Anda di halaman 1dari 36

Purwantyastuti

Dept Farmakologi dan Terapeutik FKUI


Atropa belladona
Extrak belladona, Atropin
Harus ada Komite etik
Research ethics committee
 = ethical review board (ERB)
= ethical review committee (ERC)
= human research ethics
committee (HREC)
= institutional review board (IRB)
Review by a research ethics committee:
“is required by international ethical standards, by local
law in many countries”.
Jurnal kedokteran tidak lagi menerima hasil riset untuk
di publikasikan bila tidak ada persetujuan komite etik
Kaji etik sudah menjadi keharusan untuk semua
penelitian menggunakan obat, obat tradisional,
suplemen, pangan di Indonesia: pada hewan dan
manusia di klinik maupun di komunitas
Penelitian experimen/PMS (post marketing
surveillance) hewan /manusia  selalu ada risiko 
harus minta izin subyek sebelumnya
Research is not for the sake of science but for mankind
• Ilmuwan melakukan penelitian untuk menemukan
“kebenaran” ( “the truth” )
 Metode penelitian dipilih agar hasil riset sedekat
mungkin dengan “kebenaran”
statistik adalah alat bantu untuk membedakan
“kebenaran” dari “kebetulan”  (probability of true and
false)  menunjukkan seberapa dekat kita dengan
“kebenaran”
• Metode penelitian harus tepat  bisa memberi hasil yang
benar etis .
• Aspek etis jumlah subyek: harus efektif dan efisien, tidak
boleh berlebihan, tetapi cukup untuk mendapat hasil yang
benar. Juga hewan coba

• Penelitian yang metode nya tidak tepat  tidak


patut dilakukan, karena data yang dihasilkan tidak
berguna, padahal risiko tetap dihadapi oleh subyek
 tidak etis
Pada riset menggunakan subyek tidak ada yang tidak ber
risiko…..
namun komite etik harus bisa menentukan apakah suatu
riset telah meminimalisir risiko dan mendapat hasil yg
maksimal mendekati “kebenaran”,
Dengan memastikan penghargaan thdp hak azasi subyek
Kemanfaatan bagi kebutuhan masyarakat akan
kesehatan.
Pertimbangan manfaat – risiko menjadi sangat
penting pada penelitian eksperimental, apalagi
pada penelitian terapi/obat yg sarat risiko
Pertimbangan etis menentukan desain
dan metode terbaik untuk mendapat
jawaban pertanyaan riset:

Contoh: folic acid utk ibu hamil dan risiko spina


bifida pada bayi  experiment vs cohort vs case
control
Contoh: manfaat temulawak utk cirrhosis hepatis
 biopsi vs SGOT SGPT darah
Contoh: MSG dan chinnese restaurant syndr 
experimen pada kelompok sensitif MSG ?
Tanggung jawab profesional peneliti
• 1. ……the protection of the rights and well-being of the
research subjects remains the most important concern
(Declaration of Helsinki).
• 2. …….. also have a primary obligation to conduct good
research (sometimes “hurts” subject blood samples)
• Bila terpaksa harus memilih antara kesempurnaan
metode penelitian dan perlindungan terhadap
subyek,
maka keselamatan subyek tetap harus menjadi
prioritas (misal biopsi ) 
setiap tindakan harus lebih besar manfaat dp
masalah yang ditimbulkannya
Dimana posisi EVIDENCE
EBM (evidence based medicine) paradigm
 harus memperhatikan dengan kritis, secara
komprehensif, semua bukti yang ada
Dahulu : boleh hanya berdasarkan pengetahuan
tentang proses patofisiologi  klaim hanya didasarkan
teori yang ada
Sekarang : harus ada bukti  level of evidence
laporan kasus, empiris, studi epidemiologi observasi,
experimen lab-hewan-manusia, meta analisis  jadi
sedapat mungkin dilakukan experimen bila harus
ada bukti kuat sebab-akibat (misal sbg penunjang
klaim ada UU Perlindungan Konsumen)
Dalam perencanaan penelitian yang memperhatikan
etik:

Harus ada rencana untuk subyek yang membutuhkan


penanganan medis selama atau sesudah penelitian,
akibat perlakuan yang diterima dalam uji, maupun akibat
perjalanan penyakitnya yang telah ada sebelum penelitian.
Sponsor penelitian/peneliti harus menyatakan
kesanggupannya untuk menangani masalah yang timbul
tersebut  diberitahukan kepada subyek sebelum
penelitian  tertulis dalam informed consent (sebaiknya
asuransi)
Penelitian di institusi pendidikan harus memastikan
kontrak dengan sponsor tidak boleh:
Membatasi kebebasan akademik peneliti
 terikat kontrak yang merugikan subyek
Memberi hak veto kepada industri untuk mengatur
publikasi.
 peneliti berkewajiban utk publikasi /
menyampaikan kebenaran kepada masyarakat
(WHO, 2009)
Registrasi wajib utk semua uji klinik
 wajib registrasi dan wajib membuat laporan
untuk menjaga dan menjamin integritas hasil
riset

The Declaration of Helsinki sekarang


mengharuskan semua uji klinik terdaftar dan
database dapat diakses masyarakat sejak sebelum
rekruitmen subyak pertama.
Komite etik dapat mengharuskan:
trial registration sebelum protokol disetujui
(WHO 2009).
Peneliti membuat laporan yang benar dan di
publikasi
Diperlukan adanya “Research oversight”

 15 January 1994, President Bill Clinton membentuk


the Advisory Committee on Human Radiation
Experiments (ACHRE) utk melakukan investigasi
terhadap penggunaan subyek manusia dalam riset
experimen yg mempelajari efek ionizing radiation
menggunakan biaya dari pemerintah 
Untuk mengetahui mengapa riset itu dapat berjalan
dan tidak ada oversight  dan membuat rekomendasi
agar kejadian tersebut tidak terulang dimasa depan
Memastikan tim oversight independen, tidak terlibat dengan
proses riset

Agar tidak ada conflicts of interest  Research


ethics committees dapat minta dilakukan:

1. Penunjukan independent consent monitor,


2. penunjukan peneliti independen yang akan me
monitor proses riset 
3. Penunjukan suatu independent data-monitoring
committee eg DSMB (pada riset yang berisiko bagi
subyek)  smua efek samping direview  dapat
rekomendasi stop riset kepada komite etik
 DSMB juga me review rencana analisa statistik,
presentasi hasil dan publikasi nya

 Pilihan alternatif tergantung besarnya risiko


terjadinya conflict of interest yang akan
berpengaruh terhadap riset dan keselamatan
subyek.
Contoh: contoh riset probiotik pada anak didaerah
kumuh di jakarta
The Data and Safety Monitoring Board (DSMB)
adalah satu grup tdd peneliti independen

Tugas:
 1) secara periodik me review dan meng evaluasi data
yang dikumpulkan  participant safety, study
conduct, efficacy bila perlu
2) membuat rekomendasi kepada komite etik : lanjut,
modifikasi, stop riset
Contoh riset yang memerlukan DSMB
(data safety monitoring board)
Experimen di komuniti (community trial) , penelitian
oleh produsen susu mengandung probiotik:
 pemberian probiotik (kuman “baik”) pada anak
sehat untuk tahu efek terhadap kesehatan (imunitas)
 risiko: kuman justru merusak keseimbangan
kuman dalam usus (diare) atau justru mudah sakit
atau alergi (respons imun)
Safety subyek harus terus di monitor,
pastikan kalau ibu ingin anaknya berhenti harus
diizinkan
Examples of Monitoring
Oversight for different types of studies 
Phase I trial of a new drug involves relatively high risk
to a small number of healthy subjects. The investigator
(and only some more) may have the only knowledge
regarding the treatment because these are the first
human uses  investigator has to monitor
continouesly participant safety  frequent report to
oversight team of the institution.
Phase II: there is more information regarding risks &
benefits  but more subjects are involved and the
toxicity and outcomes are confounded by disease
process monitoring with relevant expertise.
Phase III: compares a new treatment to a standard
treatment /no treatment, treatment allocation
randomly assigned and blinding 
large number of subjects, for longer periods of
treatment 
long term effects require a DSMB to perform
monitoring functions  regularly assess the trial and
offer recommendations to the institution concerning
its continuation.
Declaration of Helsinki

