PEDOMAN NASIONAL
PENGENDALIAN TUBERKULOSIS
UPDATE 2014
BPN SEBELUMNYA
TAHUN 2011
BAB I Pendahuluan
BAB II Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia
BAB III Tatalaksana Pasien Tuberkulosis
BAB IV Tatalaksana TB Pada Anak
BAB V Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis Resistan Obat (MTPTRO)
BAB VI Kegiatan Kolaborasi TB-HIV
BAB VII Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberkulosis
BAB VIII Public - Private Mix DOTS Dalam Pengendalian TB
BAB IX Manajemen Laboratorium Tuberkulosis
BAB X Pengelolaan Logistik Program Pengendalian TB
BAB XI Pengembangan Sumber Daya Manusia Program Pengendalian Tuberkulosis
BAB XII Keterlibatan Masyarakat dan Organisasi Kemasyarakatan Dalam Pengendalian
TB
BAB XIII Sistim Informasi Strategis Program Pengendalian TB
BAB XIV Perencanaan dan Penganggaran Program Pengendalian TB
BAB I Pendahuluan
3 Pilar Strategi
Utama
1. Integrasi layanan TB 2. Kebijakan dan sistem 3. Intensifikasi riset
berpusat pada pasien pendukung yang berani dan dan inovasi
dan upaya jelas. a. Penemuan,
pencegahan TB a. Komitmen politis dalam pengembanga
a. Diagnosis TB pemenuhan kebutuhan n dan
sedini mungkin, layanan dan pencegahan penerapan
termasuk uji TB. secara cepat
kepekaan OAT b.Keterlibatan aktif alat metode
secara sistematis. masyarakat organisasi intervensi dan
b. Pengobatan untuk sosial kemasyarakatan strategi baru
semua pasien TB, dan pemberi layanan pengendalian
resistan obat kesehatan baik TB.
dengan disertai pemerintah maupun b. Pengembanga
dukungan kepada swasta. n riset untuk
pasien c. Penerapan layanan optimalisasi
c. Kegiatan kesehatan semesta dan pelaksanaan
kolaborasi TB/HIV aturan yang mendukung kegiatan dan
dan tata laksana pengendalian TB mis: merangsang
Bab II PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI
INDONESIA
Tujuan dan target
Tujuan
Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
3. Pengendalian TB Komprehensif
a. Penguatan layanan Laboratorium TB;
b. Public-Private Mix TB;
c. Kelompok rentan: pasien Diabetes Melitus (DM), ibu hamil, gizi
buruk;
d. Kolaborasi TB-HIV;
e. TB Anak;
f. Pemberdayaan Masyarakat dan Pasien TB;
g. Pendekatan praktis kesehatan paru
h. MTPTRO
i. Penelitian TB.
BAB III Tatalaksana Pasien
Tuberkulosis
TUBERKULOSIS (TB)
• Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis
• Identifikasi terhadap M.tuberculosis dengan
pemeriksaan bakteriologis sarana diagnosis
ideal untuk TB.
• Pemeriksaan bakteriologis : mikroskopis
langsung, Biakan dan Uji Kepekaan atau tes
diagnostik cepat (Xpert),
Penemuan Pasien TB
• Strategi penemuan secara intensif terutama pada
kelompok populasi terdampak TB dan populasi
rentan dengan promosi yang aktif.
• Terduga TB Paru: seseorang dengan gejala/klinis
batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih,
dengan atau tanpa gejala tambahan lainnya
• Semua Terduga TB harus dilakukan pemeriksaan
dahak secara mikroskopis langsung
Diagnosis
TB Paru TB ekstra paru
Diagnosis ditegakkan terlebih dahulu ditegakkan dengan pemeriksaan
dengan pemeriksaan bakteriologis yaitu
klinis, bakteriologis dan atau
• pemeriksaan mikroskopis
langsung, histopatologis dari contoh uji yang
• biakan dan diambil dari organ tubuh yang
• tes cepat TB terkena.
• Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini
pertama saja
• Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini
pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
• Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan
Rifampisin (R) secara bersamaan
• Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga
resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal
salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin
dan Amikasin)
• Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan atau
tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan
metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip (konvensional).
