Anda di halaman 1dari 37

Akuntansi Manajemen

Penentuan Harga Jual


Dan
Pengambilan Keputusan Investasi Modal

Kelompok 4 :
1. M. Imam Ariyanto
2. Mariska Fayza
3. Sulistia
01
Penentuan Harga Jual
Penentuan harga jual produk merupakan
keputusan manajemen yang penting. Harga Jual
suatu produk dapat mempengaruhi jumlah unit
produk yang dijual yang selanjutnya juga
mempengaruhi pendapatan entitas. Semua jenis
entitas baik entitas dagang, entitas Jasa, dan
entitas manufaktur menghadapi keputusan ini.
Tujuan Menentukan Harga Jual
Tujuan

Dalam Jangka Pendek Dalam Jangka Panjang


Dalam jangka pendek, biasanya Tujuan jangka panjang yang
perusahaan menentukan harga ingin dicapai adalah
hanya untuk menutupi biaya memperbesar pangsa pasar
dan laba yang minimal. dan laba.
Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen dalam membuat keputusan
tentang penentuan harga jual suatu produk atau jasa meliputi:

Tujuan Perusahaan Faktor Pelanggan


yaitu apakah perusahaan ingin yaitu perusahaan harus memahami apa
memperoleh banyak keuntungan atau yang diinginkan oleh pelanggan.
menguasai pangsa pasar.

Faktor Pasar Faktor Lingkungan


yaitu apakah permintaan atas yaitu peraturan pemerintah, kondisi
produk tersebut tinggi. ekonomi, sosial, dan Budaya.

Faktor Pertimbangan
Faktor Persaingan
Biaya
yaitu apakah segmen yang yang terjadi karena biaya memengaruhi harga
dimasuki oleh perusahaan sehingga perusahaan harus dapat menentukan
memiliki banyak pesaingnya. berapa jumlah produk yang akan diproduksi di
mana untuk jumlah tertentu biaya produksi nya
rendah
Metode Penetapan Harga Jual
01 Target Costing

02 Cost Plus Pricing

03 Variable Cost Pricing

04 Time and Material Pricing


01 Target Costing

Target Costing adalah poses penentuan biaya dengan maksimum yang


dimungkinkan bagi pembuatan sebuah produk baru dan kemudian merancang
prototipe yang menguntungkan dengan kendala biaya maksimum yang telah
ditetapkan.
Dalam meluncurkan produk baru, perusahaan harus menentukan harga
jual berdasarkan harga pasar yang cukup bersaing, kemudian menentukan laba
yang diinginkan atas produk yang akan diproduksi. Jika kedua faktor tersebut
dikurangi, akan diperoleh target biaya untuk memproduksi suatu produk baru
Rumus Target Costing :
Target Biaya = Tafsiran harga pasar - Laba yang diinginkan
01 Target Costing

Contoh:
Perusahaan ‘Maxcel akan memproduksi mini computer Harga pasar mini
computer ini sangat bersaing karena banyaknya perusahaan lain yang
menghasilkan produk tersebut Harga pasar satu unit mini computer seharga
Rp2.800,000,00 dan perusahaan menginginkan laba per unit sebesar
Rp800.000,00. maka target costing untuk satu unit mini computer sbb:
Harga Pasar - Laba yang diinginkan = Target Biaya
Rp. 2.800.000 Rp800.000 Rp2.000.000

