Anda di halaman 1dari 22

IKHTISAR JURNAL

MANAJEMEN KEUANGAN
RUMAH SAKIT

Dosen Pengampu :
Dr. Erliany Syaodih, M.Pd

AULIA SALMAH
Iktisar Jurnal 1 :
Judul : ANALISIS MANAJEMEN ANGGARAN PADA RUMAH
SAKIT RUJUKAN DI MASA PANDEMI COVID-19
(Desember 2022)

Penulis : Helena Turnip, Prastuti Soewondo.


 Corona Virus merupakan wabah penyakit yang
melatarbelakangi pandemi COVID-19 yang berpengaruh
terhadap berbagai sektor dan lini kehidupan di Indonesia. Sektor
kesehatan dan perekonomian merupakan dua dari berbagai
sektor krusial yang mengalami hambatan akibat penyebaran
Virus Corona.

 Dampak pandemi COVID-19 merambah pada pengelolaan


rumah sakit (Ambarwati, 2021). Pengelolaan yang dimaksud
meliputi tata kelola operasional dan keuangan rumah sakit
dimana keduanya memiliki korelasi erat dan saling mendukung.
 Persiapan umum yang dilakukan oleh rumah sakit meliputi persiapan
Alat Pelindung Diri (APD) dan kelengkapan ruang rawat inap.

 Pandemi COVID-19 meningkatkan kuantitas konsumsi APD di


lingkungan rumah sakit. Selain kebutuhan akan APD, ledakan kasus
mendorong peningkatan kebutuhan akan ruang rawat inap dan sarana
prasarana pendukungnya.

 Rumah sakit yang menangani kasus COVID-19 termasuk ke dalam


subyek distribusi anggaran oleh Kementrian Keuangan Republik
Indonesia. Anggaran yang didistribusikan termasuk pengadaan sarana
prasarana pasien, insentif tenaga kesehatan, pengadaan obat obatan dan
lain sebagainya (Arwin et al, 2019).
 Kementerian Keuangan Republik Indonesia mengambil tindakan aktif
dan responsif mengenai kebijakan keuangan dalam merespon COVID-
19 melalui Peraturan Kementrian Keuangan (PMK) 43/PMK.05/2020
tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Belanja atas Beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Dalam Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 yang ditetapkan pada 24 April
2020.

 Manajemen anggaran merupakan salah satu bentuk


pertanggungjawaban pengelolaan anggaran kas yang didistribusikan
oleh pemerintah kepada instansi rumah sakit sehingga anggaran yang
diberikan oleh pemerintah pusat dapat dipergunakan secara efektif,
efisien dan tepat sasaran (Ginting, 2018).
 Kondisi pandemi dapat mempengaruhi operasional rumah sakit,
karena bagi rumah sakit rujukan COVID-19, melonjaknya
jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit akan menjadikan arus
kas terganggu. Salah satu strategi yang dapat dilakukan yaitu
dengan cara branding yaitu mulai mengidentifikasi layanan-
layanan yang menguntungkan di rumah sakit (Kaharti, 2019).

 Penelitian ini adalah penelitian berdasarkan Literature Review


yang merupakan salah satu metode dengan menggunakan telaah,
evaluasi terstruktur, pengklasifikasian dan pengkategorian
evidence-based yang telah ada atau dihasilkan sebelumnya.
 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa
ahli, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa anggaran
dalam rumah sakit disalurkan untuk keperluan dan kebutuhan
yang memang benar-benar diperlukan oleh pihak rumah sakit,
selain itu mencegah kelebihan anggaran untuk konsumsi alat
APD maka pihak rumah sakit harus melakukan sebuah evaluasi.

 Pihak rumah sakit perlu mengadakan suatu evaluasi terkait


dengan pengeluaran dan keperluan APD yang memang benar-
benar diperlukan, mengingat jumlah biaya yang dikeluarkan
untuk biaya APD tidaklah sedikit, sehingga pihak rumah sakit
harus mampu mengelola atau mengatur anggaran manajemen
dan anggaran keuangan rumah sakit untuk menghindari terjadi
ketimpangan kebutuhan akan APD (Pratama dan Pikri, 2020).
 Rumah sakit merupakan sebuah organisasi yang bersifat padat
karya, modal serta teknologi. Pertumbuhan rumah sakit akan
dipengaruhi oleh pengelolaan anggaran manajemen dan juga sumber
daya manusia kesehatan di dalamnya.

 Menurut Kholifah et al (2020) Dengan adanya pengelolaan


manajemen anggaran dan peningkatan kinerja sumber daya manusia
kesehatan maka dapat dipastikan bahwa kegiatan operasional yang
akan dijalankan oleh rumah sakit dapat berjalan dengan baik.