PENGOBATAN TB
Tujuan :
• Menyembuhkan pasien dan memperbaiki
produktivitas serta kualitas hidup
• Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau
dampak buruk selanjutnya c. Mencegah terjadinya
kekambuhan TB
• Menurunkan penularan TB
• Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan obat
Prinsip Pengobatan
• Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT
yang tepat mengandung minimal 4 macam obat
untuk mencegah terjadinya resistensi
• Diberikan dalam dosis yang tepat sesuai Berat Badan
• Ditelan secara teratur dan diawasi oleh PMO
(Pengawas Menelan Obat) sampai selesai pengobatan
• Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang
cukup, terbagi dalam tahap awal serta tahap lanjutan
untuk mencegah kekambuhan
Pengobatan
Tahap Pengobatan:
Tahap Awal : Setiap hari
Tahap Lanjutan: 3 kali seminggu
• INH (Isoniazid) dengan dosis 10 mg/kgBB (7-15 mg/kg) setiap hari selama 6 bulan.
• Setiap bulan (saat pengambilan obat Isoniazid) dilakukan pemantauan terhadap adanya gejala
TB.
Jika terdapat gejala TB pada bulan ke 2, ke 3, ke 4, ke 5 atau ke 6, maka harus segera
dievaluasi terhadap sakit TB
jika terbukti sakit TB, pengobatan harus segera ditukar ke regimen terapi TB anak dimulai
dari awal
• Jika PP-INH selesai diberikan (tidak ada gejala TB selama 6 bulan pemberian), maka pemberian
INH dapat dihentikan.
• Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, perlu diberikan BCG setelah PP- INH
selesai diberikan.
Pemantauan kemajuan pengobatan
.
Kriteria Terduga TB Resistan Obat
1. Pasien TB gagal pengobatan Kategori 2
2. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi setelah 3
bulanpengobatan
3. Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB yang tidak
standar serta menggunakan kuinolon dan obat injeksi lini kedua
minimal selama 1 bulan
4. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang gagal
5. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tetap positif setelah 3 bulan
pengobatan.
6. Pasien TB kasus kambuh (relaps), kategori 1 dan kategori 2
7. Pasien TB yang kembali setelah loss to follow-up (lalai berobat/default)
8. Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak erat dengan pasien TB
MDR
9. Pasien ko-infeksi TB-HIV yang tidak respons terhadap pemberian OAT
Pengobatan TB MDR
Tatalaksana TB Resistan Obat Pada Anak
• TB resistan obat pada anak dan remaja umumnya terjadi sebagai
akibat dari adanya kontak dengan orang dewasa yang menderita
TB resistan obat (TB resistan primer)
• Metode diagnosis pada anak yang diduga TB resistan obatadalah
menggunakan tes cepat.
• Pada anak dengan riwayat pengobatan TB sebelumnya (kambuh,
lost to follow up, gagal, tidak ada perbaikan klinis) atau anak
dengan gejala klinis yang sangat mendukung TB serta ada riwayat
kontak erat dengan pasien TB MDR harus dilakukan tes cepat.
• Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan standar TB RR/
MDR atau merujuk pada hasil uji kepekaan dari sumber penularan
(bila diketahui sumbernya).
