Anda di halaman 1dari 56

PENGELOLAAN

BENIH
Tujuan capaian pembelajaran
◦ Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengelolaan benih.

Bahan Kajian:
◦Viabilitas benih
◦Vigor benih
◦Kemunduran benih
◦invigorasi
VIABILITAS DAN
VIGOR BENIH
 Biji dapat berkecambah setelah masak, namun ada juga
biji dapat berkecambah sebelum masak fisiologis tercapai.
 Namun bibit dari biji muda tersebut biasanya lemah karena
pertumbuhan biji belum sempurna
 Pemanenan yang terlambat akan menurunkan viabilitas
dan vigor benih karena berat kering akan turun yang
disebabkan oleh:

Proses respirasi tetap berlangsung sementara transfer


hasil fotosintesis ke jaringan penyimpan cadangan
makanan terhenti
Periode hidup benih
Periode penumpukan energi, periode pertumbuhan
Periode I benih yang diawali dari antesis sampai benih masak
fisiologis

Periode penggunaan energi, merupakan periode


Periode II mempertahankan nilai viabilitas, diakhiri oleh batas
periode simpan benih
Jenis benih berdasarkan Kadar air

Benih yang semakin rendah kadar air dan


Benih ortodoks: suhu simpannya maka semakin panjang
potensi umur simpannya : padi, kedelai,
jagung

Benih yang kadar airnya tidak menurun


Benih rekalsitrans : meski telah matang fisiologis, sehingga
umur simpannya pendek, peka dan tidak
tahan suhu rendah: tumbuhan air,
tanaman buah, perkebunan (mangga,
kakao, kopi, kelapa)
Viabilitas benih
Daya hidup benih yang ditunjukkan dengan gejala pertumbuhan/gejala
Definisi: metabolisme (Sadjad, 1994); kemampuan benih untuk tumbuh
menjadi kecambah

Vigor benih
Kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi normal pada
Definisi: keadaan yang optimum maupun sub-optimum ( Sadjad, 1994; Sutopo,
1985)

 Viabilitas dan vigor merupakan dua hal yang digunakan untuk melihat mutu benih
secara fisiologis.
Viabilitas benih
• Menurut Copeland dan McDonald (2001), viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya kecambah (germination capacity)
• Kecambah menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan yang menguntungkan

Mempertahankan Viabilitas benih


• Kadar air biji : benih dengan kadar air tinggi lebih sensitif thdp suhu
tinggi dibanding benih dengan kadar air rendah
• Aerasi wadah/ruang penyimpanan: kurang oksigen menyebabkan
terjadinya fermentasi
Mempertahankan Viabilitas benih...
• Suhu tinggi dapat menyebabkan over heating dapat membunuh
m.o yang menguntungkan yang menyertai benih misalnya bakteri
Rhizobium
• Kelembaban pada ruang penyimpanan yang tinggi dapat
menyebabkan benih berkecambah
Uji Viabilitas benih/daya kecambah
• Dilakukan di laboratorium dengan kondisi yang optimum
• Agar uji daya kecambah berkorelasi positif dengan kenyataan di
lapangan maka perlu diperhatikan faktor-faktor antara lain:
1. Kondisi di lab. harus menguntungkan dan terstandardisasi bagi
perkecambahan benih
2. Pengamatan dan penilaian baru dilakukan pada saat kecambah
mencapai fase perkembangan dimana dapat dibedakan kecambah
normal dan abnormal
3. Lama pengujian harus dalam waktu yang telah ditentukan
Kriteria kecambah pada uji daya kecambah:
 Kecambah normal:
1. akar primer baik dan untuk tanaman yang menghasilkan akar
seminal minimal 2
2. Perkembangan hipokotil baik dan sempurna
3. Pertumbuhan plumula sempurna dan daun berwarna hijau
4. Memiliki 1 kotiledon untuk monokotil dan 2 untuk dikotil

 Kecambah abnormal:
1. Kecambah tanpa kotiledon, embrio pecah dan akar pendek
2. Bentuknya cacat: plumula terputar, hipokotil, kotiledon bengkok, tidak
berdaun dan kerdil
3. Tidak terbentuk klorofil
4. Kecambah lunak
Kriteria kecambah pada uji daya kecambah...
 Mati :
Benih busuk sebelum berkecambah atau tidak tumbuh setelah jangka
waktu pengujian ditentukan (tapi bukan dalam keadaan dorman)

 Benih keras:
Benih yang masih keras pada akhir uji daya kecambah karena tidak
menyerap air

