Orientasi pembangunan yang sentralistrik ini
mengabaikan peranan dan potensi pelaku
bisnis dan pembangunan di daerah 
menimbulkan kecemburuan dan kekecewaan
masyarakat daerah

11
• Upaya meningkakan pembangunan di daerah jangan
hanya menekankan pada peranan kekuatan dari luar
(external forces) melainkan harus mulai
mengutamakan pada peranan kekuatan dari dalam
(internal forces)
• Dapat dilakukan melalui upaya-upaya:
– Mendorong inisiatif dan partisipasi masyarakat
yang kreatif dan produktif
– Peningkatan kualitas SDM
– Pemanfaatan sumber daya ekonomi, sosial,
teknologi, dan kelembagaan untuk menunjang
penciptaan lapangan kerja bagi penduduk setempat
12
Pembangunan Ekonomi Lokal
• Lokal: suatu area yang relatif terbatas
• Mengapa lokal  krn lebih mudah mengiidentifikasi masalah,
potensi dan merumuskan program2 pemberdayaan.
• Pembangunan ekonomi lokal: Pemanfaatan sumber daya alam,
manusia, sosial, fisik, teknologi, dan kelembagaan lebih
intensif dan interaktif untuk meningkatkan kegiatan
perekonomian lokal dan tingkat kehidupan masyarakat lokal
yang lebih sejahtera
• Membangkitkan ekonomi lokal menjadi bagian strategi
ekonomi nasional dan ekonomi regional
• Peningkatan pembangunan diupayakan agar dapat dirasakan
masyarakt luas termasuk masyarakat dalam lingkup kecil
(lokal)
13
Pengertian Otonomi Daerah

• Auto: sendiri
• Nomia (nomy): aturan
• Otonomi: mengatur diri sendiri
• (Otonomi=desentraslisasi) Dalam
pemerintahan:
– Pelimpaham sebagian kewenangan, tugas,
kewajiban dan tanggung jawab dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah (=regional)

14
Perkembangabn Otonomi Daerah
• 1903: Desentralisasi Wet: Dh Swapraja
• 1945: UU No 1/1945: penekanan pd dekonsentrasi. Komite Nasional
Daerah diangkat Pemerintah Pusat. KDH dipilih dr anggota Komite
• 1948: UU No 22/1948: Eksekutif ada di DPRD dan sehari2
dilaksanakan oleh DPD. KDH adalah Ketua DPD, diangkat oleh
Pem Pusat dr calon usulan DPRD. KDH bisa diangkat dr Pamong
Praja secara langsung
• 1957: UU No 1/1957: penekanan pd desentralisasi (otonomi
seluas2nya) menimbulkan keresahan di kalangan Pamng Praja
• 1959: Penetapan Presiden No 6/1959: Pemda adalah KDH dan
DPRD. KDH juga Ketua DPRD. BPH dipilih dr anggota DPRD dan
membantu KDH debagai eksekutif
• 1965: UU No 18/1965: KDH tidak lagi sbg Ketua DPRD,
penekanan pd desentralisasi (otonomi seluas2nya )
15
• 1974: UU No 5/1974: desentralisasi, dekonsentrasi
dan tugas pembantuan.otonomi yang nyata dan
bertanggung jawab. Pemda adalah KDH dan DPRD
• 1999: UU No 22/1999: penekanan pd desentralisasi
(otonomi seluas2nya).Legislatif: DPRD, Eksekutif:
KDH. KDH diangkat, bertanggung jawab kpd dan
diberhentikan oleh DPRD.
• 2004: UU No 32/2004

16
Otonomi Daerah
UU NO. 32/2004

• Hak, wewenang, dan kewajiban daerah


otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan

17
Prinsip Otonomi Daerah
(Penjelasan UU 32/2004)
• Otonomi seluas-luasnya
• Otonomi yang nyata dan bertanggung jawab
• Berorientasi pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat dengan selalu memperhatikan
kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam
masyarakat
• Menjamin keserasian hubungan antara Daerah dg
Daerah lainnya, Daerah dg Pusat
• Memelihara dan menjaga keutuhan NKRI
• Pemerintah wajib melakukan pembinaan dan
fasilitasi 18
Pemberian Otonomi Luas diarahkan untuk:
• Mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan, dan peran serta masyarakat
• Meningkatkan daya saing dengan memperhatikan
prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan, serta
keanekaragaman daerah