Jika perusahaan ingin bersaing dan produk yang diproduksi dapat diterima
oleh pasar, sebaiknya perusahaan dapat menekan biaya produksi agar berada di
bawah Rp2.000.000,00
02 Cost Plus Pricing
1.Jika produk yang dihasilkan oleh perusahaan tidak dibentuk oleh persaingan pasar,
perusahaan dapat membentuk harga sendiri atas produk dan jasanya. Jika perusahaan yang
menentukan harga, harga yang dimaksud adalah harga pokok suatu produk atau jasa.
2.Untuk menentukan harga jual suatu produk maka perusahaan harus menambahkan
biaya (cost) dengan persentase mark-up. Adanya komponen mark-up maka cost-based
pricing sering disebut sebagai cost-plus pricing (plus komponen mark-up). Menentukan
persentase mark-up sebenarnya fleksibel, hanya saja umumnya menggunakan tingkat
pengembalian (ROI). ROI adalah target laba operasi tahunan yang ingin dicapai oleh
perusahaan dibagi dengan investasi modal. Investasi modal yang dimaksud dapat berupa
total aktiva baik jangka panjang maupun jangka pendek. Besarnya mark-up tergantung dari
produk, lini produk, atau jasanya, tetapi harus tetap mempertimbangkan kondisi pasar dan
persaingan serta faktor risiko dan peraturan pemerintah.
02 Cost Plus Pricing
Contoh Soal:
Perusahaan ‘Roxy’ ingin memproduksi pakaian selancar untuk para atlet selancar. Di bawah
ini adalah data yang tersedia di mana perusahaan memprediksikan bahwa ia dapat menjual
produk itu sebanyak 5.000 unit per tahun dengan mengharapkan ROI 25% dan investasi yang
dibutuhkan sebesar Rp720.000.000,00. Data-data biaya yang terjadi dalam satu tahun:
  Per Unit Total
Biaya bahan baku 35.000  
Biaya tenaga kerja 45.000  
Biaya overhead variabel 75.000  
Biaya overhead tetap   165.000.000
Biaya administrasi dan penjualan tetap 70.000  
Biaya administrasi dan penjualan variabel   75.000.000
Pembahasaan
Pembahasaan
Data-data biaya yang terjadi dalam tahun 2019
  Per Unit Total
Biaya bahan baku 35.000  
Biaya tenaga kerja 45.000  
Biaya overhead variabel 75.000  
Biaya overhead tetap   165.000.000
Biaya administrasi dan penjualan tetap 70.000  
Biaya administrasi dan penjualan variabel   75.000.000

Untuk menentukan harga jual yang ditargetkan, perusahaan harus menghitung :


a. Biaya per unit      
b. ROI perunit      
c. Persentase Mark-up dengan menggunakan total biaya per unit  
d. target harga jual      
e. laba rugi yang dianggarkan      
       
a. Biaya per unit
Biaya bahan baku 35.000 b. ROI per unit
Biaya tenaga kerja 45.000 ROI per unit = (investasi x ROI)/Total unit yang di produksi
biaya overhead variabel 75.000 =(720000000*(25/100))/5000
biaya overhead tetap 33.000 36.000
Total biaya produksi 188.000
c. Persentase mark-up dengan menggunakan total biaya per unit
% Mark-up = (ROI per unit + total biaya adm dan penjualan per unit)/biaya produksi per unit
% Mark-up =(36000+(70000+15000))/188000
% Mark-up 0,64 di kali 100%, jadi
% Mark-up 64%

d. Target harga jual


Target harga jual =Biaya per unit + (mark-up*cost)
308.320

e. Laba rugi yang di anggarkan

Perusahaan "Roxy"
Laporan Laba Rugi
Periode tahun 2019
penjualan (Rp. 308.320 x 5.000 unit)   1.541.600.000
HPP (Rp. 188.000 x 5.000 unit) 940.000.000
Laba Kotor 601.600.000
Biaya administrasi dan penjualan  
  variabel(Rp. 70.000 x 5.000 unit) 350.000.000  
  tetap 75.000.000  
Total biaya administrasi dan penjualan 425.000.000
Laba bersih     176.600.000
03 Variable Cost Pricing

Sebagian perusahaan dalam menentukan harga jual produknya hanya


menggunakan biaya variabel untuk menghindari adanya kekurangan data
tentang informasi biaya tetap per unit di mana variable cost pricing hanya
menambahkan mark-up pada biaya variabel. Variable cost pricing sangat
membantu dalam situasi adanya pesanan khusus atau kelebihan kapasitas.
Kelemahan dari variable cost pricing adalah kadang kala manajer menetapkan
harga yang terlalu rendah sehingga tidak dapat menutupi biaya tetap yang
terjadi.
03 Variable Cost Pricing
Contoh Soal:
Perusahaan ‘Roxy’ ingin memproduksi pakaian selancar untuk para atlet selancar. Di bawah ini adalah
data yang tersedia di mana perusahaan memprediksikan bahwa ia dapat menjual produk itu sebanyak
5.000 unit per tahun dengan mengharapkan ROI 25% dan investasi yang dibutuhkan sebesar
Rp720.000.000,00. Data-data biaya yang terjadi dalam satu tahun:
  Per Unit Total
Biaya bahan baku 35.000  
Biaya tenaga kerja 45.000  
Biaya overhead variabel 75.000  
Biaya overhead tetap   165.000.000
Biaya administrasi dan penjualan tetap 70.000  
Biaya administrasi dan penjualan variabel   75.000.000

Pembahasaan
Pembahasaan
Data-data biaya yang terjadi dalam tahun 2019
  Per Unit Total
Biaya bahan baku 35.000  
Biaya tenaga kerja 45.000  
Biaya overhead variabel 75.000  
Biaya overhead tetap   165.000.000
Biaya administrasi dan penjualan variabel 70.000  
Biaya administrasi dan penjualan total   75.000.000