 Benih yang belum busuk tapi tidak berkecambah:


Benih yang telah membengkak karena menyerap air tetapi belum
berkecambah
Parameter Uji Viabilitas benih/daya kecambah

• Persentase perkecambahan (germination percentage): jumlah


kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada
kondisi lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan

Jumlah kecambah normal yang dihasilkan


(%) perkecambahan = x 100%
Jumlah contoh benih yang diuji
Parameter Uji Viabilitas benih/daya kecambah

• Laju perkecambahan (germination rate): jumlah hari yang


diperlukan untuk munculnya radikula atau plumula

N1T1 + N2T2+ ... NiTi


Rata-rata hari =
Jumlah total benih yang berkecambah

N = jumlah benih yang berkecambah pada hari ke- i (butir)


T = jumlah hari yang diperlukan untuk mencapai jumlah kecambah ke Ni
Vigor benih
• Vigor benih meliputi keseragaman tumbuh di lapangan dan kemampuan
munculnya kecambah pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan
• Benih yang memiliki vigor akan menghasilkan produksi di atas normal bila
ditumbuhkan pada kondisi yang optimum

Ciri vigor benih yang tinggi:

Benih tahan lama disimpan


Tahan terhadap serangan hama dan penyakit
Pertumbuhan cepat dan seragam
Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan
berproduksi baik
Faktor yang
mempengaruhi vigor
 Umur benih selama penyimpanan: benih menua, terjadi kemunduran
benih
 Kemasakan benih: benih yang belum masak dan kurang bernas maka
vigornya akan rendah
 Susunan genetik: galur inbred, varietas dan hibrida memiliki vigor
yang beranekaragam
 Jumlah kerusakan
 Jumlah organisme penyakit yang ada
 Perlakuan benih selama penyimpanan
 Tipe panen
 Keadaan lingkungan sebelum panen, waktu panen dan sesudah
panen: tingginya kelembaban lingkungan menurunkan vigor maupun
viabilitas benih
Benih yang memiliki vigor mampu menumbuhkan tanaman
normal pada kondisi alam suboptimum disebut benih
memiliki vigor kekuatan tumbuh (VKT) yang mengindikasikan
bahwa benih mampu menghadapi lahan pertanian yang
kondisinya suboptimum
Akibat benih dengan vigor rendah:
1. Kemunduran benih yang cepat selama penyimpanan
2. Keadaan lingkungan tempat benih bisa tumbuh menyempit
3. Kecepatan berkecambah benih menurun
4. Peka terhadap serangan hama penyakit
5. Jumlah kecambah abnormal meningkat
6. Rendahnya produksi tanaman
Uji Vigor

Kriteria kecambah pada uji vigor


 Vigor: untuk kecambah yang tumbuh kuat
 Less Vigor: untuk kecambah yang tumbuh kurang kuat
 Non Vigor/abnormal : untuk kecambah yang lemah
 Death : untuk benih yang tidak tumbuh.

 Kecambah dikelompokkan terlebih dahulu menjadi


kecambah normal, abnormal dan mati seperti uji daya
kecambah. Dari kecambah normal digolongkan lagi
menjadi vigor dan less vigor
Kemunduran Benih
◦ Kualitas benih yang terbaik tercapai pada saat benih berada dalam kondisi masak fisiologis.Hal ini
terjadi karena pada saat itu benih mempunyai berat kering, viabilitas, dan vigor maksimum.

◦ Adapun definisi kemunduran benih menurut Byrd (1978) adalah semua perubahan yang terjadi
dalam benih yang berperan, yang akhirnya mengarah pada kematian benih.
◦ Peristiwa deteriorasi adalah proses penurunan kondisi benih setelah masak atau benih mengalami
proses menua.

◦ Proses penurunan kondisi benih tidak dapat dihentikan tetapi dapat dihambat.

◦ Laju deteriorasi adalah berapa besarnya penyimpangan terhadap keadaan optimum untuk mencapai
kualitas maksimum. Hal ini dapat dipengaruhi oleh dua hal yaitu: factor dalam dan factor luar.
◦ Factor dalam merupakan sifat genetis benih. Proses deteriorasi karena waktu disebut deteriorasi
kronologis artinya meskipun benih ditangani dengan baik dan factor lingkungan mendukung, namun
proses ini akan tetap berlangsung. Factor dalam ini tergantung pada spesies dan kondisi viabilitas awal
(kualitas awal).