19
Urusan Wajib Kewenangan Pemprov
(UU NO. 32/2004)

Urusan dalam skala propinsi yang meliputi:


a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan
b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat
d. Penyediaan sarana dan prasaranan umum
e. Penanganan bidang kesehatan
f. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumberdaya
potensial
g. Penanggulangan masalah sosial lintas`kabupaten/kota
h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan
lintas`kabupaten/Kota. 20
Kewenangan Pemda Provinsi (Lanjutan)
1) Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan
menengah termasuk lintas kabupaten/kota
2) Pengendalian lingkungan hidup
3) Pelayanan pertanahan termasuk lintas`kabupaten/kota
4) Pelayanan kependudukan dan catatan sipil
5) Pelayanan administrasi umum pemerintahan
6) Pelayann administrasi penanaman modal termasuk lintas
kabupaten/kota
7) Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum
dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota
8) Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
perundangan
21
Pembangunan Nasional
(UU 25/2004)
Upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam
rangka mencapai tujuan bernegara

22
Perencanaan Pembangunan Daerah (Regional)

• Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan


daerah disusun perencanaan pembangunan
daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem
perencanaan pembangunan nasional (pasal 150
ayat (1).
• Perencanaan pembangunan daerah disusun
sesuai kewenangannya yang dilaksanakan
oleh Bappeda (pasal 150 ayat (2)).

23
• Perencanaan pembangunan daerah
didasarkan pada data dan informasi yang
akurat dan dapat dipertanggung jawabkan
(pasal 152 ayat (1))
• Perencanaan pembangunan daerah disusun
untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi
antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan (pasal 153)

24
Formulasi tujuan

Pengawasan dan
Evaluasi

Formulasi sasaran

Pengumpulan dan
Analisis data
Implementasi

Identifikasi
alternatif/Pilihan
Perencanaan
implementasi

Penilaian komparasi
Rencana yang
dipublikasikan 25
Alur Perencanaan dan Penganggaran

Pedoman Renja - Pedoman Rincian


Renstra KL RKA-KL

Pemerintah
KL APBN

Pusat
Pedoman Diacu

Pedoman Dijabarkan Pedoman


RPJP RPJM RKP RAPBN APBN
Nasional Nasional

Diacu Diperhatikan Diserasikan melalui Musrenbang

Dijabarkan
RKP Pedoman
RPJP Pedoman RPJM RAPBD APBD
Daerah Daerah Daerah

Pemerintah
Daerah
Pedoman Diacu

Pedoman Pedoman
Renstra Renja - RKA - Rincian
SKPD SKPD SKPD APBD

UU SPPN UU KN 26
Lima Pendekatan Proses Perencanaan

Politik

Teknokratik

Parsitipatif

Top-down

Bottom-up
27
Pendekatan Politik
• Pemilihan Presiden dan Kepala Daerah dilihat
sebagai proses perencanaan:
– Rakyat memilih berdasarkan program
pembangunan yang ditawarkan calon
• Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) adalah penjabaran agenda-agenda
pembangunan yang ditawarkan calon pada
saat kampanye

28
Pendekatan Teknokratik
• Menggunakan metode dan kerangka berpikir
ilmiah oleh lembaga yang secara fungsional
bertanggung jawab

• Penanggungjawab pelaksanaan kegiatan:


– Ka Bappenas
– Ka Bappeda

29
Pendekatan Partisipatif

• Melibatkan semua pihak yang berkepentingan


(stakeholders)
• Untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan
rasa memiliki oleh pemangku kepentingan
(stakeholder)

30
Pendekatan Top-Down dan Bottom-Up
• Top-down=atas-bawah=perencanaan oleh
pemerintah pusat/prov, pelaksananya masyarakat
• Bottom-up=bawah-atas=perencananya/usulan dari
masyarakat kepada pemerintah pusat/prov
Dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan
• Penyelarasan proses melalui Musrenbang
• Musrenbang:
– Forum antar pelaku dalam rangka menyusun
rencana pembangunan nasional dan daerah, dari
tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, propinsi
dan Nasional
31
32
PERINGKAT PROPINSI B ERDASARKAN
KEGIATAN EKONOM I (de ngan M igas )