Untuk menentukan harga jual yang ditargetkan, perusahaan harus menghitung :


a. Biaya per unit      
b. ROI perunit      
c. Persentase Mark-up dengan menggunakan total biaya per unit  
d. target harga jual      
e. laba rugi yang dianggarkan      
 

a. Biaya per unit


Biaya bahan baku 35.000 b. ROI per unit
Biaya tenaga kerja 45.000 ROI per unit = (investasi x ROI)/Total unit yang di produksi
biaya overhead variabel 75.000 =(720000000*(25/100))/5000
biaya administrasi dan penjualan variabel 70.000 36.000
Total biaya produksi 225.000
c. Persentase mark-up dengan menggunakan total biaya per unit
% Mark-up = (ROI per unit + total biaya tetap)/biaya produksi per unit
% Mark-up =(36000+(33000+15000)/225000
% Mark-up 0,37 di kali 100%, jadi
% Mark-up 37%

d. Target harga jual


Target harga jual =Biaya per unit + (mark-up*cost)
308.250

e. Laba rugi yang di anggarkan


Perusahaan "Roxy"
Laporan Laba Rugi
Periode tahun 2019
penjualan (Rp. 308.250 x 5.000 unit)   1.541.250.000
HPP (Rp. 225.000 x 5.000 unit) 1.125.000.000
Laba Kotor 416.250.000
Biaya tetap  
  biaya produksi 165.000.000  
  biaya administrasi dan penjualan 75.000.000  
Total biaya administrasi dan penjualan 240.000.000
Laba bersih       176.250.000
04 Time and Material Pricing
Alternatif lain dalam menentukan harga jual suatu produk dan jasa dapat menggunakan Time and material pricing model di
mana dalam alternatif ini didasari dengan 2 tarif harga, yaitu tenaga kerja yang digunakan untuk tiap pekerjaan dan bahan baku
yang dibutuhkan. Tingkat tenaga kerja melibatkan waktu tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja yang lain, sedangkan
tingkat bahan baku melibatkan jumlah bahan baku langsung yang digunakan. Material loading charges digunakan untuk biaya
overhead lain yang berkaitan. Alternatif ini sering digunakan oleh perusahaan jasa dalam menentukan harga jualnya.
Untuk menentukan harga jual jasa dengan menggunakan prime plus cost pricing. Perusahaan akan melakukan langkah-
langkah perhitungan sebagai berikut:
A. Pembebanan biaya tenaga kerja per jam. Pembebanan waktu yang dibutuhkan tenaga kerja dapat diekspresikan dalam
tarif Per jam tenaga kerja. Menentukan tarif tenaga kerja per jam dapat berbeda-beda di antara masing-masing perusahaan.
Ada yang membebankan tarif biaya tenaga kerja berdasarkan kategori atau tingkatan tenaga kerja, jasa yang dilakukan,
spesialisasinya, Dan lainnya.
B. Perhitungan alokasi biaya muatan material (material loading charges). Dalam biaya muatan material tidak termasuk di
dalamnya biaya material sehingga menentukan biaya material meliputi faktur atas biaya material yang digunakan pada tiap
pekerjaan ditambah dengan alokasi biaya muatan material. Biaya muatan material meliputi biaya pemesanan, biaya
pembelian, biaya Penerimaan, serta biaya penyimpanan ditambah margin laba yang diinginkan atas Material tersebut. Biaya
muatan material biasanya diekspresikan dalam persentase Atas perkiraan biaya material yang digunakan dalam satu tahun.
C. Menentukan pembebanan biaya tenaga kerja dan material pada tiap pekerjaan.Terdapat 3 komponen biaya yang
dibebankan untuk masing-masing pekerjaan, yaitu biaya tenaga kerja, biaya material yang digunakan, dan biaya alokasi
muatan material.
04 Time and Material Pricing
Contoh Soal:
Perusahaan ‘GOOD-JOB’ adalah perusahaan jasa yang bergerak di bidang perbaikan mesin pabrik. Dalam menentukan
harga jual jasanya, perusahaan menggunakan Prime plus cost pricing. Di bawah ini adalah data anggaran biaya (budget cost)
yang terjadi dalam satu tahun:
  Time charges Material Loading Charges

