Anda di halaman 1dari 13

NEGARA DENGAN PERLINDUNGAN PAJAK (TAX HAVEN)

DAN
KETENTUAN PENANGKAL PENGHINDARAN PAJAK

Inisiasi Tuton ke -8
Mata Kuliah : Pajak Penghasilan III
Program Studi D-III Perpajakan
Fakultas Hukum, Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik
Negara Dengan Perlindungan Pajak (Tax Haven

PENGHINDARAN PERENCANAAN
PAJAK VS PAJAK

2
Negara Dengan Perlindungan Pajak (Tax Haven

Berbagai skema oleh PMA untuk melakukan


penghematan pajak

 transfer pricing
 thin capitalization
 treaty shopping,
 controlled foreign corporation (CFC).

3
Negara Dengan Perlindungan Pajak (Tax Haven

Bentuk Penghematan Pajak


a. Substantive Planning

 transfer of tax subject


 Transfer of tax object
 transfer of tax subject andof tax object

b. Formalitas Tax Planning

 Mempertahankan substansi ekonomi dari suatu transaksi dengan cara memilh


berbagai bentuk formal jenis transaksi yang memberikan beban pajak paling
rendah

4
Negara Dengan Perlindungan Pajak (Tax Haven

Pasal 18 ayat (3B) UU PPh


Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan
melalui pihak lain atau badan yang dibentuk untuk maksud demikian (special
purpose company), dapat ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya
melakukan pembelian tersebut sepanjang Wajib Pajak yang bersangkutan
mempunyai Hubungan Istimewa dengan pihak lain atau badan tersebut dan
terdapat ketidakwajaran penetapan harga
Pasal 18 ayat (3C) UU PPh
Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit company
atau special purpose company) yang didirikan atau bertempat kedudukan di
negara yang memberikan perlindungan pajak (tax haven country) yang
mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia dapat
ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan saham badan yang didirikan
atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia5
Negara Dengan Perlindungan Pajak (Tax Haven

OECD membagi dua jenis negara yaitu tax haven dan harmful preferential
tax.
Kriteria tax haven adalah:
(a) tidak memungut pajak atau memungut pajak dalam nominal tertentu
saja (tidak berdasarkan persentase),
(b) tidak ada atau tidak efektifnya mekanisme exchange of information,
(c) tidak adanya transparansi dalam administrasi pajak, atau
(d) adanya kebijakan ring fencing (adanya perbedaan perlakuan perpajakan
bagi residen dan non-residen).

6
Negara Dengan Perlindungan Pajak (Tax Haven

Pertemuan G-20 tanggal 2 April 2009, negara-negara anggota OECD


menetapkan daftar negara-negara yang dikategorikan sebagai tax haven
country yang dikelompokkan pada tiga kategori:
 Negara-negara yang sepakat menerapkan perjanjian perpajakan
internasional, antara lain; Argentina, Australia, China, Yunani, Hungaria,
Jepang, Korea, Mauritius, Norwegia, Amerika Serikat, dan lain-lain

 Kategori Abu-abu; Belize, Bermuda, Pulau Marshal, Brunei, Singapura,


dan lain-lainnya.

 Daftar Hitam (black list); Costarica, Malaysia, Philipina, Uruguay.

7
Negara Dengan Perlindungan Pajak (Tax Haven

Adanya harmful tax competition di antara negara-negara tersebut dapat


memicu terjadinya tax haven. Dalam “Harmful Tax Competition, An
Emerging Global Issue” dari OECD [1],
OECD membaginya menjadi 2 jenis yaitu Tax Haven dan Harmful
Preferential Tax.
Adapun yang menjadi kriteria dari Tax Haven sebagai berikut.
 Tidak memungut pajak atau memungut pajak dalam nominal
tertentu tanpa berdasarkan presentase.
 Tidak ada atau kurang efektifnya mekanisme pertukaran informasi.
 Tidak adanya transparansi dalam administrasi perpajakan.
 Tidak adanya aktivitas substansial.

8
Ketentuan Penangkal Penghindaran Paja

 Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian


tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak
pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
 Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai
penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

9
Ketentuan Penangkal Penghindaran Paja

Penyidikan dihentikan dalam hal:


1) tidak terdapat cukup bukti;
2) peristiwa yang disidik bukan merupakan tindak pidana di bidang
perpajakan;
3) peristiwanya telah daluwarsa;
4) tersangkanya meninggal dunia;
5) Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan Menteri
Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan paling lama dalam jangka waktu 6
(enam) bulan sejak tanggal surat permintaan, sepanjang perkara
pidana tersebut belum dilimpahkan ke pengadilan.

10
Ketentuan Penangkal Penghindaran Paja

Dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk memerangi praktik


penghindaran pajak (Arnold, 2008).
1. dengan pendekatan tanpa menggunakan ketentuan khusus dalam
peraturan melalui judicial general anti avoidance doctrine (judicial
doctrine) yang dikembangkan terutama oleh putusan pengadilan, y
2. melalui statutory general anti avoidance rule (GAAR) yaitu
ketentuan khusus dalam peraturan yang memberikan kewenangan
kepada otoritas pajak untuk membatalkan manfaat dari transaksi
yang memenuhi kriteria sebagai penghindaran pajak.

11
Ketentuan Penangkal Penghindaran Paja

Judicial doctrine dikembangkan terutama dari putusan-putusan pengadilan


terkait dengan penghindaran pajak. Berbagai yurisdiksi banyak
mengembangkan judicial doctrine masing-masing, beberapa judicial
doctrine yang paling umum digunakan adalah:
1) Economic Substance Doctrine.
2) Step Transaction Doctrine.
3) Substance over Form Doctrine.

12
Ketentuan Penangkal Penghindaran Paja

Beberapa negara memilih pendekatan berbeda untuk mencegah


penghindaran pajak yaitu dengan membuat suatu statutory genera
anti avoidance rule berupa ketentuan khusus yang dicantumkan dalam
peraturan perpajakannya yang bertujuan untuk melawan
penghindaran pajak.
Secara umum terdapat dua fitur utama yang tersirat dalam berbaga
statutory GAAR yang diadopsi oleh berbagai negara, fitur tersebu
yaitu :
(1) Tujuan dari transaksi atau rangkaian transaksi yang terkait
(2) Apakah outcome dari transaksi tersebut selaras dengan apa yang
menjadi tujuan dari peraturan perpajakan terkait. (Arnold, 2008

13

Anda mungkin juga menyukai