Ma luku Uta ra 1,99


Goronta lo 2,25
Ma luku 3,41
Be ngkulu 5,92
Ke p. Ba ngka Belitung 7,25
Sula w e si Te ngga ra 8,03
Nusa Te ngga ra Timur 8,68
Sula w e si Uta ra 11,15
Sula w e si Te nga h 11,2
Ja mbi 13,13
Ka lima nta n Te nga h 13,8
Nusa Te ngga ra Ba ra t 15,75
P R O P IN S I

DIY 16,52
Ka lima nta n Se la ta n 20,53
Ka lima nta n Ba ra t 21,65
Ba li 22,06
Pa pua 23,09
La mpung 28,24
Suma te ra Ba ra t 29,12
NAD 35,47
Sula w e si Se la ta n 36,55
Suma te ra Se la ta n 49,68
Ria u 67,66
Suma te ra Uta ra 86,74
Ka lima nta n Timur 88,78
Ja w a Te nga h 156,73
Ja w a Ba ra t 214,3
Ja w a Timur 226,96
DI Ja ka rta 254,74
Ba nte n 581,95

0 200 400 600 33


800
Tri l l i u n Rp.
Human Development Report 2006 (UNDP)
ANGKA
HARAPAN TINGKAT PDB PER
PARTISI-PASI RANGKING
NEGARA HIDUP MELEK KAPITA HDI 2006
SEKOLAH (174 NEGARA)
(TAHUN) HURUF (%) (PPP US $)
GABUNGAN (%)

High Human Development

NORWEGIA 79,6 99,0 100 38.454 0,965 1

USA 77,5 99,0 93 39,676 0,948 8

JEPANG 82,2 99,0 85 29.251 0,949 7

SINGAPURA 78,9 92,5 87 28,077 0,916 25

BRUNEI 76,6 92,7 77 19.210 0,871 34

MALAYSIA 73,4 88,7 73 10,276 0,805 61

M edium Human development

LIBIYA 73,8 82 94 7.57 0,798 64

THAILAND 70,3 92,6 74 8.090 0,784 74

PHILIPINA 70,7 92,6 82 4.614 0,763 84

INDONESIA 67,2 90,4 68 3.609 0,711 108

VIETNAM 70,8 90,3 63 2.745 0,709 109

KAMBOJA 56,5 73,6 60 2.423 0,583 129

MYANMAR 60,5 89,9 49 1.027 0,581 130

LAOS 55,1 68,7 61 1.954 0,553 133

Low Human Development

TOGO 54,5 53,2 55 1.536 0,495 147


34
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
30 PROPINSI DI INDONESIA SESUAI IHDR 2004
ANGKA ANGKA MELEK RATA-RATA PENGELUARAN
NO PROPINSI HARAPAN HURUF DEWASA LAMA SEKOLAH PER KAPITA NILAI IPM RANGKING
HIDUP (TH) (%) (TH) (RIBU RUPIAH)