upah teknisi profesional 150.000.000  


gaji manager bagian   25.000.000
gaji pegawai kantor 15.000.000 5.000.000

biaya overhead lainnya 20.000.000 3.000.000


total budgeted cost 185.000.000 33.000.000
Informasi tambahan:
• perusahaan mengestimasi untuk waktu yang dibutuhkan oleh teknisi selama setahun 5.000 jam. Perusahaan juga
mengharapkan margin laba sebesar Rp8.000,00 per jam.
• perusahaan ‘GOOD-JOB’ memiliki faktur biaya material yang digunakan dalam satu tahun Rp99.000.000,00 dan
perusahaan menginginkan margin laba 20% atas faktur tersebut
• perusahaan ‘GOOD-JOB’ menerima pekerjaan memperbaiki mesin pabrik sepatu ‘OYE’ di mana untuk memperbaiki
mesin tersebut membutuhkan 150 jam tenaga kerja dan biaya material yang digunakan sebesar Rp24.000.000,00
langkah-langkah menentukan harga jual jasa dengan menggunakan prime plus cost pricing
a. pembebanan biaya tenaga kerja per jam              
b. perhitungan alokasi biaya muatan
material              
c. menentukan pembebanan biaya tenaga kerja dan material pada tiap pekerjaan            
Jawab:
b. perhitungan alokasi biaya muatan material
a. Perhitungan tarif tenaga kerja per jam Material
total biaya per biaya per
loading total invoice cost
Per jam total biaya : jam jam jam
  charges : part and materials
upah teknisi 150.000.000 : 5.000 30.000          
gaji pegawai kantor 15.000.000 : 5.000 3.000 gaji manajer bagian 25.000.000  
biaya overhead lainnya 20.000.000 : 5.000 4.000 gaji pegawai kantor 5.000.000  
total biaya per jam 185.000.000 : 5.000 37.000 biaya overhead lainnya 3.000.000  
  33.000.000 : 99.000.000 33%
marjin laba 8.000 marjin laba 20%
biaya tenaga kerja per jam       45.000 biaya tenaga kerja per jam       53%

c. menentukan pembebanan biaya tenaga kerja dan material pada tiap pekerjaan
Perusahaan "GOODJOB"
Pembebanan biaya
tenaga kerja dan material
untuk perusahaan "OYE"      
Biaya tenaga kerja (Rp. 45.000 x 150 jam)     6.750.000
Material yang dibebankan  
1. biaya material yang digunakan 24.000.000  
2. material loading charges (53% x Rp. 24.000.000) 12.720.000  
  36.720.000
        43.470.000
02
KEPUTUSAN INVESTASI MODAL
Keputusan investasi modal (Capital Investment Decision) adalah
perencanaan, penetapan tujuan tujuan dan prioritas, pengaturan
pendanaan, dan penggunaan kriteria tertentu untuk memilih aset jangka
panjang. Setiap organisasi memiliki sumber daya yang terbatas yang akan
digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan profitabilitas jangka
panjangnya. Sehingga, membuat keputusan invetasi modal yang tepat
merupakan hal yang sangat penting untuk kelangsungan usaha dalam jangka
panjang. Proses pengambilan keputusan investasi modal disebut
penganggaran modal (Capital-Budgeting).
LABA AKUNTANSI Ada dua hal yang berkaitan LABA TUNAI
dengan penilaian investasi
modal yaitu

Laba akuntansi (profit LABA AKUNTANSI Laba tunai (cash profit)


accounting) adalah laba
bersih setelah pajak DAN adalah laba bersih setelah
pajak (EAT) ditambah
(earningss after taxes-EAT)
atau cukup disebut laba
bersih (net income).
LABA TUNAI depresiasi atau
penyusutan.
Ilustrasi
Data-data keuangan sebuah perusahaan selama tahun 2012 terdiri dari: Penjualan Rp. 900.000.000,
harga pokok penjualan Rp. 400.000.000, beban bunga Rp. 15.000.000, dan pajak 30 persen.
Di minta:
Hitunglah laba akuntansi dan laba tunai.
Penjualan RP 900.000.000
Harga pokok penjualan (Rp 400.000.000)
Laba kotor Rp 500.000.000
Beban operasi tunai Rp 200.000.000  
Depresiasi (tidak tunai) Rp 50.000.000  
  (RP 250.000.000)
Laba sebelum bunga dan pajak Rp 250.000.000
Beban bunga (Rp 15.000.000)
Laba sebelum pajak Rp 235.000.000
Pajak penghasilan : 30% x Rp 235.000.000 (RP 70.500.000)
Laba bersih setelah pajak (Net Income After Taxes – EAT) RP 164.500.000

Maka Laba Akuntansi Rp 164.500.000 dan laba tunai Rp 164.5000.000 + Rp 50.000.000 = Rp