BAB VI
KEGIATAN KOLABORASI
TBHIV
Kegiatan kolaborasi TB-HIV
A. Membentuk mekanisme kolaborasi antara program TB dan HIV-AIDS
A.1. Penguatan koordinasi bersama program TB dan HIV di semua tingkatan
A.2. Melaksanakan surveilans TB-HIV
A.3. Melakukan perencanaan bersama TB-HIV untuk integrasi layanan TBHIV
A.4.Monitoring dan evaluasi kegiatan TB-HIV
A.5.Mendorong peran serta komunitas dan LSM dalam kegiatan TB-HIV
B. Menurunkan beban TB pada ODHA dan inisiasi ART secara dini
B.1. Intensifikasi penemuan kasus TB pada ODHA termasuk pada populasi kunci HIV dan
memastikan pengobatan TB yang berkualitas
B.2. Inisiasi Pengobatan Pencegahan dengan INH dan inisiasi dini ART
B.3.Penguatan PPI TB di faskes yang memberikan layanan HIV, termasuk tempat Orang
Berkumpul (Lapas/Rutan, Panti Rehabilitasi untuk Pengguna NAPZA)
C. Menurunkan beban HIV pada pasien TB
C.1 Menyediakan tes dan konseling HIV pada pasien TB
C.2 Meningkatkan Pencegahan HIV untuk pasien TB
C.3 Menyediakan Pemberian PPK pada Pasien TB-HIV
C.4 Memastikan perawatan, dukungan dan pengobatan serta pencegahan HIV pada
pasien ko-infeksi TB-HIV
C.5 Menyediakan ART bagi pasien ko-infeksi TB-HIV
Alur Diagnosis TB
Pada ODHA Untuk
Faskes Yang Memiliki
Layanan/Akses Tes
Cepat TB
Alur Diagnosis TB
Pada ODHA
Untuk Faskes
Yang Sulit
Menjangkau
Layanan Tes
Cepat TB
BAB VII
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI TB
Upaya pencegahan pengendalian infeksi TB dengan 4 pilar
Dokter Mendiagnosa
Puskesmas Mengobati
(Puskesmas Rujukan
Mikroskopis/ Puskesmas Staf klinik Mengisi daftar terduga TB
Pelaksana Mandiri) Mengisi kartu pengobatan pasien TB
Pengawas Menelan Obat
Lab TB nasional Ahli Biomolekuler, Spesialis Patologi Pemeriksaan dan penelitian biomolekuler,
klinik, spesialis Patologi Anatomi, pemeriksaan non konvensional lainnya, uji
Spesialis mikrobiologi klinik, Ahli silang ke dua untuk pemeriksaan biakan
Mikrobiologi, Analis.
Lab TB rujukan regional Spesialis Patologi klinik, Ahli Kultur, identifikasi dan uji kepekaan M.TB dan
Mikrobiologi, Analis dan analis media. MOTT dari dahak dan bahan lain
Lab TB rujukan provinsi Spesialis Patologi Klinik, Analis. Pemeriksaan mikroskopis BTA, uji silang
mikroskopis final
Laboratorium rujukan Uji silang Petugas laboratorium dan analis Uji silang pertama (Laboratory Quality
(Intermediate TB Laboratory) Assurance)
Pusat Mikroskopis TB: Analis Pembuatan contoh uji apusan dahak, fiksasi,
PRM, PPM, Laboratorium RS pewarnaan Z-N, pembacaan skala IUATLD
Laboratorium swasta dan interpretasi
Pusat Fiksasi contoh uji TB Petugas lab Pembuatan contoh uji apusan dahak dan
(Puskesmas satelit) fiksasi
BAB XII
KETERLIBATAN MASYARAKAT DAN ORGANISASI
KEMASYARAKATAN DALAM PENGENDALIAN TB
Prinsip-Prinsip Pelibatan Masyarakat dan Organisasi Kemasyarakatan
Dalam Pengendalian TB
1. Kesetaraan dan saling menghormati, memahami kesamaan dan
perbedaan serta karakteristik masing2
2. Saling menguntungkan,
3. Keterbukaan,
4. Dalam perencanaan kegiatan disesuaikan dengan potensi dan situasi
dari organisasi kemasyarakatan itu sendiri,
5. Dalam monitoring dan evaluasi kegiatan harus terintegrasi dengan
sistem yang ada di Program Pengendalian TB.
2. Memperluas (Expand).
a. Melibatkan dan Mengembangkan untuk menjangkau populasi khusus misalnya,
pekerja pabrik, sekolah, asrama, Lapas/Rutan, dan pekerja seksual.
b. Meningkatkan dan memperkuat pelibatan pasien dan mantan pasien TB untuk
membantu penemuan terduga TB dan TB resistan obat serta pendampingan
dalam pengobatannya.
3. Mempertegas (Emphasize).
Mempertegas fungsi dari Organisasi kemasyarakatan untuk penemuan terduga TB dan
TB resistan obat serta pendampingan dalam pengobatannya
4. Menghitung (Enumerate).
Menghitung kontribusi organisasi kemasyarakatan dalam program pengendalian TB
berbasis komunitas dengan melakukan monitoring dan evaluasi melalui sistem
pencatatan dan pelaporan standar berdasarkan indikator-indikator yang telah
BAB XIII
SISTIM INFORMASI PROGRAM PENGENDALIAN TB
Sistim Informasi
Program
Pengendalian
TB.