 first adopted in 1964 by the World Medical


Association,
 six revisions, the last in 2008.
 Some of these revisions have been controversial 
issues of placebo use in clinical trials and access to
post-trial care.
 the importance of protecting vulnerable populations
not capable of giving voluntary consent.
 the obligation to offer the best proven care to trial
participants after the end of the research project.
Riwayat lahirnya panduan Cara
Uji Klinik yg Baik (CUKB)
The International Conference on Harmonization of
Technical Requirements for Registration of
Pharmaceuticals for Human Use (ICH)
is a group composed of United States, European and
Japanese regulatory authorities, and representatives from
pharmaceutical companies.
Its purpose is to harmonize the registration process
for pharmaceuticals,  ensuring a high standard of
quality and safety for the end-user as well as research trial
participants.
For this purpose, ICH issued good clinical practice
(GCP) guidelines in 1996,  a reference for national
legislation protecting the safety and the rights of trial
participants.
In 2000, ICH amended the GCP guidelines by adding a
section on the choice of control groups in clinical trials,
addressing the scientific output which can be obtained
from different types of control groups, and ethical
considerations associated with the choice of a control
group.
BPOM RI punya pedoman uji klinik obat/OT
/suplemen/pangan olahan dan CUKB (cara uji
klinik yg baik) terachir th 2014, mengacu pada
ICH-GCP
GCP (CUKB) bisa juga untuk eksperimen bahan lain:
herbal, suplemen, pangan
Salah satu syarat dalam CUKB BPOM untuk uji
klinik obat (baru) yg akan dipasarkan:
selain lolos kaji etik, peneliti utama uji klinik
harus dokter yang sudah mengikuti pelatihan
CUKB
Masalah utk komisi etik
Bagaimana dengan HERBAL yang sekarang
marak didunia pencegahan dan pengobatan
penyakit ?
Bagaimana etik penelitian pada obat
herbal, suplemen, pangan untuk
menunjang suatu klaim?
Dasarnya adalah etik penelitian obat,
tetapi ada perbedaan yang bisa menjadi
isu etik
Etiskah penelitian berikut ?
Daun jambu diteliti untuk pengobatan diabetes………
Daun seledri untuk pengobatan hipertensi………
Susu mengandung fitosterol untuk menurunkan LDL
Komisi etik harus tahu dulu:
Amankah ? Data hewan atau riwayat tradisional 
digunakan untuk tujuan & cara penyediaan & jumlah yg
sama
Manfaat utk …… ? Data hewan dulu  baru boleh di
manusia, kecuali ada riwayat tradisional (tujuan, cara
penyediaan, dosis harus sama)
Metode dan tujuan penelitian selaras (fitosterol & LDL)
Herbal menguasai minat masyarakat utk sehat

1. Obat herbal: jamu, herbal terstandard, fitofarmaka


(WHO: asumsi aman bila telah digunakan minimal 3
generasi ), herbal baru, tradisional asing
2. Health supplements (tablet, kaps, sirup) ditambahi:
carnitine, ginseng, gingko biloba, saw palmeto.
3. Functional foods & pangan olahan mengandung:
oats, serat, probiotik, omega-3, soy protein, lutein,
fitosterol