 Rumah sakit wajib meningkatkan kualitas mutu pelayanan kesehatan


dengan cara memanfaatkan perkembangan teknologi saat ini agar
dapat bersaing dengan baik. Dalam menghadapi persaingan tersebut,
maka rumah sakit harus memilki sumber daya manusia yang baik
kinerjanya.
 Hal penting lain yang harus diperhatikan oleh pihak
rumah sakit adalah keselamatan pasien. Keselamatan
pasien merupakan sebuah prioritas utama yang harus
diprogramkan dan dilaksanakan oleh rumah sakit, yang
bertujuan untuk melindungi pasien dari setiap kejadian
tak terduga yang tak diharapkan.

 Keselamatan pasien harus diperhatikan karena


merupakan sebuah sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman dalam upaya mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan.
 Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang
telah dipaparkan diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa anggaran kas untuk belanja Alat
Pelindung Diri dan sarana prasarana rumah sakit
sehubungan dengan upaya penanggulangan pandemi
COVID-19 belum terkategori efektif dan efisien
sehingga diperlukan perencanaan dan manajemen
anggaran yang lebih matang bagi rumah sakit untuk
mengelola anggaran yang didistribusikan oleh
pemerintah pusat agar anggaran yang diterima dapat
dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan dapat
dialokasikan pada bagian yang membutuhkan.
Iktisar Jurnal 2 :
Judul : ANALISIS EFEKTIVITAS PENDAPATAN DAN
EFISIENSI BELANJA GUNA MENGUKUR KINERJA
KEUANGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AHMAD RIPIN
KABUPATEN MUARO JAMBI PADA MASA PANDEMI COVID
19.
(Juni 2022)

Penulis : Azizah
  Pada akhir tahun 2019 dunia telah dikejutkan oleh hadirnya virus
yang diyakini dapat mengancam jiwa manusia bernama virus corona.
Virus corona jenis baru penyebab Covid-19 telah menginfeksi jutaan
orang di berbagai penjuru dunia. COVID 19, mulai memasuki
Indonesia di awal maret 2020.

 Banyak rumah sakit di daerah kewalahan menangani lonjakan pasien


yang terinfeksi coronavirus, namun tidak sedikit pula Rumah Sakit
yang mengalami penurunan jumlah pasien, khususnya RS yang tidak
ditunjuk sebagai RS Rujukan COVID-19 menyebabkan penurunan
kunjungan pasien rawat jalan maupun rawat inap non Covid-19.
Kondisi tersebut mengakibatkan penurunan tingkat okupansi serta
menyebabkan pemasukan rumah sakit turun antara 30-50 %.
 Pandemi Covid-19 telah memengaruhi operasional rumah sakit. Bagi
rumah sakit rujukan Covid-19, melonjaknya jumlah pasien yang dirawat di
rumah sakit menjadikan arus kas terganggu. Sebab uang muka kerja rumah
sakit (10-50%) tidak lagi mencukupi biaya operasional. Arus kas yang
terganggu menjadikan beban operasional rumah sakit meningkat. Apabila
kondisi ini terus berlangsung rumah sakit akan terancam kolaps dan
pelayanan terhenti.

 Kinerja keuangan rumah sakit dapat dilihat dari laporan keuangan yang
berisi tentang data pemasukan dan pengeluaran dari rumah sakit itu sendiri.
Permasalahan yang disinyalir menjadi faktor utama menurunnya
pendapatan Rumah sakit Ahmad Ripin pada masa covid dikarenakan
beberapa faktor salah satunya menurunnya kunjungan pasien umum baik
rawat inap, rawat jalan, IGD maupun penunjang medis lainnya.
 Pendapatan Asli Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Ahmad Ripin
Kabupaten Muaro Jambi di sajikan dalam laporan realisasi anggaran,
merupakan pendapatan dari hasil retribusi daerah, dimana pendapatan
bersumber dari penerimaan jasa dari poliklinik, rawat inap, penunjang medis
dan lainnya.

 Realisasi pendapatan per 31 Desember 2019 sebesar Rp.4.362.805.592 dari


jumlah anggaran yang ditetapkan yaitu sebesar Rp.4.500.000.000.
 Untuk realisasi pendapatan tahun anggaran 2020 per 31 Desember 2020
adalah sebesar Rp.2.947.497.085 dari jumlah anggaran yang ditetapkan yaitu
sebesar Rp.4.500.000.000.
 Pendapatan tahun anggaran 2021 per 31 Mei 2021 adalah sebesar
Rp.745.568.835,- dari jumlah anggaran yang ditetapkan yaitu sebesar Rp.
4.500.000.000.
 Secara garis besar belanja terdiri dari dua bagian yaitu
belanja tidak langsung dan belanja langsung.