◦ Sedangkan factor luar disebabkan oleh lingkungan dan disebut proses deteriorasi fisiologis, artinya
proses ini terjadi karena adanya factor lingkungan yang tidak sesuai dengan persyaratan penyimpanan
benih, atau terjadi penyimpangan selama proses pembentukan dan prosesing benih.
Faktor luar yang berpengaruh
1) Gangguan fisik: suhu, RH (kelembaban udara), udara (O2, CO2 dll).
2) Gangguan kimia: logam-logam berat seperti Hg, pelarut organic, pereduksi dll.
3) Gangguan biologis: mikroorganisme.
4) Gangguan mekanik: benturan, gesekan, perlukaan.
Ciri-ciri deteriorasi
1. suatu proses yang mesti terjadi pada semua benih, yang berbeda hanyalah laju
deteriorasinya saja.
2. suatu proses yang tidak dapat balik. Benih yang telah mengalami deteriorasi tidak dapat
kembali ke keadaan semula, meskipun dengan memberikan perlakuan tertentu padanya.
3. Tingkat kemunduran, paling rendah pada saat benih masak fisiologis. Pada saat masak
fisiologis, viabilitas dan vigor benih dalam keadaan maksimum. Setelah lewat fase ini
maka kualitas benih akan menurun atau tetap (tetap ini sebenarnya tidak mungkin).
Kejadian-kejadian masak di lapang setelah panen akan membantu meningkatkan proses
deteriorasi, misalnya: keadaan cuaca yang buruk sebelum panen, kerusakan mekanis
karena penggunaan mesin pada waktu panen dan pengolahan selanjutnya, dan keadaan
penyimpanan yang tidak baik, dsb
Lanjutan ciri-ciri deteriorasi......

4. Laju kemunduran benih berlain-lainan di antara jenis benih, spesies yang


satu dengan yang lain, varietas-varietas dalam satu spesies. Misalnya kapas
dan kedelai, keduanya agak serupa komposisi kimianya (kandungan lemak
tinggi). Kapas dapat mempertahankan viabilitas beberapa kali dibandingkan
kedelai.

5. Laju kemunduran benih berbeda di antara kelompok benih dari jenis-jenis


dan varietas yang sama yang disimpan pada keadaan yang sama. Peristiwa
ini (kerusakan ini) mungkin terjadi: di lapang sebelum panen, selama
pemanenan, selama pengolahan, atau keduanya atau ketiganya.
Faktor-faktor yg memicu terjadinya
deteriorasi
1. Keadaan sebelum panen di lapangan. Kemunduran itu berada pada titik terendah pada
saat masak fisiologis. Keadaan-keadaan sebelum panen yang menyebabkan kemunduran
benih lebih cepat. Keadaan sebelum panen itu adalah saat benih mencapai berat kering
maksimum hingga panen. Misalnya: di daerah tropika jagung masak pada keadaan panas
dan lembab, sehingga benih jagung berkecambah pada tongkolnya. Jika sering hujan pada
saat pemasakan jagung, maka tongkol jagung yang masak sering terendam air, sehingga
menyebabkan bijinya memutih dan berkecambah.
2. Prosedur panen dan pengolahan. a/. Prosedur panen yang ideal adalah dengan
menggunakan tangan. Tetapi cara ini mempunyai kelemahan yaitu tidak praktis dan tidak
ekonomis. Jika menggunakan alat-alat mekanis, maka alat-alat ini akan memukul benih
dengan keras selama proses perontokan. Hal ini akan menyebabkana benih menjadi pecah-
pecah dan memar, terutama bila benih dipanen terlalu kering / basah. b/. Pada saat
pengolahan benih sering dinaikkan / diturunkan ke mesin pengolahan, sehingga terjadi
kerusakan mekanis. Pengeringan dengan temperatur tinggi (>110oF) menyebabkan
penurunan viabilitass dan vigor. Makin tinggi temperature makin hebat kerusakan. Suhu
Lanjutan faktor pemicu deteriorasi......