214.5000.000
 
Nilai waktu dari Uang

Nilai waktu dari uang (time value of money) merupakan nilai uang yang berbeda jika diterima
diterima sekarang (at present) dibandingkan jika diterima kemudian (future).
Untuk menghitung nilai uang sekarang (present value- PV) dapat menggunakan rumus:

Apabila penerimaan uang di masa depan dengan jumlah yang sama besarnya dapat digunakan PV
anuitas, dengan rumus:

Keterangan:
I = Interest atau tingkat bunga atau biaya modal atau r = rate
N = periode atau waktu
Modal Dan Kriteria Penilaian

Modal Non Diskonto Modal Diskonto


Model diskonto (discounting models) adalah suatu model analisis Model non diskonto (non discounting model) adalah suatu model
penilaian investasi yang memasukkan nilai waktu dari uang ataupun yang mengabaikan nilal waktu dari uang (time value of money).
konsep diskonto arus kas masuk (laba tunai) dan arus kas keluar. model diskonto memiliki dua metode yaitu:
Model non diskonto dibagi menjadi 2 cara:
Tingkat Pengembalian Nilai Sekarang Bersih Tingkat Pengembalian
Periode pengembalian
Akuntansi (Average (Net Present Value- Internal (Internal Rate
(Payback-Period Method)
Accounting Return Method) NPV) Return-IRR)
Model Non Diskonto

1. Periode pengembalian (Payback-Period Method)


Periode pengembalian (payback-period-Pbp) adalah waktu yang dibutuhkan suatu
Perusahaan untuk memperoleh investasi awalnya kembali. Dengan metode Pbp Didasarkan
laba tunai (cash profit) periode pengembalian
Perhitungan di atas dilakukan apabila laba tahunan besarnya sama. Apabila tidak sama
besar maka periode pengembalian dihitung dengan menambahkan laba tahunan sampai
dengan investasi awal diperoleh atau investasi awal nol. Kriteria penilaiannya adalah
pengembalian investasi maka proyek investasi di terima apabila Pbp lebih pendek dari
standar pengukuran dan jika sebaliknya ditolak. Kelemahan utama dari metode ini adalah
tidak memperhitungkan nilai waktudari uang, sedangkan keuntungannya dimana
perhitungannya cukup mudah.
Ilustrasi Periode pengembalian (Payback-Period Method)
Rumah sakit sehat betul merencanakan pembelian “generator canggih” untuk mengatasi ketika listrik padam. Harga generator Rp.
1.000.000.000, umur ekonomis 5 tahun dengan nilai residu nol. Laba tunai atau arus kas yang diproyeksikan dari generator tersebut selama 5
tahun adalah Rp. 500.000.000 jumlahnya sama setiap Tahun.
Di minta:
1). Hitunglah periode pengembalian tahun. Apakah proyek investasi generator canggih diterima atau di tolak ?
2). Asumsikan pula arus kas tahunan tidak sama besarnya, berubah menjadi tahun I Rp. 300.000.000, tahun II Rp. 400.000.000, tahun ke III Rp.
500.000.000, tahun IV Rp. 600.000.000 dan tahun V Rp. 700.000.000 standar periode pembelian sama yaitu 2.5 tahun. Hitunglah PbP dan
apakah proyek investasi ini di terima atau di tolak.
Jawab:
Arus kas tahunan sama besarnya.
Periode pengembalian
Investasi proyek generator canggih diterima, karena periode pengembalian lebih rendah dari standar periode pengembalian
Arus kas tidak sama besarnya
Tahun Investasi awal yang belum tertutupi Arus kas tahunan
1. Rp. 1.000.000.000  Rp 300.000.000 (1 tahun)
2.  Rp. 700.000.000  Rp 400.000.000 (1 tahun)
3.  Rp. 300.000.000  Rp 500.000.000 (0,6 bulan)
4.   Rp 600.000.000
5.   Rp 700.000.000
Pada tahun ke-3 bahwa investasi awal yang belum tertutupi Rp. 300.000.000 sedangkan arus tahunan pada tahun ke-3 adalah Rp.
500.000.000. Jadi pada tahun ke-3 waktu yang diperlukan untuk menutupi investasi awal adalah 0.6 bulan dengan dengan Perhitungan
Tepatnya, periode pengembalian 2 tahun 7 bulan dan 6 hari. Keputusan yang diambil dengan menolak investasi generator karena melebihi
standar pengembalian investasi yaitu 2 tahun 6 bulan.
Model Non Diskonto
2. Tingkat Pengembalian Akuntansi (Average Accounting Return Method)
Tingkat pengembalian akuntansi (Accounting Rate of Return Method-ARR Method) Adalah suatu metode
yang mengukur pengembalian investasi proyek berdasarkan laba Akuntansi (bukan laba tunai) yang
dinyatakan dalam persentase

