Anda di halaman 1dari 14

Om

Swastyastu
Kelompok 3

1. I Nyoman Resa Swastama (18)


2. Kadek Ngurah Hendika Renanda P (20)
3. I Wayan Thesa Leo Mahardika (21)
4. I Wayan Angga Diputra (22)
5. Ida Bagus Agung Mahaputra Pemaron (28)
Tujuan Bank Indonesia

Indonesia (BI) adalah bank sentral Republik Indonesia sesuai Pasal 23D Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia (UUD) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank
Indonesia.[1] Sebelum seluruh sahamnya dibeli oleh Pemerintah Indonesia[2] ,Bank ini awalnya
bernama De Javasche Bank (DJB) yang didirikan berdasarkan Oktroi pada masa pemerintahan Hindia
Belanda.[3] Sebagai bank sentral,
BI mempunyai tujuan tunggal, yaitu
1. Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
2. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua dimensi
Tugas Bank Indonesia

Untuk mencapai tujuan tersebut BI didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang
tugasnya. Ketiga tugas ini adalah

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

3. Mengatur dan mengawasi bank.


Hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah

•Hubungan Keuangan

Dalam hal hubungan keuangan dengan Pemerintah, Bank Indonesia membantu menerbitkan
dan menempatkan surat-surat hutang negara guna membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) tanpa diperbolehkan membeli sendiri surat-surat hutang negara tersebut

•Independensi dalam Interdependensi

Meskipun Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang independen, tetap diperlukan
koordinasi yang bersifat konsultatif dengan Pemerintah, sebab tugas-tugas Bank Indonesia
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan-kebijakan ekonomi nasional
Hubungan dengan Lembaga Lain

Dilihat dari sistem ketatanegaraan Republik Indonesia, kedudukan BI sebagai lembaga


negara yang independen, tidak sejajar dengan lembaga tinggi negara seperti Dewan Perwakilan
Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, dan Mahkamah Agung. Kedudukan BI juga tidak sama
dengan Departemen karena kedudukan BI berada di luar pemerintahan. Meskipun BI
berkedudukan sebagai lembaga negara independen, dalam melaksanakan tugasnya, BI
mempunyai hubungan kerja dan koordinasi yang baik dengan DPR, BPK, Pemerintah.
Leasing

Leasing adalah suatu bentuk pembiayaan yang penyediaan barang-barang modal atau alat-alat
produksi dalam jangka waktu tertentu baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease), dimana pihak penyewa (lessee) harus
membayar uang secara berkala terdiri dari nilai penyusutan suatu objek leasing ditambah bunga, biaya-
biaya lain serta profit yang diharapkan pemberi sewa (lessor).
Jenis-jenis Leasing
1. Finance Lease (sewa guna usaha pembiayaan)
2. Operating Lease (sewa menyewa biasa)
3. Sales-Type Lease (sewa guna usaha penjualan)
4. Leveraged Lease
5. Syndicated Lease

Kegiatan Leasing
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara satu perusahaan leasing dengan perusahaan leasing
lainnya dapat berbeda.
Didalam surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK 01/1991 Tanggal 21 November 1991,
kegiatan leasing dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Melakukan sewa guna usaha dengan hak opsi bagi lessee (Finance Lease).
2. Melakukan sewa guna usaha dengan tanpa hak opsi bagi lesse (Operating Lease)
Pihak- pihak yang terlibat
Ada beberapa pihak yang terlibat dalam pemberian fasilitas leasing dan masing-masing pihak mempunyai
hak dan kewajiban. Masing-masing pihak dalam melakukan kegiatan selalu bekerja sama dan saling
berkaitan satu sama lainnya melalui kesepakatan yang dibuat bersama.
1. Lessor
2. Lessee
3. Supplier
4. Asuransi

Mekanisme Leasing
Pada perjanjian leasing terdapat prosedur dan mekanisme yang harus dijalankan yang secara garis
besar dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Lessee menghubungi pemasok untuk pemilihan dan penentuan jenis barang, spesifikasi, harga, jangka
waktu penagihan, dan jaminan purna jual atas barang yang akan disewa.
2. Lessee melakukan negosiasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan barang modal. Dalam hal
ini, lessee dapat meminta lease quotation yang tidak mengikat dari lessor.
3. Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lessee yang berisi syarat-syarat
pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal yang dibutuhkan lessee menandatangani dan
mengembalikannya kepada lessor.
4. Penandatanganan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lesse dimana kontrak tersebut
mencakup hal-hal seperti; pihak-pihak yang terlibat, hak milik, jangka waktu, jasa leasing, opsi bagi
lessee, penutupan asuransi, tanggung jawab atas objek leasing, perpajakan jadwal pembayaran angsuran
sewa dan sebagainya.
5. Pengiriman order beli kepada pemasok disertai instruksi pengiriman barang kepada lessee sesuai
dengan tipe dan spesifikasi barang yang disetujui.
6. Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan serta menandatangani surat
tanda terima perintah bayar yang selanjutnya diserahkan kepada pemasok.
7. Penyerahan dokumen oleh pemasok kepada lessor termasuk faktur dan bukti-bukti kepemilikan
barang lainnya.
8. Pembayaran oleh lessor kepada pemasok.
9. Pembayaran sewa (lease payment) secara berkala oleh lessee kepada lessor selama masa leasing yang
seluruhnya mencakup pengembalian yang dibiayai serta bunganya.
Perkembangan leasing di Indonesia

Untuk mendukung perkembangan usaha ini Menteri Keuangan selanjutnya mengeluarkan


Surat keputusan No. 650/MK/5/1974 tanggal 6 Mei 1974 tentang penegasan ketentuan pajak
penjualan dan besarnya biaya material terhadap usaha leasing. Perlakuan perpajakan terhadap
setiap transaksi atau kontrak leasing antara perusahaan leasing (lessor) dan lessee berdasarkan surat
keputusan tersebut bukan merupakan suatu objek pajak dan karenanya tidak dikenakan pajak
penjualan. Sejak itu terutama pada dekade 80-an jumlah perusahaan leasing semakin bertambah,
sejalan dengan itu volume transaksinya pun mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Kesimpulan

Bank Indonesia sebagai otoritas yang mengeluarkan peraturan/kebijakan perlu memastikan


proses perumusan kebijakan dilakukan melalui prosedur dan mekanisme yang terstruktur dan
sistematis guna menghasilkan output kebijakan yang kredibel dan memenuhi prinsip akuntablitas
publik.
Untuk memastikan proses perumusan kebijakan di Bank Indonesia telah dilaksanakan secara
sistematis, Bank Indonesia menetapkan kerangka kerja kebijakan yang terintegrasi antara kebijakan
moneter, makroprudensial, sistem pembayaran dan pengelolaan uang Rupiah, serta dukungan kebijakan
ekonomi daerah dan kebijakan internasional. Terkait proses perumusan kebijakan, peningkatan fokus
pada aspek governance diharapkan dapat menghasilkan kebijakan Bank Indonesia yang lebih efektif,
kredibel, dan memenuhi prinsip akuntabilitas publik.
Leasing termasuk ke dalam salah satu bentuk lembaga pembiayaan karena yang dikatakan
dengan lembaga pembiayaan adalah suatu badan usaha yang di dalam melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara
langsung dari masyarakat. Sedangkan leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam
bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, untuk jangka waktu
tertentu, berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan
tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu
leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu, leasing termasuk salah
satu jenis lembaga pembiayaan karena leasing membiayai perusahaan dalam bentuk penyediaan
barang modal.
Om Shanti Shanti
Shanti Om
Suksma Semeton

Anda mungkin juga menyukai