3. Keadaan lingkungan selama penyimpan dan perjalanan benih. Benih yang baru dipanen
biasanya disimpan dalam jangka waktu yang singkat sebelum dilakukan pengolahan. Selama
periode simpan permulaaan yang singkat ini, mungkin benih sangat merosot kualitasnya,
karena: a/. Diinfestasi oleh insekta sejak di lapang sehingga kerusakan yang berat dapat terjadi
bila pengolahan ditangguhkan. b/. Benih-benih ini biasanya sangat kotor dan kadang
mengandung hijauan yang dapat menimbulkan pemanasan setempat (pada benih curah). c/.
Jamur sangat lazim terdapat selama periode simpan sebelum pengolahan. Jamur yang paling
umum terdapat yaitu Aspergilus sp, yang mempunyai efek samping yang bersifat toksik, yaitu
racun aflatoksin. Umumnya jamur menurunkan viabilitas dan mempunyai efek toksik.
Benih yg telah mengalami deteriorasi
1. Gejala fisiologis
a. Perubahan warna benih. Benih yang telah mengalami deteriorasi, warnanya akan berubah. Hal ini biasanya
dipakai sebagai salah satu tolok ukur pertama, meskipun perubahan itu subyektif.
b. Mundurnya perkecambahan. Benih membutuhkan waktu yang lebih lama untuk berkecambah.
c. Mundurnya toleransi terhadap lingkungan. Memiliki daya tahan yang rendah terhadap penyimpangan
kondisi lingkungan.
Lanjutan gejala fisiologis.......

4. Mundurnya toleransi terhadap penyimpanan. Tidak dapat disimpan pada kondisi penyimpanan jelek
(sub-optimum). Kepekaan terhadap cendawan meningkat.
5. Sangat peka terhadap radiasi.
6. Mundurnya pertumbuhan kecambah. Pada benih yang telah menua jika masih dapat berkecambah
maka pertumbuhan / perkembangan kecambahnya lambat dan tidak merata.
Lanjutan gejala fisiologis.......

7. Mundurnya vigor (kekuatan tumbuh). Benih tidak dapat berkecambah dalam kondisi sub-optimum.
Adanya perbedaan nilai persentase viabilitas di laboratorium dengan kenyataan di lapangan.

8. Meningkatnya jumlah kecambah abnormal. Jika kita mengecambahkan benih yang telah mengalami
deteriorasi maka persentase kecambah abnormal akan meningkat, artinya viabilitas menurun
2. Gejala biokimia
1. Perubahan dalam respirasi. Benih yang telah mengalami
deteriorasi setelah terjadi imbibisi mempunyai: laju respirasi yang
lebih rendah dibanding benih yang belum mengalami deteriorasi. Hal
ini disebabkan oleh aktivitas enzim yang mulai menurun. Perubahan
respirasi dicerminkan oleh: a/ perubahan panas, bisa akibat respirasi,
atau akibat infeksi mikroorganisme; b/ konsumsi O2 menurun; c/
produksi CO2 meningkat; d/ kuosien respirasi (KR) meningkat. KR
= CO2 : O2 jika CO2 tinggi dan O2 tinggi maka KR tinggi.
2. Perubahan enzim. Dalam benih yang telah mengalami deteriorasi
aktivitas enzimnya jauh berkurang atau bahkan tidak berfungsi. Hal
ini disebabkan terjadinya perombakan / penguraian enzim yang
selanjutnya akan menghambat atau bahkan menyebabkan benih
kehilangan kemampuan untuk berkecambah.
3. Perubahan pada membrane / dindig sel. Jika pada benih yang telah
mengalami deteriorasi dilakukan imbibisi maka akan terjadi kebocoran
membrane sel. Karena bocornya membrane sel maka akan ada unsur-
unsur yang keluar dari benih. Sebagai akibatnya maka benih akan
kekurangan bahan makanan untuk menghasilkan tenaga untuk sintesis
protein, sehingga pembentukan / pertumbuhan sel-sel terganggu.
Akibatnya kecambah yang terjadi akan tumbuh abnormal atau benih tidak
mampu berkecambah.
4. Perubahan laju sintesa. Pada biji yang mengalami kemunduran maka
laju sintesanya rendah. Misalnya laju sintesa pati, selulosa, polisakarida
melarut, dan protein.
5. . Perubahan persediaan makanan. Misalnya kehilangan komoditi,
tanpa kehilangan jumlah karung terjadi di gudang penyimpanan padi. Jika
benih disimpan basah (kadar air tinggi) dan pada suhu tinggi, maka benih
akan cepat kehilangan viabilitasnya. 1/.Perubahan lipid.. 2/.Perubahan
protein
6. Kerusakan khromosom. Dari benih-benih menua sering tumbuh
tanaman-tanaman abnormal. Di antara tanaman-tanaman abnormal
itubukan hanaya cacat luar, tetapi suatu pencerminan dari perubahan
yang terjadi dalam inti sel. Beberapa khromosom abnormal dalam ujung
akar dari biji-biji menua terlihat pada waktu anaphase dari pembelahan
mitosis. Penyimpangan khromosom itu sering dijumpai dalam sel-sel
meristem akar dan dalam jumlah terbatas dalam sel-sel meristem dari
tunas dan sel-sel tepung sari.
INVIGORASI BENIH
Pengertian Invigorasi
Perlakuan yang diberikan pada benih
sebelum penanaman dengan tujuan
Invigorasi:
memperbaiki perkecambahan dan
pertumbuhan perkecambahan