 Untuk realisasi keseluruhan belanja Rumah Sakit Ahmad


Ripin per 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp.
18.380.599.000 dari jumlah anggaran yang ditetapkan yaitu
sebesar Rp. 20.080.687.000. Untuk realisasi keseluruhan
belanja Rumah Sakit Ahmad Ripin per 31 Desember 2020
adalah sebesar Rp. 21.048.385.012,00 dari jumlah anggaran
yang ditetapkan yaitu sebesar Rp. 22.490.757.720,00.
 Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan
atau sasaran yang harus dicapai.
 Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan
mencapai tujuan dan sasaran akhir (spending wisely)
(Mardiasmo, 2009).
 Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah dalam
merealisasikan Pendapatan Asli Daerah dibandingkan dengan
target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil.
 Kinerja pemerintah dikatakan efektif apabila rasio antara 90,01%
s/d 100%, semakin tinggi rasio efektivitas berarti kinerja akan
semakin baik dan semakin rendah rasio efektivitas berarti
semakin buruk.
 Berdasarkan perhitungan rasio efektivitas pendapatan dapat
disimpulkan bahwa efektivitas pendapatan dari pasien BPJS
pada tahun anggaran 2019 yaitu 91,64 % dimana hasil
tersebut dikatakan cukup efektif (antara 90-99 %)
 Sedangkan tahun 2020 mengalami penurunan yaitu 64,98
% dikategorikan tidak efektif (<75%).
 Begitu pula dengan efektivitas pendapatan untuk tahun
2021 sampai dengan bulan Mei dapat dikatakan jauh dari
target realisasi karna hanya mampu menyerap anggaran
sebesar 0,15 % dari target anggaran.
 Berdasarkan perhitungan rasio efektivitas pendapatan
dapat disimpulkan bahwa efektivitas pendapatan dari
pasien umum pada tahun anggaran 2019 yaitu sebesar
125,78% dikatakan dalam kriteria sangat efektif (>100%)
 Sedangkan tahun 2020 mengalami penurunan yaitu
68,30% dikategorikan tidak efektif (<75%).
 Begitu pula dengan efektivitas pendapatan untuk tahun
2021 sampai dengan bulan Mei dapat dikatakan jauh dari
target realisasi karna hanya mampu menyerap anggaran
sebesar 0,22% dari target anggaran.
 Berdasarkan hasil perhitungan rasio efektivitas pendapatan BPJS dan
Pasien umum, dapat disimpulkan bahwa realisasi pendapatan RSUD
Ahmad Ripin Kab. Muaro Jambi per 31 Desember 2019 secara
keseluruhan adalah sebesar 96,95% yaitu Rp.4.362.805.592 dari jumlah
anggaran yang ditetapkan yaitu sebesar Rp.4.500.000.000.
 Dari hasil perhitungan rasio efektivitas pendapatan diatas dapat
disimpulkan bahwa efektivitas pendapatan untuk tahun anggaran 2019
dapat dikatakan dikatakan cukup efektif (90-99%).
 Sedangkan untuk efektivitas pendapatan untuk tahun anggaran 2020
yaitu 65,49% dikatakan tidak efektif (<75%).
 Sedangkan untuk rasio efektivitas pendapatan rumah sakit tahun 2021
menunjukkan penurunan efektivitas pendapatan karena dalam waktu
hampir 2 triwulan hanya mampu menyerap anggaran sebesar 0,16%.
 Efisiensi berhubungan langsung dengan metode operasi.
Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisiensi
apabila suatu produk atau hasil karya tertentu
mempergunakan sumberdaya dan dana serendah-rendahnya.
 Efisiensi merupakan perbandingan antara output dengan
input. Output merupakan realisasi pendapatan dan input
merupakan realisasi pengeluaran.
 Apabila hasil lebih dari 100% maka dapat dikatakan bahwa
anggaran tidak efisien. Apabila hasil adalah sama dengan
100% maka berimbang dan jika hasil kurang dari 100%
maka dapat dikatakan anggaran telah efisien.
 Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa
Efektivitas Pendapatan dan Efisiensi Belanja tidak
berpengaruh secara simultan terhadap Kinerja Keuangan.
 Sedangkan Efektivitas Pendapatan Terhadap Kinerja
Keuangan didapatkan hasil Ha di terima artinya efektivitas
pendapatan berpengaruh terhadap kinerja keuangan di
rumah sakit pada masa pandemi covid 19.
 Sedangkan untuk Efisiensi Belanja Terhadap Kinerja
Keuangan didapatkan hasil efisiensi belanja tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan di rumah sakit pada
masa pandemi covid 19.

Anda mungkin juga menyukai