OBAT
HERBAL
Fitriana Yuliastuti
INTERAKSI
Selama ini diyakini sebagian masyarakat obat herbal adalah aman dan tanpa efek
samping. Namun, pendapat demikian adalah keliru.
Ada interaksi antara obat herbal dengan obat konvensional maupun dengan obat
herbal lainnya. Seperti kita ketahui, sering sekali JAMU yang beredar di pasar jarang
digunakan sendirian, namun dicampur dengan herbal lainnya.
Tidak juga, memang banyak sebagian yang bermanfaat, tapi sebagian juga harus
diwaspadai karena bisa menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Interaksi bisa
karena antarherbal atau herbal-obat konvensional.
Interaksi antarherbal
yang menghasilkan
efek merugikan
Daun Senna (Cassia senna) mengandung antrakinon senosida yang bersifat
laksansia. Sedangkan daun teh (Camellia sinensis) mengandung tanin EGCG (Epi
Gallo Catechin Gallate) yang berefek konstipasi. Jika mereka berada dalam satu
ramuan maka tidak efektif karena saling menetralkan.
Interaksi jangan hanya dipandang ketika adanya pencampuran dalam lebih dari 2
bahan. Dalam satu bahan pun, bisa terjadi interaksi. Hal ini mudah dipahami karena
pada tumbuhan terdapat banyak komponen zat-zat aktif. Anda tahu tanaman temu
lawak (Curcuma xanthorrhiza)?
Daun senna dan
Di dalam tanaman tersebut ada kandungana kurkuminoid dan minyak atsiri. Namun
fungsi dari kedua kandungan tersebut saling bertolak belakang. Kurkumionoid bisa
daun teh
menurunkan kolesterol. Sedangkan minyak atsiri bisa menambah nafsu makan,
semua di makan, kolestrol bisa naik.
Jadi, jika Anda menginginkan efek menurunkan kolestrol maka pada saat
pengolahan (misal direbus) yaitu panci dibuka biar minyak atsirinya menguap.
Namun jika akah digunakan untuk menambah nafsu makan maka panci ditutup.
Kaitannya dengan penerapan teknologi ekstraksi bagi produsen jamu, maka bisa
dimodifikasi pada cara ekstraksinya dengan penggunaan sifat polaritas dan
volatilitas kandungan kimia. Kurkuminoid bersifat semi polar, sedangkan minyak
atsiri bersifat non polar dan mudah menguap.
Mekanisne Interaksi
Selanjutnya akan dibahas interaksi yang merugikan dari
pencampuran bahan obat herbal, namun ditinjau bukan dari
item campuran tapi dari mekanisme interaksi yang terjadi.
Penghambatan absorbs
Penggunaan bahan penyusun ramuan yang mengandung
tanin misal teh, buah jati belanda, kayu rapat. Tanin akan
bereaksi dengan protein dan membentuk senyawa yang
melapisi dinding usus. Keadaan tersebut akan menghambat
absorpsi kandungan zat aktif lain, misal protein, vitamin,
mineral. Bahkan pada dosis besar bisa menimbulkan
konstipasi atau malnutrisi.
Pengurangan waktu transit di usus
Penggunaan bahan penyusun ramuan yang mengandung
antrakinon atau serat larut air akan mengurangi waktu transit
obat lain dalam usus. Antrakinon bersifat laksansia yaitu
mempermudah pengeluaran feses. Contoh tanaman yang
mengandung antrakinon adalah senna dan lidah buaya.
Sedangkan serat larut air bersifat bulk laxative, yaitu juga
mempercepat keluarnya feses. Tanaman yang memiliki serat larut
air adalah biji daun sendok.
Obat NSAID, dapat meniadakan kegunaan feverfew dalam pengobatan sakit kepala
migrain.
Feverfew, bawang putih, biloba, jahe, dan ginseng dapat mengubah waktu
pendarahan dan tidak boleh digunakan bersamaan dengan natrium warfarin. Selain
itu, ginseng dapat mengakibatkan sakit kepala, tremulousness, episode manic pada
pasien yang diobati dengan sulfat phenelzine. Ginseng juga tidak boleh digunakan
dengan estrogen atau kortikosteroid karena kemungkinan efek aditif.
Karena mekanisme kerja wort St John belum pasti diketahui,
penggunaan bersamaan dengan inhibitor monoamine oxidase
(MAOI) dan inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) tidak
disarankan.
Pada tanaman seledri terdapat kandungan favonoid apiin dan apigenin yang
bekerja sebagai vasodilator sehingga tekanan darah turun. Sedangkan kumis
kucing (Orthosiphon stamineus) mengandung flavonoid polimetoksi :
sinensetin, eupatorin; garam kalium; dan inositol. Flavonoid sinensetin,
eupatorin bersifat spasmolitik dan hasilnya adalah diuretika. Garam kalium
besifat retensi air dan hasilnya adalah diuretika. Inositol sendiri bersifat
dieresis. Kedua tanaman menghasilkan penurunan tekanan darah dan
efeknya menjadi optimal.
GST adalah enzim pemetabolisme fase II yang berperan penting dalam pengeluaran
obat. Sehingga metabolit obat yang beracun bisa dikeluarkan dari tubuh. Namun
jika ada obat yang aktif lalu bertemu dengan GST maka akan merugikan karena obat
cepat dikeluarkan, sehingga bioavaibilitasnya jadi rendah dan belum sempat berefek
pada tubuh.
Ada banyak bahan alam seperti kurkumin (pada kunyit), temulawak, kunyit, bangle,
temugiring yang bersifat menghambat aktivitas GST. Dengan GST dihambat, maka
metabolisme obat lain akan berkurang sehingga meningkatkan ketersediaan
hayatinya. Akibatnya konsentrasi dalam darah meningkat, dan efek Farmakologi
(meningkat?) Efek ini dinamakan potensiasi.
Interaksi obat herbal dan obat konvensional yang
menguntungkan
Interaksi buah pare (Momordica charantia) dengan obat diabetes oral maupun
dengan tanaman brotowali (Tinospora cordifolia) untuk menurunkan kadar gula
darah pada penderita diabetes.
Interaksi antara kunyit dengan asam, dimana kurkuminoid yaitu zat aktif dalam
kunyit yang bersifat labil distabilkan oleh asam.
Kombinasi antara kunyit dengan bawang putih dapat menurunkan kolesterol total,
penurunan kadar LDL, trigliserida, glukosa darah dan peningkatan kadar HDL.
Daftar pustaka