Termasuk menyeragamkan pertumbuhan kecambah dan


meningkatkan laju pertumbuhan kecambah
Invigorasi dapat:

 Menyembuhkan/menguatkan membran plasma


 Memperkecil kehilangan elektrolit dalam sel benih
 Meningkatkan proses metabolisme selama proses
imbibisi sehingga metabolit meningkat yang
berpengaruh selama proses perkecambahan
Faktor yang mempengaruhi Keberhasilan
Invigorasi:

 Jenis benih (umur dan spesies)


 Jenis bahan yang digunakan untuk invigorasi
 Temperatur imbibisi
 Kadar/potensial osmotik
 Lama perlakuan
 Keberadaan gas oksigen
Teknik Invigorasi:

1. Hidrasi-dehidrasi

2. Priming a. osmoconditioning

b. matriconditioning
Hidrasi-dehidrasi

Perlakuan pelembaban benih dalam periode tertentu yang


dilanjutkan dengan pengeringan benih sampai berat benih
kembali seperti berat awal.

1. Merendam
2. Mencelup a. Pengeringan dengan cahaya
3. Menyemprot matahari
4. Meletakkan benih pada b. Oven suhu 30˚C
udara yang jenih uap air c. Mengangin-anginkan benih
Prinsip dasar priming:

Memperlambat laju imbibisi, yang diharapkan dengan


penyerapan air yang lambat dapat mengembalikan
membran ke bentuk yang normal
Osmoconditioning

Metode perlakuan dengan memanfaatkan potensial


osmotik larutan.
Benih diimbibisi dalam suatu pelarut dengan potensial air rendah
dan kandungan air ini dapat ditahan setelah mencapai
keseimbangan

Larutan: PEG, KNO3, K3PO4, MgSO4, NaCl, gliserol dan manitol


Matriconditioning
Penggunaan media padat yang dilembabkan
Syarat media untuk matriconditioning

 Potensial matrik rendah dan potensial osmosis dapat diabaikan


 Daya larut rendah
 Tetap utuh selama perlakuan
 Tidak beracun
 Inert (tidak bergerak)
 Daya pegang air tinggi
 Luas permukaan besar
 Berat jenis rendah
 Melekat pada kulit benih
Matriconditioning...

Bahan untuk matriconditioning

 Serbuk kayu
 Abu gosok
 vermikulit
DORMANSI BENIH
Definisi Dormansi
Benih

 Dormansi benih adalah ketidakmampuan benih hidup untuk


berkecambah pada lingkungan yang optimum

 Benih sebenarnya hidup tetapi tidak akan berkecambah meski


lingkungan mendukung untuk terjadinya proses perkecambahan

 Lamanya masa dormansi benih tergantung jenis tanaman dan tipe


dormansi

 Perkecambahan tidak akan terjadi selama benih belum melalui


masa dormansinya
Fungsi Dormansi
Benih bagi tanaman:

 Merupakan salah satu bentuk adaptasi pertumbuhan tanaman


terhadap dengan keadaan lingkungan yang ekstrim misalnya
perubahan cuaca sehingga regenarasi tanaman dapat berlangsung

1. Fisik 3.
Penyebab Dormansi Kombinasi
Benih: (fisik dan
2. Fisiologis fisiologis)
1. Fisik

 Dormansi fisik disebabkan oleh kondisi fisik benih berupa kerasnya kulit biji
sehingga menjadi penghalang terjadinya imbibisi dan aerasi gas dari
lingkungan ke dalam biji
 Tipe dormansi fisik pada benih:

Impermeabilitas kulit
biji terhadap air Resistensi mekanis
(benih keras) dan kulit biji terhadap
gas embrio
2. Fisiologis

• Immaturiy embrio: perkembangan embrio lebih lambat dibanding jaringan


di sekelilingnya sehingga perlu ditempatkan pada lingkungan tertentu sampai
perkembangan embrio sempurna

• Contoh: perkembangan benih wortel akan sempurna dalam waktu 90 hari

• Benih dengan tipe dormansi ini harus ditempatkan dalam kondisi yang
optimum agar viabilitas dan vigor tidak menurun sampai embrio berkembang
dengan sempurna
2. Fisiologis...

