Anda di halaman 1dari 18

PEREKONOMIAN

INDONESIA

15
Modul ke:

Suzan Bernadetha Stephani, SE., MM.


Fakultas
EKONOMI
BISNIS
Program Studi

MANAJEMEN
Otonomi daerah
• Latar belakang lahirnya otonomi daerah
– Diundangkannya UU 22/1999 dan UU 25/1999 yang saat
ini berubah menjadi UU no 32 tahun 2004 merupakan
momentum yang sangat baik untuk memacu reformasi
Pemda menuju Pemda yang transparan, partisipatif, dan
akuntabel.

– Perubahan yang diharapkan tidaklah akan berjalan


secara mulus karena akan banyak sekali menuntut
perubahan pola pikir, pola bertindak dan kemauan
dari pihak Pusat maupun Daerah
Otonomi daerah
• Otonomi daerah yang dijalankan selama 10 tahun ini
semata-mata hanya dipahami sebagai perpindahan
kewajiban pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk mayarakat.

• Padahal substansi penting dari otonomi daerah adalah


pelimpahan kewenangan dari pusat ke daerah secara
politik dan ekonomi agar pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi berlangsung secara adil dan
merata
Ekonomi moneter
OTONOMI
DAERAH

Pengertian yang lebih luas lagi


adalah kewenangan daerah adalah wewenang/kekuasaan pada
otonom untuk mengatur dan suatu wilayah/daerah yang
mengurus kepentingan mengatur dan mengelola untuk
masyarakat setempat kepentingan wilayah/daerah
menurut prakarsa sendiri masyarakat itu sendiri mulai dari
ekonomi, politik, dan pengaturan
berdasarkan aspirasi
perimbangan keuangan termasuk
masyarakat sesuai dengan pengaturan sosial, budaya, dan
peraturan perundang- ideologi yang sesuai dengan tradisi
undangan adat istiadat daerah lingkungannya.
lingkungannya
Otonomi daerah

• “ Misi Otonomi daerah yang diatur di dalam UU No. 22 Tahun 1999

• dan UU No. 25 Tahun 1999 bukan hanya keinginan untuk melimpahkan


• kewenangan dan pembiayaan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah
Daerah,
• tetapi yang lebih penting adalah keinginan untuk meningkatkan
efisiensi
• dan efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan kesejahteraan dan
• pelayanan kepada masyarakat”

• (Penjelasan PP 105 Tahun 2000)


Ekonomi moneter
OTONOMI DAERAH
UU NO. 32/2004

• Hak, wewenang, dan kewajiban daerah


otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
Otonomi daerah
PRINSIP OTONOMI DAERAH
(PENJELASAN UU 32/2004)

• Otonomi seluas-luasnya
• Otonomi yang nyata dan bertanggung jawab
• Berorientasi pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan
dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat
• Menjamin keserasian hubungan antara Daerah dg
Daerah lainnya, Daerah dg Pusat
• Memelihara dan menjaga keutuhan NKRI
• Pemerintah wajib melakukan pembinaan dan fasilitasi
Otonomi daerah
Pemberian Otonomi Luas diarahkan
untuk:
• Mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan, dan peran serta masyarakat

• Meningkatkan daya saing dengan memperhatikan


prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan, serta
keanekaragaman daerah
URUSAN WAJIB YANG MENJADI KEWENANGAN PEMDA
PROVINSI (UU NO. 32/2004)
Urusan dalam skala propinsi yang meliputi:
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan
b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan
tata ruang
c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat
d. Penyediaan sarana dan prasaranan umum
e. Penanganan bidang kesehatan
f. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi
sumberdaya potensial
g. Penanggulangan masalah sosial
lintas`kabupaten/kota
h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan
lintas`kabupaten/kota
URUSAN WAJIB YANG MENJADI KEWENANGAN PEMDA
PROVINSI (UU NO. 32/2004)

i. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil,


dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota
j. Pengendalian lingkungan hidup
k. Pelayanan pertanahan termasuk
lintas`kabupaten/kota
l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil
m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan
n. Pelayann administrasi penanaman modal
termasuk lintas kabupaten/kota
o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang
belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota
p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh
peraturan perundangan
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

• Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan


daerah disusun perencanaan pembangunan
daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem
perencanaan pembangunan nasional (pasal 150 ayat
(1)).

• Perencanaan pembangunan daerah disusun sesuai


kewenangannya yang dilaksanakan oleh Bappeda
(pasal 150 ayat (2)).
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

• Perencanaan pembangunan daerah didasarkan


pada data dan informasi yang akurat dan dapat
dipertanggung jawabkan (pasal 152 ayat (1))

• Perencanaan pembangunan daerah disusun


untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi
antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan (pasal 153)
PENDEKATAN POLITIK

• Pemilihan Presiden dan Kepala Daerah dilihat


sebagai proses perencanaan:
– Rakyat memilih berdasarkan program
pembangunan yang ditawarkan calon
• Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) adalah penjabaran agenda-agenda
pembangunan yang ditawarkan calon pada saat
kampanye
PENDEKATAN TEKNOKRATIK

• Menggunakan metode dan kerangka berpikir


ilmiah oleh lembaga yang secara fungsional
bertanggung jawab

• Penanggungjawab pelaksanaan kegiatan:


– Ka Bappenas
– Ka Bappeda
PENDEKATAN PARTISIPATIF

• Melibatkan semua pihak yang berkepentingan


(stakeholders)

• Untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan


rasa memiliki
PENDEKATAN TOP-DOWN N BOTTOM-
UP

• Dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan


• Penyelarasan proses melalui Musrenbang
• Musrenbang:
– Forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana
pembangunan nasional dan daerahDari tingkat desa,
kecamatan, kabupaten/kota, propinsi dan Nasional
Referensi
• Santosa, Iwan.(2013). Perekonomian
Indonesia: Masalah, Potensi, dan Alternatif
Solusi. Graha Ilmu.
• Tambunan, Tulus.(2012). Perekonomian
Indonesia: Kajian Teoritis dan analisis empiris.
Ghalia Indonesia.
• Basri, Faisal.(2010). Perekonomian Indonesia.
Erlangga. Indonesia.
• www.bps.co.id
Terima Kasih
Suzan Bernadetha Stephani, SE., MM.

Anda mungkin juga menyukai