PENTING !!
(hal 121)
1 2 3 4 5 6 7 8
Angka Notifikasi Kasus TB (Case Laporan Penemuan (TB.07) Triwulan
1 Notification Rate = CNR) Data kependudukan Tahunan -
1. Kegiatan yang direncanakan sesuai dengan tugas pokok, dan fungsi, serta kewenangan.
2. Perencanaan yang dilakukan harus efektif, efisien, dan fokus pada pencapaian target indikator
kegiatan sesuai:
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan,
Rencana Program Jangka Menengah Nasional (RPJMN)/
Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD),
strategi nasional pengendalian TB,
dan rencana aksi di daerah
3. Perencanaan dilakukan berdasarkan skala prioritas serta perencanaan terpadu/sinergi untuk
menghindari duplikasi anggaran
4. Dokumen perencanaan harus disertai data dukung yang adekuat
5. Penganggaran berorientasi pada penganggaran berbasis kinerja (PBK)
6.Alokasi dana pemerintah daerah diutamakan untuk pembiayaan kegiatan prioritas di masing-
masing daerah.
7. Untuk menghindari ketergantungan pada hibah/donor, dana pemerintah pusat maupun daerah
merupakan dana utama kegiatan program, sementara dana hibah/donor merupakan dana
pendukung atau pelengkap.
8. Pengawasan penganggaran Program TB perlu dilakukan untuk menjamin efektifitas,
akuntabilitas dan transparansi anggaran
Sumber pembiayan pengendalian TB:
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)
• Dana dekosentrasi (dekon)
• Dana alokasi khusus (DAK) bidang
• Bantuan operasional kesehatan (BOK)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Dana Hibah
Asuransi kesehatan dan Swasta
• Pembagian peran dan wewenang dalam pengendalian TB.
bertujuan untuk:
• Meningkatkan komitmen dan kepemilikan program antara pemerintah
pusat dan daerah
• Meningkatkan koordinasi, keterpaduan dan sikronisasi perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan penilaian program
• Efisiensi, efektifas dan prioritasi program sesuai dengan kebutuhan.
• Meningkatkan kontribusi pembiayaan program bersumber dari dana
pemerintah pusat dan daerah untuk pembiayaan program secara memadai.
Sistem pelayanan kesehatan untuk Pengendalian TB
• Dalam sistem pendanaannya saat ini, TB adalah penyakit menular dan merupakan
produk pelayanan kesehatan masyarakat (public goods) sehingga didanai oleh
pemerintah.
• Dukungan pembiayaan disusun dengan lebih jelas dan transparan dimana pemerintah
(baik pusat, provinsi maupun kab/ Kota) bertanggung jawab penuh terhadap
pemenuhan kebutuhan pembiayaan kegiatan UKM.
• Pemerintah juga tetap bertanggung jawab dalam pembiayaan kebutuhan sarana UKP
tertentu misalnya OAT, reagensia dan lain, karena barang-barang tersebut langsung
terkait dengan upaya mempercepat diagnosis dan pengobatan TB. Selain itu tentunya
terlalu riskan dari sisi kualitas dan kuantitas untuk menyerahkan komponen pembiayaan
tadi ke masing-masing UKP. Komponen kegiatan kegiatan UKP lainnya baik di strata 1,
strata 2 dan strata 3 akan dibiayai langsung oleh komponen pembiayaan UKP yang sejak
tanggal 1 Januari 2014 merupakan tanggung jawab BPJS Kesehatan sebagai Badan
pelaksana Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (SJKN).
• Upaya keseluruhan pada butir-butir yang telah dibahas diatas adalah saling
berhubungan (saling berkaitan, saling berpengaruh, saling bergantung) satu sama lain,
diselengarakan dalam satu daerah (kabupaten/kota merupakan unit management
dasar) dalam satu sistem kesehatan daerah. Keseluruhan stakeholders dalam sistem
kesehatan tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah ini.