• After ripening: embrio telah terbentuk sempurna namun benih tetap tidak
mau berkecambah dan perlu dilakukan penyimpanan atau pun diberi
perlakuan khusus. Perlakuan khusus tersebut tidak berdampak pada benih
jika telah mengalami penyimpanan.

• Proses fisiologis selama penyimpanan mengubah benih menjadi mampu


berkecambah dan lama waktu penyimpanan berbeda tiap benih

• Contoh: benih selada dapat berkecambah bila suhu di bawah 20˚C, tapi
setelah disimpan benih dapat berkecambah meski suhu 30˚C
2. Fisiologis...

• Dormansi sekunder: benih yang bila dikenakan suatu keadaan tidak


menguntungkan selama waktu tertentu tidak akan berkecambah/ kehilangan
kemampuan untuk berkecambah

• Dikatakan dormansi sekunder jika semua kondisi yang diinginkan benih untuk
berkecambah telah terpenuhi kecuali satu kondisi yang tidak terpenuhi

• Misalnya:
1. Benih selada tidak akan berkecambah pada kondisi gelap (meski suhu
mendukung) dan tidak akan ada respon lagi terhadap cahaya
2. Tekanan udara yang rendah
3. Penurunan kadar air yang berlebihan
2. Fisiologis...

• Hambatan metabolis pada embrio: adanya zat penghambat


perkecambahan seperti amoniak, asam absisat, asam benzoat, dll

3. Kombinasi Disebabkan oleh kombinasi fisik dan


(fisik dan fisiologis, misalnya benih dalam kondsi
fisiologis) immaturity embrio disertai kulit biji
yang keras
Pematahan Dormansi Benih

Merupakan usaha untuk


menghilangkan dormansi atau
paling tidak mempersingkat masa
dormansi benih

1. Perlakuan mekanis khusus untuk dormansi yang disebabkan oleh


kulit biji yang impermeable, tujuannya untuk melemahkan kulit biji
sehingga permeable terhadap air dan gas,
a. Skarifikasi: mengikir, mengasah kulit biji dengan kertas ampelas, melubangi
kulit biji dengan pisau, impaction (goncangan)
b. Tekanan udara disertai perlakuan suhu dan waktu: benih yang
mempunyai lapisan lilin pada kulit misalnya pada benih Alfalfa, diberi tekanan
2000 atm pada suhu 18˚C selama 5-20 menit
2. Perlakuan kimia: perlakuan kimia bisa dilakukan pada benih dengan
tipe dormansi fisik maupun tipe fisiologis
a. Perendaman dalam larutan H2SO4 untuk melunakkan kulit biji sehingga mudah
terjadi imbibisi
b. Pemberian hormon gibberellin, sitokinin ...

3. Perendaman dalam air panas pada suhu dan waktu tertentu atau
sampai air dingin
4. Perlakuan suhu

a. Suhu rendah (stratifikasi): benih dikenai perlakuan suhu rendah sebelum


dikecambahkan. Stratifikasi diduga dapat menghilangkan senyawa penghambat
perkecambahan misalnya pada benih apel, anggur, pear, pinus...
b. Suhu tinggi: jarang digunakan kecuali pada benih kelapa sawit
c. Perlakuan suhu rendah dan agak tinggi: untuk memecah kulit biji,
menghilangkan tipe dormansi after ripening.

1) Periode dingin I selama 1-6 bulan


untuk proses after ripening radikel
2) Periode hangat 1-6 bulan untuk
pertumbuhan radikel
3) Periode dingin II selama 1-6 bulan
untuk proses after ripening epikotil
5. Perlakuan cahaya

• Meliputi intensitas cahaya (panjang hari)


• Selain meningkatkan % perkecambahan juga meningkatkan laju
perkecambahan
• (Diduga) Cahaya dapat “menyediakan” beberapa senyawa yang
memicu perkecambahan
Cahaya merah lebih efektif dalam mematahkan dormansi benih selada
var. Arlington vancy, cahaya infra merah dapat menghambat
perkecambahan
• Byrd HW. 1968. Seed Technology Handbook. State
College. Mississippi. Terjemahan Emid Hamidin.
1983. Pedoman Teknologi Benih. Pembimbing Masa.
Jakarta

• Sutopo L. 1985. Teknologi Benih. Rajawali. Jakarta

Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai