Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS POSTUR

KERJA DENGAN RULA


Guna Penilaian Tingkat Risiko Upper Extremity
Work-Related Musculoskeletal Disorders
Oleh:
ALDI NUR DAVID AVANDI
01 SANJAYA 02 PRATAMA
NPM: 1411220013 NPM: 1411220010

AKHYARUL AMIRUL DENNY


03 UMAM 04 APRIYONO
NPM: 1411220006 NPM: 1411220011
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana analisis postur kerja dengan RULA
guna penilaian tingkat risiko Upper Extremity
work related musculoskeletal disorders?

TUJUAN PENELITIAN
Dalam penulisan makalah ini diharapkan
pembaca mampu untuk mengetahui bagaimana
analisis postur kerja dengan RULA guna
penilaian tingkat resiko Upper Extremity work
related musculoskeletal disorders

For more info: You can visit our sister projects:


JURNAL ERGONOMI INDONESIA FREEPIK | FLATICON | STORYSET | WEPIK | VIDEVO
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di PT Mandiri Jogja Internasional.
Subjek penelitian adalah pekerja proses produksi kulit di
divisi pemotongan yang terdiri atas 20 (dua puluh) orang
pekerja laki-laki. Objek penelitian adalah postur kerja yang
dinilai metode RULA. Keluhan ekstremis atas dan faktor-
faktor lain yang mempengaruhi UEWMSDs dicatat dengan
Sympton Questionnaire, serta pengukuran antropometri
tubuh. Kondisi lingkungan kerja dicatat.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
LINGKUNGAN DI PT. MANDIRI JOGJA
INTERNATIONAL

pada penelitian ini yang diambil adalah


intensitas cahaya dan temperature ruangan
pada divisi pemotongan. Kondisi lingkungan
yang diperoleh seperti padaTabel 1
TABEL 1

Data Kondisi Lingkungan Divisi Pemotongan

NO Lingkungan Kerja Kondisi Keterangan

1 Temperatur ( 29-30

2 Intensitas Cahaya (Lux) 304 (0-1999)


POSTUR KERJA DIVISI PEMOTONGAN

Pegawai bagian pemotongan, bekerja dengan


Ergonomic

sikap kerja membungkuk. Kondisi postur


kerja produksi kulit divisi pemotongan
PT.Mandiri Jogja Internasional pada Gambar 1

Gambar 1. Postur Kerja Divisi Pemotongan


The Indonesian Journal of Ergonomic
PT. Mandiri Jogja Internasional melakukan
Rekapitulasi Data Pekerja di Divisi Pemotongan
penelitian untuk mengukur postur kerja divisi
produksi kulit mereka. Kamera digital digunakan No Variabel Rerata Simpang Baku Rentanga
n
untuk mengambil gambar postur kerja, yang
1 Umur (tahun) 28 5,73 21-42
kemudian diukur sudut postur pekerja. Hasil
2 Berat badan (kg) 58 9,73 60-90
analisis umur menunjukkan bahwa terdapat dua
3 Tinggi badan (cm) 166 6,8 150-180
puluh orang yang masuk dalam kriteria, berkisar
antara 21 sampai 41 tahun, dengan rata-rata umur 4 Indeks Massa Tubuh (IMT) 21,35 2,55 17,30-
27,77
28 tahun (Tabel 2).
5 Lama Bekerja (Bulan) 67,6 31,06 24-120
Menurut Tarwaka (2015), usia optimal untuk bekerja adalah 25 tahun karena puncak
kapasitas fisik pada usia tersebut. Berat badan dan tinggi badan pekerja ditemukan
berkisar antara 60-90 kg dan 150-180 cm. Rata-rata indeks massa tubuh (BMI) pekerja
ditemukan sebesar 21,35 yang menandakan bahwa pekerja dalam keadaan sehat dan
mampu bekerja secara optimal. Selain itu, tingkat pendidikan pekerja berkisar dari SD
hingga SMA, dan 60% pekerja sudah menikah. Penelitian menunjukkan bahwa pekerja
tidak memerlukan keterampilan khusus untuk pekerjaan itu.
Karakteristik Subjek berdasarkan Pendidikan
dan Status
No Variabel Persentase (%)
1 Pendidikan
SD 5 Penelitian ini melibatkan 25% subjek yang bekerja 1-4
SMP 20 tahun dan 75% yang bekerja 2-10 tahun, semuanya 8 jam
SMA 65 perhari tanpa lembur. 5% memiliki kerja sampingan, 95%
SMK 10 memiliki petunjuk SOP, dan 60% memiliki pelatihan
2 Status
kerja.
Nikah 60
Belum Nikah 40
Riwayat Pekerja Subjek Penelitian