Kriteria pengukuran metode ARR dengan membandingkan ARR yang ditentukan sebagai standar proyek
independen) dengan ketentuan jika ARR standar pengukuran lebih besar dari ARR yang diproyeksikan
maka proyek investasi di tolak dan jika sebaliknya diterima akan tetapi untuk proyek saling eksklusif
pilihlah ARR proyek Yang lebih besar.
Ilustrasi Tingkat Pengembalian Akuntansi (Average Accounting Return Method)
Investasi generator canggih pada sebuah rumah sakit dengan harga perolehan Rp. 1.000.000.000, umur investasi adalah 5
tahun tanpa nilai residu. Laba akuntansi adalah
Rp. 300.000.000 pada tahun 1, Rp. 400.000.000 pada tahun ke II, Rp. 500.000.000 pada Tahun ke III, Rp. 600.000.000 pada
tahun IV, Rp. 700.000.000 pada tahun ke V.
Diminta
Hitunglah ARR dan apakah proyek investasi diterima atau ditolak jika standar pengukuran ARR adalah 40% (gunakan
investasi awal sebagai dasar pembagi laba akuntansi rata-rata)!
Jawab:

Keputusan investasi generator di terima karena proyeksi ini ARR lebih dari ARR standar 40%

Catatan
Kriteria pemakaian untuk metode ARR adalah menerima usulan proyek investasi apabila ARR proyeksi lebih besar dari
ARR standar pengukuran. Apabila tidak menggunakan standar pengukuran, prinsip pengembalian investasi (rate of
return) Haruslah yang wajar. Kelemahan metode ARR sama seperti metode PbP yaitu tidak Memperhitungkan nilai waktu
dari uang dan keuntungannya pun sama seperti Metode PbP yaitu perhitungannya cukup mudah.
Model Diskonto
1. Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value-NPV)

Metode nilai sekarang bersih (net present value-NPV) merupakan selisih antara nilai
sekarang dari arus kas masuk (present value cash in-PV cash in) dan arus kas keluar dari
investasi (present value investment) dengan suatu proyek atau dengan rumus: NPV PV cash
in -PV cash out
Kriteria pengukuran dengan metode NPV adalah jika NPV positif berarti menguntungkan
atau diterima dan jika NPV negatif berarti rugi atau ditolak kembali diingatkan apabila arus
kas masuk jumlahnya sama setiap tahun dapat menggunakan PV Anuitas. Jika arus kas
masuk jumlahnya berbeda-beda setiap tahun bisa menggunakan PV Anuitas dan atau PV
Tunggal.
Ilustrasi Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value-NPV)
Rencana proyek investasi sebesar Rp. 3.600.000.000 dengan umur 5 tahun tanpa nilai residu akan menghasilkan laba tunai
atau arus kas masuk yang jumlahnya sama besarnya tiap tahun yaitu Rp. 1.200.000.000. Diminta:
1. Hitunglah NPV jika biaya modal atau tingkat diskonto 12%.
2. Apakah rencana proyek investasi diterima atau ditolak ?
Jawab
3. Menghitung NPV :
Tahun Arus kas masuk Faktor diskonto 12% PV arus kas masuk
1. 1.200.000.000 0.893 1.071.000.000
2. 1.200.000.000 0.797 956.400.000
3. 1.200.000.000 0.712 854.400.000
4. 1.200.000.000 0.636 763.200.000
5. 1.200.000.000 0.567 680.400.000
Total PV dari arus kas masuk 4.326.000.000
PV dari investasi Rp 3.600.000.000
3.600.000.000
NPV Proyek 726.000.000

4. Pengambilan keputusan berhubung karena NPV positif yaitu sebesar Rp. 726.000.000 berarti untung atau proyek
investasi diterima.
Model Diskonto
2. Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate Return-IRR)
Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate Return-IRR) adalah suku bunga yang mengatur nilai sekarang (PV) dari laba
tunai atau arus kas masuk suatu proyek sama dengan nilai sekarang (PV) investasi awal. Dengan kata lain PV dari arus kas
masuk setelah di kurangi PV investasi awal sama dengan nol. Apabila arus kas masuk tahunan sama besarnya, maka lebih
dulu dihitung Discount- Factor (DF) atau tingkat bunga (interest-i). Berdasarkan PV Anuitas dengan rumus sebagai berikut:

 Apabila DF PV Anuitas angkanya sama seperti dalam tabel PV Anuitas, maka angka yang tepat itu dikalikan arus kas
tahunan merupakan jumlah PV arus kas proyek. Akan tetapi jika DF PV tidak persis sama, maka dilakukan dengan cara coba-
coba (Trial and Error). Dipastikan menghasilkan NPV arus kas positif dan negatif. Pada akhirnya, baru dapat ditentukan IRR
yang tepat. Jika arus kas masuk dari proyek tidak sama besarnya setiap tahun, maka untuk menghitung PV arus kas masuk
menggunakan dua tingkat suku bunga secara coba-coba, yaitu yang menghasilkan NPV positif dan negatif sama seperti cara
menghitung PV arus kas tahunan yang jumlahnya sama setiap tahun. Adapun rumus mencari IRR yang tepat adalah sebagai
berikut:
Keterangan :
 
Ilustrasi Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate Return-IRR)
Arus kas masuk sama besarnya setiap tahun (IRR) Sebuah perusahaan merencanakan investasi proyek sebesar Rp.
1.201.000.000 dengan Umur 3 tahun tanpa nilai sisa (nilai residu). Diminta:
•Hitunglah IRR, apabila arus kas tahunan selama umur proyek 3 tahun adalah Rp. 500.000.000 apakah usulan proyek
diterima atau ditolak apabila biaya modal 18% ?
•Hitunglah IRR, apakah arus kas tahunan selama umur proyek 3 tahun adalah Rp. 509.330.000.
Jawab
a) Menghitung IRR angka PV anuitas persis sama seperti dalam tabel PV Anuitas DF PV
Anuitas=>1.201.000.000/509.330.000 =2.402 lihat tabel PV. Angka 2.402 tepat pada
Per potongan n = 3; I = 20% maka, IRR adalah 20%
Bukti :
PV arus kas masuk = Rp 500.000.000 x 2.402 = Rp 1.201.000.000
PV investasi awal = Rp 1.201.000.000 = Rp 1.201.000.000
NPV proyek = Rp 0
b) Menghitung IRR, Angka PV anuitas tidak tepat sama pada tabel PV anuitas df PV
Anuitas =>1.201.000.000/509.330.000=2.358
Angka 2.358 berada pada antara dua i yaitu i, 12% = 2.402 dan i, 14% adalah 2.322 pada N yang sama yaitu 3 artinya
pasti ada NPV yang positif dan negatif. Perhitungannya Adalah sebagai berikut:
Tahun Cash In/tahun Df = 20% Df =22% PV cash in (20%) PV cash in (22%)
1. 190.000.000 0.8333 0.8197 158.327.000 155.743.000
2. 170.000.000 0.6944 0.6719 118.048.000 114.223.000
3. 130.000.000 0.5787 0.5507 75.231.000 71.591.000
4. 110.000.000 0.4823 0.4514 53.053.000 49.654.000
PV dari cash in 404.659.000 391.211.000
PV dari investasi awal 400.000.000 400.000.000
NPV proyek +4.659.000 (8.789.000)

 
IRR = 20% + 0,7%
IRR = 20.7% atau 0.207
PENYESUAIAN ARUS KAS MASUK DAN NILAI SISA
TERHADAP INFLASI
Pada saat pengambilan keputusan investasi terdapat dua faktor yang harus disesuaikan pada arus
kas masuk, yaitu: inflasi dan nilai residu atau nilai sisa. Inflasi adalah daya beli uang yang menurun,
sementara waktu harga barang dan jasa semakin meningkat untuk itu faktor diskonto (discount
factor-df) harus disesuaikan terhadap tingkat inflasi dengan prosedur sebagai berikut:
1. Hitung dulu indeks harga, dengan cara perhitungan indeks harga = (1 + tingkat inflasi).
2. Faktor Diskonto dengan memperhitungkan inflasi adalah tingkat bunga (interest – i) + tingkat
inflasi + (ix tingkat inflasi). Nilai residu atau nilai sisa (salvage value) aset jangka panjang adalah
taksiran harga yang wajar dari suatu investasi atau investasi jangka panjang pada akhir umur
ekonomis investasi tersebut. Nilai sisa tersebut diperlukan sebagai arus kas masuk pada akhir
umur ekonomis investasi. Nilai sisa investasi yang harus disesuaikan dengan tingkat inflasi pada
akhir tahun umur investasi.
Ilustrasi
Penyesuaian arus kas masuk dan nilai sisa terhadap inflasi. Rencana investasi proyek dengan nilai investasi awal adalah Rp. 180.000.000,
umur proyek adalah 2 tahun dengan nilai residu Rp. 10.000.000 tingkat bunga adalah 10 nilai sisa% per tahun, arus masuk tiap tahun sama
besarnya yaitu Rp. 120.000.000
Di minta
Hitunglah NPV proyek, apabila tidak Memperhitungkan tingkat inflasi dan dengan Memperhitungkan tingkat inflasi (menggunakan metode
NPV).
Jawab:
Tidak memperhitungkan tingkat inflasi
Tahun Arus kas masuk & nilai sisa Df atau I = 16% PV arus kas masuk & nilai sisa
1. 1.20.000.000 0.862 103.440.000
2. 120.000.000 0.743 89.160.000
3. 20.000.000 0.743 14.860.000
Total PV cash In dan Nilai sisa 207.460.000
PV investasi awal Rp 180.000.000 180.000.000
NPV proyek + 27.460.000
Keterangan
Dengan memperhitungkan inflasi :
Indeks harga

a. DF
yang disesuaikan dengan tingkat inflasi
d.
e.
PERHITUNGAN INFLASI AWAL TERHADAP PENGHEMATAN PAJAK
Salah satu contoh keputusan investasi untuk proyek saling eksklusif (mutually exclusive) adalah penggantian aset tetap
yang lama dengan aset tetap yang baru. Alasan yang menyebabkan penggantian aset tetap yang baru karena yang lama
rusak dan atau ketinggalan jaman. Pada umumnya aset tetap yang baru karena yang lama rusak dan atau ketinggalan
jaman. Pada umumnya aset tetap yang lama dijual sehingga mungkin timbul laba atau rugi penjualan aset. Laba dan atau
rugi penjualan aset tetap di kenakan pajak dengan prinsip sebagai berikut:
1. Jika, terjadi laba penjualan aset tetap dikenakan pajak tambahan, sehingga mengurangi arus kas yang diterima dari
penjualan aset tetap
2. Jika, terjadi rugi penjualan aset tetap dapat mengurangi laba kena pajak, sehingga menghasilkan penghematan pajak.
Hasil dari penjualan aset tetap yang lama mengurangi nilai harga perolehan investasi aset tetap yang baru.
Ilustrasi
Perencanaan investasi tentang penggantian mesin lama dengan mesin baru untuk sebuah perusahaan memiliki data-
data sebagai berikut:
1. Mesin lama dibeli 3 tahun yang lalu dengan harga perolehan Rp. 500.000.000, dan telah disusutkan sebesar Rp.
300.000.000.
2. Mesin lama dijual, dan diganti dengan mesin baru seharga Rp. 30.000.000, tingkat Diskonto yang di gunakan untuk
mesin baru adalah 10% per tahun, tarif pajak penjualan mesin lama adalah 30% dan proyeksi laba tunai atau arus
kas
3. masuk mesin baru selama umur ekonomis. Arus kas masuk setiap tahunnya adalah sebesar Rp. 480.000.000 setiap
tahunnya.
Diminta:
A. Hitunglah nilai investasi awal mesin baru, apabila harga jual mesin lama Rp.160.000.000.
B. Hitunglah nilai investasi mesin baru, apabila harga jual mesin lama Rp. 240.000.000.
Jawab:
a. Harga jual mesin lama Rp 160.000.000
Nilai buku mesin lama Rp 500.000.000.- Rp 300.000.000 (Rp 200.000.000)
Rugi penjualan mesin lama (Rp 40.000.000)
Penghematan atau pajak 30% x 40.000.000 Rp 12.000.000
Hasil bersih penjualan mesin lama :  
Harga jual mesin lama Rp 160.000.000
Penghematan pajak Rp 12.000.000
Hasil bersih penjualan mesin Rp 172.000.000
Maka, nilai investasi awal mesin baru Rp 500.000.000. + Rp 172.000.000 = Rp 672.000.000
Total nilai investasi mesin baru Rp 844.000.000

b. Harga jual mesin lama Rp 240.000.000


Pajak tambahan (Rp 12.000.000)
Hasil bersih hasil penjualan mesin lama Rp 228.000.000
Maka, nilai investasi awal mesin baru Rp 844.000.000 – Rp 228.000.000 = Rp 616.000.000

c. Menghitung NPV mesin baru (metode NPV)  

Tahun Arus kas masuk & nilai sisa Faktor diskonto 10% PV arus kas masuk & nilai sisa
1. 480.000.000 0.909 436.320.000
2. 480.000.000 0.826 396.480.000
3. 30.000.000 0.826 24.780.000
Total PV cash in dan nilai sisa 857.580.000
PV investasi awal Rp 672.000.000 672.000.000
NPV mesin baru 185.580.000
Thanks

Anda mungkin juga menyukai