1 DKI Jakarta 72,3 92,2 10,4 616,9 0,756 1


2 Sulawesi Utara 70,9 98,8 8,6 587,9 0,713 2
3
4
5 Riau

Daerah Istimewa Yogyakarta
Kalimantan Timur
72,4
69,4
68,1
85,9
95,2
96,5
8,1
8,5
8,3
611,3
591,6
588,3
0,708
0,700
0,691
3
4
5
6 Kalimantan Tengah 69,4 96,4 7,6 585,8 0,691 6
7 Sumatera Utara 67,3 96,1 8,4 589,2 0,688 7
8 Sumatera Barat 66,1 95,1 8,0 589,0 0,675 8
9 Bali 70,0 84,2 7,6 596,3 0,675 9
10 Jambi 66,9 94,7 7,4 585,6 0,671 10
11 Banten 62,4 93,8 7,9 608,7 0,666 11
12 Maluku 65,5 96,3 8,0 576,3 0,665 12
13 Jawa Tengah 68,9 85,7 6,5 594,2 0,663 13
14 Bengkulu 65,4 93,0 7,6 586,6 0,662 14
15 NAD 67,7 95,8 7,8 557,5 0,660 15
16 Sumatera Selatan 65,7 94,1 7,1 582,9 0,660 16
17 Jawa Barat 64,5 93,1 7,2 592,0 0,658 17
18 Lampung 66,1 93,0 6,9 583,3 0,658 18
19 Maluku Utara 63,0 95,8 8,4 583,4 0,658 19
20 Bangka Belitung 65,6 91,7 6,6 588,2 0,654 20
21 Sulawesi Selatan 68,6 83,5 6,8 586,7 0,653 21
22 Sulawesi Tengah 63,3 93,3 7,3 580,2 0,644 22
23 Kalimantan Selatan 61,3 93,3 7,0 596,2 0,643 23
24 Gorontalo 64,2 95,2 6,5 573,3 0,641 24
25 Jawa Timur 66,0 83,2 6,5 593,8 0,641 25
26 Sulawesi Tenggara 65,1 88,2 7,3 577,9 0,641 26
27 Kalimantan Barat 64,4 86,9 6,3 580,4 0,629 27
28 NTT 63,8 84,1 6,0 563,1 0,603 28
29 Papua 65,2 74,4 6,0 578,2 0,601 29
35
30 NTB 59,3 77,8 5,8 583,1 0,578 30
INDONESIA 66,2 89,5 7,1 591,2 0,658
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
20 KABUPATEN/KOTA TERPILIH DI INDONESIA SESUAI IHDR 2004
ANGKA ANGKA MELEK RATA-RATA PENGELUARAN
NO KABUPATEN KOTA HARAPAN HURUF DEWASA LAMA SEKOLAH PER KAPITA NILAI IPM RANGKING
HIDUP (TH) (%) (TH) (RIBU RUPIAH)

A

10 TERATAS

1 Jakarta Timur 72,5 98,5 10,9 614,1 0,760 1


2 Jakarta Selatan 71,7 98,3 10,7 619,1 0,757 2
3 Yogyakarta 72,9 94,9 10,7 615,4 0,753 3
4 Jakarta Utara 72,2 98,2 9,8 616,7 0,751 4
5 Jakarta Barat 72,3 97,9 10,0 614,4 0,750 5
6 Denpasar 72,4 94,7 10,7 614,2 0,749 6
7 Jakarta Pusat 70,7 98,1 10,5 617,2 0,748 7
8 Manado 71,5 99,8 10,9 595,5 0,742 8
9 Palangkaraya 72,9 98,8 10,5 591,4 0,742 9
10 Pemantang Siantar 70,9 98,7 10,3 606,9 0,741 10

B 10 TERBAWAH
11 Sumenep 61,2 69,6 4,1 592,5 0,565 332
12 Sitobondo 61,5 66,6 4,5 590,6 0,562 333
13 Lombok Timur 57,7 75,5 5,5 582,3 0,561 334
14 Lombok Barat 57,9 72,9 5,0 577,8 0,550 335
15 Bondowoso 59,0 65,3 4,7 583,3 0,541 336
16 Nabire 66,1 75,5 5,0 499,1 0,541 337
17 Lombok Tengah 57,5 68,1 4,8 583,3 0,539 338
18 Sumba Barat 62,4 71,6 5,3 526,0 0,534 339
19 Sampang 57,5 56,2 2,9 580,0 0,497 340
20 Jayawijaya 64,7 32,0 2,2 570,2 0,470 341
36
INDONESIA 66,2 89,5 7,1 591,2 0,658
AGENDA MEWUJUDKAN INDONESIA YANG ADIL
DAN DEMOKRATIS
SASARAN KEEMPAT adalah meningkatnya pelayanan kepada
masyarakat dengan menyelenggarakan otonomi daerah dan
kepemerintahan daerah yang baik.
PRIORITAS
• REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
– Penataan Peraturan Perundang-undangan
 Sinkronisasi dan Harmonisasi Undang-undang Sektoral dan Daerah
– Peningkatan Profesionalisme Aparat Pemerintah Daerah
 Aparat Pemda sebagai Pelayan Masyarakat yang Profesional
– Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah
 Kelembagaan yang Efektif dan Efisien dengan Manajemen Modern
– Peningkatan Kapasitas Keuangan Pemerintah Daerah
 Kemandirian Daerah dalam Pendanaan Pembangunan
– Peningkatan Kerjasama Antar Daerah
 Peran Provinsi dan Kerjasama Antar Daerah, terutama Daerah perbatasan
– Penataan Daerah Otonomi
 Terhadap keinginan pembentukan Daerah Otonomi baru
37
AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
SASARAN KEDUA adalah berkurangnya kesenjangan pembangunan

• PENGURANGAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DAERAH


– Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
 Peningkatan daya saing kawasan dan produk unggulan khususnya di luar
Jawa
 Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas
 Peningkatan kerjasama ekonomi sub-regional
 Peningkatan kerjasama antar daerah.

– Pengembangan Kawasan Tertinggal


 Pengembangan sarana dan prasarana ekonomi dengan menerapkan skim
seperti subsidi keperintisan, dan lain-lain
 Peningkatan keterkaitan kegitan ekonomi di wilayah tertinggal dengan
pusat pertumbuhan.
– Pengembangan Perkotaan
 Peningkatan peran dan fungsi kota menengah dan kecil, terutama di luar
Jawa sebagai penghela pertumbuhan wilayah;
 Pengendalian pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan. 38
– Pengembangan Wilayah Perbatasan
 Fasilitasi pemda agar wilayah perbatasan menjadi beranda depan
 Pengamanan wilayah perbatasan dari kegiatan illegal
 Pengembangan kawasan perbatasan sebagai pusat pertumbuhan

– Pemulihan Kawasan Konflik


 Rehabilitasi sarana dan prasarana sosial ekonomi
 Percepatan proses rekonsiliasi

– Penataan Ruang
 Pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif dengan menerapkan
prinsip pembangunan berkelanjutan dan keseimbangan pembangunan
antar fungsi;
– Pengelolaan Pertanahan
 Penegakan hukum yang adil dan transparan
 Pembuatan peta dasar dan pembangunan sistem pendaftaran tanah
 Pengembangan sistem informasi pertanahan

39
• PEMBANGUNAN PERDESAAN
– Dengan lintas program yang dilaksanakan di kawasan
perdesaan untuk:
 meningkatkan kegiatan ekonomi di perdesaan antara lain melalui
pengembangan agribisnis dan KUKM di perdesaan;
 meningkatkan sarana dan prasarana perdesaan, antara lain
mencakup pengembangan jaringan irigasi, pembangunan jalan
dan jembatan, pelayanan air minum, serta listrik perdesaan;
 meningkatkan kualitas sumber daya manusia di perdesaan melalui
program pendidikan, kesehatan, dan keluarga berencana;
 meningkatkan pengelolaan pertanahan dan tata ruang di
perdesaan;
 meningkatkan perlindungan sumber daya alam dari kegiatan
pemanfaatan yang tidak terkendali dan eksploitatif di perdesaan,
terutama kawasan-kawasan konservasi dan kawasan lain yang
rentan terhadap kerusakan.

40
Puas atau Tidak Puas kah Anda dengan kinerja
aparat birokrasi/PNS dalam melayani beberapa
urusan di daerah Anda berikut ini?

Pelayanan ekonomi 37,2 45,8 17

Pelayanan hukum 37,2 45,8 17

Keamanan dan ketertiban masyarakat 66,2 30,8 3

Kebutuhan beribadah 78,8 16 5,2

Pendidikan masyarakat 60,9 32,7 6,4

Kebutuhan kesehatan masyarakat 65,8 25,9 8,3

Administrasi kegiatan usaha 32,2 34,2 33,6

Administrasi pertanahan 31,1 41,5 27,4

Administrasi kendaraan bermotor 48,7 37,1 14,2

Administrasi kependudukan 53,7 43,2 3,1

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Puas Tidak Puas Tidak Tahu


41
KOMPAS, 17/7/2006
Setuju atau Tidak Setuju kah Anda dengan
beberapa pernyataan berikut ini?

Berurusan dengan
PNS makan waktu 59,60% 35,20% 5,20%
lama

PNS gampang
56,50% 36,50% 7,00%
disuap

PNS sudah bekerja


37,10% 58,60% 4,30%
dengan disiplin

PNS sudah bebas


dari kepentingan 30,70% 53,70% 15,60%
politik

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Setuju Tidak Setuju Tidak Tahu


42
KOMPAS, 17/7/2006
Da la m b e b e ra p a se g i b e rikut, Pua s a ta u Tid a k Pua s
ka h And a kine rja a p a ra t b iro kra si/PNS d a la m m e la ya ni
ke p e nting a n um um d i d a e ra h And a se la m a ini?