No Variabel Persentase (%) Mayoritas pekerja divisi pemotongan dengan


pengalaman kerja lebih dari 5 tahun memiliki
1 Lama Kerja (Tahun) 1-4 25
jumlah pengalaman kerja yang signifikan.
tahun
75 Mengikuti prosedur keselamatan dan menjalani
5 – 10
pelatihan meningkatkan risiko Gangguan
tahun Muskuloskeletal Terkait Pekerjaan Ekstremitas
2 Waktu Kerja (8 Jam) 100 Atas (UEWMSDs). Risiko terbesar dikaitkan
4 Lembur 100 dengan memiliki pekerjaan sampingan, karena
5 Kerja sampingan Ya 5 menghasilkan lebih sedikit istirahat dan kurang
tidur. Karakteristik subjek mengenai kebiasaan
Tidak 95 sehari-hari di luar pekerjaan menunjukkan bahwa
6 SOP Ya 95,5 50% berolahraga, 50% tidak berolahraga, dan 25%
Tidak kurang tidur karena pekerjaan sampingan.
Mayoritas pekerja yang berolahraga di luar jam
7 Pelatihan Kerja Ya 60
kerja meningkatkan kebugaran fisiknya, sedangkan
Tidak 40 mereka yang tidak berolahraga lebih berisiko
terkena UEWMSDs.
Kebiasaan Pekerja Sehari-hari Diluar Jam Kerja

No Variabel Persentase Berdasarkan jawaban Kuesioner Gejala, UEWMSDs menunjukkan


(%) bahwa 50% keluhan nyeri pada bahu dan lengan kanan
1 Olah Raga Ya 50 dilaporkan. 85% pekerja pertama kali mengalami nyeri setelah 1-4
tahun bekerja, dan durasi nyeri <1 jam. 75% pekerja melaporkan
Tidak 50 nyeri terus menerus, 95% menyatakan nyeri akibat pekerjaan, dan
2 Frekuensi Ya 50 100% pekerja melaporkan aktivitas meningkatkan nyeri. 90%
Olahraga pekerja melaporkan bahwa istirahat membantu mengurangi rasa
Tidak 50
sakit, sementara 10% melaporkan bahwa pijat, jamu, atau obat
3 Lama Olah Ya 50 lain dapat membantu.
Raga Metode RULA digunakan untuk membandingkan data sebelum
Tidak 50
dan sesudah penelitian. Sebelum dilakukan penelitian, skor total
4 Pekerjaan Ya 55 Grup A adalah 4, Grup B adalah 5, dan skor gabungan adalah 7
Rumah yang dikategorikan berisiko sangat tinggi. Setelah dilakukan
Tidak 45
perubahan, skor total Grup A adalah 3, Grup B adalah 2, dan skor
5 Waktu Tidur Kurang 15
gabungan adalah 3 yang dikategorikan berisiko rendah.
(jam) Perhitungan persentil berdiri dan jangkauan pekerja di divisi
Normal 60
pemotongan PT. Mandiri Jogja Internasional menggunakan
Lebih 25 rumus rata-rata.
Data perhitungan persentil tinggi
siku berdiri dan panjang jangkauan Studi antropometri telah dilakukan pada pekerja divisi
pemotongan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
tangan pekerja divisi pemotongan rerata tinggi siku pekerja adalah 106 cm, dan panjang
PT. Mandiri Jogja Internasional, jangkauan tangan adalah 72,8 cm. Persentil 99,5 untuk
jangkauan tangan pekerja adalah 79. Usulan tinggi meja
menggunakan rumus rerata seperti kerja divisi pemotongan yang ergonomis adalah 103
cm, dan usulan lebar meja 79 cm. Ukuran panjang meja
Rumus 1
yang disarankan tetap sama seperti ukuran awal, yaitu
244 cm. Penelitian Kristanto dan Saputra (2011)
X= ............................ (1) mendukung bahwa perancangan meja dan kursi fasilitas
dan rumus standar deviasi seperti Rumus 2 kerja berpengaruh terhadap hasil kerja.

.................... (2)
KESIMPUKAN
Dapat disimpulkan bahwa postur kerja terhadap tingkat risiko
UEWMSDs dalam penelitian ini yang diukur dengan metode
RULA adalah sebesar 7 (tujuh). Dengan demikian diperlukan
investigasi dan perbaikan segera terhadap postur kerja pada
pekerja untuk mencegah tingkat risiko keluhan UEWMSDs.
Berdasarkan hasil perbaikan didapatkan total skor gabungan 3
(tiga) tingkat risiko 1 (satu) yang berarti kategori risiko rendah.
Tidak ada masalah dengan postur tubuh pekerja pada perkerja
divisi pemotongan PT. Mandiri Jogja Internasional. Penelitian
ini menunjukan ada faktor-faktor postur kerja yang
berhubungan dengan tingkat risiko keluhan UEWMSDs antara
lain, lama kerja, masa kerja atau jam kerja, dan pekerjaan
sampingan merupakan faktor yang meningkatkan risiko
UEWMSDs. Dari ketiga faktor tersebut, resiko terbesar
disebabkan oleh pekerjaan sampingan karena selain
melakukan pekerjaan di pabrik divisi pemotongan, pekerja juga
melakukan perkajaan sampingan dan jam istirahat berkurang
sehingga menyebabkan terjadi keluhan UEWMSDs.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai