Anda di halaman 1dari 12

KELOMPOK 7

Febri amalia putri


Mutia shirly delfa yanti
Putri setioningrum
A. Sejarah Enzim

• 1897 Eduard Buchner mengekstrak kedalam larutan


suatu bentuk aktif dari sel ragi
• Abad ke-20 Emil Fischer melakukan penelitian
sistematik mengenai spesifitas enzim
• 1926 enzim dapat di isolasi dalam bentuk kristal yaitu
enzim urease oleh James Sumner
• 1930 John Northrop dan koleganya mengkristalkan
pepsin dan tripsin
B. Sifat-Sifat Enzim
1. Enzim bersifat koloid, luas permukaan besar, bersifat
hidrofil
2. Dapat bereaksi dengan senyawa asam maupun basa, kation
maupun anion
3. Enzim sangat peka terhadap faktor faktor yang menyebab
kan denaturasi protein
4. Enzim merupakan biokatalisator yang dalam jumlah sedikit
memacu laju reaksi tanpa merubah keseimbangan reaksi
5. Enzim tidak ikut terlibat dalam reaksi, struktur enzim tetap
baik sebelum maupun setelah reaksi berlangsung
6. Enzim bermolekul besar
7. Enzim bersifat khas / spesifik
C. Fungsi Enzim

Fungsi utama enzim adalah sebagai katalisator yang mempercepat proses laju
reaksi luar biasa yang ada di dalam tubuh makhluk hidup terutama pada sistem
pencernaan. Walaupun enzim hanya memiliki satu fungsi yang spesifik, tapi
sangatlah penting. Karena jika tidak ada enzim maka proses yang terjadi di dalam
tubuh manusia akan melambat dan tidak sesuai dengan fungsi tubuh lainnya.
Akibatnya kinerja tubuh tidak seimbang. Enzim berfungsi dengan seletifitas atau
spesifisitas bertingkat luar biasa tinggi terhadap reaktan yang dikerjakan dan jenis
reaksi yang dikataliskan.
D. Koenzim

Koenzim adalah molekul organik kecil, tahan terhadap


panas, yang mudah terdisosiasi dan dapat dipisahkan
dari enzimnya dngan cara dialisis.
Tabel koenzim berfungsi sebagai pembawa
sementara atom spesifik atau gugus fungsional

koenzim Senyawa yang dipindahkan


Tiamin pirofosfat Aldehida
Flavin adenin dinukleotida Atom hidrogen
Nikotinamida adenin dinukleotida Ion hidrogen (H-)
Koenzim A Gugus asil
Piridoksal fosfat Gugus amino
5’-deoksiadenisilk obalamin Atom H dan gugus alkil
(koenzim B12)
biositin CO2
tetrahidrofolat Gugus satu-karbon lainnya
E. Vitamin

1. Vitamin merupakan komponen esensial pad koenzim dan


merupakan gugus prostetik enzim
Fungsi biokimiawi beberapa enzim pertamakali diketahui pada
tahun 1930 melalui titik temu dua garis penelitian, yang satu
pada struktur kimia koenzim dan lainnya pada struktur vitamin.
2. Vitamin dapat dikelompokkan dalam 2 kelas

a. Vitamin yang larut dalam air, meliputi tiamin (vitamin B1),

riboblavin (vitaminB2),asam mikotinat,asam pisidokksin

(vitaminB6),Biotin, asam falat,vitamin B12 dan asam askaribat atau

vitamin C.

Vitamin yang larut dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah

sedikit dan akan segera hilang bersama aliran makanan.


b. Vitamin yang larut didalam lemak

Vitamin yang larut dalam lemak,meliputi vitamin A,D,E Dan


K.Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam
jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati,kemudian dikeluarkan
dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan.
Mekanisme reaksi enzim
Enzim berperan sebagai biokatalisator dalam suatu rekasi kimia. Dalam rekasi
tersebut, enzim akan membentuk kompleks enzim substrat dan kemudian enzim
akan mengubah substrat menjadi produk. Setelah mengubah substrat menjadi
produk, enzim akan kembali ke strukturnya dan mengubah subtrat yang lain dalam
reaksi yang sama. Aktivitas kerja enzim yang mampu mempercepat suatu reaksi
kimia tanpa ikut bereaksi bekerja dengan berikatan dengan substrat terlebih
dahulu. Enzim bersifat spesifik yang mampu mengenali jenis substrat yang dapat
berikatan dengan enzim. Enzim mampu menseleksi substatnya dengan kecocokan
titik ikatan yang dimiliki oleh substrat dengan sisi aktif yang dimiliki oleh enzim.
1. Teori Gembok – Kunci (Lock And Key
Theory)

Teori gembok kunci dikemukakan oleh Emil Fischer pada tahun


1894. Beliau menyatakan bahwa substrat yang mampu berikatan
dengan enzim ialah substart yang memiliki bentuk yang serupa
dengan sisi aktif enzim (sisi pengikatan enzim). Teori ini dapat
digambarkan sebagai gembok dan kunci, dimana hanya kunci yang
sesuai dengan bentuk lubang gembok yang mampu membuka
gembok tersebut. Namun teori ini gagal untuk menjelaskan
kestabilan enzim saat peralihan titik reaksi enzim.
2. Teori Induksi (Induced Fit Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Daniel Koshland pada tahun 1958. Ia mengajukan
teori induksi sebagai model baru cara kerja enzim yang merupakan modifiksi dari
model gembok kunci. Menurut teori ini enzim memiliki sisi aktif yang fleksibel
yang dapat mengalami perubahan bentuk sesuai dengan bentuk yang dimiliki oeh
substrat. Hal ini tentu berbeda dengan teori gembok kunci yang mana dalam teori
ini menyatakan bahwa sisi aktif enzim bersifat kaku, statis, sangat spesifik.
Meskipun sisi aktif enzim bersifat fleksible (dalam teori induksi), namun tidak
semua senyawa kimia dapat menjadi substrat enzim yang dapat berikatan
membentuk komplek enzim substrat. Kriteria substrat yang mampu berikatan
dengan enzim ialah memiliki titik ikatan yang sesuai dengan enzim. Sehingga
meskipun bentuk sisi aktif enzim dan substrat tidak sama, jika substratmemiliki
titik ikatan yang sesuai dengan enzim maka hal ini akan menginduksi sisi aktif
enzim yang menyebabkan enzim merubah bentuk sesuai dengan bentuk enzim.
Teori yang dikemukaan Koshland inilah yang diterima untuk menjelaskan cara
kerja enzim dalam suatu reaksi kimia.

Anda mungkin juga menyukai