Kesigapan 39,7 55,8 4,5

Keramahan 67,9 28,5 3,6

Kecermatan kerja 42 51 5,9

Disiplin kerja 35,9 58,2 5,9

Efektivitas kerja 39,5 55,5 5

Kecepatan kerja 39,7 54,8 5,5

0% 20% 40% 60% 80% 100%


puas tidak puas tidak tahu
43
KOMPAS, 17/7/2006
44
PEMBERDAYAAN
• Suatu upaya untuk meningkatkan
kemampuan dan kemandirian, baik
dibidang ekonomi, sosial budaya dan
politik.

45
BIDANG EKONOMI
• Upaya peningkatan pendapatan dan tingkat
kesejahteraan hidup yang bertumpu pada kekuatan
ekonomi sendiri.
BIDANG SOSIAL - BUDAYA
 Upaya peningkatan kehidupan sosial – budaya yang berakar
pada nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat
setempat.

BIDANG POLITIK
 Upaya peningkatan kemampuan untuk mengambil
keputusan sendiri, dari proses perencanaan pemantauan,
evaluasi. 46
FAKTOR KEBERDAYAAN
2

1. Memperkuat Pendidikan
2. Memperkuat Kesehatan
3. Memperkuat Penguasaan Masyarakat
terhadap Sumber – sumber Ekonomi
4. Mengembangkan nilai-nilai Sosial
Buadaya Masyarakat

47
Unsur–Unsur
Pemberdayaan Masyarakat

• Pemberian Motivasi (motivating);


• Pemberian Penguatan (empowering);
• Pemberian Perlindungan
(protecting).

48
Mengapa Partisipasi
Dua alasan
• Pertama, hal itu menjamin bahwa warga bisa
berperan, berkontribusi dan memperoleh layanan
pembangunan yang baik;
• Kedua, partisipasi, transparansi dan akuntabilitas
dapat membangun checks-and-balance, karena
janji-janji pejabat dan anggota DPRD dapat dikontrol
melalui saluran-saluran organisasi masyarakat yang
mewakili aspirasi konstituennya.