Ketiga kategori diatas harus melalui uji klinis spt


obat bila meng-klaim mencegah atau mengobati
penyakit
Thank you Vinca rosea
Referensi
Ethics basic concept WHO (2009)
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI
22 Juli 2014: Tata laksana persetujuan uji klinik (revisi
peraturan 2001 yi ruang lingkup diperluas bukan hanya obat,
tetapi juga herbal/OT, suplemen kesehatan, pangan olahan,
kosmetik)
Clinical trials and human subject protection. Di download
september 2014 dari www.fda.gov
Good Clinical Practice :ICH. Di download september 2014
dari www. ich.org Final report of ACHRE. EH.doe.gov.
Retrieved 16-12-2012
NIH Policy for Data and Safety Monitoring grants.nih.gov.
retrieved 29-12-2014
Good Clinical Practice (GCP)
A standard for design, conduct, performance,
monitoring, auditing, recording, analysis, and
reporting of clinical trials that provides assurance
that the data and reported results are credible and
accurate, and that the rights, integrity, and
confidentiality of trial subjects are protected.
Fase uji klinik obat
Fase I : untuk tahu farmakokinetik dan farmakodinamik
pada sejumlah kecil org sehat
Fase 2 : utk tahu farmakokinetik & farmakodinamik pada
org sakit jumlah terbatas
Fase 3: randomised controlled trial dengan jumlah pasien yg
cukup pada power of the study yang tinggi, biasanya
multisenter
Fase 4: post marketing surveillance sesudah obat dipasarkan
pada jumlah pasien yang sangat besar
Herbal baru bukan OT
Tidak bisa dianggap aman meskipun biasa digunakan
sebagai pangan  kecuali jumlah dan cara konsumsi
sesuai dengan yg dimakan sehari-hari  faktor dosis
maks harus dicari
Apakah harus dibuktikan manfaatnya ? Harus !
Selalu terkait dosis  faktor dosis minimal yang
bermanfaat harus dicari
Cara uji manfaat sesuai alur uji manfaat obat :
preklinik dan klinik; herbal terstandard dan
fitofarmaka. Harus ada zat yang diduga aktif sebagai
nilai ref standard
Data pre-klinik
Bukti manfaat in-vitro dan in-vivo pada hewan
hanya merupakan data awal keamanan dan efek pre-
klinik, tidak dapat digunakan sebagai bukti manfaat
pada manusia
Data pre-klinik ini adalah uji keamanan, diperlukan
sebelum mendapat izin untuk melakukan uji klinik
Data pre-klinik tidak selalu perlu pada pembuktian
manfaat jamu tradisional karena sudah dipakai
sehingga asumsi aman 
Untuk obat tradisional
Studi Observational yang melibatkan jumlah subyek
yang sangat banyak mempunyai nilai tersendiri bila
dibuat sebagai studi  cohort  
Harus direncanakan dengan sangat baik dan hati-hati
 protokol yang baik serta dilaksanakan dengan
monitoring yang baik supaya tidak memberi hasil yang
menyesatkan 
Uji klinik
Untuk herbal tradisional desain uji harus sesuai
dengan penggunaan tradisional yang tercatat baik di
buku text maupun oleh regulatory authority setempat
maupun hasil pengamatan di masyarakat.
Untuk produk herbal baru (herbal baru atau
kombinasi baru) atau cara pembuatan baru atau
indikasi baru atau dosis baru atau cara penggunaan
baru  harus mengikuti cara uji klinik obat sesuai
GCP protokol WHO
 
Randomized Controlled Trial (RCT)  the highest level
of evidence for efficacy  dengan cara tersebut produk
akan diterima diseluruh dunia
Kadang ada keterbatasan dalam menentukan control,
bila ada bau khas kontrol bisa menggunakan dosis
sangat rendah yang masih ber bau
Bisa juga digunakan kontrol obat standard
Bila digunakan sebagai terapi komplementer, maka
diberikan on top of obat standard, terutama pada
penyakit serius yang sudah ada obatnya  tidak
menghalangi penemuan obat baru tapi tidak boleh
membahayakan pasien

Anda mungkin juga menyukai