Anda di halaman 1dari 23

MULTIPLIER (ANGKA PENGGANDA)

PENGANTAR
• Apabila pada suatu ketika besarnya investasi tidak sama dengan besarnya saving,
maka akan terjadilah ketidakseimbangan dalam perekonomian pendapatan nasional,
pengeluaran konsumsi dan besarnya saving berada dalam keadaan disekuilibrium.
• Pendapatan nasional besarnya akan terus berubah, sehingga tingkat pendapatan
nasional ekuilibrium yang baru akan tercapai, yaitu pendapatan nasional di mana
besarnya sama dengan besarnya investasi.
• Demikian juga halnya dengan pengeluaran konsumsi dan saving. Hubungan antara
perubahan investasi dan perubahan pendapatan nasional ekuilibrium yang
diakibatkan oleh perubahan investasi tersebut, diterangkan dalam konsep multiplier.
KONSEP MULTIPLIER (ANGKA PENGGANDA)

Yaitu angka pengganda dari besarnya perubahan


pendapatan dengan besarnya perubahan tingkat
konsumsi maupun tingkat tabungan. Angka
pengganda/ multiplier sering diberi kode huruf “k”.
MULTIPLIER (ANGKA PENGGANDA)
Multiplier investment (perekonomian dua sektor)

Multiplier government expenditure (perekonomian tiga sektor)

Multiplier pajak/tax (perekonomian tiga sektor)

Multiplier transfer payment

Multiplier net ekspor (perekonomian terbuka/empat sektor)


MULTIPLIER INVESTMENT (PEREKONOMIAN DUA
SEKTOR)

Menentukan kenaikan pendapatan nasional (ΔY) akibat


naiknya investasi (ΔI):
Apabila fungsi konsumsi ==> C = 200.000 + 0,75Y
Jika investasi mengalami kenaikan sebesar Rp25.000, berapakah kenaikan pendapatan akan diperoleh?

Diketahui: C = 200.000 + 0,75Y  MPC = 0,75 berarti MPS = 0,25


dI = 25.000
dY =???

Tentukan multiplier = k = 1/MPS = 1/0,25 = 4

dY = k x dI = 4 x 25.000 = 100.000
MULTIPLIER GOVERNMENT EXPENDITURE
(PEREKONOMIAN TIGA SEKTOR) SYARAT = C=I=G

Menentukan kenaikan pendapatan nasional (ΔY) akibat


kenaikan pengeluaran pemerintah (ΔG):
CONTOH SOAL
Diketahui pendapatan nasional awal Rp800 miliar. Kebijakan pemerintah yang
dijalankan berhasil menstimulir peningkatan investasi sebesar Rp100 miliar.
Jika fungsi S = –100 + 0,25Y, maka:

a. hitung besar angka multiplier (k)


b. hitung besar peningkatan pendapatan nasional (Y)
c. berapa besar keseimbangan pendapatan nasional yang baru
JAWABAN
DICOBA
Suatu perekonomian memiliki pendapatan nasional awal
sebesar Rp25 triliun. Jika diketahui MPC = 0,40 dan
peningkatan konsumsi Rp2 triliun, maka besarnya
pendapatan nasional keseimbangan yang baru adalah
MULTIPLIER PAJAK/TAX (PEREKONOMIAN TIGA
SEKTOR)
a. Pajak lump-sum (lump-sum tax) adalah pajak yang ditetapkan tanpa
mempertimbangkan perbedaan pendapatan masyarakat. Artinya besar pajak
yang dipungut tidak tergantung pada besar kecilnya pendapatan yang diterima
masyarakat. Contoh: pajak penjualan.
b. Pajak progresif (progresif tax) adalah pajak yang besarnya ditetapkan
tergantung dari besar kecilnya pendapatan masyarakat. Contoh, pajak
penghasilan.
PAJAK LUMP-SUM (LUMP-SUM TAX)
kT bernilai negatif, artinya akibat
pajak, daya beli masyarakat
turun dan ini menyebabkan
pendapatan nasional turun.

Menentukan penurunan pendapatan nasional (ΔY) akibat


adanya kenaikan pajak (ΔT):
PAJAK PROGRESIF (PROGRESIF TAX)

Menentukan penurunan pendapatan nasional (ΔY) akibat adanya


kenaikan pajak (ΔT):
Apabila fungsi konsumsi suatu masyarakat diketahui C= 175.000 + 0,6 Y
Jika pendapatan awal suatu negara sebesar Rp 500 M, dan peningkatan penerimaan pajak sebesar
Rp200 M.
pemerintah menetapkan tarif pajak progresif sebesar 25%,
Berapakan keseimbangan pendapatan yang baru akibat adanya kebijakan kenaikan tarif pajak tsb?
MULTIPLIER TRANSFER PAYMENT
kTr bernilai positif, artinya akibat
transfer, daya beli masyarakat naik
dan hal ini menyebabkan pendapatan
nasional naik.

Kenaikan pendapatan nasional karena adanya pembayaran transfer dapat


dihitung dengan rumus sebagai berikut:
PENGARUH PAJAK DAN SUBSIDI (TRANSFER PAYMENT)
TERHADAP PENDAPATAN NASIONAL
MULTIPLIER NET EKSPOR (PEREKONOMIAN TERBUKA/
EMPAT SEKTOR)
INFLATIONARY GAP DAN DEFLATIONARY GAP
Tingkat perekonomian suatu negara dengan kapasitas jumlah
produksi yang dihasilkan sebagai berikut:
a. biaya investasi (I) = 1000
b. fungsi konsumsi (C) = 500 + 0,75Y
c. kapasitas produksi (Y)
(i) 4000
(ii)6000
(iii) 7000
a.Y = C + S  S = Y – C (pd kapasitas produksi = Y = 4.000)
S = 4000 – (500 + 0,75  4000)
S = 4000 – 500 – 3000  S = 500
Jadi 1 > S = 1000 > 500, perekonomian dalam keadaan inflationary gap sebesar
1000 – 500 = 500 satuan
b. Y=C+S  S=Y–C
S = 6000 – (500 + 0,75  6000)
S = 6000 – 500 – 4500  S = 1000
Karena I = S atau 1000 = 1000, berarti perekonomian mencapai tingkat
keseimbangan
c.Diketahui
Y=C+S  S=Y–C
S = 7000 – (500 + 0,75  7000)
S = 7000 – 5750  S = 1250
Karena I < S = 1000 < 1250, berarti perekonomian dalam keadaan deflationary
sebesar 1250 – 100 = 250 satuan
GRAFIK

Kesimpulan:
Berdasarkan pendapat J.M.
Keynes, terjadinya inflasi
apabila I > S, sebab uang yang
diinvestasikan (beredar) lebih
besar daripada yang disimpan
(Saving = Tabungan) di bank.
TUGAS 1
Apabila ada fungsi konsumsi C = 100 + 0,8Yd dan
investasi bersifat otonomous I = 150 dan pengeluaran
pemerintah, G = 250, dan pajak sebesar T = 0. Tentukan
kondisi keseimbangan ekonomi berdasarkan data
tersebut.
TUGAS 2
Diketahui besarnya Marginal Propensity to Save (MPS) adalah 0,20.
Jika pemerintah menambah pengeluaran dalam APBN sebesar
Rp100 miliar. Pendapatan masyarakat bertambah menjadi…

Anda mungkin juga menyukai