49
Model yang telah diadopsi
daerah untuk memperbaiki dan mengangkat kualitas
maupun kuantitas partisipasi warga

1) Model penerbitan kerangka hukum dan


peraturan.
2) Model perbaikan mekanisme perencanaan
dan penganggaran.
3) Model fasilitasi dan penguatan forum
deliberatif.
4) Model ketersediaan sumber daya (dana).
50
Potensi Pengembangan Partisipasi Masyarakat
(1)
• Partisipasi dapat menjadi faktor untuk melakukan
koreksi dari kebijakan daerah yang penting seperti
perencanaan dan alokasi anggaran.
– Efek dari tindakan koreksi ini semakin tinggi di daerah-
daerah dimana masyarakat warganya aktif dan dimana
aturan daerah yang ada mendukung.
• Pelibatan warga dan organisasi masyarakat warga dalam
tata pemerintahan menjadi sumber munculnya pendekatan
dan program pembangunan yang lebih inventif dan inovatif.
– Hal itu lebih berkembang di dalam situasi dimana
pimpinan daerah dan elit setempat juga memiliki cara
berpikir yang inovatif.
51
Potensi Pengembangan Partisipasi Masyarakat (2)
• Keterlibatan aktif kelompok marjinal berpotensi
menjadi alat untuk menghasilkan program yang
bersifat afirmatif dan menghapus kebijakan yang
bersifat diskriminatif.
– Semakin terorganisir kelompok marjinal, semakin tinggi
kemungkinan mereka untuk memiliki kemampuan
mempengaruhi.
• Proses partisipatoris berpotensi menjadi media
komunikasi yang bisa mengurangi potensi konflik
dengan syarat forum dikelola sebagai forum
deliberatif.
52
Beberapa kelemahan yang mempengaruhi
kualitas dan efektivitas partisipasi:
PEMDA
• Belum meratanya pemahaman di jajaran pemerintahan
(termasuk DPRD) tentang
– pentingnya dan apa keuntungan kongkrit dari partisipasi.
– apa dan bagaimana cara melakukan partisipasi yang baik,
• Belum meratanya kemauan politik di jajaran pemerintahan
(termasuk DPRD) untuk tidak melihat partisipasi sebagai
formalitas proyek.
• Inisiatif partisipasi juga tidak jarang tergantung pada
keinginan individu/kelompok kecil tertentu, tentunya hal ini
bisa mengancam keberlanjutan suatu prakarsa, khususnya
pada saat terjadi pergantian posisi (mutasi jabatan).
53
Beberapa kelemahan yang mempengaruhi
kualitas dan efektivitas partisipasi:
PERATURAN
• Kebijakan dan peraturan yang mengatur proses partisipasi dalam
tata pemerintahan daerah (mis. Perda Partisipasi, Transparansi
dan Akuntabilitas) tidak cukup mengikat dan tidak memberikan
insentif yang cukup berarti untuk diterapkan secara serius dan
berkelanjutan:
– Di beberapa daerah, peraturan tersebut tidak disusun melalui proses yang
partisipatif, dan kurang tersosialisasi dengan baik.
– Walaupun di kebanyakan daerah prosesnya dilakukan secara partisipatif,
ternyata kompromi politik dalam penyusunan peraturan ini menyebabkan
pengurangan efek sangsi dan daya paksanya.
– Sementara itu proses monitoring dan penegakan hukum dari aturan-aturan
ini juga belum menjadi prioritas dari pemerintah pusat maupun pemerintah
provinsi
54
Beberapa kelemahan yang mempengaruhi
kualitas dan efektivitas partisipasi:
• Forum-forum warga atau forum multi-pihak yang berpotensi
menjadi media penyalur suara warga seringkali tidak
memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan
mempertahankan diri menjadi lembaga yang demokratis dan
kuat.
• Anggota atau peserta forum membutuhkan penguatan-
penguatan untuk menjadikan dirinya lebih kompeten dalam
berpartisipasi.
• Walaupun masalah yang dihadapi setiap forum dan asosiasi
berbeda secara detilnya, ada beberapa persoalan dasar yang
dihadapi yaitu yang terkait dengan aspek kepemimpinan,
transparansi, kompetensi, dan akses terhadap sumber
daya.
55
pra-kondisi bagi terbangunnya
partisipasi yang berkualitas
• Pertama, adanya kepemimpinan, kemauan dan sikap
yang mendukung dari para pengambil keputusan
maupun staf level menengah;
• Kedua, adanya kultur berasosiasi yang menghasilkan
warga yang kompeten;
• Ketiga, adanya kewenangan dan sumber daya;
• Keempat, adanya kebijakan lokal yang mendukung.

56
tiga karakteristik
forum partisipasi yang ideal
• Berpengaruh: proses yang berlangsung memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan dan
pengambilan keputusan,
• Inklusif: merepresentasikan populasi dan terbuka
terhadap perbedaan cara pandang maupun nilai-nilai, serta
memberikan kesempatan yang sama bagi semua pihak
untuk berperan serta,
• Deliberatif: proses yang dijalankan harus memungkinkan
adanya dialog yang terbuka, membuka akses terhadap
informasi, saling menghargai, ruang untuk saling
memahami dan membangun kerangka isu bersama, dan
menuju kepada kesepakatan bersama 57
DAYA SAING
• Kemampuan daya tarik (attractiveness)
atau kemampuan membentuk dan
menawarkan lingkungan paling produktif
dan kinerja unggul yang berkelanjutan bagi
dunia usaha (termasuk menarik talenta,
investasi, dan faktor bergerak lainnya)

58
PENENTU DAYA SAING 1
• Lingkungan fisik
– Infrastruktur
– Sumber daya alam
• Lingkungan peraturan perundangan
– Kelembagaan
– Perijinan
– Insentif
• Lingkungan sikap mental
– Sikap perilaku penduduk
– Sikap perilaku birokrat
59
PILAR DAYA SAING
(Forum Ekonomi Dunia)

• Kelembagaan
• Infrastruktur
• Ekonomi makro
• Kesehatan
• Pendidikan dasar, tinggi, pelatihan
• Efisiensi pasar
• Kesiapan teknologi
• Kecanggihan berbisnis
• Inovasi 60
61
62

Anda mungkin juga menyukai